Gomen lama update!

Terima kasih atas review dari:

ika chan, Aizawa Ayumu Oz Vessalius, Lightning Feathers D. Kiryu, KiryuZero Shicchi Jaegerjaquez, aiNeko-Haru, Kyucchi, anggra way, Shabrina Liem, Michi-chan Phantomhive626, ayano646cweety, rukii nightray, chariot330, Voidy, Matsura Akimoto, Aihara Minam Uchiha

Oke, ini sudah update. Maaf jika ada typo, atau sebagainya. Chapter ini tidak di edit dan di update cepet-cepet karena di update buru-buru. Nyelesein tugas pidato dengan anggota kelompok yang kaya F**K semua! *Hentikan! Inner saia muncul!*

Mari review kembali!

.

.

Summary :: Saat-saat kau bersamanya selama ini, selalu tersenyum dan sebagainya, itu sangatlah menyenangkan. Tapi, kau tak tahu dibalik senyuman itu dia memiliki masa lalu yang kelam. Yakinkah kau bahwa selama ini dia selalu bersamamu?

Chapter 7: Tsuki Ruka

Sode no Shirayuki menceritakan masa lalu sekaligus alasannya melakukan pembunuhan ini dan juga sejarah dari manor ini bertahun-tahun yang lalu. Dia bercerita dengan datar dan benar-benar serius. Rukia terdiam mendengar cerita itu bahkan ada perasaan iba mengoles hatinya.

"Lalu…kenapa kau membunuh dan melukai kami satu persatu?" tanya Rukia pelan dan terdengar sedih. Shirayuki membuka matanya dan melihat kearah Rukia.

"Aku sudah bersumpah. Tak peduli siapapun, apapun alasannya…akan kubunuh mereka semua! Orang luar harus keluar dari manor ini, tidak boleh menginjak manor ini!" jawab Shirayuki sedikit keras.

"Itu adalah hukum Tsuki-Family, bukan, Kurosaki?" Shirayuki bertanya kepada Ichigo yang sedang menopang tubuh Rukia.

"Kau…"

Ichigo menyipitkan matanya, menahan amarah. Rukia melihat ekspresi wajah Ichigo yang sedikit berubah itu dengan perasaan sedikit heran.

"Akan kubunuh mereka semua, sebagaimana keluarga ini telah membunuh SenbonZakura!" cetus Shirayuki mengacungkan pisaunya.

"Sode no Shirayuki!" panggil Rukia berusaha menyadarkan Shirayuki. Ichigo langsung mengeratkan pegangannya pada tangan Rukia.

"Ichigo…"

"Hentikan, Rukia. Dia…tidak mungkin bisa lagi kau sadarkan. Hatinya…sudah mati…" ucap Ichigo menghentikan tindakan Rukia.

"Tapi…"

Ichigo menatap mata violet Rukia dengan lekat, dengan mata seolah berkata 'Kumohon'. Rukia pun menuruti kata-kata Ichigo setelah melihat tatapan dari Ichigo. Itu adalah tatapan yang tak pernah dia lihat sebelumnya.

"Aku senang dapat melihat wajahmu setelah sekian lamanya. Namun, sayang sekali aku harus membunuhmu beserta kekasihmu itu…" ujar Shirayuki berjalan maju mendekati 2 orang itu.

"Begitu?" Ichigo smirk. Matanya berubah makin serius, tak ada niat main-main lagi. Dia langsung menyuruh Rukia untuk mundur, jaga jarak dengan dirinya untuk mencegah wanita itu terluka lebih dari ini.

Shirayuki pun maju dengan cepat untuk menyerang Ichigo terlebih dahulu, namun belum sempat dia menyerang, Ichigo tiba-tiba memegangi pergelangan tangannya dan agak sedikit diplintir hingga Shirayuki sedikit merintih.

"Akh!" rintih kecil Shirayuki.

"Maafkan aku, Shirayuki. Tapi takkan kubiarkan kau menyentuh Rukia seujung jari pun lagi!" kata Ichigo yang merebut pisau Shirayuki dan memukul wanita itu hingga tubuh Shirayuki membentur tembok dan terjatuh. Perasaan Rukia cemas melihat pertarungan kedua orang itu.

