X~*~*~*~*~*~*~*~*~*~X

DEAR BEAR

Karena Jodoh itu Mirip

X~*~*~*~*~*~*~*~*~*~X

Guavary'DarkLavender

Disclaimer: Not Mine

Warning: OOC, AU, Cerita ini hanya fiksi belaka, apa bila ada kesamaan dengan apapun itu hanya ketidaksengajaan yang disengajakan *digeplak*

ENJOY!

ACT 1: Behind the Scene

Kata mereka tentang kawin:

"Kawin termasuk dalam proses melanjutkan keturunan." –anak IPA

"Kawin itu bisa dikatakan sebagai proses sosialisasi." –Anak IPS

"Kawin itu married." –Anak Bahasa

"Kecil-kecil jangan mikirin kawin!" -KEPSEK

Sumber: SMA Tanpa Nama

"~"

"~"

"~"

"Hmm… Menurut gue Sas, lo bakalan cocok sama yang satu ini!"

Sasuke menggerutu. Dari tadi Naruto udah ngomong panjang lebar alas dan tinggi bahwa dirinya akan cocok dengan si ini dan si itu, tapi buktinya belum ada yang cocok di hati Sasuke. Cewek pertama menurut Naruto rambutnya lumayan mirip ma Sasuke, yang ngebedain warnanya yang merah ngejreng doang, body oke, tampang bolehlah, penata rias yang lumayan terkenal di seantora Konoha. Tapi Sasuke menolak. Doi gak doyan sama betina yang make up nya setebal dosa.

Cewek yang ke-dua kembali dinilai mirip secara fisik sama Sasuke. Rambut item, mata onyx, kulit pucat, seorang suster kepercayaan salah seorang Kepala RS ternama di Konoha. Usut punya usut ternyata si cewek ini udah uzur alias udah tante-tante. Sialan Naruto. Memangnya siapa yang mau disebut Oedipus Complex?

Cewek ketiga juga dinilai mirip, meskipun menurut Sasuke yang mirip cuman kulitnya doang. Yang ini blonde dan bermata biru. Kata Naruto orang blonde dan mata biru itu merupakan epitome dari kesempurnaan, keselarasan, kehormanisan, kebaikkan, keramahan, keanggunan, kebijakkan, kesehatan, kesopanan, keindahan, kekeluargaan, ketertiban, keamanan, kebersihan, kedisiplinan, kerindangan blah blah blah yang pada intinya adalah bahwa bumi itu bulat.

Setelah ceremah panjang lebar, Naruto menutupnya dengan kalimat akhir yang epic "Eh, gue lupa. Dia'kan udah diambil sama Sai. Hehehe. Sorry, sorry."

Asemkunyit.

"Liat nih fotonya, cantik kan? Nih, mirip banget ma lo." Seru Naruto lagi tanpa memperdulikan tampang Sasuke yang makin bete.

'Mirip banget sama lo' udah jadi kalimat wajib bagi spesies manapun yang mengemban tugas mencarikan istri bagi Sang Uchiha. Ini merupakan kalimat pamungkas sebab Sasuke merupakan pengikut fanatik dari kepercayaan 'Mirip itu Jodoh'. Maksudnya, presiden Indonesia dan istri aja mirip, babeh dan enyak Sasuke juga mirip. Kurang bukti apa lagi?

Dan mengapa harus Naruto? Sebab Naruto bekerja di biro jodoh. Dia akhirnya memutuskan bahwa melihat manusia berlebay-lebay bersama-sama mas/mbak pacar adalah hal yang terindah di dunia ini dan bahwa durian harus go international.

Sebenarnya Sasuke tidak mau turun serendah ini, sampai di titik di mana ia harus minta tolong pada Dobe. Tapi apa daya. Dia sudah terlalu tua! Padahal dia selalu bercita-cita membangun keluarga sakinah, mawadah, warahmah yang dia rencanakan akan terdiri dari seorang ayah (ya iyalah, memangnya dia mau istrinya poliandri?), seorang ibu (fair play bro, fair play), 35 anak (sebenarnya dia sedih harus menurunkan jumlahnya sampai serendah itu, tapi dia juga kasihan kalo istrinya harus banyak melahirkan) dan 1750 cucu (karena tiap anak akan memberikannya 50 cucu).

