Disclaimer : Bleach © Tite Kubo

Rate : T

Genre: Romance, Drama, Hurt/Comfort, Friendship, Humor

Pairing : Ichigo x Hitsugaya

Spoiler Warning : Alternate Universe (AU), OOC-minimalisir, Shounen-ai, Semi-Yaoi, maleXmale, Don't like Don't read!

Summary: Hitsugaya yg sudah lulus dari SMA-nya berniat masuk ke kampus Ichigo. Ichigo tentu saja senang. Karena bisa melihat Hitsugaya di kampusnya. Hingga di pertemuan para mahasiswa baru Hitsugaya terbelalak tidak percaya dengan apa yg dilihatnya...

.

Fic sekuel dari "First Kiss". Dan sebuah permintaan dari Mimi Hinamori dan Haruno Arina. Enjoy, sister's!

.

.


First Love

.

Chapter 1


.

.

Hitsugaya ternganga. Di depannya berdiri beberapa mahasiswa baru yang entah dari fakultas mana. Gila! Banyak banget! Batinnya dalam hati. Sekarang ini dia sedang berada di kantor pusat universitas yang akan dimasukinya. Setelah dua hari yang lalu mengurus segala pembayaran untuk masuk ke fakultas yang dipilihnya. Hari ini dia harus melihat dimana nomor dan tempat ujian masuknya. Dan, sumpah! Orang-orang yang bekerja di kantor pusat ini kejam banget! Masa mereka nempel nama dan nomor semua mahasiswa baru di whiteboard yang bisa dikatakan kecil. Apalagi letaknya ditaruh ditengah kerumunan orang-orang yang pengen ngeliat. Hitsugaya menarik napas panjang. Bakal nggak abis-abis orang yang ngeliat papan itu kalau dirinya cuma berdiam diri.

Cowok mungil itu berusaha menerobos kerumunan di depannya. Sayangnya nggak berhasil. Dirinya malah terdorong ke belakang saking banyaknya orang. Sial! Umpatnya. Cowok mungil itu mendengus kesal.

Tidak jauh dari tempat Hitsugaya berdiri. Dibelakangnya ada seseorang yang memperhatikannya sejak tadi sambil tersenyum tipis. Dilangkahkan kakinya kearah kerumunan itu dengan langkah lebar.

"Minggir semuanya!" bentak orang itu keras. Suasana yang ramai itu tiba-tiba hening total. Semua kepala memandang orang itu. Tak ayal juga Hitsugaya. Rambut orange-nya yang mencolok serta tubuhnya yang tinggi tak ayal membuatnya jadi pusat perhatian.

Hitsugaya tertegun. Apa yang dilakukannya disini? Bukannya ada kuliah, gumam Hitsugaya dalam hati.

Sudut bibir Ichigo terangkat sedikit. Diterobosnya kerumunan itu dengan kasar. Mau tidak mau semuanya membuka jalan untuknya. Begitu Ichigo sampai di depan whiteboard di lihatnya nama seseorang dengan teliti. Setelah mendapat yang dicarinya. Ditolehkan kepalanya ke belakang memandang Hitsugaya yang masih terdiam.

"Nomor ujian lo sepuluh. Tempat ujiannya di fakultas MIPA. Jam Sembilan pagi besok, Toushiro," ujar Ichigo panjang lebar. Dihampirinya cowok mungil itu. Para mahasiswa baru yang berkerumunan itu ternganga. Gila! Enak banget cowok mungil itu. gumam para kerumunan itu. "Ayo! Gue anterin ke tempat ujian lo itu. Lo pasti belum tahu, kan?" kedua alis Ichigo terangkat. Hitsugaya menggeleng cepat.

"Anu… Arigatou, Kurosaki…" ucap Hitsugaya dengan pelan. Semburat merah terlihat di kedua pipinya. Kalau nggak ada Ichigo, pasti dia bakal berdiri kayak orang bego karena nggak bisa ngeliat nama di papan itu.

Ichigo tersenyum. Digenggamnya tangan Hitsugaya lembut dan membawanya pergi dari tempat itu. Meninggalkan para kerumunan yang mengerjapkan mata tidak percaya.

.

.

.

"Disini fakultas MIPA," Ichigo menghentikan motornya tepat di depan fakultas itu.

"Oh…" Hitsugaya memandang fakultas itu. Besar dan banyak pohon yang menggelilinginya. "Kau tidak masuk kuliah, Kurosaki?" tanyanya sedikit heran.