"Andai aku dapat menolong, walau pun sedikit" pikirnya.

Shirayuki benar-benar wanita yang kuat, tidak terlihat dari luar karena tampak luar dia terlihat begitu lemah lembut dan baik. Dia bangkit kembali.

"Kau meremahkanku, Kurosaki. Aku sudah bukanlah wanita lemah seperti dulu lagi…" ucap Shirayuki menyeka darah yang keluar dari mulutnya. Ekspresi Ichigo tidak berubah. Dia tetap memasang wajah seriusnya.

"Fuh…" Shirayuki tersenyum kecil dan tiba-tiba langsung melesat, melewati Ichigo dan menerjang Rukia yang sedang lengah.

"Cela-…"

Shirayuki melepaskan jepit rambut dibelakangnya yang menyimpan sebuah jarum begitu tajam yang siap untuk menembus kepala Rukia.

"Rukia!" seru Ichigo melihat Shirayuki menerjang Rukia. Mata wanita itu membelalak besar saat Shirayuki menerjangnya. Tubuhnya tidak mau mengikuti pikirannya. Bahkan dia pasrah jika harus mati sekarang.

Crash, terdengar suara benda tajam menusuk sesuatu hingga membuat cipratan darah di lantai.

"U…Uukh!" rintih pria yang memeluk Rukia, membiarkan punggungnya tertancap jarum tajam itu. Sesaat sebelum jarum itu menusuk Rukia, Ichigo dengan cepat berlari dan langsung memeluk Rukia, tidak membiarkan gadis itu terluka.

"I…Ichi…go…" panggil Rukia terbata-bata pada Ichigo yang memeluknya itu. Dia begitu terkejut melihat Ichigo yang melindunginya sampai seperti itu. Membulat tidak percaya, itulah ekspresi matanya sekarang.

Tubuh Ichigo tiba-tiba terjatuh dipelukan Rukia dan langsung batuk darah. Darah itu mengenai pundak Rukia karena saat ini kepalanya bertumpu pada pundak Rukia.

"I…Ichigo!" seru Rukia cemas sementara Shirayuki mencabut jarumnya dan menjauhi mereka berdua. Kedua tangan Rukia memegangi punggung pria itu, darah dari punggung Ichigo menempeli telapak tangan Rukia, membuat Rukia membulatkan matanya.

"Ichi…go…"

"Maaf, ya, Ruki…a. Tubuhmu jadi terkena cipra…tan darah…ku…" kata Ichigo terbata-bata. Dengan perlahan dan tubuh gemetar, dia melepaskan pelukannya dan berbalik, melihat Shirayuki yang berdiri dengan senyum puas menghiasi wajahnya.

"Ka…Kau…"

"Kau melindunginya? Baik sekali kau. Ternyata kebaikan hatimu itu tetap tidak berubah, ya? Sama seperti saat kau memberontak untuk menyelamatkan wanita itu saat ritual akan dilaksanakan…"

Saat Shirayuki mengatakan 'wanita itu' dan 'Ritual', mata Ichigo membulat untuk sesaat, seakan-akan dia terkejut mendengar Shirayuki bicara. Dan saat dia mendengar kata-kata itu, Ichigo yang awalnya bertekuk sebelah lutut sekarang kedua lututnya bersimpuh.

"Ichigo…"

Alis Ichigo berkedut sekejap, keringatnya mengalir dengan mata tetap membulat. Rasanya, apa yang dikatakan oleh Shirayuki semuanya benar. Ichigo menutup mata dan mengepalkan kedua tangannya dengan gigi menggertak.

"Si…al!" umpatnya. Melihat Ichigo yang kelihatannya sedang drop, Shirayuki tersenyum dan mendekati Ichigo lalu tiba-tiba menendang dagu pria itu hingga dia terjatuh.

"Ichigo!" seru Rukia melihat Ichigo yang ditendang dan membentur tembok.

Anehnya, Ichigo tidak membalas dan cukup lama dia bergerak untuk bangkit kembali. Rukia pun hendak berdiri untuk menolong Ichigo tapi sekarang tubuhnya begitu berat.

