Ini cuma fiksi, jangan terlalu dianggap serius. Aku bukan Eiichiro Oda

I do not own Onepiece, it belongs to Oda!

Title : Lost to Found You

Sub-title : Her feelings

Warning: rate T to M

Sesampainya di kapal, mereka mendapati Nami sedang sibuk mengepak barang. Zoro pergi melihat Franky yang ternyata masih sibuk membetulkan kapal dan membantunya bersama Brook. Robin mendekati Nami.

"Apa kita akan menginap di Pulau ini?" tanya Robin

"Iya. Besok di kota ada festival tahunan kata seorang penduduk desa yang kami temui tadi ketika kau pergi. Luffy ingin sedikit bersenang-senang katanya, melupakan sebentar apa yang terjadi di Sabaody Arc. Ussop, Sanji dan Luffy sedang mencari tempat penginapan untuk kita."

Robin lalu membantu Nami menyiapkan segala keperluan yang mereka butuhkan. "Mereka pergi lama sekali." keluh Nami.

"Nami-swwaaannn, Robin-chwaaannn, lama menunggu diriku ya." kata Sanji dengan nada lebaynya sambil berputar-putar dan satu mata yang berbentuk hati.

PLETAAAKKKK!

"Maaf Nami, kami sudah pergi keseluruh penginapan yang ada di Pulau ini tetapi semuanya sudah penuh. Sepertinya mereka juga ingin mengikuti festival besok." jelas Ussop.

"Yah, aku sudah menduganya. Banyak kapal berdatangan sejak tadi sore. Aku jadi penasaran dengan festival tahunan di Pulau ini. Kalau begitu malam ini kita tidur di kapal saja."

Zoro, Franky dan Brook bergabung dengan yang lainnya ketika Luffy berteriak-teriak memanggil mereka untuk makan malam. Sebenarnya perbaikan Sunny Go sudah selesai beberapa jam yang lalu tetapi Franky memutuskan untuk melakukan perawatan pada seluruh bagian kapal.

Zoro sebenarnya ingin duduk disamping kursi Robin yang masih kosong, tetapi Nami mendahuluinya dan ketika ia ingin di sisi satunya lagi yang juga masih kosong, Chopper juga mendahuluinya. Sial, batinnya. Akhirnya Zoro memutar dan mengambil tempat yang masih kosong, kebetulan tempatnya tepat di depan Robin. Robin tersenyum manis kepadanya ketika Zoro duduk dan ekspresi wajahnya seolah-olah mengatakan "Maaf, Nami dan Chopper mendahuluimu."

Sanji menghidangkan satu per satu hidangan makan malam keatas meja. Bukan Luffy namanya kalau makan dalam keadaan tenang dan diam. Keadaan selalu 'ramai' ketika dia makan. Setelah selesai makan, mereka satu persatu meninggalkan dapur. Brook tinggal didapur untuk membantu Sanji mencuci piring.

Malam itu adalah giliran Robin berjaga. Memang mereka tidak sedang berlayar, tetapi akan lebih baik jika ada yang berjaga. Sanji menyiapkan secangkir kopi 'penuh rasa cinta' kepadanya ketika Robin hendak pergi ke kamarnya untuk mengambil selimut dan sebuah buku untuk menemaninya terjaga malam itu.

Zoro menunggu sampai kira-kira seluruh temannya tertidur lelap dan setelah itu menyelinap pergi ke crow's nest untuk menemani Robin. Robin terlelap dengan tangannya yang mendekap buku yang sedang dibacanya ketika Zoro sampai di crow's nest. Pastilah kekasihnya itu sangat lelah karena Robin bukan tipe orang yang suka tidur seperti dirinya. Zoro menunduk mengecup keningnya, mengambil buku yang sedang dipegang Robin dan menyelimutinya dengan selimut warna ungu yang tergeletak di tangan kursi itu.

Zoro membalik buku Robin dan membaca judulnya "Up From Slavery : An autobiography", ada sehelai kertas terjatuh ketika ia membuka lembaran buku tersebut. Zoro lalu mengambil kertas yang terjatuh itu dan membukanya.

Aku tahu kau selalu melihat kearahku dengan pandangan curiga, menganggapku musuh dalam selimut.

