Naruto © Masashi Kishimoto

Historie de Magie Lycée © Kik n Ay

.

Chapitre: 1 –

.

.

"…Peron tak terlihat 3112 Bordeaux-État..."

Begitulah tulisan yang tertera di balik secarik perkamen yang ada di tangan Sakura. Gadis berambut merah muda itu tampak senang menatap perkamen itu. Ukiran senyum tak lepas dari bibirnya setiap kali ia membaca catatan di atas perkamen itu.

"Dear Mademoiselle Sakura,

BIENVENUE AU INVIS L'ECOLE.

Merci,

Ciel at enfer,

Jiraiya."

Sakura kembali tersenyum setelah membaca surat itu untuk yang kesepuluh kalinya—atau mungkin lebih—sejak pagi ini. Ia benar-benar tak menyangka bahwa ia akan diterima di sekolah itu. Sudah menjadi rahasia umum para enchanteur bahwa Invis L'ecole adalah sekolah sihir terbaik di dunia sihir. Banyak keluarga enchanteur yang menginginkan anak-cicitnya masuk ke Invis L'ecole. Hanya saja ujian masuk Invis L'ecole sangatlah sulit. Hanya segelintir orang terpilihlah yang akan diterima di sana. Dan Sakura termasuk dari segelintir orang itu.

"Kau yakin akan melanjutkan studymu di sana, Sakura?" Tanya Yugao, pemilik panti asuhan yang selama ini ditinggali oleh Sakura.

"Tentu, aku sangat senang bisa diterima di sana!" dengan wajah yang berbinar-binar, Sakura menyampaikan kesenangan hatinya saat mendapat surat pemberitahuan bahwa ia diterima di Invis L'ecole, "Lagipula, almamater kedua orang tuaku adalah Invis L'ecole," lanjutnya sambil tersenyum. Senyum kerinduan akan kedua orangtuannya yang telah meninggal sejak ia masih berusia tiga tahun.

"Ya, aku tahu, Sakura. Hanya saja, kau kan tahu bagaimana persaingan di Invis, aku tidak ingin kau menyesalinya, Cher." nasehat Yugao. Ia menasehati bukan hanya karena tak ingin ditinggal oleh anak asuh yang paling disayanginya. Tapi ada sesuatu. Sesuatu yang begitu membuatnya khawatir akan Sakura.

"Tenang saja, Bi. Aku janji aku bisa menjaga diriku dengan baik di sana," ia genggam erat bandul peninggalan orang tuanya yang tergantung melingkar di leher jenjangnya. "Aku akan buktikan bahwa aku mampu membanggakan mereka," janji Sakura. Senyum keyakinan dan keteguhan hatinya terselip di sudut-sudut bibirnya.

Senyum Sakura yang begitu tulus benar-benar tak bisa ditolak oleh Yugao. Senyum itu yang selalu membuatnya luluh. Dan mau tidak mau, Yugao harus membiarkan Sakura mengikuti jejak kedua orang tuanya. Ia menghela nafas pelan, memejamkan mata sejenak. Meyakinkan bahwa keputusannya tidak akan membahayakan Sakura. Yugao tersenyum, lalu berkata, "Berangkatlah, anakku. Aku merestuimu."

Semoga yang menimpa Haruno-san tak menimpamu juga, Cher.

.

.

Sakura melirik ke sekitarnya. Ia benar-benar merasakan euforia tak terduga. Kini di saat usianya mencapai 17 tahun, cita-citanya untuk mengasah bakat sihir di Invis L'ecole terwujud. Ia edarkan pandangannya ke sekeliling stasiun kereta api. Dibacanya dengan cermat sekali lagi peron yang menunjukkan tempatnya seharusnya berada.

"…Peron tak terlihat 3112 Bordeaux-État…" gumamnya.

Ia lirik jam tangan yang terpasang di pergelangan tangan kirinya. Waktu telah menunjukkan pukul 12.20. Ia benar-benar khawatir, sampai sesiang ini ia masih belum menemukan peron yang dimaksud. Tangannya masih memegang koper yang berisi barang-barangnya.