Oh, benar-benar membahagiakan!

Tapi apa daya, dirinya sudah terlalu tua! Ia benar-benar menyesali tindakannya yang bodoh! Seharusnya dia nyari jodoh dari zaman dahulu kala dan bukannya begadang nonton Piala Dunia di mana Indonesia sendiri gak masuk-masuk! Oh my God, oh my God. Mudah-mudahan di usianya yang semakin tua dia masih mampu mewujudkan cita-cita mulia ini. Meskipun sebenarnya Sasuke mulai tidak percaya diri. Kata guru Biologynya, semakin tua lelaki semakin sulit mendapat keturunan. Astajim. Semoga ini hanya salah satu hoax dalam sains. Sasuke memang tua, tapi dirinya akan terus berusaha memiliki banyak anak meskipun usianya sudah 17 tahun.

Amin.

Awalnya Sasuke menggebu-gebu mengandalkan Naruto yang katanya -mestinya dia nyadar, inikan hanya 'katanya'- sukses membawa ratusan pasangan ke pelaminan. Tapi, benar kata pepatah, hitam akan terus hitam, Dobe akan terus Dobe. Dia belum juga mendapatkan calon istri meski 27 menit 38 detik telah berlalu.

"Yang ini, nih. Lo liat, mirip banget sama lo. Rambutnya gak hitam, midnight gitu loh. Kulit pucat, satu spesies sama lo lah." Kata Naruto lagi sambil menyodorkan selembar foto.

Kalo boleh jujur, sebenarnya Naruto ogah nyari istri buat Sasuke. Bukannya dia iri kalo ntar Sasuke nikah duluan dan dia jadi bujang lapuk, bukan pula dia ingin mengkhianati persaudaraan mereka, tapi si muka batu ini maunya banyak sekali.

Waktu Sasuke bilang dia pengen kawin, Naruto girang bukan main. Dia bahagia karena Sasuke ternyata normal dan bukannya penderita epilepsi akut seperti yang diisukan koran lokal setempat. Tapi waktu Sasuke bilang ingin 'Istri yang lembut dan enak untuk dikunyah' cengiran Naruto hilang disapu tsunami.

Masa dia harus nanya 'Mbak, temen saya pengen cari istri. Mbak enak buat dikunyah-kunyah gak ya?' Watdefak.

Sasuke memang bukan penderitaa epilepsi, tapi dia harus setuju bahwa Sasuke memang tidak normal.

"Gue gak mau. Yang lain." Jawab Sasuke enteng.

Kening Naruto berkedut. Seumur-umur belum pernah dia merasa kesal karena harus membantu orang yang berkekurangan dan membutuhkan, tapi Sasuke benar-benar tidak tahu berterima kasih "Lo kan belum liat fotonya, liat dulu."

Seandainya ini dunia anime, pengen rasanya Naruto me-rasengan Sasuke.

"Sudahlah, gue bukan tipe yang menilai orang dari fisiknya."

UDELMUSEGIENAM!

Naruto mengepalkan tinjunya. Duh, Gustiiiiii. Sabar… sabar…

Dengan gigi bergemeretuk, Naruto melanjutkan "Liat dulu. Apa yang susah sih dari ngeliat foto?" Tawar Naruto lagi. Ya ampun, untuk perjuangan sekeras ini dia harusnya dicantumkan sebagai salah seorang Pahlawan Nasional.

Sasuke kembali menggerutu, dengan ogah-ogahan dia menyabet selembar foto yang disodorkan Naruto. Ia menatap foto itu lama, setiap detik lembar foto itu makin ia dekatkan ke arah wajahnya hingga hampir menyentuh ujung hidung.

Latar pohon jeruk purut… Fotonya diambil waktu malam… Kulit pucat… Rambut hitam panjang… Pake gaun putih… Mata juga putih…

Twitch.

"Mirip Kuntilanak." Komentar Sasuke datar dan langsung melempar si foto malang (apakah foto ini berasal dari Malang? Masih misteri. Mungkin Kediri, Sidoarjo atau Blitar) ke arah Naruto tanpa prikemanusiaan.

Naruto mengacungkan tinju "Lha? Elu waktu cosplay Curse Seal'kan juga mirip Genderuwo!"

