Disclaimer: BLEACH punya Tite Kubo *treak dari puncak Monas*

The Baby Is My Taichou

"Ma-maaf... namaku Hinamori Momo. Aku dengar dari kuchiki-san katanya Shi... maksudku Hitsugaya-kun berada di sini." Kata hinamori menjelaskan maksud kedatangannya. Kemudian mata sang gadis berambut hitam berbinar-binar melihat batita berambut putih yang sedang menghisap jempolnya dengan polosnya di gendongan Ichigo.

"KYA! Shiro-chan..." teriak Hinamori bahagia. Kemudian sang gadis berambut hitam itu segera merampas Toushiro dari gendongan Ichigo dan memeluknya erat dengan gemas.

Chapter 11
Mata coklat Ichigo berdenyit memperhatikan Hinamori yang sedang bermain dengan Toushiro dan Karin di ruang tamunya, 'Siapa gadis ini?' pikir Ichigo, 'dia bukan anak buah Aizen atau orang mencurigakan kan?' tanya Ichigo dalam hati dengan curiga. Mata coklatnya tidak bisa berhenti memperhatikan Hinamori yang nampak sangat bahagia bermain dengan Toushiro dan Karin. Sesekali sang gadis berambut hitam berteriak gemas melihat tingkah laku kedua batita mungil itu.

Ichigo memang pernah mendengar nama Hinamori Momo sebelumnya, tetapi ia belum pernah bertemu dengan sang shinigami berambut hitam itu secara langsung, "Uh'um... Hinamori-san." Panggil Ichigo.

Kemudian setelah sang gadis yang disebut namanya mengalihkan perhatiannya dari dua batita imut ke sang remaja berambut orange yang menatapnya dengan tatapan curiga. Kemudian dengan perasaan sedikit ragu dan segan, sang remaja berambut orange bertanya kepadanya, "Kalau boleh aku tahu, kau ini..."

Ichigo menggaruk-garuk belakang kepalanya dan terdiam. Ia tidak bisa menemukan kata yang tepat untuk menanyakan idenditas sang gadis berambut hitam. Melihat hal itu, Himanori tersenyum dan menganggakukkan kepalanya mengerti apa yang ingin ditanyakan sang pemuda berambut orange.

"Ah... maaf aku terlalu bahagia bisa bertemu Shiro-chan yang kembali kecil lagi. Aku jadi lupa memperkenalkan diriku." Kata Hinamori, "Namaku Hinamori Momo, fukutaichou divisi 5. Toushiro dan diriku dibesarkan di bawah atap yang sama, jadi... bisa dikatakan Toushiro adalah adikku. Aku juga yang merawatnya saat ia masih kecil." Jelas Hinamori dengan mata berbinar-binar.

"Padahal waktu ia masih kecil, ia begitu manis. Tapi sayangnya begitu ia merasa dewasa, ia jadi dingin." Kata Hinamori sambil melebungkan pipinya.

Ichigo mengangguk-anggukan kepalanya mengerti. Mulutnya terbuka membentuk bentu O. kemudian tiba-tiba perkataan Hinamori kembali terbesit kembali dalam kepala sang remaja berambut orange, "Tunggu sebentar... tadi kau bilang, kau merawat Toushiro saat ia bayi?" tanya Ichigo dengan tatapan penuh harapan.

Hinamori menggangukan kepalanya. Lalu tiba-tiba Ichigo berlutut di hadapan Hinamori dan meraih tangan kanan sang gadis betubuh mungil dengan kedua tangannya, "Kau adalah orang yang selama ini aku cari." Kata Ichigo sambil meremas lembut telapak tangan mungil di antara kedua telapak tangan lebarnya.

Mendengar pernyataan remaja berambut orange di hadapannya yang menatapnya dengan mata coklat yang berbinar-binar, wajah Hinamori merona sangat merah, "Anu... itu... kenapa sangat tiba-tiba?" tanya Hinamori dengan nada malu-malu.

"kumohon... " kata Ichigo dengan wajah dan tatapan serius. Melihat ekspresi wajah sang remaja berambut orange, jantung hinamori berdegup sangat kencang.

"Kumohon... bantu aku merawat Toushiro dan Karin." kata Ichigo melengkapi perkataannya yang membuat wajah sang gadis bertubuh mungil berubah suram beberapa derajat. Saat ini hanya dua kata yang dapat mengungkapkan kekecewaan kesalah pahamannya, "Ow... begitu." Kata Himanori dengan wajah kecut.

~H~

Keesokan harinya...