"Ayo, Sakura, gunakan otakmu. Pecahkan maksud dari pesan itu. Pasti ada pesan yang tersembunyi." gumam Sakura pada dirinya sendiri. Wajahnya mulai tampak cemas.

Ia masih berkutat dengan pesan itu sampai ia melihat sekeluarga aneh—menurutnya, tapi ia tahu itu bukan aneh. Tapi keluarga itu… enchanteur—sama seperti dirinya.

Memang tampak janggal jika orang-orang itu memakai jubah di tempat umum seperti ini. Di stasiun Bordeaux, bukanlah tempat yang hanya dilalui para enchanteur, tapi juga merupakan tempat para manusia biasa. Merupakan kejanggalan jika ada sekelompok manusia memakai jubah hitam di bulan Agustus seperti ini. Setidaknya, musim dingin masih sekitar dua bulan lagi.

Ada tiga orang pria dan seorang wanita. Mereka berbalutkan jubah panjang hitam, sehitam rambut mereka. Sakura menduga jika pria tertinggi itu adalah ayah dari dua pria lainnya, sedangkan wanita itu adalah ibunya, dan dua pria lainnya adalah anak mereka. Sakura merasakan hawa aneh di sekitar mereka. Hawa terselubung, bagai sesuatu yang tak tampak. Dengan jaraknya yang berada dalam jarak dengar, ia bisa mendengar percakapan keluarga itu.

"Sasuke, kau harus hati-hati, Sayang. Ini adalah pertama kalinya kau masuk ke sekolah sihir," ucap wanita itu. Wanita bersanggul itu menyentuh pipi pria yang—setahu Sakura—dipanggil Sasuke dengan sayang. Mendengar kata sekolah sihir di tengah percakapan mereka membuat Sakura semakin menajamkan pendengarannya. Berharap mendapatkan informasi tentang Peron tak terlihat 3112, mungkin?

"Ibu tak perlu khawatir, aku bisa menjaga diriku." Balas lelaki bernama Sasuke. Berusaha menenangkan ibunya, sambil memasang wajah yang menyiratkan aku-bukan-anak-kecil-lagi, tentunya. Sakura sedikit menahan senyum saat melihat ekspresi lelaki itu. Seperti anak manja saja, pikirnya.

"Waktunya sebentar lagi." komentar salah satu pria yang Sakura duga adalah kakak dari lelaki bernama Sasuke.

"Tak perlu memberitahuku, aku tahu arti pesan itu." balas Sasuke sinis.

Sakura semakin berkonsentrasi untuk menguping pembicaraan mereka selanjutnya.

"Ada yang sedang menguping kita." ucap pria, yang diketahui ayah dari kedua lelaki yang berbicara sebelumnya.

Sontak, seluruh mata keluarga enchanteur itu melirik ke arah Sakura. Sakura merasakan nafasnya tercekat, seolah ribuan pisau kasat mata menuju ke arahnya bersamaan dengan tatapan seluruh keluarga itu. Hanya seperempat detik sampai Sakura merasakan hangat nafas di sekitar tengkuknya.

"Enchanteur?" Tanya wanita bersanggul—salah satu dari keluarga enchanteur yang dilihat Sakura.

Sakura menahan nafasnya, berusaha tenang, dan menjawab, "I-iya."

Wanita itu tersenyum. Merangkul bahu Sakura dan membimbingnya menuju keluarganya yang masih menatap curiga ke arahnya.

"Dia sama seperti kita, Cher." Ucap wanita itu sambil melepaskan rangkulannya pada bahu Sakura beralih dengan merangkul pinggang suaminya.

"Pantas saja dia bisa melihat kita." Komentar suami wanita itu.

"Eh?"

"Kami memakai mantra terselubung, hanya enchanteur-lah yang bisa merasakan keberadaan kami," jelas wanita itu saat melihat ekspresi heran dari Sakura.

"Tahun pertama seperti Sasuke, ya." Komentar kakak dari Sasuke saat ia melihat koper di tangan kiri Sakura dan secarik perkamen yang sama dengan yang dimiliki Sasuke di tangan kanan Sakura.

