Hello again dear, Readers

Well, as I finished my exam, I feel like my brain was in a 'sugar rush' mode to write

So, here are the updates :D

Hope you enjoy the story

And please do not ever forget; I DO NOT OWN ANY VOCALOID


Pernyataan Cinta Terakhir

Len menarik nafas panjang. Kedua tangannya menyentuh keningnya, menopang kepalanya yang terasa berat. Kedua mata hijau Len menatap kosong ke arah lantai, pikirannya menerawang.

Aku ingat semuanya…

Len meremas sprei tempat tidur yang terlihat lusuh dan berantakan, kedua matanya membelalak seolah ingin melompat keluar dan nafasnya menderu. Semuanya…

Aku mabuk malam itu, setelah itu aku mengejar Miku, lalu aku menciumnya…

Len menyentuh bibirnya dengan salah satu tangannya, merabanya sambil menunduk.

Aku…menciumnya…?

Segelintir rasa senang menyelimuti pria berambut kuning emas itu, seulas senyum terukir diwajahnya, namun kembali memudar. Ia menggeleng keras, mencoba menyingkirkan segala bentuk perasaan bahagia yang menjalari tubuhnya.

Lalu, aku mengajaknya pulang, pulang kesini, ke apartemenku… dan… dan semuanya terjadi…

"Len…."

Len menoleh kearah tempat tidurnya, terlihat sangat berantakan dengan bercak darah di salah satu sisinya. Bukti bahwa semalam, ia telah merebut sesuatu yang sangat penting bagi Miku, sebagai seorang wanita.

"Len…."

Len tersentak kaget, menoleh kearah seorang wanita yang menatapnya takut. Wanita itu memakai sebuah kemeja biru yang tampak besar untuk ukuran tubuhnya yang kecil. Wanita itu tampak gemetar, tampak menanti kepastian dari pria yang telah menidurinya semalam. Len menelan ludahnya, merasakan rasa sakit didadanya saat mengingat apa yang telah diperbuatnya pada wanita yang berdiri dihadapannya, wanita berambut biru aqua yang merupakan cinta pertamanya sejak masa sekolah dulu.

"Y-Ya?"

Len mencoba mengalihkan pandangannya dari wanita dihadapannya, menatap wajahnya membuat perasaan Len semakin berkecamuk, hatinya seperti tercabik-cabik jika mengingat apa yang telah diperbuatnya pada wanita itu. "Ah, Kau pasti lapar…" Ucap Len pelan sambil berjalan kearah pintu, tanpa menoleh ke arah Miku.

"Aku akan membuatkan sesuatu-"

Len menghentikan langkahnya saat merasakan sesuatu menahannya, menahan langkah kakinya dan membuatnya terpaku didepan pintu kamarnya. Sesuatu itu kemudian menempel pada punggungnya, dan kedua tangan melingkari tubuhnya, mengikatnya erat seolah tak ingin ia pergi.

"A-aku, Aku mencintaimu, Len!"

"Mi-Miku..."

"Kumohon, katakan kalau semua yang Len katakan semalam bukan sekedar bualan..."

Len terlihat bingung, ia masih tak berani menatap wajah wanita itu.

Apa? Apa yang kukatakan semalam? Apa aku mengatakan sesuatu yang buruk?

"Len, kau bilang kau akan bertanggung jawab apapun yang terjadi-"

Miku tak meneruskan kalimatnya, ia terlihat ragu dengan sejumlah kata yang mengganjal dalam tenggorokannya. Ia tak yakin, ia merasa takut kalau saja apa yang dikatakan Len semalam adalah bualan belaka, hanya seuntaian kata yang diucapkan agar ia merasa senang. Miku takut untuk meneruskan kalimatnya.

Len tak menggubris, tidak pula bertanya.

kesunyian melanda mereka, dan seisi kamar. detak jantung dan dentingan jarum jam-pun tak lagi terdengar. keduanya terlalu sibuk dalam benak dan pikiran mereka masing=masing.

"Miku..." Len akhirnya mencoba membelah kesunyian. ia memejamkan matanya sesaat, menarik nafas dan membuangnya. ia tersenyum pelan sambil mengepalkan tangannya.

Miku melepas rangkulannya, menatap bingung pada lelaki yang berbalik arah menatapnya dan memberinya senyuman hangat. pria itu meraih bahu Miku, lalu menempelkan keningnya pada kening Miku. "Aku tahu ini mungkin terdengar konyol dan sangat mendadak..."

Len mengangkat kepalanya, berdiri tegap menghadap Miku masih dengan seulas senyuman di wajahnya.

Aku tak menyangka akan mengatakan hal ini secepat ini, dan bukan dalam kondisi seperti yang kuharapkan.

tapi hanya ini yang bisa kulakukan...

untuk menebus semua yang telah kuperbuat padanya...

aku telah menyakitinya,

membuatnya menangis,

mencuri hal yang berharga dalam hidupnya,

mengecewakannya,

dan membuatnya bersedih,

sebagai lelaki aku harus bertanggung jawab atas apa yang kuperbuat,

aku tak akan mundur,

aku yakin pilihan inilah yang terbaik untuknya,

dan untukku juga...

"Maukah kau menikah denganku?"


THE END