"Hentikan!" pinta Rukia dengan nada tinggi. Dia tidak kuat lagi melihat Ichigo seperti ini.

"Hentikan, jangan bicara lebih jauh lagi!" pinta Ichigo menyeka darah yang mengalir dari bibirnya.

"Begitu?"

Shirayuki mengambil pisau yang tertancap dibawah dan berjalan kearah Rukia yang tidak dapat bergerak lagi. Dia benar-benar ketakutan saat ini.

"Kekasihmu sudah hancur mentalnya hanya karena sedikit ucapan dariku. Sekarang, giliranmu lah…" kata Shirayuki memperlihatkan pisaunya didepan mata Rukia.

Mata Rukia membesar, bibirnya kaku, keringatnya mengalir. Tubuhnya benar-benar berat, mengangkat satu jari saja sulit. Melihat ini, Ichigo tetap tidak berkedik sama sekali. Rukia melirik Ichigo dari sudut matanya, melihat Ichigo yang benar-benar hancur.

"Ichi…"

"Dendamlah pada kekasihmu yang hancur hanya karena ucapanku!" ucap Shirayuki mengayunkan pisaunya. Mata Rukia membulat, memantulkan ujung pisau yang begitu tajam akan menembusnya.

Crash, lagi-lagi Ichigo melindungi Rukia. Kali ini, dia tidak memeluk Rukia yang terduduk W sambil menunduk, hanya berdiri dihadapan Rukia dan menerima pisau itu di perutnya. Dan cukup dalam pisau itu menancap pada perutnya. Jarak Rukia dengan Ichigo pun tidak terlalu dekat, tidak terlalu jauh.

"Ichi…go…"

"K-Kau…henti…kan!" kata Ichigo terbata-bata dengan darah mengalir dari mulutnya.

Rukia menunduk, mengepalkan tangannya. "Kenapa…kau selalu melindungiku? Aku…tidak mau kau terluka lagi…karena aku!" batin Rukia sambil menahan air matanya dengan tubuh bergetar.

"heh…"

Shirayuki mencabut kasar pisaunya dari perut Ichigo sambil tersenyum puas. Ichigo mundur, berusaha menahan dirinya agar tidak terjatuh. Shirayuki mengayunkan pisaunya, membersihkan darah Ichigo dari bilah pisaunya itu. Saat pisau itu dicabut kasar, darah pria itu terciprat mengenai Rukia yang terpaku pada gerakannya. Tubuh Rukia berdecak terkena cipratan darah, mata violetnya berubah entah kenapa. Dan membulat hingga matanya mengecil.

"Shirayuki, kau…"

"Khukhukhu, sakit bukan, Kurosaki?" tanya Shirayuki licik.

"Kh!" Ichigo memegangi perutnya yang terluka itu.

"Henti…kan…" ucap Rukia pelan dari belakang dan tetap terpaku pada gerakannya. Shirayuki dan Ichigo melihat kearah Rukia.

"Rukia…" panggil Ichigo menoleh pada Rukia.

Rukia lalu berdiri perlahan. Dia berdiri sambil menunduk dengan kedua tangan yang kelihatannya lemas, wajahnya pun tak terlihat. Shirayuki menatap Rukia dingin. Ichigo justru keheranan melihat Rukia yang sejak tadi tidak dapat menggerakkan tubuh karena luka yang parah, sekarang berdiri seakan luka-lukanya itu tidak ada. Suasana hening sejenak, hujan yang deras pun berubah menjadi suara rintik hujan dan tiba-tiba saja, tembok yang ada dibelakang Rukia hancur dan angin berhembus dengan kuat. Rambut panjang Shirayuki juga kimononya tertiup tapi itu tidak membuat raut wajahnya berubah.

"A…Apa? Rukia!" Ichigo mulai cemas dengan keadaan ini. Sesuatu telah terjadi pada Rukia saat ini.

Rukia tidak menjawab, dia tetap menunduk. Lalu, angin yang bertiup itu menyelimuti Rukia dengan durasi kurang lebih 1 menit. Perasaan Ichigo buruk. Rasanya, akan terjadi sesuatu yang gawat pada Rukia. Keringatnya mengalir, menunggu apa yang akan terjadi.

