Disclaimer :

NARUTO © Masashi Kishimoto

.

Genre :

Drama/ General

.

Rate :

T

.

Main Chara :

Hinata H. & Naruto U.

.

Warning :

Alternate Universe

OOC

Dialog-less in this chapter

Don't like? Don't read! I've warned you!

.

Summary :

Malam itu, di kota dan di waktu yang sama. Pada detik, menit, dan jam yang bersamaan. Alunan melodi memecah keheningan malam melalui dawai-dawai violin yang dimainkan violis-nya pada lokasi yang berbeda.

.

Happy Reading! :)

.

.

.

Ia tidak pernah tahu dari mana suara-suara itu berasal. Nada yang mengalun lembut seolah menariknya ke sebuah dimensi yang begitu asing baginya, tetapi entah mengapa ia merasa nyaman. Terasa begitu nyata ketika sebuah daun momiji yang gugur bergesekan dengan kulit tangannya, juga suara angin yang terselip di antara melodi yang mengalir di udara.

Alunannya membuatnya terlena. Suaranya benar-benar membuatnya rindu, seperti kerinduannya pada sesosok yang amat disayanginya. Ini semua bermula sejak ia bertemu dengannya-

-someone in the blonde..

.

.

Autumn Sonata © Nay Akanaru

Part 3 : At The Same Night

.

.

Dia tidak pernah mengenalnya. Tepatnya belum. Tetapi, mengapa orang itu terasa tidak asing baginya?

Ya, orang itu. Pemuda berambut pirang yang kini berdiri di bawah pohon itu. Terlebih lagi sebuah alat musik yang kini tersampir di bahunya itu. Membuatnya kembali teringat akan cita-citanya di masa lalu.

Violis.

Dia ingin menjadi seorang violis, seperti mendiang ibunya. Namun anggota klannya menuntutnnya untuk menjadi pianis. Ini adalah resiko ketika kau terlahir di antara klan yang benar-benar masih kaku dengan segala aturan adat istiadat nenek moyang. Kau akan merasa hidupmu terkekang. Mungkin bisa saja kau menganggap bahwa dirimu adalah boneka karena kau tidak bisa menentukan dengan bebas jalan hidup yang kau inginkan.

Kau akan melakukan segala sesuatunya karena keterpaksaan, menuruti segala aturan dan perintah. Dan sekali lagi kau adalah boneka klan. Maka bersyukurlah bagi kalian yang memiliki kebebasan dalam hidup.

.

.

Malam telah larut, langitnya yang gelap terlihat bersih hanya dengan dihiasi beberapa bintang membuatku teringat pada seseorang. Gadis berambut panjang yang tidak err—belum kuketahui namanya, mungkin suatu saat aku akan mengetahuinya. Yeah, semoga.

Kalau dilihat dari seragam yang ia kenakan di balik mantel birunya itu, biar kutebak dia pasti salah satu siswi Konoha Academy yang terkenal itu. Siapa sih yang tidak tahu Konoha Academy? Sekolah itu sangat terkenal tahu! Bahkan aku yang dulu masih tinggal di Ame pun mengetahui tentang sekolah ini.

Dengan kepindahan keluarga kecil kami, aku dan ibuku ke Konoha ini adalah suatu keberuntungan bagiku. Yah, walaupun bukan keberuntungan yang besar karena aku belum masuk ke sekolah itu. Asal kau tahu saja ya, Konoha Academy itu sekolah impianku!

Konoha Academy. Sebuah sekolah swasta yang sangat menekankan ilmu seni kepada para siswanya khususnya di bidang seni musik. Mereka yang masuk ke sana adalah orang-orang terpilih, biasanya karena orang tuanya yang alumni dari sekolah itu, mereka yang sudah memiliki bakat musik sejak lahir, atau mereka yang benar-benar sangat jenius dalam bidang seni musik. Selain itu, biaya sekolah disana sangatlah mahal. Benar-benar sekolah para kaum elite, orang biasa sepertiku sepertinya akan sulit masuk kesana.

Karena itu, sekarang aku sedang rajin belajar untuk mengikuti ujian program beasiswa ke Konoha Academy di tambah berlatih violin sebagai bidang alat musik yang akan kuikuti nantinya. Sekolah seperti itu, selain harus memiliki otak yang encer mereka juga menuntut siswanya untuk memilih minimal satu bidang seni musik yang diminati.

Ayo, tunjukan pada dunia kau bisa Naruto! Yeah!

.

.

Jam digital di samping tempat tidur asrama telah menunjukkan pukul 23:30. Sudah hampir tengah malam namun tampaknya sang gadis Hyuuga belum memejamkan kedua matanya. Ia hanya berguling ke kiri dan ke kanan sedari tadi. Nampaknya hal itu membuat rambut panjangnya terlihat berantakan dan agak kusut ketika ia terbangun untuk duduk di pojokan ranjang sambil memeluk bantal.