"Kau bisa tanyakan pada gadis manis ini, Itachi." tanggap ibunya.

"Eh… Uhm… Saya memang tahun pertama di Invis," ucap Sakura sambil membungkukkan badannya.

Lelaki bernama Sasuke sedikit menarik alisnya saat mendengar kata Invis keluar dari mulut Sakura. Ia berikan tatapan penilaian pada Sakura, mulai dari ujung kepala sampai ke ujung sepatu lusuh yang Sakura pakai. Dan Sasuke mendapatkan kesimpulannya, ia tersenyum meremehkan dan menatap angkuh pada Sakura.

"Kenapa kau melihatku seperti itu?" Tanya Sakura dengan nada kurang senang atas tatapan dan senyum meremehkan Sasuke pada dirinya.

"Menguping pembicaraan kami..." Sasuke menilik-nilik penampilan Sakura dengan tatapan—yang masih—membuat Sakura tidak nyaman, "...sudah dipastikan kau tak bisa memecahkan pesan di perkamen itu." Ucapnya sambil menunjuk perkamen di tangan kanan Sakura dengan dagunya.

Sakura merasa malu. Karena yang diucapkan lelaki itu—Sasuke—adalah benar.

Tidak, aku tidak boleh kalah, batin Sakura.

"Tentu saja tidak. Aku tahu apa arti dari pesan itu." Ucap Sakura dengan yakin, walau hatinya berdoa agar Sasuke tak menginterogasinya lebih dari ini.

"Bisa kau sebutkan? Aku ingin tahu." tantang Sasuke dengan kembali menyunggingkan senyum meremehkannya.

Demi Tuhan! Sakura, gunakan otakmu! Kau harus bisa menunjukkan kalau kau bisa, batin Sakura panik. Ia benar-benar tak ingin dipermalukan.

"I-itu, itu berarti peron itu akan terlihat pada pukul 12.31," Sakura menunjuk angka 3112 pada perkamennya. "Lihat! Angka ini seharusnya dibalik, diberi titik ditengahnya, dan pembacaannya dibalik menjadi 12.31, peron yang tak terlihat, kita balik menjadi peron yang terlihat. Dan hasilnya adalah peron yang terlihat 12.31. Berarti peron itu akan terlihat pada pukul 12.31." jelas Sakura panjang lebar. Ia sendiri tercengang atas penjabarannya. Tanpa tahu apa yang dikatakannya itu benar atau salah. Ia genggam erat bandul di lehernya, sambil berdoa agar ucapannya itu tidak hanya omong kosong belaka.

Sasuke menatap tak senang atas penjabaran Sakura. Dan dari tatapannya, Sakura tahu, ia menang. Jawabannya benar.

"Kurasa waktu kalian tinggal sebentar." ucap Itachi sambil menunjuk kereta yang sedang melaju di hadapan mereka.

Sakura dan Sasuke mengikuti garis pandang Itachi, dan mereka melihat apa yang sedari tadi mereka tunggu. Tepat pukul 12.31 kereta tiba di hadapan mereka, seolah tembus pandang. Mereka bisa melihat peron di sisi seberang kereta itu. Peron dengan nama Peron 12.31. Sakura tersenyum.

Tapi senyumnya pudar saat didapatinya satu kenyataan telak. Ia harus mampu membuka gerbang kasat mata menuju peron itu. Tak mungkin ia menerbos badan kereta di hadapannya. Sasuke yang mengetahui kegelisahan Sakura dari matanya tersenyum mengejek sebelum berkata,

"Ouvert."

Dan gerbang kasat mata itu terbuka dengan sendirinya, menyediakan jalan bagi Sasuke untuk melangkah ke arah peron. Sasuke mengangguk singkat kepada kedua orang tuanya dan Itachi sebelum akhirnya melangkah melalui jalan itu dan menghilang dengan kembali tertutupnya gerbang itu.