"Rukia…"

Angin yang menyelimuti Rukia lalu menghilang dan muncullah 'Rukia' dengan tampilan berbeda. Rukia yang sekarang memakai kimono putih dengan tali merah melilit di obi hitamnya. Rukia menaikkan perlahan kepalanya namun dengan mata masih tertutup.

"A…Aaah…" mata Shirayuki dan Ichigo sama-sama membulat. Mereka terkejut melihat penampilan Rukia yang sekarang, mereka seperti sudah tidak asing dengan wujud itu. Keringat dingin mereka berdua mengalir dari pelipis menuju pipi. Rukia pun lalu membuka matanya sedikit demi sedikit dan memperlihatkan mata violet kebiruannya.

"Hentikan perbuatanmu, Shirayuki…" kata Rukia pelan bahkan terdengar dingin.

"A…Anda…" Shirayuki bicara terbata-bata.

"Ru…Ruka…sama…" lanjut Shirayuki dengan mata yang rasanya sudah tidak asing lagi dengan wanita yang ada dihadapannya sekarang.

Rukia yang ada dihadapan mereka berdua benar-benar berbeda dengan Rukia yang biasanya. Dia memberikan wajah tanpa ekspresi. Wajahnya datar saja. Rukia atau yang sekarang dipanggil 'Ruka' oleh Shirayuki berjalan pelan, menyeret kimono yang menutupi kakinya. Ichigo terdiam, tidak bisa berkata apa-apa. Dia sama kagetnya dengan Shirayuki bahkan lebih kaget.

"Ru…Ruka…" panggil Ichigo pelan dengan tubuh kaku.

A/N: Untuk selanjutnya sampai pemberitahuan berikutnya, yang bicara adalah Ruka. Tapi, anggap saja Ruka adalah Rukia. Karena wujudnya tetap Rukia, namun didalamnya ada roh bernama Ruka.

"Kenapa…anda bisa…" Shirayuki bertanya terbata-bata dan memundurkan tubuhnya.

"Shirayuki, ternyata kau belum melupakanku, ya? Sungguh mengesankan…" kata Ruka.

Walaupun saat ini Rukia atau Ruka itu ada disatu tubuh. Begitu bicara, suara Rukia-lah yang keluar. Ataukah mungkin suara Ruka sama dengan suara Rukia. Singkatnya, raga yang tengah dengan berdiri itu adalah Rukia, namun jiwa-nya adalah seorang wanita yang dipanggil Ruka. Tubuh Rukia dirasuki oleh arwah wanita bernama Ruka.

"Anda…anda…"

"Sode no Shirayuki, perbuatanmu kali ini sungguh biadab. Aku tahu bahwa kau dendam pada keluarga ini karena SenbonZakura telah tewas ditangan keluarga ini. Namun, kau tak punya alasan untuk membunuh bocah-bocah yang masuk kemari. Mereka tak mengenalmu, mereka tak salah apapun padamu. Kenapa kau membunuh mereka bagaikan membunuh para binatang?" kata Ruka begitu bijaksana dan tegas. Nada bicara pelan namun tegasnya begitu terasa. Persis seperti Rukia yang sedang serius.

Shirayuki tidak dapat menjawab apapun. Ichigo pun terdiam melihat percakapan Ruka dengan Shirayuki. Dia tidak dapat berkata apapun.

"Kau…anda sudah…tewas…pada malam itu! Takkan kubiarkan anda bicara seolah-olah anda mengerti perasaan saya!" seru Shirayuki yang mengayunkan pisaunya, hendak membunuh Ruka. Ekspresi wajah Ruka tidak bergerak sama sekali. Dia justru menutup matanya dan tiba-tiba memegang pergelangan tangan Shirayuki saat pisau itu sedikit lagi akan menyentuh keningnya.