Bola mata pucatnya menerawang langit-langit kamarnya yang remang-remang karena lampu kamar sudah dimatikan kecuali lampu tidur di samping ranjangnya. Tanpa sengaja ia melirik sebuah pigura kecil yang letaknya agak tersudut terhalangi oleh tumpukan buku-buku. Posisi seperti itu memang cukup tersembunyi namun tetap saja penglihatan Hinata bisa menangkapnya.

Foto seorang perempuan yang sangat mirip dengannya, tubuhnya yang ramping semampai terbalut dengan dress putih, kedua tangannya memeluk sebuah violin. Siapa lagi, kalau bukan Mizuru Hyuuga.

"Okaa-san…"

.

.

"Aaaah~ aku tidak mengerti ini!" Ia melemparkan sebatang pensil ke atas buku yang sudah penuh dengan coretan-coretan tangannya dan menyandarkan tubuh di kursi. Jarum pendek menunjuk angka hampir mendekati mendekati dua belas, sedangkan jarum panjangnya di angka tiga puluh lima ketika pandangannya tertuju pada sebuah jam kodok di atas meja belajarnya.

Ia mengubah posisi duduknya, kini ia memutar kursinya sehingga menghadap pintu balkon kamar yang belum di tutup. Melipat kedua tangannya ke belakang kepala dan membiarkan punggungnya agak merosot ke bawah sehingga sandaran kursi menjadi lebih tinggi untuknya.

Tirai pintu kaca yang menuju balkon masih melambai-lambai akibat angin malam yang bertiup. Ia memejamkan matanya sejenak, dan ketika kedua kelopaknya terbuka, sepasang bola mata sewarna langit musim panas itu menangkap sesuatu. Sebuah kotak hitam yang tersender di samping tempat tidurnya.

.

.

Ia masih tetap bertahan di posisi itu sejak sepuluh menit yang lalu. Karena kini jam digital-nya sudah menunjukkan angka 23:10.

Dua bola mata pucatnya masih menerawang dalam kegelapan yang remang-remang sembari memeluk sebuah pigura kecil yang ia temukan di balik tumpukan buku-buku. Kenangan-kenangan itu kembali memenuhi otaknya seperti sebuah rol film lama yang kembali diputar. Ia membiarkan ketika alam pikirannya terlempar ke waktu bertahun-tahun yang lalu ketika wanita itu masih hidup. Ia tahu, ayahnya memang ingin ia menjadi pianis namun beliau masih membiarkannya ketika ia menyentuh violin milik Mizuru. Bahkan disamping pembelajaran piano privatnya, ia juga belajar violin bersama Mizuru. Dan siapa sangka ternyata ia lebih mahir dalam violin daripada piano?

Hingga kemudian Hiashi benar-benar melarangnya menyentuh alat musik berdawai itu sejak mendiang ibunya meninggal. Dan sejak itulah hingga kini mengapa ia berada di Konoha Academy, bersama sepupunya Neji yang tidak ia ketahui keberadaannya sepanjang hari ini. Ia benar-benar merasa sendiri.

.

.

Dari cerita yang pernah ia dengar dari ibunya, ia seperti sudah seperti memiliki bakat violin sejak kecil. Padahal kedua orang tuanya tidak memiliki darah keturunan violis maupun musisi. Ibunya hanyalah seorang dokter spesialis tulang yang bekerja di sebuah rumah sakit sedangkan ayahnya sudah meninggal bertahun-tahun yang lalu akibat sebuah kecelakaan.

Tidak ada yang mengenalkannya apalagi mengajarkan violin kepadanya. Namun ini terjadi ketika Kushina –ibunya menjemputnya dari sekolah, kebetulan saat itu mereka melewati sebuah toko musik dan tiba-tiba merengek ingin masuk ke toko tersebut sambil menunjuk sebuah violin yang dipajang di etalase depan.

.

.

Ini Konoha Academy, sekolah yang khusus menenkankan pelajaran seni musik hingga melahirkan banyak seniman berbakat. Itu berarti di sekolah ini tidak hanya ada kelas piano bukan?

.

.

Lama ia berpikir, ini sudah larut malam dan penghuni apartemen lain pasti sudah tidur. Tetapi pikirannya sudah benar-benar buntu dengan soal-soal matematika di bukunya. Dia butuh sesuatu untuk mengalihkan pikirannya. Dan jawabannya hanya ada satu, sebuah benda yang tersimpan rapat di dalam kotak hitam itu.

.

.

Manusia itu tidak harus taat terhadap peraturan kan? Ada saat-saat dimana mereka harus melanggar peraturan itu dan menuruti keinginannya. Gadis itu tahu ini sangat nekat dan benar-benar bukan seperti dirinya. Mungkin ini tidak baik, tetapi toh ia berjanji untuk melakukannya hanya untuk kali ini.

.

.

Akhirnya pemuda berambut pirang itu memutuskan untuk bangkit dari tempat kursinya, ia berjalan menuju tepian tempat tidur dan mengangkat kotak hitam itu di pangkuannya. Dan mengeluarkan sebuah benda berdawai dari dalamnya.

.

.