Aku selalu tersenyum ketika kau melihatku, berharap senyum tulusku itu dapat merubah pandanganmu terhadapku.

Tetapi caramu memandangku rasanya sampai ke dalam jiwaku, mencairkan hatiku sedikit demi sedikit.

Aku mulai menyukaimu.

Ketika aku tahu kau yang menangkapku saat terjatuh akibat serangan Enel, perasaan suka itu lebih dari yang sebelumnya.

Kau telah menyentuh hatiku.

Seperti itulah perasaan ini bermula.

Ketika aku berada dekat denganmu, aku merasakan ada kupu-kupu yang terbang dalam perutku.

Tidaklah mudah mencintaimu karena aku harus menyimpannya dalam hatiku.

Menyimpan perasaan itu sangat dalam agar tidak ada yang tahu.

Aku berusaha sebaik mungkin agar semuanya berjalan baik-baik saja, berjalan sesuai di jalurnya, tetapi kenyataannya tidak seperti itu karena aku mencintaimu.

Aku jatuh cinta padanya, pada nakama-ku sendiri.

Apakah mungkin bagi kita untuk bersama?

Dia bohong jika bilang isi dari kertas itu tidak menyentuh hatinya. Dilipat kertas itu dan diselipkan lagi ketempat sebelumnya berada dan meletakkannya di meja. Zoro menunduk dan mengecup kening kekasihnya itu sekali lagi dan berbisik "Aku jatuh cinta padamu sejak pertama kali melihatmu."

Zoro meletakkan ketiga pedangnya di atas meja dan duduk dihadapan Robin. Zoro memperhatikan wajah Robin yang tertidur pulas dengan lekat, memuji kecantikannya dalam hati dan sesekali mengelus pipinya atau membelai rambut hitamnya. Ia tidak menyangka Robin sudah lama mencintainya, mereka merasakan hal yang sama dari awal bertemu tetapi mencoba menghiraukan perasaan itu.

Robin membuka matanya perlahan dan mendapati wajah kekasihnya ada dihadapannya dan sedang tersenyum padanya. Robin kaget karena ia tertidur padahal seharusnya ia berjaga malam. Hari itu ia memang sangat lelah dan belum sempat meminum kopi yang dibuatkan Sanji tadi. "Kenapa kamu tidak membangunkanku?" katanya sambil membenarkan posisi duduknya.

"Tidurlah lagi, biar aku yang berjaga" kata Zoro sambil mengelus pipi Robin.

Robin menggeleng tidak menyetujui usulan Zoro. "Itu sudah tugasku. Kau kembalilah ke kamarmu, aku berjanji tidak akan tertidur lagi."

"Kalau begitu aku akan menemanimu disini."

Robin tersenyum, tentu saja ia mengharapkan Zoro akan berkata seperti itu. Ia berdiri , berpindah duduk ke pangkuan Zoro dan menciumnya. Tergoda oleh aroma tubuh Robin, Zoro membalas ciuman itu dengan penuh hasrat dan gairah. Robin bergerak untuk membenarkan posisi tubuhnya agar terasa lebih nyaman, masih dipangkuan Zoro, tetapi sekarang tubuh mereka berhadapan. Zoro meletakkan kedua tangannya di pinggul Robin dan merasakan kehalusan kulit dibalik kemeja yang dipakainya. Bibir Zoro lalu berpindah menciumi leher Robin dan terus kebawah berhenti dititik-titik erotis tubuhnya. Kehangatan tubuh Zoro mengalir disekujur tubuhnya. Robin tidak pernah merasakan hal seperti itu, dicintai sepenuhnya oleh seorang pria. Ia merasa seperti wanita seutuhnya. Zoro kembali mencium bibir Robin, kali ini dengan lidahnya sambil membuka kancing kemeja Robin satu persatu. Zoro lalu membaringkannya ketika Robin sudah setengah telanjang dan terus menciumnya, bersiap bercinta bersama….

A/N: Adegan yg terakhir tidak akan ku buat lebih jauuuuhhh XD

buku yang dibaca Robin, Up From Slavery : An autobiography karya Booker T. Washington, ini bukunya beneran ada lho..