"A-…"

"Tidakkah aku memintamu untuk berhenti, Shirayuki?" tanya Ruka dengan nada dingin dan membuka matanya perlahan. (A/N: Ekspresi Ruka yang seperti ini bisa dibayangkan saat Ichigo di chapter 419 page 18 ^^v). Tangan Ruka yang memegang pergelangan tangan Shirayuki yang tiba-tiba bersinar dan entah kenapa tiba-tiba Shirayuki langsung menjauh dan sedikit mengerang kesakitan.

"Kau…"

Pergelangan tangannya lalu meneteskan darah. Sementara itu Ruka merentangkan tangan kanannya seolah akan memegang sesuatu. Kemudian, muncullah sebuah pedang yang terbentuk dari partikel angin dan cahaya yang tadi mengelilingi Rukia. Pedang berwarna putih dan bersinar.

"Sial!" umpat Shirayuki yang merasakan sesuatu yang buruk akan menimpanya.

"Hentikan, Ruka! Ruka!" seru Ichigo tiba-tiba yang mencoba menghentikan tindakan Ruka. Nama Ruka keluar begitu saja dari mulut Ichigo, seolah Ichigo mengenal gadis bernama Ruka itu. Ruka yang mengacuhkan ucapan Ichigo kemudian melempar pedang itu tepat kearah Shirayuki. Hingga pundak wanita berambut silver itu tertancap pedang.

"Akh!" rintih Shirayuki bersandar pada tembok, memegangi pundaknya yang tertancap pedang. Ruka berjalan mendekati Shirayuki, menarik paksa pedang itu dari pundak Shirayuki tidak peduli kimononya terciprat darah Shirayuki. Dia pun mengacungkan pedang itu, Shirayuki melihat ujung pedang yang begitu tajam

"Dengan ini…akan kuakhiri. Segala penderitaanmu, penderitaan bocah-bocah ini dan kutukan di manor ini…" ujar Ruka.

"Hentikan, Ruka! Jika kau melakukannya, kau sama seperti Shirayuki! Hentikan itu, Ruka! Ruka! Rukaa!" Ichigo berusaha menghentikan Ruka untuk membunuh Shirayuki dengan memakai tubuh Rukia. Dia ingin berlari untuk menghentikan aksi Ruka tapi tubuhnya tidak dapat bergerak sama sekali.

"Jika kau dendam, maka dendamlah pada dirimu yang begitu rendah untuk membunuh manusia. Kau yang seorang roh, tidak memiliki hak untuk membunuh manusia…"

Saat Ruka menghujamkan pedang itu dan saat mata Shirayuki membulat saat tahu dirinya akan dihancurkan oleh wanita itu, klentang! Tiba-tiba saja pedang tersebut terjatuh. Shirayuki yang sudah ketakutan dan Ichigo yang sudah panik, kaget melihatnya.

Brug, Tubuh Rukia yang dimasuki roh Ruka terjatuh tepat dihadapan Shirayuki, tergeletak tidak berdaya. Angin kembali menyelimuti tubuhnya itu dan Rukia kembali lagi. Dia sudah tidak memakai kimono dan berpenampilan seperti Rukia yang sebelumnya.

"Rukia!"

Rukia membuka sedikit demi sedikit matanya juga mengangkat tubuhnya yang penuh luka itu. Keringat mengalir banyak dari tubuhnya, begitu berat dia mengangkat tubuhnya itu.

"Ap…pa? Apa yang…terja…di?" tanya Rukia terbata dan berusaha mengangkat kepalanya.

Shirayuki tersenyum licik. Matanya kembali memancarkan tatapan pembunuh.

"Khu…"

Grap, Shirayuki mencengkram leher Rukia dan mengangkatnya keatas. Rukia benar-benar lemas hingga tak dapat memberontak.

"Ah…" Rukia tidak dapat berkata apapun lagi. Dia benar-benar lemas. Matanya pun sayu, tubuhnya dingin.

"Lepaskan Rukia, Shirayuki!" perintah Ichigo.

"Khukhukhu, Kurosaki Ichigo. Ruka-sama yang tadi adalah satu-satunya harapan cahaya-mu. Tapi, sayang sekali dia harus pergi dengan begitu cepat…"

"Lepaskan dia! Dia tidak bersalah!" bentak Ichigo yang berlari kearah Rukia, menyelamatkannya. Shirayuki langsung meletakkan pisaunya tepat didepan leher Rukia hingga membuat Ichigo berhenti.