"Dosennya nggak masuk," jawab Ichigo sambil mengedarkan pandangannya di area fakultas itu.

"Oh…"

"Sudah makan?" Ichigo menoleh ke jok motor belakang.

"Sudah."

"Sudah belajar untuk ujian besok?"

"Iya. Sebentar malam tinggal baca-baca lagi."

"Kemarin malam tidurnya nyenyak?"

"Apaan sih!" seru Hitsugaya sedikit sebel dengan pertanyaan beruntun Ichigo. Ichigo tertawa geli melihat muka cemberut Hitsugaya.

"Besok gue nggak bisa nganterin lo. Ada kuliah pagi," kata Ichigo sambil memakai helm dan menyalakan motornya.

"Iya. Nggak apa-apa," Hitsugaya mengangguk paham. Soalnya sejak dia dengar dari Renji, Ichigo itu jarang err… lebih bagus dikatakan nggak pernah masuk kuliah karena sikapnya yang malas. Akhirnya dia ceramahin deh. Soalnya sudah ngeluarin uang untuk masuk kuliah tapi nggak pernah masuk, itu sama saja buang-buang uang. Setelah diceramahi, akhirnya pikiran Ichigo terbuka. Diturutinya permintaan sang pacar.

Motor hitam Ichigo akhirnya meninggalkan tempat itu yang sengaja dilarikannya dengan kecepatan tinggi.

.

.

.

Keesokan paginya…

Hitsugaya menyapu pandangannya di ruangan ujian itu. belum ada siapa-siapa. Jelaslah. Soalnya dia datang satu setengah jam sebelum ujian dimulai. Satpam yang menjaga fakultas saja kaget dengan kedatangan Hitsugaya yang bisa dikatakan kepagian itu. Yah…daripada terlambat. Lebih baik datang kepagian kan?

Dihampirinya salah satu kursi yang terletak di bagian belakang dan mendudukinya. Dikeluarkannya HP-nya dari saku celana panjangnya. Dirubahnya menjadi silent. Diambilnya buku dari dalam tas. Kemudian membuka dan membacanya.

.

.

.

Hitsugaya memaki dalam hati. Bisa-bisanya ujian baru dimulai jam stengah satu siang. Gila! Empat jam lebih dia duduk di kursi dengan aura sangat kesal. Kalau tahu begini sekalian datang terlambat saja tadi.

Ruangan yang kosong itu mulai terisi para mahasiswa baru. Lima belas menit kemudian. Para pengawas ruangan itu masuk sambil menenteng kertas-kertas ujian.

Setelah memberikan penjelasan tentang cara pengisian. Para mahasiswa baru itu mulai mengerjakan dengan serius. Hitsugaya memandang datar kertas ujian ditangannya. Ck! Soalnya kacangan semua. Diisi dengan mata tertutup pun dia bisa mengerjakannya.

.

.

.

Setelah mengumpul soal ujian di depan. Hitsugaya melenggang keluar ruangan dengan santai. Para mahasiswa baru di ruangan itu memandangnya cengo. Gila, man! tidak sampai satu jam tuh cowok mungil sudah kelar? Gumam mereka dalam hati.

Hitsugaya menuruni tangga dengan sedikit berlari. Gerutuan dan umpatan kesal keluar dari mulutnya. Perutnya keroncongan minta diisi. Kalau tahu ujiannya mulai siang. Lebih baik tadi dia cari makan dulu.

Setelah keluar dari fakultas itu. Hitsugaya berjalan cepat tanpa melirik kiri-kanan-belakang. Cuaca siang yang panas membuatnya tambah menggerutu.

Tiba-tiba sebuah motor menghampirinya. Hitsugaya menoleh ke sang pengemudi.

"Hey! Gue disuruh Ichigo nganterin lo pulang," sapa Renji sambil menjelaskan tujuannya.

"Nggak usah. Gue bisa pulang sendiri kok," tolak Hitsugaya cepat.

"Tega banget sih! Gue bakal di tonjok Ichigo nih kalau nggak nganterin lo sampai di rumah dengan selamat," ujar Renji dengan muka lesu. Hitsugaya ternganga.

"Kok…?"

"Nih!" Renji mengulurkan helm yg dibawanya. Diacuhkan pertanyaan Hitsugaya tadi. Hitsugaya terpaksa menerimanya.

"Lo nggak kuliah, Abarai?" tanya Hitsugaya setelah duduk di jok belakang.