"Ngomong sekali lagi gue potong lidah lo." Sembur Sasuke tajam. Ia teramat sangat tersinggung jika Cosplay kerennya yang telah mendapatkan penghargaan berkali-kali disederajatkan dengan hantu lokal, terlebih lagi dengan jenis yang belum pernah tampil di layar lebar. Kalo kayak Pocong yang merakyat, eksis dan punya film sendiri sih, dia oke-oke saja.

Apa lagi Pocong begitu gencar melakukan promosi dan tampaknya merupakan salah satu dedemit yang memiliki tempat nongkrong paling asyik seperti di bawah pohon mangga atau jambu yang tentunya lebih asyik lagi kalo sambil nge-rujak, serta memiliki komunitas terbesar. Buktinya, kalo ronda lebih sering ada orang yang teriak "Ada Pocoooooong!" dari pada "Ada Genderuwo!"

Ah, Pocong memang cool.

"Gue do'ain gak kawin-kawin lo." Bisik Naruto geram.

Sasuke memilih tidak menjawab, ngomong dengan makhluk sejenis Naruto hanya menguras energy, padahal kata Pemerintah'kan masyarakat Konoha harus hemat energy. Ia menyodorkan sebelah tangan, meminta kandidat lain "Mana?"

Naruto memaki pelan "Yakin lo?"

"Yakin." Jawab Sasuke pasti. Ia tidak akan merubah jawabannya bahkan kalopun ia harus terjun langsung dalam misi merubah Ciliwung menjadi bersih 'Cling!'. Ini keputusan final. Se-final fakta bahwa masalah Lumpur Lapindo dan Century belum selese-selese.

"Yakin lo?" Ulang Naruto "Rugi lo, rugi. Ni anak baek, alim. Wuih, jauh dari cewek-cewek laen." Sambung Naruto macem sales lagi nawarin barang dagangan. Bagaimanapun juga, ini menyangkut hidup-matinya sendiri. Pokoknya Sasuke harus mau sama yang satu ini. Kalo yang ini gak mau juga, Naruto akan memilih untuk langsung membuat surat wasiat dan melakukan hara-kiri. Mencari wanita yang cocok untuk kriteria Sasuke sulit sekali, dan Naruto tidak boleh gagal. Kalau dia gagal, reputasinya hancur. Akan makin sulit baginya untuk jadi Kepala Biro Jodoh.

"Baru Ramadhan, musim orang tobat." Jawab Sasuke sambil lalu.

"E-elo!" Teriak Naruto frustasi. Ini sudah keterlaluan. Benar-benar berbahaya untuk kesehatan mentalnya. Seandainya ia bukan Uzumaki Naruto, pemuda yang begitu menjunjung tinggi arti persahabatan meski sahabatnya bermental bejad, seorang karakter klise hasil karya Mbah Kishi yang bikin anak laki-laki SD-SMP berteriak 'rasengan!' secara bodoh di dalam kelas, pastinya ia akan langsung menggampar Sasuke. Sekaliiiiiiiii saja. Sekali ya, ya, ya, ya? Pwease? Pretty pwease?

Naruto menarik nafas dalam-dalam. Baiklah, ia bukan sekedar pemuda yang begitu menjunjung tinggi arti persahabatan meski sahabatnya bermental bejad, ia juga seorang yang ditakdirkan Mbah Kishi memiliki semangat juang tinggi serta secara ajaib mampu mengembalikan orang-orang yang tersesat selama ribuan tahun kembali ke jalan yang benar hanya dengan pidato singkat (untuk penjelasan lebih lanjut silahkan lihat Hyuuga Neji, Sabaku no Gaara, Stalin, Benito Musoloni, Adolf Hitler, Rian Jagal Jombang, Nordin M. Top, etc) serta begitu bahagia dengan senyum 100000000 watt.

See? Kenapa ia harus menyerah sekarang? Yang perlu ia lakukan hanya mengemukakan hal-hal yang baik dari si cewek, Sasuke menemukan cinta sejatinya dan problem solved. Setelah itu ia bisa kembali memadu kasih dengan ramen.

