Silent Melody

Bleach©Tite Kubo

Naruto©Masashi Kishimoto

Pairing : Hatake Kakashi x Kuchiki Rukia

Genre : Hurt/Comfort, Romance, Crossover

Warning : AU, Gaje, Misstypo(s), Don't Like Don't Read

Chapter 1

Unohana Retsu berjalan dengan langkah perlahan menuju kearah kamar nonanya, Rukia. Wanita berparas lembut itu memang sudah lama bekerja sebagai kepala pelayan di rumah keluarga Kuchiki. Jadi tidak heran jika ia tahu betul apa saja yang pernah terjadi di rumah mewah ini. Termasuk kejadian tujuh tahun lalu. Peristiwa yang membuat nonanya enggan untuk bicara dan menambah kekakuan seorang Kuchiki Byakuya, kepala keluarga Kuchiki, ayah Rukia.

Unohana mengetuk pintu kayu berwarna coklat didepannya sebanyak dua kali sebelum membuka pintu itu dengan pelan. Dilihatnya sosok Rukia yang sedang memandang ke luar jendela, Masih dengan menggunakan piyama merah mudanya. Didekatinya sosok gadis yang sebentar lagi akan berusia delapan belas tahun itu. Gadis manis yang sudah dianggapnya seperti anak kandungnya. Ia sangat menyayangi Rukia. Sangat.

"Rukia-sama, sebaiknya Anda segera bersiap. Sebentar lagi waktunya berlatih dan guru Anda yang baru sudah menunggu di ruang latihan."

Rukia hanya mengangguk dan berjalan memuju kamar mandinya yang terletak di sudut kamar itu.

"Kalau begitu saya permisi, Rukia-sama," pamit Unohana seraya berjalan keluar dari kamar nonanya.

"Maaf Hatake-san, sepertinya Anda harus menunggu agak lama," Unohana berkata sambil tersenyum ramah kepada sesosok pemuda yang dipanggilnya Hatake-san.

Hatake Kakashi, pemuda berambut perak itu, hanya mengangguk maklum. Padahal dalam hatinya ia sudah mengeluh habis-habisan. Menunggu selama tiga puluh menit bukan hal yang menyenangkan bagi seorang Kakashi. Kalau saja bukan karena ia sangat membutuhkan pekerjaan ini demi menutupi sewa apartemennya yang menunggak hampir dua bulan, ia tidak akan rela duduk selama setengah jam hanya untuk menunggu anak gadis keluarga Kuchiki yang akan dilatihnya bermain piano. Ya, siapa sangka Hatake Kakashi, pemuda bertampang malas-malasan ini adalah seorang mahasiswa jurusan musik yang jenius. Dan di sinilah ia berakhir. Di ruangan yang hanya berisi satu set sofa, sebuah meja kayu kecil dan sebuah Grand Piano berwarna hitam.

Tiba-tiba suara lembut Unohana menyadarkan Kakashi dari kegiatan mengeluhnya, tentu saja ia hanya bisa melakukan didalam hati.

"Hatake-san…. " ada jeda sejenak diantara mereka seolah Unohana ragu untuk melanjutkan ucapannya, namun akhirnya ia berkata, "saya harap Anda bisa bersabar dalam menghadapi Rukia-sama. Beliau memang agak 'berbeda' tapi sesungguhnya ia gadis yang baik dan berbakat."

"Saya akan berusaha semampu saya Unohana-san, jangan khawatir," ujar Kakashi.

Padahal sebenarnya iapun ragu dengan kata-katanya barusan. Apa bisa ia yang tidak sabaran ini bisa bersabar dalam menghadapi seorang gadis yang disebut sebut Rukia-sama itu? Entahlah.

"Terima kasih Hatake-san, saya senang mendengarnya. Kalau begitu saya permisi. Masih ada yang harus saya lakukan."

Kakashi hanya menganguk sopan dan menjawab singkat, "silahkan."