"Baru kelar," jawabnya singkat.

"Kurosaki?"

"Masih ada jam kuliah. Dia kontrak matakuliah yang nggak lulus karena nggak pernah masuk," ujar Renji.

"Oh. Bagus deh," Hitsugaya tersenyum tipis. Ternyata Ichigo sudah mulai serius kuliah karena mendengar ceramahnya.

"Pegangan ya. Kalau elo sampai kenapa-napa. Gue yakin 100% nyawa gue bakal melayang di tangan Ichigo," Hitsugaya tersenyum geli mendengarnya. Parno banget si Renji! Dilingkarkannya kedua tangannya di pinggang Renji.

"Sudah?" Renji menoleh ke belakang.

"Ya."

.

.

.

Seminggu kemudian Hitsugaya mendapat kabar dari fakultas yang dipilihnya. Fakultas Hukum. Nama mahasiswa yang baru akan keluar di Koran besok.

Besoknya Hitsugaya mengecek namanya di Koran yang dibelinya. Dan…well! Dia diterima. Namanya berada di peringkat pertama dengan nilai yang sangat tinggi. Dibacanya dengan teliti koran itu. ternyata yang masuk di Fakultas Hukum sangat banyak. Hampir 700 orang lebih. Fakultas Hukum menempati posisi pertama sebagai fakultas yang dimasuki banyak mahasiswa. Peringkat kedua diisi dengan fakultas ekonomi dengan jumlah 550 orang. Peringkat ketiga tekhnik dengan jumlah hampir sama dengan ekonomi 500 orang. Sisanya fakultas-fakultas lain 300 orang ke bawah. Bahkan ada salah satu fakultas yang mahasiswa barunya hanya 10 orang, coy! Mungkin karena kurang berminat di fakultas itu.

Hitsugaya menarik napas panjang. Dengan begini tinggal menunggu informasi dari fakultasnya lagi.

.

.

.

"Tadaima…" ujar Hinamori. Dilangkahkan kakinya ke dalam rumah. Sebentar siang dia ada mata kuliah. Ngaret banget jam kuliahnya. Bikin ngantuk saja. Dilihatnya Hitsugaya duduk di sofa depan TV sambil menganti channel acara terus-terusan. "Shiro-chan…" panggilnya agak keras.

Hitsugaya menoleh dan menatap Neesannya itu. "Apa?"

"Lo nggak ke kampus?" kedua alis Hinamori mengerut heran.

"Belum ada pemberitahuan dari kampus," jawabnya sambil menoleh ke TV dan mengganti channel lagi.

"Di kampus para mahasiswa baru sudah pada ngumpul tuh sejak jam delapan pagi tadi," ucap Hinamori ringan sambil berjalan ke arah kamarnya.

Hitsugaya tersentak kaget. "APA!" teriaknya nggak percaya.

Hinamori meringis geli melihat wajah Hitsugaya yang mulai pucat. "Neesan nggak bercanda, kan?" ucapnya dengan suara pelan.

"Ngapain juga gue bohong. Gue lihat pakai mata dan telinga nih!"

"Kenapa nggak beritahu gue lewat SMS atau telpon?"

"Pulsa abis!" jawab cewek bercepol satu itu enteng.

"Setidaknya pinjam HP teman dong!" seru Hitsugaya kesal.

"Nggak kepikiran tuh!"

Hitsugaya menggeram, "Nggak punya perasaan banget sih lo Neesan,"

"Daripada lo banyak bacot lebih baik pergi ke kampus sana. Besok sudah ospek," ditariknya napas panjang. "Mungkin hari ini mereka bakal beritahu apa-apa saja yang akan dilakukan besok,"

"SIALAN~!" seru Hitsugaya kesal sambil berlari ke kamarnya untuk bersiap-siap pergi.

Hitsugaya cepat-cepat mengganti bajunya. Diliriknya jam yang tertempel di dinding kamarnya. Sudah jam dua belas lewat. Yeah! Dia sangat terlambat. Disambarnya HP-nya diatas meja. Dinyalakan HP-nya yang baru selesai di chars. Ada satu SMS masuk. Untuk kesekian kalinya Hitsugaya mengumpat kesal. SMS itu berisi pemberitahuan tentang mahasiswa baru.

.

.

.

Hitsugaya celinggukan mencari tempat pertemuan para mahasiswa baru. Akhirnya diberanikan dirinya untuk bertanya kearah kerumunan mahasiswa yang sedang duduk.

