Chapter 1 : Tugas

Naruto POV

Seperti biasa, aku sedang bermain ayunan sambil mengamati anak-anak lain yang sedang bermain bola. Mereka semua tertawa dan terlihat senang, ingin sekali aku ikut bermain, namun aku hanya memandangi mereka. Tahu apa yang akan terjadi bila aku mendekati mereka.

Duk….duk….duk….sebuah bola menggelinding ke arahku.

Aku menunduk dan mengambil bola itu, memandanginya…

"Kembalikan!" seseorang berteriak ke arahku. Aku mendongak dan tersenyum.

"Ini," kataku sambil memberikan bola itu. Anak itu mengambilnya dengan kasar sambil mendorongku dan berteriak,

"Dasar rubah, pergi sana!".

Aku tersentak dan hanya menunduk.

"Iya, mati saja sana, dasar rubah!" kata salah seorang anak sambil mendorongku hingga jatuh terduduk di tanah.

"A… aku hanya ingin mengembalikannya." Kataku pelan.

" Pergi sana, rubah jahat!" teriak seorang anak lagi.

"Rubah jahat, rubah jahat, rubah jahat…" semua mulai meneriakiku.

" A…apa sa…salahku?" tanyaku sambil terisak.

Kulihat salah seorang anak memungut batu dan melemparkannya ke arahku. Aku berusaha menunduk, tapi batu itu melesat tepat mengenai dahiku. Melihat itu, anak-anak yang lain mulai ikut melempariku.

Sakit! Aku meraba dahiku dan tanganku basah oleh cairan merah. Mereka masih melempariku dan aku semakin menunduk, mencoba melindungi diriku. Apa salahku ? tanyaku dalam hati.

"Hentikan!" sebuah suara berteriak lantang di depanku. Aku hanya bisa melihat punggungnya.

Beberapa anak berhenti melempar. Namun salah satu anak tiba-tiba melemparkan batu pada penolongku. Aku memejamkan mata karena takut, saat kubuka lagi mataku, penolongku masih berdiri tegap di depanku. Tapi bisa kulihat dahinya mengeluarkan darah, menetes-netes menuruni pipinya.

"Berani sekali kalian melukai pangeran!" bentak seorang wanita berkacamata dengan rambut berwarna merah. Dia mengusir anak-anak itu dan dengan segara berbalik menghampiri penolongku dengan raut muka cemas.

"Aku baik-baik saja,Karin," kata penolongku menenangkan wanita itu, kemudian dia berbalik menghadapku.

"Kau baik-baik saja?" Tanya penolongku.

Aku terdiam, terkesima melihatnya. Wajahnya adalah wajah paling tampan dan rupawan yang pernah kutemui. Rambut hitamnya terurai lembut tertiup angin, matanya berwarna merah yang hangat, dan kulitnya putih pucat. Sangat kontras dengan darah yang masih menetes di pipinya, membuat wajah itu semakin menawan. Dia tersenyum lebar padaku. Tapi aku tau dari raut wajahnya,dia sedang menahan sakit di dahinya.

Perempuan yang tadi di panggil Karin tadi datang tergesa-gesa dengan membawa kotak obat.

"Pangeran!" panggil Karin.

"Aku baik-baik saja kok, aku kan seorang laki-laki, tenanglah Karin! " kata pangeran menenangkan wanita itu.

"Tapi, pangeran!" protes Karin.

"Daripada aku, lebih baik, kau mengobati anak ini dulu. " kata pangeran sambil berjalan ke arahku. Dia mengulurkan tangannya padaku. Kuangkat tanganku namun tanganku penuh dengan lumpur. Kucoba membersihkannya dengan mengusapnya ke bajuku. Baru kemudian aku menerima uluran tangannya. Dia mengambil sesuatu dari sakunya dan mengusapkannya ke dahiku.

"Semangat ya..!" kata pangeran sambil tersenyum.

# # #

Teng… teng… teng…teng….

Dengan enggan kubuka mataku. Kulirik jam disampingku. Sudah jam tujuh. Dengan malas kucoba menyeret tubuhku menuju kamar mandi. Siraman air hangat membuatku semakin sadar. Aku mulai memikirkan mimpiku tadi.

Mimpiku tadi sangat jelas. Aku jarang bermimpi. Apalagi memimpikan saat itu. Kejadian saat aku masih kecil. Kejadian yang membuatku sampai pada hari ini. Ukh… mengingat hal itu membuatku marah, kesal, benci, lebih baik kulupakan saja.

Kupakai seragamku yang berupa jas blazer berwarna abu-abu dan memandang cermin. Kupandangi diriku. Kulitku berwarna kecoklatan dengan mata biru dan tiga guratan tipis di masing-masing pipiku. Rambut pirang panjangku masih agak basah. Dengan hati-hati aku mengikatnya jadi ekor kuda dan menatanya agar telinga rubahku tak tertekuk.

Ya…. Aku adalah manusia rubah.

Kuabaikan rupaku, aku harus segera berangkat.

Aku melangkahkan kakiku langsung menuju istana tanpa menoleh kanan kiri. Takkan ada yang menyapaku. Aku tak punya teman.