Unohanapun segera beranjak dari ruangan itu, meninggalkan Kakashi seorang diri dengan pertanyaan-pertanyaan tentang seperti apa gadis yang akan ia latih nanti. Untuk menghilangkan rasa bosan, ia berjalan menuju kearah piano dan mulai memainkan jarinya diatas tuts hitam putih sehingga menghasilkan sebuah melodi yang ia karang sendiri. Lama Kakashi tenggelam dalam permainannya sampai sebuah ketukan di pintu membuatnya menoleh dan apa yang ia lihat adalah seorang gadis bertubuh mungil yang mengenakan terusan berwarna ungu pucat sedang berdiri di dekat pintu yang memang sengaja dibiarkan terbuka. Kakashi kemudian menghampiri gadis itu dan berkata, "kau pasti Rukia. Kenalkan, aku Hatake Kakashi, guru pianomu yang baru." Kakashi mengulurkan tangannya kehadapan Rukia dan Rukia hanya membalasnya tanpa berkata apa-apa. Kemudian Rukia berjalan ke arah piano danmulai menekan nekan tuts dengan perlahan. Kakashi hanya diam dan mengamati tingkah gadis itu. Jujur, ia sedikit bingung dengan sikap muridnya. Tiba-tiba Rukia memandang Kakashi dengan tatapan yang seolah mengatakan-ayo-kita-mulai-latihannya. Kakashi mengangguk singkat. Ia pun ingin cepat-cepat memulai pelajaran hari ini juga ingin segera menyelesaikannya. meski ada sedikit rasa penasaran di hatinya tentang Rukia. 'apa ini yang dimaksud 'berbeda' oleh Unohana-san? Apa mungkin gadis ini bisu?', Kakashi hanya bisa menyimpan pertanyaan itu dalam hati.

"Baik, hari ini cukup sampai disini. Tapi aku harap kau bisa segera menguasai lagu yang baru saja kita pelajari, Rukia. Aku bukannya mau menekanmu, apalagi ini baru pertemuan pertama kita. Tapi aku melakukan ini karena aku yakin pada bakat yang kau punya. Berusahalah." Kata Kakashi sambil menepuk bahu Rukia pelan dan hanya anggukan singkat yang ia dapatkan dari gadis itu. Kakashi menghela napas kemudian berujar pelan, "aku permisi."

Setelah keluar dari ruang latihan, Kakashi berjalan menyusuri rumah mewah keluarga Kuchiki sambil sesekali mengagumi interior atau perabotan-perabotan yang dipajang dengan apik disekeliling rumah itu. Tidak bisa dipungkiri keadaan rumah ini berbeda jauh dengan keadaan di apartemen kecil miliknya tapi entah kenapa ia merasa rumah ini 'mengerikan'. Terlalu kosong, sunyi, tanpa ada sedikitpun ruang yang tersisa untuk sebuah kehangatan. Ia terus berjalan menuju pintu keluar rumah itu sampai sebuah panggilan menghentikannya, "Hatake-san! Tunggu sebentar!"

Kakashi menoleh kebelakang dan mendapati Unohana sedang berjalan dengan langkah yang sedikit tergesa kearahnya. Setelah wanita paruh baya yang masih terlihat cantik itu ada tepat didepannya, Kakashi segera bertanya, "ada apa Unohana-san?"

"Bagaimana? Apa Rukia-sama mengalami kesulitan dalam pelajarannya?" pertanyaan Kakashi justru dijawab dengan pertanyaan lain oleh Unohana dan Kakashi dapat menangkap nada khawatir dalam suaranya. Hal ini membuat Kakashi semakin penasaran tentang apa yang sebenarnya terjadi dengan muridnya itu.

Kakashi menggeleng, "sama sekali tidak. Benar yang Anda katakan, dia gadis yang sangat berbakat. Anda tenang saja, Unohana-san."

Unohana tersenyum lega dan sedikit membungkuk, "terima kasih."

"Ya, sama-sama. Saya permisi dulu, Unohana-san dan tolong panggil saja saya Kakashi"

"Silahkan Kakashi-san. Sekali lagi terima kasih untuk hari ini."

Dan Kakashipun melangkah pergi. Pulang ke apartemen kecilnya yang nyaman.

Tanpa terasa sudah hampir tiga bulan Kakashi menjadi guru les piano Rukia dan selama itu pula ia sama sekali tidak pernah melihat orang tua gadis bertubuh mungil itu. Ia hanya tahu dari Unohana bahwa ayah Rukia adalah seorang pengusaha yang sangat sibuk dan ibunya sudah meninggal tujuh tahun yang lalu dalam sebuah kecelakaan. Dan Kakashi tidak mau tahu lebih jauh lagi tentang keluarga gadis itu. Ia tidak mau mencampuri urusan keluarga orang lain atau mungkin tanpa ia sadari ada sosok yang lebih menarik perhatiannya. Seseorang yang membuatnya penasaran akan apa yang ada dibalik mata violetnya yang cerah sekaligus menyimpan banyak kesedihan. Ia lebih tertarik akan hal itu.

Jari-jari lentik Rukia menari diatas tuts piano dengan lincah dan sesekali melirik sorang pemuda yang berdiri tepat disampingnya. Dalam pertemuan mereka yang cukup intens selama ini, Rukia diam-diam merasa nyaman berada di dekat Kakashi. Tiba-tiba Kakashi mengangkat sebelah tangannya sebagai isyarat untuk Rukia agar menghentikan permainannya.