"Gomen, boleh tanya?" sapanya was-was.

Salah satu cowok yang duduk di kerumunan itu menoleh dan menatap Hitsugaya. "Ya. Ada apa?" dilihatnya Hitsugaya dari ujung kaki sampai ujung kepala. Beberapa temannya bersiul menggoda melihat cowok mungil itu.

Hitsugaya sebenarnya pengen lari dari tempat itu. tapi sudah terlanjur. "Tempat pertemuan mahasiswa baru dimana?"

"Dilantai 3 gedung atas sana," cowok itu menunjuk salah satu ruangan dari tempat duduknya. Hitsugaya melihat kearah yang ditunjuk. "Kau mahasiswa baru, ya?" Hitsugaya mengangguk. "Pertemuannya sudah dari tadi. Lebih baik ke sana cepat,"

Hitsugaya mengangguk lagi. "Arigatou," ucapnya. Sambil pergi ke ruangan yang ditunjuk tadi.

.

.

.

Hitsugaya menelan ludah paksa. Ruangan di hadapannya sudah penuh dengan para mahasiswa baru. Dan pandangan semua orang tertuju pada dirinya. Salah satu cewek yang berdiri di samping pintu menghampirinya. Rambut hitamnya pendek tomboy. Di lehernya tergantung sebuah kartu yang tertulis 'Anggota'. Bisa diketahui kalau dia salah satu Senior yang menjadi panitia Ospek besok.

"Mahasiswa baru?" tanyanya heran dan surprise. Hitsugaya mengangguk. Sudut bibir cewek itu terangkat. "Pergi ke depan sana!" serunya pedas. Hitsugaya mengangguk patuh lagi. Cowok mungil itu berjalan kearah meja di depan ruangan itu. Para mahasiswa baru di ruangan itu mengikutinya dengan pandangan tidak percaya. Gila! Jam segini baru datang? Pantas dikasih jempol, man!

"Woy! Cepetan kemari!" seru salah satu cowok yang berdiri di samping meja. Hitsugaya terkesiap. Dilangkahkan kakinya cepat.

Para Senior yang berdiri di depan memandangi Hitsugaya dari ujung kaki sampai ujung rambut.

"Kenapa jam segini baru datang?" bentak salah cowok yang meneriakinya tadi. "Lo nggak baca SMS pemberitahuan itu?" nada suaranya terdengar sangat galak.

"Gomennasai… saya baru membacanya jam dua belas tadi," ucap Hitsugaya jujur. Semua mata para mahasiswa baru yang sedang duduk di lantai ruangan itu terbelalak tidak percaya. Terdengar koor suit-suitan dari para Senior cowok dan tepuk tangan meriah dari para Senior cewek.

"Bagus banget lo! Kenapa nggak dibaca sebentar malam saja sebelum tidur!" kedua alis cowok itu terangkat tinggi. Hitsugaya menundukkan kepalanya. Kalau sudah begini dia nggak bisa membela diri lagi.

"Shawlong…" panggil seseorang. Cowok berkepang satu dibelakang yang sedang memarahi Hitsugaya menoleh. Ditatapnya cowok berambut biru muda yang duduk dibalik meja panjang di belakangnya. "Minggir!" cowok berambut biru itu melompati meja didepannya. Dan berdiri tepat persis di depan Hitsugaya. Shawlong mundur ke tempat duduknya.

"Angkat kepala lo!" perintahnya. Hitsugaya mengangkat mukanya. Mata biru muda cowok itu memandangnya tajam. Suasana di dalam ruangan itu kontan senyap. Sebuah tali berwarna biru tua tergantung di lehernya. Dan sepertinya itu kartu namanya. Bisa terlihat dari beberapa Senior yang memakai gantungan nama seperti cewek berambut tomboy tadi. Sepertinya cowok berambut biru muda itu sengaja menyembunyikan kartu namanya dibalik baju.

"Siapa nama lo?" Tanya cowok itu datar.

"Hitsugaya Toushiro," jawab Hitsugaya. sedikit bergidik melihat tatapan cowok itu semakin tajam. Cowok itu merendahkan wajahnya.