Sakura terkesima melihat apa yang baru saja dilakukan Sasuke. Mantra ouvert bukan mantra sulit tapi mantra itu setidaknya tak mungkin dikuasai oleh seorang anak berusia 17 tahun. Bukannya ia tak mampu, hanya saja ia tak yakin usahanya akan berhasil, terlebih Sakura sama sekali belum pernah menggunakan yang namanya mantra sihir. Seolah mengetahui kegelisahan Sakura, Itachi mendekat padanya dan menepuk bahunya.

"Anak itu memang suka pamer pada gadis cantik," ucap Itachi sambil tersenyum, saat ia hendak mengucapkan mantra ouvert untuk membuka gerbang bagi Sakura, Sakura terlebih dulu mengucapkannya.

"Ouvert!" ucap Sakura dengan nada tegas.

Ayo, terbukalah! Aku yakin dengan keteguhan hati, mantra itu akan berhasil! Bukankah keberhasilan melafalkan suatu mantra dilihat dari keteguhan hati yang mengucapkannya, batin Sakura memohon.

Satu, dua, tiga detik...

Sakura menggenggam erat bandulnya.

Gerbang itu akhirnya terbuka. Sakura tersenyum lebar melihat hasilnya. Ia anggukkan kepalanya singkat ke arah ayah dan ibu Sasuke juga Itachi sebelum melangkahkan kakinya mengikuti jalan di hadapannya. Dan Sakura tak terlihat lagi baik oleh Itachi maupun kedua orang tuanya.

"Gadis cerdas, aku yakin dia akan jadi saingan berat Sasuke di Invis." komentar Itachi sambil tersenyum.

.

.

"Kau bisa melewati gerbang itu?" Tanya Sasuke dengan nada sarkastik pada Sakura saat ia berhasil masuk ke Peron 12.31. Sasuke bersandar di dinding sambil memasukkan kedua tangannya di balik kantung celananya. Ia terlihat seperti dengan sengaja menunggu apakah Sakura akan berhasil atau tidak.

"Tentu saja!" balas Sakura penuh percaya diri.

"Dengan bantuan kak Itachi, tentunya?" sindir Sasuke.

"Aku bisa melakukannya sendiri!" balas Sakura sinis. Ia balik menantang Sasuke dengan menatap lekat kedua onyx milik pria itu.

Emerald bertemu onyx.

Sasuke hanya mengangkat bahunya, "Hanya Tuhan yang tahu, kau berbohong atau tidak." ia pun pergi meninggalkan Sakura.

"Chicken-butt," desis Sakura dengan nada mengejek—tanpa sepengetahuan Sasuke tentunya.

Sakura memandang sekitarnya. Ia kini telah benar-benar berada di Peron 12.31. Di hadapannya terbentang deretan gerbong kereta berwarna merah api. Gambaran gerbong kereta klasik dengan kompartemen di sisi kiri dan kanannya. Ia begitu antusias memandang kereta yang nanti akan membawanya ke Invis L'ecole. Sekolah impiannya.

Sakura melihat begitu banyak gadis dan lelaki seumurannya tampak senang dan antusias—sama seperti apa yang ia rasakan. Ada seorang gadis yang tampak sibuk memasang kancing pada jubahnya. Ah, Sakura bahkan sepertinya lupa, kalau ia belum memakai jubahnya. Ia pun segera menepi ke pinggir untuk memakai jubahnya.

Ia keluarkan jubahnya dari tas kecil yang yang berada di punggungnya. Ia kancingkan perlahan dua kancing jubahnya.

"Perfecto!" gumam Sakura sambil tersenyum bangga.

"Kyaa~! Sasuke!" terdengar sayup-sayup teriakan beberapa orang gadis.

Sakura menaikkan alisnya, "Sasuke? Rasanya aku mendengar nama itu. Ah, sudahlah." gumam Sakura tak mengacuhkan.

.

.

"Teme, kau membuat mataku sakit dengan penggemarmu yang berkumpul di depan pintu kompartemen kita," gerutu pria berambut kuning emas bernama Naruto yang kini menatap frustasi pada lelaki yang ia panggil Teme alias Sasuke. Sasuke mengabaikan Naruto, dan malah tetap asyik mendengarkan lagu dari earphone di telinganya.

