Naruto © Masashi Kishimoto
.
Drabble Naruto chap 113, Out Of Character, pendek, ngaco
Don't like, don't read
.
Just for fun!
.
..
…
Sasuke masih bergeming di tempat. Ia menatap kesal bulatan pasir besar di depannya. Itu Gaara. Laki-laki itu berhasil menutupi seluruh tubuhnya dengan pertahanan pasir yang padat dan tidak bisa ditembus sama sekali. Jadi ini, yang dinamakan dengan pertahanan sempurna?
Hm. Tapi bukan Sasuke namanya kalau kehilangan ide begitu saja. Pemuda Uchiha itu langsung berlari ke arah Gaara dan menyarangkan sebuah tendangan bertubi-tubi pada pasir tersebut—tidak berhasil. Sasuke mencoba lagi. Kali ini dia menggunakan gergaji listrik—yang entah didapatnya dari mana—untuk menghancurkan pertahanan Gaara.
"Heaaa…"
Nguuung nguuung
Tapi tetap tidak bisa tembus juga. Sasuke tidak putus asa sampai di situ. Akhirnya dia menggunakan kapak, memukul-mukul pasir tersebut dengan batu-bata, mencakar-cakar dengan kukunya, mengguyurnya dengan air, membakarnya dengan elemen api Goukakyuu no jutsu dan terakhir, melemparinya dengan granat, yang sukses membuat penonton yang hadir untuk melihat babak terakhir ujian Chuunin tersebut sweatdrop.
Sasuke mengusap-usap dadanya yang kembang kempis. Pasir itu masih tetap terbentuk kokoh meski ia sudah menggunakan serangkaian cara untuk menghancurkannya.
'Ternyata…memang tidak bisa ya?' gumamnya.
Yaelah!
Sementara itu, para penonton sudah terlihat gerah, mereka tidak sabar ingin melihat pertarungan yang sesungguhnya. Oleh karena itu, mereka mulai berteriak-teriak bertujuan untuk memperpanas keadaan.
"Sasuke! Jangan kalah! Keluarkan semua jurus-jurus andalanmu! Jangan malu-maluin tuan rumah!"
"Ayo, Gaara! Kalahkan dia! Hajar! Buat rambutnya jadi klimis! Tunjukkan kalau Suna itu BISA!"
"Kami sudah mengeluarkan uang yang besar untuk taruhan ini! Kau jangan sampai kalah, Uchiha!"
"Gaara, jangan hanya sembunyi saja! Tampilkan pesonamu sebagai anak Kazekage ke-4 ini, Gaara!" dari atas juga tampak Kazekage ke-4 (Orochimaru yang menyamar) yang ikut bersorak untuk Gaara.
"Kenapa? Memangnya aku tidak boleh bersorak untuk anakku sendiri?" tanya Kazekage ke-4 setelah mendapat lirikan dari pimpinan desa Konoha yang duduk di sebelahnya.
Apa salahnya mendukung anak sendiri? Orochimaru melakukannya agar Hokage ke-3 tidak mencurigainya. Kalaupun Kazekage ke-4 masih ada, dia pun pasti akan bersorak seperti tadi kan?
Sayangnya Orochimaru tidak tahu bagaimana sifat Kazekage yang dibunuhnya itu.
Dia tidak tahu kalau berteriak seperti tadi malah membuat Hokage ke-3 makin curiga. Perasaan Kazekage ke-4 gak kayak gini deh!
"Tidak apa-apa," Hokage ke-3 menjawab singkat kemudian kembali mengalihkan pandangannya ke arena pertarungan tanpa menyadari sepasang mata yang menatapnya dengan sinis.
'Cuih! Dasar aki-aki!'
Ternyata sorak-sorai dari penonton berhasil juga memancing emosi Sasuke. Pemuda itu meloncat mundur ke belakang dengan aksi salto beruntun dan mendarat dengan posisi menclok di dinding pembatas arena. Tangannya dengan cepat membentuk sebuah segel dan…
Cip…cip…cip…
Keluarlah jurus pamungkasnya.
Suara keras tersebut berdengung memenuhi arena pertarungan saat Sasuke menuruni tembok dan berlari ke arah Gaara dengan kecepatan maksimum.
Tap tap tap
"A-apa-apaan itu!" teriak Naruto heboh.
"Itu teknik apa sih?" gumam Sakura. "Lalu, bunyi itu…"
"Goresan biasa…"
"Eh?" Sakura menoleh pada Guy-sensei yang berdiri di samping Kakashi-sensei. Sepertinya guru berpenampilan unik ini sudah tahu teknik yang digunakan oleh Sasuke.
"Tapi, itu teknik original dari penguasa teknik nomor satu Konoha, Kakashi si peniru. Teknik khusus untuk membunuh…rahasianya adalah kecepatan tusukkan dan Nikutai Kassei yang menyebabkan keluarnya chakra super kuat. Sejumlah besar chakra yang dipusatkan ke tangan yang digunakan untuk menusuk lalu disatukan dengan kecepatan menusuk, menyebabkan serangan dengan bunyi 'cip cip cip' seakan ada seribu burung yang berkicau."
Sasuke mulai melancarkan serangannya pada pasir Gaara.
"Karenanya, teknik itu disebut…"
GRAAKK!
"…Chidori!"
Seluruh penonton menahan nafas, tegang. Menanti kejutan selanjutnya dari Gaara atau Sasuke.