"Lo tahu sanksi buat yang terlambat?" Hitsugaya menggeleng pelan sambil memundurkan kepalanya karena jarak wajah cowok itu sangat dekat. "Push up 100 kali!" teriaknya sambil tersenyum lebar. Hitsugaya menelan ludah susah payah. "Jangan cuma diam. CEPAT!" bentaknya keras. Hitsugaya tergelak. Baru saja dia ingin menurunkan tubuhnya. Satu siulan keras membuatnya terhenti. Semua pandangan semua yang ada di ruangan itu menoleh kearah siulan. Ichigo dan teman-temannya – Renji, Hisagi, Chad, Ikakku dan Yumichika – berdiri di ambang pintu ruangan itu. Ichigo menghampiri meja panjang yang terletak di dalam ruangan itu. Di depan ruangan itu banyak beberapa anggota yang memang panitia Ospek. Dibelakangnya Renji dan lainnya mengekor.

Hitsugaya kaget. Kenapa si Kurosaki bisa datang kesini? Apa dia juga salah satu panitia Ospek? Gumamnya dalam hati.

Ichigo melewati Hitsugaya yang berdiri dengan santai. Seakan cowok mungil itu tidak terlihat di hadapannya. Dan itu tentu saja membuat Hitsugaya heran.

Dengan satu gerakan Ichigo menaiki meja panjang itu dan berdiri diatas meja. Diedarkan pandangannya ke seluruh ruangan. Para mahasiswa baru memandangnya sedikit cengo. Ichigo menarik napas panjang.

"Berapa jumlah mereka, Grimmjow?" Ichigo menoleh ke cowok berambut biru yang berdiri di depan Hitsugaya.

"Tujuh ratus lebih," Ichigo mengangguk. Diliriknya Hitsugaya yang sedang menatapnya.

"Kenapa dia?" Ichigo menunjuk Hitsugaya dengan dagunya.

"Terlambat!" ucap Grimmjow ketus. Kedua alis Ichigo terangkat tinggi. Dia tertawa dalam hati. Renji dan keempat temannya tersenyum geli. "Gue kasih sanksi untuk push up,"

"Whatever…" ujar Ichigo ringan. Dialihkan pandangannya lagi kearah para mahasiswa baru. Hitsugaya tentu saja membelakkan matanya. Apa ini Kurosaki? Batinnya tidak percaya. Kenapa dia berlagak kayak nggak kenal begitu?

"Jangan cuma bengong. Cepat push up!" seru Grimmjow kuat-kuat.

Mau tidak mau Hitsugaya menuruti perintah Seniornya itu. Setelah seratus kali push up. Hitsugaya disuruh duduk di barisan paling depan.

Apa Kurosaki juga anggota panitia? Gumam Hitsugaya dalam hati. Dilihatnya Ichigo yang sedang duduk diatas meja sambil menopang kedua tangannya diatas meja.

"Dengarkan info gue. Karena gue nggak bakal ngulangin kata-kata gue lagi," kata Ichigo. Ditatapnya satu persatu wajah mahasiswa baru yang duduk di hadapannya.

"KALIAN DENGAR ITU! DENGARKAN KETUA PANITIA OSPEK KITA!" teriak Renji yang sedang bersandar di dinding dengan kedua tangan yang terlipat di depan dada.

Wajah-wajah kaget terlihat di para mahasiswa itu. Tak ayal juga dengan Hitsugaya. Kurosaki… ketua? Trus cowok berambut biru muda yang bernama Grimmjow itu siapa? Beberapa pertanyaan berada di pikiran Hitsugaya. Ditatapnya Ichigo dengan pandangan tidak percaya.

"Jam lima pagi besok. Berkumpul di area kampus dengan memakai semua barang yang tertempel di papan pengumuman di bawah," Pandangan Ichigo tertumbuk kearah Hitsugaya. Senyum tipis terukir di bibirnya. "Yang terlambat. Bakal ada hukuman. Kalian paham?" seru Ichigo dengan suara yang bisa terdengar sampai di barisan belakang. Semua mahasiswa mengangguk mengerti.

"Hari ini silahkan kalian hirup udara kebebasan. Karena selama tiga hari kedepan hidup kalian bakal berada seperti di neraka!" Kalimat Ichigo itu kontan membuat para mahasiswa baru menelan ludah paksa. Mereka dengar info. Katanya Ospek di fakultas Hukum ini memang sangat ekstrim dari fakultas-fakultas lain. Mau bagaimana lagi. Karena ada istilah yang mengatakan 'Lex dura, sedtamen scripta' (*).

.

.

.


To be continued…


Ket :

(*) artinya Hukum itu keras, tapi begitulah bunyinya. Dapat dari salah satu bahan ajar saya waktu semester 1.