"Dan kau membuat kupingku sakit dengan ocehanmu, Naruto!" kali ini Naruto lah yang kena tegur oleh pria berambut seperti nanas di samping Sasuke. Naruto hanya bisa cemberut kesal sambil menatap kesal pada Shikamaru—si lelaki berambut nanas.

"Tak bisakah kalian berdua tenang seperti Sasuke?" ucap pria satunya yang duduk di samping Naruto, lengkap dengan senyum aneh terselip di bibirnya. Ia tampak asyik membaca buku sebelumnya.

"Ya, Sai benar, sebaiknya kita memang tenang seperti Sasuke. Ah, hari pertama selalu merepotkan," ucap Shikamaru diakhiri dengan menguapkan mulutnya, lalu mencoba memejamkan mata.

"Ah, bagi Shikamaru, apa sih yang tidak merepotkan? Kerjaannya hanya tidur!" gerutu Naruto.

.

.

Sakura melangkahkan kakinya memasuki kereta, ia edarkan pandangannya ke kanan kirinya, berharap melihat kompartemen kosong yang bisa ditempatinya. Satu kompartemen di kereta ini tampaknya berkapasitas untuk enam orang. Sejauh yang Sakura lihat, semua kompartemen tampak penuh. Matanya sedikit tertarik pada keramaian di ujung gerbong tempat ia berada. Ada segerombol gadis yang berkumpul di depan pintu satu kompartemen. Ia segera menuju ke arah itu untuk melihat apa yang menjadi pusat perhatian para gadis itu.

"Permisi… Permisi…" ucapnya sambil menerobos kerumunan itu sambil menyeret kopernya dan melihat melalui kaca di pintu kompartemen itu. Dan matanya menangkap sesosok pria berambut raven yang baru saja dikenalnya.

Sakura melirik pria lain yang berada di kompartemen itu. Seorang pria berambut kuning emas, seorang lagi berambut coklat, dan satunya lagi berambut hitam. Dan yang paling membuatnya senang adalah jumlah pria-pria itu—ditambah Sasuke—adalah empat orang. Itu berarti masih tersedia tempat untuk dua orang di kompartemen itu. Dengan segera ia geser pintu kompartemen di hadapannya.

Sakura memasuki kompartemen itu dan langsung mengambil tempat di samping Sasuke, membuat Shikamaru yang tertidur langsung terbangun dan menyingkir ke samping Naruto. Sai menghentikan kegiatan membacanya dan memperhatikan tamu tak diundang mereka. Naruto membuka dan menutup mulutnya sendiri sebelum mengatakan apa-apa saking terkejutnya dengan masuknya Sakura yang tiba-tiba.

"Aku ingin duduk di kompartemen ini," ucap Sakura sambil menundukkan kepalanya kepada Sai, Shikamaru, dan Naruto yang duduk di hadapannya.

Ketiganya belum berkata apa-apa sampai sebuah suara justru muncul dari bibir lelaki di samping Sakura.

"Jangan masuk seenaknya kekompartemen orang!" komentar Sasuke tanpa mengalihkan pandangannya dari jendela, ia sama sekali tak menatap lawan bicaranya, ia terlalu malas untuk menatapnya.

"Tak ada kompartemen lain yang bisa ku masuki, Sasuke!" balas Sakura.

Ucapan Sakura sukses membuat Sai, Shikamaru, dan Naruto terkejut. Bukan hal aneh jika para gadis mengetahui nama Sasuke. Hanya saja percakapan Sakura dan Sasuke tampak seperti mereka sudah akrab.

"Jangan bertingkah seolah kau mengenalku, Nona!" Protes Sasuke dengan nada penekanan pada kata nona.

"Aku pun tak ingin mengenalmu, jika aku bisa menemukan kompartemen lain yang kosong, Tuan Chicken-butt!" balas Sakura.

"Sial, seenaknya mengejekku! Kau akan merasakan akibatnya setelah keluar dari sini!" desis Sasuke tepat di telinga Sakura sambil mengendikkan matanya ke arah pintu kompartemen. Sasuke tersenyum, ah, lebih tepat disebut menyeringai ke arah Sakura.