Hanya dengan berbekal sebuah senter kecil di saku piyamanya, ia melangkahkan kakinya keluar kamar. Seketika udara dingin di luar kamar memaksanya untuk merapatkan mantel biru yang ia pakai. Suasana begitu sepi, lampu lorong sudah dimatikan dan hanya ada bantuan penerangan dari lampu kecil yang menempel di dinding sepanjang koridor.

Ia menapaki kakinya di lantai aula ketika ia mendengar langkah kaki lain selain miliknya. Untung saja penglihatannya sudah bisa membiasakan diri dalam kegelapan sehingga ia bisa menuju meja terdekat untuk bersembunyi dari petugas asrama.

Gedung Konoha Academy terasa seperti sebuah bangunan tua dalam film horror, begitulah yang ada di pikiran Hinata kali ini. Sejenak rasa ragu dan takut menyelimutinya. Akankah ia melanjutkan ini atau langsung melarikan diri secepat kilat dan kembali ke asrama. Kalau begitu, berarti perjuangannya yang tadi sia-sia saja. Tahu begitu, seharusnya tadi ia tetap di kamarnya daripada harus bermain petak umpat dengan petugas asrama yang sewaktu-waktu bisa saja menemukannya. Tetapi kalau dipikir-pikir sedari tadi ia belum melihat ada orang yang berkeliaran di gedung ini. Bagaimana kalau mencoba masuk saja?

Menurut peta besar yang dipajang di loby, Violin Class terletak di bagian kanan bangunan bersebelahan dengan Piano Class dan Cello Class. Lumayan jauh dari loby. Bagaimana para petugas kebersihan itu membersihkan gedung yang luasnya seperti stadion ini?

Oke, tidak penting. Tapi pertanyaan itu benar-benar hinggap di pikiran Hinata sekarang.

.

.

Pemuda berambut pirang bernama Naruto itu menuju ke arah balkon dengan menenteng sebuah violin. Dari ketinggian delapan lantai ini, ia bisa merasakan udara malam yang bersih. Disaat-saat seperti ini, Kota Ame pasti sedang hujan, begitulah pikirnya. Seandainya tidak hujan pun, minimal gerimis kecil tetap saja jatuh. Tetapi Konoha berbeda, kota ini selalu terasa sejuk setiap saat.

Kini ia memejamkan mata untuk yang kesekian kalinya dan membukanya lagi lalu memposisikan violin di antara bahu dan dagunya. Ia menaikkan tangan kanannya yang menggenggam tongkat violin, menempelkannya dengan dawainya. Kemudian menariknya dengan satu hentakan nafas sehingga menimbulkan suara indah yang khas.

.

.

Gedung Violin Class, tidak jauh berbeda dengan Piano Class. Terdiri dari beberapa ruangan yang menunjukkan tingkatan-tingkatan, ada sebuah ruang santai dengan jendela kaca yang menghadap taman di bagian depannya tempat para siswa bersantai saat jam istirahat, juga sebuah mini-library dan beberapa ruangan lainnya yang belum ia lihat satu persatu.

Namun yang benar-benar menarik perhatiannya adalah sebuah ruangan entah apa namanya, ia melihat sebarisan violin yang berjajar rapih di lemari kaca. Tetapi sialnya, lemari itu terkunci!

Gadis itu menyapukan pandangannya ke seluruh sudut-sudut ruangan dan tanpa sengaja ia melihat sesuatu berbentuk kotak yang tertutup kain merah. Dengan segera ia melangkahkan kakinya menuju kotak itu dan dengan hati-hati menyingkap kain merah yang menutupinya. Dengan bantuan senter kecil yang dibawanya, ternyata itu adalah sebuah kotak kaca dengan sebuah violin yang tersimpan rapih di dalamnya.

Hinata membukanya dengan sangat perlahan, kemudian mengangkat violin itu dan memposisikannya dengan sedemikian rupa. Kemudian ia membuka sebuah buku partitur yang ia temukan tak jauh dari kotak kaca tersebut.

Ia mendengar jam besar di ruang santai Violin Class berdentang sebanyak dua belas kali ketika ia akan memulai sebuah konser mininya secara diam-diam

.

.

.

.

Malam itu, di kota dan di waktu yang sama. Pada detik, menit, dan jam yang bersamaan. Alunan nada Violin Sonata No.5 karya Beethoven memecah keheningan malam melalui dawai-dawai violin yang dimainkan violis-nya pada lokasi yang berbeda.

.

.


To be Continued


Review Reply buat yang ga login :

Brigitta :

Wah, itu lama sekali kalau sampai satu tahun! XD

akan saya usahakan update secara teratur :)

Thanks review-nya! ^^

:

Oke, ini udah lanjut kok. Thanks review-nya ^^

Namikaze-Tania-Chan gx login :

Ini udah di update. Thanks review-nya! ^^


A/N :

Sebelumnya, gomen saya lama apdeeet T.T

Waktu itu mau ada UTS, jadi selama waktu itu saya ga sempet ngapdet in fic.

Untuk kedepannya akan saya usahakan untuk update secara teratur :)

Review?

~Nay Akanaru~

October 2010