"Aku bisa merasakan kalau kau sedang tidak konsentrasi. Apa ada masalah dengan lagu ini?"

Rukia cepat-cepat mengeleng

"Lalu?'

Kakashi sadar, bertanya seperti apa pun Rukia tidak akan membuka mulutnya.

"Kalau begitu, ulangi dari awal."

Hampir lima belas menit berlalu sejak jam mengajarnya selesai dan hampir selama itu pula orang dihadapannya hanya diam. Padahal dia tadi yang mencegat Kakashi dan mengatakan ingin bicara sesuatu. Sedangkan Rukia sudah kembali ke kamarnya karena sebentar lagi waktunya untuk mengikuti homeschooling, memang setahu Kakashi Rukia tidak pernah lagi belajar di sekolah umum semenjak ibunya meninggal.

Sejenak Kakashi memperhatikan orang dihadapannya sekarang. Ia tidak pernah menyangka akan berhadapan langsung dengan kepala keluarga Kuchiki. Ayah Rukia ini benar-benar membuatnya merasa sedikit gugup. Entah apa yang membuat Kuchiki Byakuya mendadak pulang dari urusan bisnisnya di luar kota dan dengan mendadak pula mengajak Kakashi 'mengobrol'.

Kakashi benar-benar tidak nyaman menghadapi orang ini. tatapan matanya saja sudah bisa membuat seorang Kakashi menelan ludah paksa. Bagaimana bisa gadis semanis Rukia bisa mempunyai seorang ayah sedingin ini?

Pikiran-pikiran Kakashi segera dihentikan dengan sebuah suara berat dan berwibawa milik Byakuya.

"Jadi… bagaimana perkembangan Rukia, Hatake-san?"

Kakashi menghela napas. 'Setidaknya dia masih punya perhatian pada putri tunggalnya,' pikir Kakashi.

"Sejauh ini tidak ada masalah yang berarti, Byakuya-sama. Dia sungguh gadis yang berbakat. "

Byakuya mengangguk paham. Sejak tadi ia terus memperhatikan Kakashi. Ia ingin tahu orang seperti apa yang mengajar putrinya, terlebih lagi gurunya ini lelaki. Dan Byakuya tahu apapun bisa terjadi selama ia tidak ada di rumah. Memang segala urusan rumah tangganya telah ia serahkan pada Unohana namun tidak ada salahnya kalau ia juga ingin terlibat lansung dalam segala hal yang menyangkut anak gadisnya.

Kakashi mati-matian menyembunyikan wajah bosannya sekarang, ia tidak terbiasa dengan suasana kaku macam ini. Sungguh, hal terpenting yang ingin ia lakukan adalah kabur secepatnya dari hadapan Kuchiki Byakuya.

"Maaf Byakuya-sama, Ukitake-sama sudah menunggu anda di ruang tengah," tiba-tiba suara Unohana memecahkan keheningan yang sejenak tercipta diantara mereka.

Byakuya segera berdiri, setelah sebelumnya meminta maaf pada Kakashi karena ia harus menemui rekan bisnisnya.

"Tidak apa-apa. ini juga sudah malam, sebaiknya saya permisi," ucap Kakashi dengan maklum. Padahal dalam hatinya ia sudah berteriak kegirangan dan mengucapkan banyak terima kasih pada orang bernama Ukitake itu.

"Baiklah, Hatake-san. Lain kali saja kita lanjutkan obrolannya."

Byakuya kemudian berlalu dari ruangan itu diikuti oleh Unohana.

Kakashi menghela napas lega dan berujar, "akhirnya aku bisa pulang."

Rukia melihat kalender di meja belajarnya dengan perasaan bingung. Besok adalah hari ulang tahun ayahnya dan ia ingin memberikan hadiah yang tidak biasa. Bukan lagi sekedar barang-barang seperti jam tangan atau semacamnya. Ia mau sesuatu yang berbeda. Tapi apa?

Kemudian matanya mengarah pada foto yang juga ada di meja belajarnya. Foto yang menunjukkan betapa bahagianya ia dulu. Dan ia pula yang menyebabkan kebahagiannya lenyap. Dengan lembut diusapnya wajah wanita di foto itu, wajah yang begitu mirip dengannya. Sedangkan batinnnya hanya berbisik lirih, 'Kaasan.'

Ketukan di pintu membuat Rukia menoleh dengan cepat dan seseorang yang sedang berdiri di depang kamarnya membuat mata violet Rukia melebar kaget.

'Kakashi-sensei?'

Tbc

AN : sebuah fic gaje dari seorang author gaje. Maaf kalau banyak banget kesalahan dalam fic ini. *tolong kritik dan sarannya*