Aku bekerja sebagai prajurit istana. Dan prajurit wanita selalu dipandang sebelah mata. Pekerjaanku sangat beragam, mulai jadi pengawal, menangkap pencuri, pemberontak dll. Aku handal dalam mencari jejak, keahlian yang sangat berguna bagi pekerjaanku.

Istana neraka dibangun di atas bukit. Sangat megah dan luas dengan batu bata warna marun. Pintu gerbangnya dijaga oleh dua prajurit. Aku harus memperlihatkan tanda pengenal kalau mau masuk. Penjagaan di istana sangat ketat. Terutama menjelang pernikahan pangeran. Penjagaan semakin diperketat.

"Uzumaki Naruto" kusebutkan namaku saat penjaga bertanya dan memeriksa tanda pengenalku. Penjaga itu kemudian membiarkanku masuk.

Aku memasuki istana dan langsung menuju ruang tugas. Ruang tugas sangat luas, seperti aula. Dipenuhi oleh para prajurit yang mengambil surat penugasan. Semua tugas yang akan diperintahkan diberitahukan disini. Aku penasaran apa tugasku hari ini.

"Uzumaki Naruto," seseorang memanggilku dari belakang sebelum aku memasuki ruang tugas. Aku langsung menoleh dan menghentikan langkahku. Yang memanggilku adalah prajurit dengan seragam berwarna abu-abu gelap. Utusan khusus.

"Ya, ada apa?" tanyaku

" Anda dipanggil yang mulia raja, ada tugas penting." Jawab utusan khusus itu.

"Tugas penting ?" tanyaku lagi.

" Ya, anda harus segera menghadap " jawab utusan khusus itu sambil tersenyum.

Dia menyuruhku mengikutinya. Kami berjalan dengan setengah berlari. 'ada apa ya' pikirku.

Beberapa saat kemudian kami sampai di ruang raja neraka, di istana bagian dalam. Kami memasuki ruangan dengan atap katedral yang tinggi tanpa jendela. Di ujung ruangan bisa kulihat raja neraka tengah duduk disinggasananya, wajahnya terlihat serius dan sedikit tegang. Raja neraka berperwakan sedang. Dengan tatapan mata tajam dan ada guratan di bawah matanya. Yang mulia itachi uchiha.

"Hamba sudah membawanya yang mulia" kata utusan khusus sambilbersujud.

"Uzumaki Naruto menghadap yang mulia" kataku penuh hormat sambil berlutut.

"Berdirilah, aku punya tugas penting untuk kalian " kata raja neraka sambil duduk di singgasananya.

Kalian ? pikirku. Aku menoleh kesampingku, disana ada dua pemuda. Yang satu berambut merah dengan kantung mata hitam seperti panda. Di dahinya tertulis huruf "ai". Dia seperti cowok yang kurang tidur. Yang satu lagi berambut coklat yang diikat ke atas. Dia kelihatan bosan sekali. Aku akan kena sial pikirku.

"Kalian pergilah ke dunia manusia dan bawa pangeran Sasuke kembali ke dunia neraka" kata sang raja.

" Kalau kalian gagal, siapkan nyawa kalian sebagai gantinya" ancam raja.

" Baik yang mulia " jawab kami bertiga serempak.

" Pergilah, Sai yang akan menjelaskan semua pada kalian "kata sang raja.

Utusan khusus yang tadi memanggilku menyuruh kami mengikutinya. Kami meninggalkan ruangan dan menuju ruang gerbang dunia manusia.

"Pangeran Sasuke telah pergi ke dunia manusia tanpa sepengetahuan kami. Sepertinya pangeran juga mencuri kunci gerbang neraka." Kata utusan khusus yang rupanya bernama Sai.

" Kami telah mememperkirakan dimana pangeran Sasuke pergi dengan menelusuri jejak terakhirnya." Kata Sai yang terenyum sambil membagikan beberapa foto pada kami.

"Ini foto pangeran dan foto lambang kerajaan di punggungnya. Cuma ini yang bisa kami berikan, selanjutnya tugas kalianlah untuk menemukan pangeran" kata Sai.

Kami telah sampai di ruang gerbang, ruang itu penuh penjaga dan prajurit. Ruangan ini paling ketat penjagaannya setelah ruang raja. Kami harus berkali-kali diperiksa. Tak semua orang boleh pergi ke dunia manusia. Harus dengan izin khusus dan keperluan yang sangat penting. Seperti kami yang harus mencari pangeran yang kabur. Aku tak tahu ini termasuk tugas penting atau tidak. Aku mencoba untuk tidak menghela nafas,

Dasar pangeran manja yang seenaknya.

Setelah melakukan berbagai persiapan. Gerbang dunia manusia siap dibuka. Bentuknya seperti pilar yang melengkung dan penuh dengan hiasan ukiran rumit. Saat gerbang neraka dibuka, bentuknya seperti kaca dengan warna-warna menyilaukan. Kami bertiga melangkah menuju cahaya menyilaukan itu bersamaan….

To be continued…..