Tarik nafas panjang "Lo denger ini baik-baik." Tarik nafas lagi "Denger baik-baik, ya." Satu lagi tarikan nafas panjang "Kalo lo gak denger gue—"

"Iya, iya gue denger." Jawab Sasuke asal.

Naruto memaksakan sebuah senyum yang tampak miring. Dia menarik nafas panjang untuk yang kesekian kali, menutup mata lalu berbicara perlahan dengan nada yang dipaksakan tenang "Cewek ini jago masak" Tarik nafas lagi "Jago nyulam, bicara lemah lembut, kulitnya putih, warna rambutnya kayak elo, suaranya merdu, suka bunga, bersifat keibuan…"

Sasuke mulai menguap. Naruto makin makan hati.

"…berkemauan keras, pantang mundur, baik hati, gak sombong, suka menolong…"

Kepala Sasuke jatuh ke samping. Kayaknya ngantuk bener.

"…jago bikin ramuan herbal, kulitnya lembut, wangi, berbakti kepada orang tua, gak pernah dendam…"

Mas-mas jualan sate teriak-teriak. Mata Sasuke kebuka lagi.

"…senyumnya manis, gak mencampuri urusan orang lain, bertenggang rasa, punya banyak kawan dan sedikit musuh, cinta kebersihan…"

Sasuke mulai ngeliatin jam.

"…giginya putih, rajin menabung, rajin banget kalo piket, nggak banyak omong, setia…"

Sasuke nguap lagi "Dobe, gue pulang, ya. Mending nyari di biro jodoh lain."

Dan Sasuke ngeloyor pergi.

Naruto berteriak tertahan "TUNGGU! DIA JUGA ANAK ORANG KAYA! AYU TO THE MAX! SAYANG KELUARGA! CINTA LINGKUNGAN! MENG-ELU-ELUKAN GO GREEN!"

Sasuke telah menghilang di balik pintu. Naruto makin histeris. Seluruh tubuhnya gemetar "CEWEK INI SAYANG ANAK, SAS! KALO MASAK GAK PERNAH PAKE MSG! BERJIWA NASIONALIS! DIA PENURUT! JADI ELO BISA NYURUH-NYURUH APA SAJA! DIA JUGA BUKAN PENGADU! JADI KALO ELO MELAKUKAN KDRT DIA GAK BAKALAN LAPOR POLISI! SASUKE! WOI! SASUKEEEEE!"

Tapi Sasuke telah hilang musnah. Ia sudah gagal sebagai seorang agen biro jodoh. Bagaimana mungkin ia menjadi pemimpin biro jodoh bila menemukan seseorang untuk sahabatnya saja ia tidak bisa? Ini benar-benar noda hitam di karirnya. Ini benar-benar memalukan. Bagaimana mungkin ini bisa terjadi?

Naruto jatuh berlutut, menutup wajah dengan dengan kedua telapak tangannya. Jangan-jangan Sasuke pergi ke biro jodohnya Orochimaru. O em Ji.

"Dia itu sekelas dengan gue waktu SD, Sas… Gue tahu dia kayak apa." Naruto meratapi kegagalannya, masih dalam nada putus asa yang menyayat hati "Lo nggak pernah mau denger apa kata gue… Dia itu'kan anaknya Presiden Hyuuga Corp, sudah pasti kaya…" Setitik air mata jatuh "Apa lagi bokapnya itu saudara kembar Hyuuga Hizashi yang ju—"

"Kenapa gak lo bilang dari tadi?"

Naruto terlonjak, lupa akan segala adegan penuh derai air mata dan menatap Sasuke yang tampak bahagia dan berbinar-binar. Ia kembali berdiri dan sedikit merinding. Perasaan tadi Sasuke nun jauh di mato, deh.

Ini pertama kalinya Sasuke se-OOC itu. Ia memang bahagia jika sahabatnya bahagia tapi tidak menyangka bahwa Sasuke yang bahagia ternyata terlihat mengerikan.

Naruto tiba-tiba tersadar "Sasuke, gue nggak nyangka ternyata lo cowok matre. Hanya karena dia anak orang kaya lo jadi mau sama dia."

"Bukan itu." Sasuke terkekeh mengerikan "Gue pengen punya 35 anak. Tapi kalo istri gue punya garis keturunan kembar, do'i bisa melahirkan DUA sekaligus'kan? Berarti gue bisa punya 70 anak!"