"Jangan bergerak. Jika kau bergerak sedikit saja, wanita ini akan kubunuh…menyusul Ruka-sama…" kata Shirayuki mengancam.

"Sial!" umpat Ichigo menggertakan giginya.

"Dapatkah kau mendengarku, nona?" tanya Shirayuki. Rukia melihat kebawah dengan mata menyipit karena menahan sakit.

"Ukh!"

"Matamu itu…begitu menjengkelkan. Kau mengingatkanku pada wanita yang seharusnya sudah mati tadi!" Shirayuki langsung menancapkan pisaunya pada paha kiri Rukia.

"Akh!" Rukia langsung menutup matanya, menahan sakit. Tubuhnya benar-benar lemas hingga tidak dapat berbuat apapun.

"Konyol…" Shirayuki melempar tubuh Rukia sambil menarik paksa pisaunya dari paha Rukia.

"Rukia!" Ichigo pun dengan sigap langsung menangkap tubuh mungil berlumuran darah itu.

"U…Uhuk! Uhuk! Uhuk!" Rukia terbatuk karena tadi kesulitan bernafas akibat cengkraman yang kuat di lehernya.

"Rukia! Hei, Rukia! Sadarlah, Rukia! Rukia!" panggil Ichigo yang menepuk pelan pipi Rukia, memanggil dengan cemas.

"I…Ich…Ichi…go…"

"Syukurlah kau baik-baik saja, Rukia…" kata Ichigo tersenyum lega dan mengelus pipi Rukia dengan lembut. "He…" Rukia pun tersenyum kecil walau dengan pandangan lemah. Ichigo merasakan tubuh Rukia begitu dingin bahkan sangat dingin seperti es.

"Kenapa tadi Ruka merasuki tubuh Rukia? Kenapa?" batin Ichigo sambil melihat Rukia yang lemas, tidak berdaya. Ichigo kemudian menutup matanya, memikirkan sesuatu.

"Sekarang, duduklah disini. Ini semua harus diakhiri…demi kebaikanmu juga…" ujar Ichigo yang membuka matanya dan menyandarkan tubuh lemah Rukia dan berdiri menghadap Shirayuki.

"Ah…"

"Sekarang aku mengerti, Kurosaki. Selama aku membantai teman-temanmu, kau tak menampakkan wujud-mu. Dan saat wanita itu hendak kubunuh, kau baru menampakkan wujudmu. Dan kejadian yang tadi, luka yang kudapat di pundak ini…menjelaskan semuanya. Kau, wanita mungil disana…kau adalah reinkarnasi dari Ruka-sama. Wanita yang sudah tewas 15 tahun yang lalu…"

Mata Rukia membulat, kaget dengan ucapan Shirayuki yang tiba-tiba.

"Rein…kar…nasi?"

"Ya. Kau adalah reinkarnasi dari Ruka-sama. Apa kau tidak ingat apa yang telah kau lakukan padaku tadi? Jiwa Ruka-sama yang ada dalam tubuhmu bangkit…bangkit dan hendak membunuhku, menguasai tubuhmu…" jelas Shirayuki. Rukia tetap kaget hingga tidak bisa bicara apapun. Dia terpaku pada posisinya yang terduduk W dengan kedua tangan menyentuh lantai, menyangga tubuhnya.

"Kurosaki, kau kenal dengan Ruka-sama juga, bukan? Tidak, bukan kenal lagi…Ruka-sama adalah kekasihmu bukan?"

Begitu mendengar kata-kata Shirayuki, Ichigo yang terdiam tanpa kata dan gerak lagi-lagi membelalakkan matanya. Sikap Ichigo sejak nama Ruka disebut seperti rahasia besarnya telah terbongkar. Dia selalu terkejut.

"Hei, Ichi…go. Katakanlah…sesuatu. Hei…" panggil Rukia yang memaksa dirinya untuk bangkit namun tidak bisa.

Ichigo melirik Rukia dari sudut matanya. "Ruka!" umpatnya pelan sambil menutup mata. Keringat yang mengalir dari pelipisnya terjatuh mengenai permukaan tanah.