Sakura mengikuti arah pandang Sasuke dan ia terkejut melihat tatapan membunuh para gadis yang kini menatapnya dengan penuh amarah di balik pintu kompartemen tempatnya berada.

Tenang Sakura, tenang, batinnya.

"Aku..." Sakura mendekatkan wajahnya ke arah Sasuke, "...tidak takut!" ucap Sakura lalu berbalik memunggungi Sasuke.

Sasuke hanya mengangkat bahunya dan mengembalikan pandangannya ke arah jendela.

Sai, Shikamaru, dan Naruto hanya tersenyum penuh arti.

Gadis ini bukan gadis biasa…

.

.

"Kau yakin takkan membangunkannya, Teme?" Tanya Naruto pada Sasuke saat mereka telah selesai mengepak ulang barang-barang di kompartemen mereka.

"Kau tahu, tak ada kata terlambat bagi Invis." sambung Shikamaru.

"Keluar sebelum mengucapkan selamat datang." Sai pun ikut berkomentar.

Sasuke mendelik ke tiga orang sahabatnya, "Salahnya sendiri tidur tanpa kenal waktu," Sasuke pun melangkah keluar tanpa memperdulikan tatapan sahabat-sahabatnya.

"Gadis malang." komentar Sai kemudian mengikuti Sasuke keluar dari kompartemen diikuti Naruto dan Shikamaru.

.

.

Sakura mengerjapkan matanya, berusaha menyesuaikan denganintensitas cahaya di kompartemen. Sakura tampak terkejut saat menyadari ia tinggal sendiri di dalam kompartemen ini.

"Sasuke?" panggil Sakura.

Ia tahu memanggil nama Sasuke hanyalah hal yang sia-sia. Ia segera menyeret kopernya dan keluar dari kompartemen itu. Kompartemen di sekelilingnya pun tampak sepi. Para penghuninya sudah dipastikan telah meninggalkan kompartemen itu sejak tadi.

Kumohon, semoga aku belum terlambat, harap Sakura dalam hati.

Ia melangkah cepat menuju pintu keluar gerbong kereta dengan perasaan panik.

Terlambat…

Pintu itu telah tertutup… Mengubur semua impian Sakura…

.

.

Sasuke melirik secara berkala ke segala arah. Entah apa yang ia cari. Seraut wajah gadis dengan rambut merah jambu memenuhi benaknya. Merasa bersalah? Mungkin…

"Kalian duluan saja!" ucap Sasuke pada ketiga temannya. Ia sendiri malah berbalik melawan arah menuju Invis L'ecole dan berlari menuju kereta yang sebentar lagi akan kembali ke Bordeaux-État.

"Woy, Teme! Cepatlah! Jangan sampai terlambat!" teriak Naruto.

"Ya, titip koperku!" balas Sasuke masih terus berlari menuju kereta.

"Calmez!" balas Naruto sambil berteriak.

Sasuke terus melangkahkan kakinya menuju tempat dimana kereta masih berada. Ia sibuk mencari-cari sembulan kepala dengan warna merah jambu pada rambutnya. Ia sama sekali tak menemukan Sakura, gadis yang sedari tadi dicarinya di antara lautan siswa-siswi tahun pertama Invis.

"Sial! Jangan bilang, dia masih tertidur di kereta!" rutuk Sasuke.

Sasuke melanjutkan langkahnya mencari Sakura. Dan langkahnya terhenti saat melihat sesosok gadis dengan raut wajah muram di dalam kereta yang hampir berjalan.

"Bodoh! Apa yang kau lakukan di situ! Cepat turun!" teriak Sasuke.

Sakura seketika reflek menoleh ke arah Sasuke dari pintu gerbong yang terbuat dari kaca bening, ia langsung melambaikan tangannya.

"Sasuke! Tolong aku!" panggil Sakura.

Semangatnya yang tadi sempat padam kembali bersinar saat melihat Sasuke di hadapannya.

"Cepat keluar!" perintah Sasuke sambil mengeraskan suaranya.