Sasuke tertawa nista.

Naruto tertawa gugup.

Nucking Futs.

"~"

"~"

"~"

"Mbak, saya benar-benar maaf untuk yang kemarin. Tapi saya rasa Mbak bakal cocok dengan klien kami yang satu ini."

Hinata mengerjap menahan air mata yang berbondong-bondong pengen meler. Sedikit terisak, Hinata menganggukkan kepala. Mengapa dia tidak bisa jadi kuat? Mengapa ia harus menangis bahkan untuk hal-hal paling kecil sekalipun? Ia menangis waktu Planet Pluto say good bye, ia menangis waktu pohon cabe di depan rumahnya 'meninggal dunia' dan dia juga menangis ketika wali kelasnya menjadi wali kelas di kelas lain.

"T-tidak apa-apa." Jawab Hinata melankolis sambil mencengkeram roknya. Habisnya dia bisa bilang apa lagi? Sebenarnya Hinata pengen bilang 'Itu melanggar HAM! Tak ber-perikemanusiaan!' tapi dia tidak sanggup.

Ini sudah tepat satu tahun Hinata bergabung dengan biro jodoh. Hinata pengen kawin muda, punya banyak anak, masak untuk keluarga, nyuci baju suami dan tentu saja suami yang mencuci baju istri.

Seperti kata Ayah: Semua harus adil.

Hinata bahagia bisa bertemu dengan pangeran pujaannya beberapa bulan yang lalu –meskipun si pangeran ternyata kere-, bahagia bisa makan di luar bersama –di pedagang kaki lima, maksudnya- bahagia ketika si pangeran memberikan kata-kata pujian –yang sebenarnya hasil copy paste- dan bahagia pula dapat pulang semobil –meskipun itu mobil Hinata sendiri-

"Aku ingin kita menikah. Aku cinta padamu, Hinata! Hampa rasanya hati ini jika kau tiada. Kau matahari di siangku, bulan di malamku, bidadariku! Air di gersangku, cahaya di gelapku, cintaku!"

Dan kalimat terselubung lain:

Uang di masa kereku.

Walaupun tahu bahwa kalimat klise itu adalah hasil copas mentah-mentah dari salah satu sinetron kacangan, Hinata tetap berbunga-bunga. Dengan air mata trademarknya Hinata mengutarakan iya dan merekapun berpelukan ala teletubbies.

Tak sampai seminggu si mas pengeran kere mengumumkan "Pernyataanku waktu itu aku ralat. Kita gak nikah. Kamu pendek, sih."

Dan Hinata benar-benar membuat bangga dirinya sendiri dengan berteriak 'BAJINGAN!' yang disusul dengan sebuah tendangan tepat di selangkangan yang diajarkan Kak Neji.

Si pangeran kere masuk RS.

Tak dapat disangkal, Hinata benar-benar sakit hati. Ia memang satu-satunya yang err… tidak cukup tinggi di keluarganya. Ayahnya tinggi menjulang, 192 cm. Begitu pula dengan Kak Neji yang mencapai, 194 cm. Bahkan Hanabi yang lebih muda 2 tahun darinya saja dapat mencapai 170 cm. Sementara Hinata yang berusia 17 tahun hanya mencapai 145 cm.

Kata Ayah, ini dikarenakan Ibu yang –menurut bahasa sang ayah- mungil dan imut-imut. Katanya Ibu juga tidak begitu tinggi.

Hinata mengagumi Ibunya yang mampu hidup di tengah tekanan. Menjadi orang yang tidak tinggi, mungil, imut, baik hati, ramah dan tidak sombong di tengah para raksasa bengis yang nampaknya menganut paham kanibalisme bukanlah hal yang mudah, sungguh.

Belum lagi para raksasa yang mendominasi dunia ini terlihat begitu tidak indah jika disorot dari bawah. Entah mereka menyadarinya atau tidak, tapi bagi orang-orang tidak tinggi seperti Hinata yang harus terus-menerus menyorot dari bawah, penampakan mereka kadang bikin sweatdropped kadang bikin muntah dikarenakan letak ketiak mereka yang strategis. Maksudnya, kalo Hinata berdiri dekat-dekat raksasa'kan daerah ketiak mudah dijangkau, tuh. Azab Ilahi.