"Kalau aku tidak salah dengar, Ruka-sama saat menjalani ritual itu…tengah mengandung anak-mu, bukan? Aku kasihan padamu, Kurosaki. Dalam satu waktu, kau kehilangan kekasih dan calon anakmu…" lanjut Shirayuki yang selalu berusaha menghancurkan mental Ichigo.

"Ichigo…"

"Ara? Kau tidak tahu apapun, nona?" tanya Shirayuki pada Rukia.

"Eh?"

"Singkatnya, dulu Kurosaki memiliki kekasih bernama Ruka, Tsuki Ruka. Sayangnya, Ruka-sama harus dijadikan tumbal dari salah satu ritual manor ini. Dan lalu, saat itu Ruka-sama tengah mengandung anak Kurosaki. Ruka-sama dijadikan tumbal karena dirinya memiliki kekuatan yang spesial, hingga cocok untuk dijadikan Moon priestess, ritual yang paling berpengaruh di Tsuki-family. Ritual terjadi sebelum aku melakukan pembantaian. Bahkan, dia masih sempat bicara padaku saat aku mendengar dari Haineko bahwa SenbonZakura telah tewas…" jelas Shirayuki.

"Moon…Priestess…"

xx

"Ichigo, tolong aku!"

"Ruka! Hentikan! Lepaskan dia!" pinta Ichigo yang ditahan oleh penjaga saat berusaha menyelamatkan Ruka.

"Ichigo!" panggil Ruka sambil mengulurkan tangannya.

"Rukaa!"

Saat tinggal sedikit lagi menyentuh tangan Ruka, Ruka sudah menghilang terlebih dahulu dibalik pintu besar.

xx

Ichigo teringat saat dirinya tidak dapat menyelamatkan Ruka, kekasihnya itu saat Ruka akan melakukan Moon ritual.

"Ruka…" katanya pelan sembari mengepalkan tangan, namun kata-katanya terdengar oleh Rukia.

"Ichigo…" batin Rukia melihat Ichigo dengan sedih.

"Kau memiliki wajah persis dengan Ruka-sama. Ruka-sama adalah wanita yang ramah, baik hati, pintar dalam segala hal. Sungguh seperti dirimu, nona…" jelas Shirayuki sambil tersenyum smirk pada Rukia yang masih belum mengerti. Rukia mengerutkan alisnya. Memasang wajah benar-benar tidak mengerti dan tidak tahu apapun.

"Cu…kup…" kata Ichigo pelan dan mulai berdiri namun kepalanya masih menunduk.

"Ichigo…" Rukia melihat Ichigo yang berdiri.

"Sudah cukup bicaranya, Shirayuki! Rukia tidak tahu apa-apa, jangan kau libatkan dia dengan masalah Ruka!" bentak Ichigo dengan nada marah dengan tangan mengepal.

"Ruka dan Rukia adalah wanita yang berbeda! Salah besar jika kau mengatakan bahwa Rukia adalah reinkarnasi dari Ruka!" lanjutnya.

"Kenapa? Kau merasa masa lalu-mu kembali terungkit lagi? Masa lalu yang begitu menyedihkan…"

"Rukia adalah Rukia, Ruka adalah Ruka! Mereka berdua bukan orang yang sama! Hentikan ucapanmu itu!"

"Ichigo…" Rukia menyebut namanya, namun dia tidak menoleh sama sekali.

"Aku…aku harus melakukan ini! Maafkan aku, Rukia!" Ichigo langsung berlari menuju Shirayuki dan tanpa disangka, dia mengeluarkan pisau dari balik pakaiannya dan langsung menghujam dada Shirayuki.

"Ka…Kau…pisau…in…ni!" Shirayuki melihat kebawah, melihat Ichigo yang menusuknya. Ichigo terdiam sejenak dengan pose tetap menusuk, mulutnya berkata sesuatu namun tidak jelas dan tidak dapat didengar oleh Shirayuki.