"Ti-tidak mungkin! Dia menembus 'pertahanan sempurna' Gaara?" Kankuro terkaget-kaget saat melihat—untuk pertama kalinya pertahanan sempurna adiknya bisa dibobol kali ini.
"Ti-tidak mungkin!"
"Bodoh!"
"Mengagumkan…"
"Itu milik Kakashi."
"Yang haus! Yang haus! Yang haus!"
Sasuke tersenyum. Fufufu. Sharingan telah aktif di kedua bola matanya. "Tertangkap," ucapnya.
Tes
Di dalam pertahanan pasir yang menutupi seluruh tubuhnya, Gaara merasa ada sesuatu yang hangat menetes dari bahunya. Apa ini? Mata Gaara membulat.
"UWAAAAAA...DARAHKUUUU…!"
"Ukh!" Sasuke meringis saat sesuatu yang kuat mencengkram tangannya dari dalam. Ia mencoba menarik keluar tangannya dengan kembali memusatkan chakra ke telapak tangan.
Grrrt Grrt
Cip…cip…cip…
"Tolong…tanganku tidak bisa dikeluarkan!" teriak Sasuke minta bantuan. Dia masih mencoba menarik paksa tangannya, tapi sesuatu yang mencengkramnya dari dalam itu seperti enggan melepaskannya.
"Hey, tolong ini dibantu!" Genma melambai pada beberapa shinobi yang sedang menganggur untuk membantu menarik tangan Sasuke keluar. Karena ia juga mengalami sedikit kesusahan.
"Wah, kuat sekali!"
"Bagaimana kalau tangannya kita potong saja?"
"Apa? Tidaaaak!" teriak Sasuke shock ketika mendengar salah seorang shinobi yang mengusulkan agar tangannya dipotong.
Tapi beruntunglah tangan Sasuke berhasil ditarik keluar sesaat sebelum salah seorang shinobi(sakit jiwa) mengambil kapak untuk memotong tangan Sasuke. Semuanya langsung meloncat mundur saat melihat pelindung pasir Gaara mulai retak dan hancur.
"Gaara!"
Temari dan Kankuro yang semula hanya menonton, kali ini melompat turun dan menghampiri adik mereka.
"Gaara, kau tidak apa-apa kan?" tanya Temari dengan nada khawatir sambil mengguncang-guncang baju Gaara sampai sobek.
"Lihat, darahku banyak sekali, Temari," kata Gaara mengadu pada kakaknya. Temari hampir menangis.
"Dia melukai bahuku sampai berdarah…"
Gaara menunjuk matanya. "Dia juga memukul mataku sampai mataku jadi mirip panda seperti ini…"
"Kulitku jadi pecah-pecah…"
"Rambutku rontok kena jambak dia!"
"Terus..terus…gigiku berlubang-"
"Hoi, dia itu tukang bohong!" teriak Sasuke sejadi-jadinya. Tidak terima difitnah seperti itu oleh Gaara. Untuk mata pandanya barusan, jelas sekali kalau pemuda itu hanya mengarang saja. Dari awal bukannya matanya memang sudah seperti itu?
"Bagaimana ini, wasit? Bukankah peraturan pertarungannya adalah dilarang melukai anggota badan lawan? Lihat adikku jadi seperti ini!" protes Temari pada Genma.
"Err…"
"Bagaimana ini bisa terjadi, Hokage-sama? Puteraku jadi babak belur begitu?"
Tiba-tiba saja jiwa seorang ayah bangkit dari diri Orochimaru. Ia sangat mengerti bagaimana jerih payah orang tua membesarkan anaknya menjadi shinobi yang kuat. Setelah kuat, mereka dibuat kesakitan seperti itu? Benar-benar tidak bisa dimaafkan!
Genma memasang pose berfikir. Kemudian menghela nafas dan berkata, "Sasuke, kau..didiskualifikasi karena melanggar peraturan."
"Apa? Aku mana tahu peraturan bodoh macam itu?" protes Sasuke. Ia yang datang terlambat sama sekali tidak diberi tahu bagaimana peraturan pertarungannya. Warga sendiri dibela kek.
Dilarang melukai anggota badan lawan. Lalu, ia harus bertarung seperti apa? Adu jangkrik? Pantas saja Gaara tidak melawan.
Karena kesal, Sasuke berlari meloncati dinding arena dan pergi entah kemana.
Kakashi langsung meminta Naruto, Sakura dan Shikamaru mengejar Sasuke karena kondisi anak itu sedang ada dalam tahap labil-labilnya.
Gaara dipapah oleh Temari dan Kankuro untuk dipertemukan pada ayah mereka.
.
.
Sementara itu, di gerbang bagian timur Konoha, sesosok ular raksasa berkepala empat memaksa masuk ke desa dengan menghancurkan dinding pembatas dan menyerang beberapa shinobi yang sedang berjaga.
GRAAAKK
BRAAKK
"SHAAAA…"
"Hoi, udahan…udahan!" tiba-tiba saja seorang shinobi dari negara Suna menginterupsi. Ia meminta rekan-rekannya untuk kembali ke hutan karena rencana penghancuran desa Konoha dibatalkan.
"Wah, gak jadi nih? Sayang banget! Padahal udah setengah jalan!" gerutu si ular raksasa lalu ngeloyor pergi setelah menghancurkan dinding pembatas desa.
Intinya, Konoha tidak jadi dihancurkan saat itu.
Fin
Jempol tangan saya sakit banget. Kata mama saya itu encok. Hah? Kirain encok itu cuma dipinggang aja. #malah curhat
Makasih udah baca. Review?
Ciao! :D