Karena itu, bagi-para-raksasa-yang-mendominasi-dunia, tolong periksakan kesehatan ketek Anda.

Meskipun begitu, Hinata bersyukur karena para raksasa di rumahnya imut dan manis semua. Oke, Hinata tidak akan menggunakan kata 'raksasa' lagi. Terdengar terlalu kasar. Sebenarnya Hinata memang tidak pernah menggunakan kata 'raksasa', hanya saja pengalamannya dengan si raksasa mas pengeran kere membuatnya agak terguncang.

Hinata suka memanggil orang-orang kelebihan hormon dengan pet name 'beruang'. Kyaaaa! Cute'kan? Beruang memang cute!

Hinata punya 3 beruang di rumah: Papa Beruang, Kakak Beruang, Adik Beruang. Sayangnya ketiga beruang menolak untuk dipanggil demikian dengan alasan merusak pendengaran. Hinata jadi sedih. Padahal dia selalu membayangkan meneriakkan kalimat berikut saat pulang sekolah:

"Papa Beruang, Kelinci pulang!"

Hinata menempatkan dirinya sebagai kelinci karena mau usaha kayak bagaimanapun ia tidak terlihat seperti beruang. Kadang-kadang Hinata ngeri sendiri membayangkan seekor kelinci yang tinggal bersama 3 beruang. Kalo menurut hukum alam, Hinata sudah dijadikan sarapan sejak zaman kompeni.

Tidak apa-apa, Hinata sumringah. Ia tinggal bersama beruang baik. Beruang baik tidak akan mengganggu kelinci-chan. Beruang baik adalah herbivora sejati.

"Lihat yang ini, Mbak Hinata." Sambung si agen biro jodoh di sela-sela lamunan Hinata "Uchiha Sasuke, 17 tahun, pelajar, hobi membaca, mendambakan istri yang lemah lembut dan enak diku…" Kurang ajar. Siapa pula ini yang iseng ngerubah biodata klien? "…enak diajak bicara."

Hinata masih menunduk. Ia agak takut untuk memulai lagi. Bagaimana jika masalah tinggi badan diungkit kembali? Tapi Hinata masih pengen kawin muda dan punya keluarga besar yang harmonis. Apa karena kegagalan sekali ia harus mundur selamanya?

Tidak, Hinata memutuskan. Jika ternyata dia juga bajingan, Hinata bisa kembali meluncurkan tendangan selangkangan no jutsu.

Yang lebih keras.

"Mbak?"

Hinata mengangkat wajahnya dan tersenyum malu-malu, pipinya agak memerah "Uhm.. Maaf. Uchiha Sasuke, pelajar?"

Yang ditanya mengangguk pasti "Positive."

Pelajar, mana laki-laki lagi. Kalo perempuan Hinata masih bisa mengerti, tapi kalo laki-laki'kan nanti bakalan jadi suami, ayah, sumber uang, TKI mendadak, tukang ledeng, tukang service barang-barang elektronik, kuli bangunan, etc, dsb, dll. Apa ia bisa? Kerjaan juga belum tetap. Tanggung jawab kepala keluarga'kan besar, apa bisa ia menanggung semua itu? Ah, dasar laki-laki. Pasti tidak memikirkan semua itu sebelumnya.

"Kalau bisa, saya pilih yang lain saja…" Balas Hinata pelan.

"Mbak Hinata serius?" Pertanyaan balik dilontarkan. "Menurut saya Anda dan Uchiha ini lumayan mirip, lho. Kalau bukan dari matanya Anda berdua bisa disangka saudara. Kata orang tua, mirip itu jodoh. Yah… siapa tahu, Mbak."

Hinata mengelus punggung tangannya dalam gesture gugup. Ia harus mengakui bahwa dirinya dan Uchiha-san ini memang lumayan mirip. Tadinya ia sempat berpikir bahwa mereka mungkin ada hubungan keluarga, tapi sepertinya tidak mungkin.

Di luar mirip tidaknya ada banyak hal yang membuat dia tak ingin mengarungi bahtera rumah tangga bersama pria itu.

1. Uchiha-san ini kerjaannya cuman bisa cemberut. Dari 57 foto yang disodorkan semuanya bertampang gahar nan sadistik. Mungkin dia preman pasar Senen.