Sakura sudah berusaha membuka pintu itu sejak tadi. Tapi hasilnya nihil. Ia sama sekali tak bisa barang sedikit pun menggeser pintu kaca itu.

"Aku tidak bisa membukanya," ratap Sakura. Ia benar-benar cemas. Harapannya bersekolah di Invis hanya akan jadi tinggal kenangan jika ia gagal keluar dari kereta itu.

"Argh!" Sasuke akhirnya memutuskan untuk membantu Sakura dengan membuka pintu itu dari luar. Namun hasilnya tetap nihil. Pintu itu tertutup kencang dan terkunci secara otomatis, kecil kemungkinan terbukanya pintu jika hanya dengan tenaga manusia biasa.

"Ouvert!" seru Sasuke.

Nihil. Mantra ouvert pun tak berfungsi untuk membuka pintu itu. Sakura semakin cemas saat kereta itu mulai bergerak secara perlahan.

"Sasuke…"

"Arghh!" tiba-tiba saja iris mata Sasuke berubah menjadi warna burgundy.

Dengan sekali tatap, pintu itu terbakar. Membuat Sakura terkejut dengan kemampuan itu. Itu…

Eld Auga...

"Cepat keluar!" seru Sasuke sambil menarik tangan Sakura menerobos kobaran api.

.

.

Sasuke dan Sakura berjalan bersisian. Walaupun begitu, Sasuke nampaknya bertingkah seolah tak menganggap Sakura ada di sampingnya. Sakura sendiri masih memikirkan apa yang baru saja dilihatnya. Ini pertama kalinya ia melihat seseorang dengan kemampuan legendaris semacam Eld Auga, yang Sakura tahu kemampuan mata itu hanya dimiliki keluarga enchanteur terkenal yaitu Uchiha. Itupun Sakura ketahui hanya dari buku-buku kuno para enchanteur ternama.

Jadi Sasuke itu keluarga Uchiha? batin Sakura.

"Kuharap mulutmu bukanlah ember bocor yang senang berkoar dengan apa yang pernah kau lihat," sindir Sasuke seolah mengetahui apa isi kepala Sakura.

"Aku tak senang mengakuinya, tapi kuakui, aku berhutang budi padamu," balas Sakura.

"Jangan senang dulu!" Sasuke memandang sinis Sakura, "setidaknya sebelum kata selamat datang menyambut kita." Ucap Sasuke sambil mengarahkan pandangannya pada kastil megah di hadapan mereka.

"Maksudmu?" Tanya Sakura bingung.

Belum sempat Sasuke mejawab pertanyaan Sakura, sesosok wanita muncul dari balik tubuh mereka.

"Terlambat di hari pertama?" wanita itu mendesis di antara telinga kiri Sasuke dan telinga kanan Sakura. "Aku tak menjamin ada kata selamat datang untuk kalian di Invis L'ecole!"

Sasuke dan Sakura tahu…

Mereka dalam masalah besar…

.

.

To be Continue...

.

Glossary

BIENVENUE AU INVIS L'ECOLE: Selamat datang di Invis L'ecole

Enchanteur: Penyihir

Eld Auga: sejenis Sharingan.

Calmez: tenang

Mercy : Terimakasih

Bordeaux-État : Stasiun Bordeaux

Cher : Sayang

Mademoiselle: Nona

Ouvert : Terbuka


Kik n Ay 's side:

Terimakasih telah membaca sampai di sini. Ini fiksi ke-dua kami. Hasil kerja kami setelah begadang sampai tengah malam.:p

Sedikit banyak fiksi ini memang dipengaruhi Harry Potter-nya . Hehe... Maklum, kami berdua sangat menyukai karya JK. Rowling tersebut. Tapi fiksi ini ga sama ko... Pemikirannya murni ide kami berdua, walau diinspirasi oleh Harry Potter.

Kami memakai setting di negara Perancis. Umm... berhubung bahasa kami masih rada abal. Mohon dimaklumi ya. Hehe..

Semoga kalian semua suka sama fiksi ini. Hehehe..XDD

Terimakasih...

Kik n Ay

30082010