"Persiapan sudah siap. Sekarang, mari kita mulai ritual ini, Shirayuki…" kata Ichigo dingin tanpa ekspresi. Ichigo dapatkan kembali dirinya. Sekarang, dia sudah tidak seperti tadi. Dia benar-benar serius dan saat ini yang ada dipikirannya hanyalah menghentikan ini semua.

"Ka…Kau!"

Tiba-tiba cahaya muncul dari pertengahan Ichigo dan Shirayuki. Angin kembali berhembus dari lubang yang diciptakan oleh Rukia tadi. Angin yang begitu kencang.

"Aakh! A…apa?" tanya Rukia terkejut dengan datangnya angin yang begitu kencang itu.

Mulut Ichigo kembali mengucapkan sesuatu. Rasanya itu adalah mantra karena tadi Ichigo mengatakan 'ritual'. Angin itu mengelilingi Ichigo dan Shirayuki. Rukia bahkan tidak dapat melihat Ichigo karena angin yang begitu kuat dan berwarna hitam keunguan.

"Ichigo!" seru Rukia berusaha berdiri tapi tidak bisa.

Sementara itu, didalam putaran angin itu, Ichigo yang masih tetap menancapkan pisaunya.

"Kenapa kau…melakukan ini?" tanya Shirayuki yang darah mengalir dari mulutnya.

"Kau tahu…sendiri…kan? Jika kau lakukan in-…"

"Jangan bicara lebih banyak, aku tidak mau membuang waktu untuk bicara dengan pembunuh denganmu, Ruka bisa memarahiku nanti…" kata Ichigo memotong ucapan Shirayuki, dan melepaskan pegangan pisau itu.

"Tenanglah kau disana, Shirayuki…" ucap Ichigo dingin dan tubuh Shirayuki bersinar kemudian.

"Aaaaaaaaaakh!" Shirayuki menjerit, merintih, mengerang. Angin itu mengelilingi Shirayuki yang tubuhnya tak menapaki tanah lagi.

"A…Apa? Kenapa?" tanya Rukia.

Angin berhembus makin kuat, suara gemuruh terdengar, dan guncangan terjadi di manor ini. Sepertinya manor tersebut akan hancur. Rukia tidak kuat untuk berdiri karena tekanan ini dan dia tersungkur dibawah.

"Akh!" rintihnya saat terjatuh.

"Uaaaaaagh!" tubuh bercahaya Shirayuki itu makin naik keatas dan tiba-tiba dia menghilang dari bawah kakinya. Tubuh atau partikel roh-nya terpencar-pencar dan melayang menuju bulan purnama.

Klentang, Pisau yang tadi menusuk Shirayuki terjatuh, Ichigo mendekati pisau itu dan mengambil pisau tersebut, melihatnya dengan wajah datar.

"Ich…chigo…" panggil Rukia yang lemas.

Ichigo tidak merespon panggilan Rukia, dia membelakangi wanita itu. Dan benar, manor itu memang akan hancur. Dinding-dindingnya runtuh, lantainya mulai retak-retak. Rukia lalu memaksa tubuhnya untuk berdiri.

"U…Uukh…" Rukia berdiri dengan tubuh sempoyongan.

"Larilah, Rukia!" ucap Ichigo tanpa menghadap Rukia, justru menghadap partikel-partikel roh biru yang terbang menuju bulan purnama yang dihiasi bekas-bekas hujan yang telah berhenti.

"Apa? Aku…tidak mau lari! Aku tidak mau lari seorang diri!" tolak Rukia.

Ichigo kemudian berbalik, menatap lekat mata Rukia yang benar-benar terpancar bahwa dirinya bertekad tidak mau pergi sendirian.

"Kau harus pergi. Harus…" kata Ichigo lembut.

"Bagaimana denganmu?"

"Aku tidak apa. Jangan mengkhawatirkanku…"

"Apa?"

"Karena sejak awal…aku memang tidak ada…bersamamu…" Ichigo berkata sembari membalikkan badan, kembali membelakangi Rukia yang membulatkan matanya.

"Eh?"

-To be Continued-


Time to rest!

Ini chapter rest untuk saia. Mudah-mudahan chap ini memuaskan karena untuk sementara waktu, saia akan rest. Jadi, tanpa banyak omong, REVIEW onegaishimasu!