2. 57 foto. Ini menunjukkan bahwa Uchiha Sasuke ini adalah seorang gifo alias gila foto. Kemungkinan besar juga narsis. Hinata tidak mau memiliki suami narsis, ini bisa menghacurkan foto-foto pernikahannya nanti. Namun Hinata bersyukur sebab tidak ada foto di mana Uchiha-san menggembungkan pipi dengan pose –sok- cute. Now, that would be creepy.

3. Di salah satu fotonya Sasuke bertubuh hitam, rambutnya panjang, mata merah, bahkan bibir juga hitam, dia jadi mirip…

"Genderuwo." Tanpa sadar Hinata bergidik ngeri. Semua orang juga tahu, Hinata paling lemah dengan segala hal berbau horror. Ya, dengan yang berbau horror saja dia takut, apalagi yang nyata-nyata terlihat horror?

"Eh? Genderuwo? Apanya yang Genderuwo, Mbak?" Tanya 'malaikat cinta' bingung.

Hinata tersenyum malu. Malaikat cinta tersenyum maklum.

"Yang pasti Mbak Hinata, menurut saya Anda berdua muke jodoh. Apalagi setahu saya Uchiha-san ini punya cerita hidup yang lumayan mirip dengan Anda." Malaikat cinta berseru antusias "Yang saya dengar, Sasuke punya kakak yang pandai. Kakak sepupu Anda juga pandaikan, Mbak?"

Meski bingung, Hinata tetap mengangguk. Ia tidak tahu apa hubungannya antara jodoh dan kakak pandai.

"Dia juga punya Ayah yang cool seperti ayah Anda. Eh, bukan cool, maksud saya dingin." Malaikat cinta menggaruk kepalanya dalam gerakan berpikir "Tapi cool'kan dingin. Dingin itu cool, jadi yah kurang lebih seperti itu!"

Hinata terdiam. Ternyata dirinya dan Sasuke punya beberapa kemiripan. Pasti menyenangkan jika dapat bertemu dengan orang yang telah melalui hal yang sama dengan dirinya. Tapi mengingat ke tiga point yang telah ia sebutkan, apakah ini bijaksana?

Nanti mungkin Sasuke akan mengungkit-ungkit masalah tinggi badannya. Berpikir begitu, air mata Hinata mengancam akan tumpah. Tinggi badan, tinggi badan… Bikin susah saja.

Atau mungkin Sasuke juga tidak tinggi? Kalau begitu'kan… semua mungkin akan berjalan lancar. Atau mungkin harus ia tanyakan?

"Uhm… Ibu Tsunade." Tanya Hinata dengan pipi super merah "Kalau boleh saya tahu, berapa ya… ehem, tinggi badan dari Sasuke?"

Tangan Hinata mulai gemetar.

"Huh?" Tsunade memiringkan kepalanya, bingung dengan pertanyaan Hinata. Tak berapa lama cengirannya mengembang. Ia menepuk pundak Hinata keras sebagai pemberi semangat lalu tertawa kecil dengan mata berbinar-binar. Ah, para wanita memang sering malu-malu.

"Jangan khawatir, Mbak Hinata." Tsunade tertawa "Sasuke cukup tinggi, kok! 194 cm. Ingin mencoba memperbaiki keturunan heh, Mbak?"

Dan tangis Hinata pecah.

"~~"

"~~"

Kalimat bijak hari ini:

"Emaaaaaak! Saya pengen kawin!"

"~~"

"~~"

T B C . . .

Bersambung sampai… sampai ada yang menyuruh untuk menyambung *digeplak readers; emang itu tujuannya multichap!* Ha-ha-ha! *tawa ala Squidward*

Yo, Readers!:

OOT:

Ada yang udah lihat mamanya Hinata? Mamanya Hinata muncul! OMG, sekarang Ava tahu darimana rambut biru, Hinata. Tapi matanya gak keliatan, jadi gak tahu juga mamanya Hinata Hyuuga ato bukan. Masalahnya semua Hyuuga'kan beda, tuh==a Terus jurus Hinata yang terbaru, Twin Lion Fist juga keren banget! *peluk2 Hinata*

Salam,

Ava : )