Dengan wajah berseri-seri seorang remaja berambut orange berangkat ke sekolahnya. Semalam, entah apa yang Hinamori lakukan kepada Toushiro dan Karin, tetapi kedua batita itu tidur lebih cepat dari biasanya, sehingga sang remaja berambut orange bisa tidur dengan pulas dan bahagia tanpa diganggu oleh dua batita imut nan manis itu. Sayangnya, kebahagian yang datang tiba-tiba itu membuat Kurosaki Ichigo terlena dan lupa bahwa ia memiliki masalah lain yang menanti di sekolah.

"OHAYOU...ICHIGOOO!" teriak Keigo ketika ia melihat sang remaja berambut orange dan berlari ke arahnya. Lalu dengan santai sang remaja berambut orange menedang wajah Keigo hingga terpental dua meter.

"Ohayou Keigo!" balas Ichigo dengan wajah datar sambil memperhatikan Mizuhiro yang menusuk 'mayat' Keigo yang berdarah-darah dengan ranting.

Detik kemudian, terdengar kembali teriakan yang memekakkan telinga sang remaja berambut orange. Kali ini adalah wali kelasnya yang berlari kearahnya dengan kecepatan melebihi seekor jaguar. Ichigo yang terkesima dengan kelakuan antik wali kelasnya, tidak sempat menghindari serangan dadakan sang wali kelas sehingga terpental dan mendarat di samping Keigo , "OHK... !"

"Sensei... kau menambah korban pagi ini!" kata Mizuhiro sambil mengeluarkan senyuman andalannya.

"Ah... kelepasan! Maafkan aku... " kata sang wali kelas sambil menepuk kedua tangannya di hadapan korbannya. Detik kemudian ia menyadari bahwa bukan itu maksud kedatangannya, "Akh... Kurosaki!" teriak sang wali kelas dengan wajah merona karena malu sambil menunjuk Ichigo yang mulai bangkit dari matinya.

"Jelaskan dirimu... " kata sang wanita berkaca mata dengan tatapan ganas.

"Jelaskan apa?" tanya Ichigo bingung.

"Kau sudah memiliki bayi? Kenapa kau... Pada hal ku kira kau adalah murid yang baik." Ochi-sensei menghapus air mata dengan lengan bajunya.

Wajah Ichigo berubah pucat seketika, "Ah... itu... aku bisa menjelaskannya." kata sang remaja berambut orange panik. Tiba-tiba Keigo bangkit dan memegang kedua pundaknya, "Siapa yang berani menodaimu, Ichigo?" kata Keigo dengan wajah terkejut, dan juga berdarah-darah.

"Diam kau Keigo! Kau sama sekali tidak membantuku." Kata Ichigo kesal sambil menyikut perut Keigo hingga sang remaja bermbut hitam itu kembali tumbang.

"Ochi-sensei... sebenarnya... " dan kemudian Ichigo pun memulai menceritakan kisah menyedihkannya.

~H~

Sementara itu di kediaman Kurosaki...

"Karin-chan... kembali ke sini! Kalau kau berlari-lari dengan hanya mengenakan handuk seperti itu, kau bisa jatuh!" teriak Hinamori sambil mengejar-ngejar batita berambut hitam yang sangat aktif itu. sementara itu, Toushiro duduk di atas sofa sambil tertawa girang memperhatikan Hinamori yang kewalahan menghadapi satu batita yang usianya tidak lebih dari tiga... uh'hum... tiga belas tahun itu.

Hinamori baru saja selesai memandikan Toushiro dan Karin dan Himanori hendak memakaikan baju mereka. Tetapi begitu kaki Karin menginjak lantai, sang batita berambut hitam itu mulai berlari-lari mengelilingi sofa tempat batita lainnya duduk, dengan hanya selembar handuk biru menutupi tubuh mungilnya dan sebagian rambut hitamnya. Semetara itu Toushiro duduk manis dan tertawa girang memperhatikan Hinamori yang sedang menggejar Karin.

"Mou... aku tidak mau tahu ya kalau kau sampai masuk angin." kata Hinamori sambil melembungkan pipinya. Akhirnya ia berhasil menangkap Karin dan mendudukkannya di samping Toushiro. Kemudian ia mulai mengeringkan rambut dan kemudian badan kedua batita itu dengan handuk. Setelah kering, Hinamori menaburkan bedak di atas tubuh mereka dan memilih baju untuk mereka.

Dari semua baju yang Rangiku beli, Hinamori memilih memakaikan mereka dengan baju simple. Celana pendek dan kaos hoody berwarna biru untuk Toushiro, sedangkan pink untuk Karin. Di bagian tengah kaos Toushiro, terdapat gambar naga kecil biru dan huruf T besar. Sedangkan milik Karin, terdapat gambar kelinci kecil yang sedang memeluk huruf K besar.

Setelah kedua batita itu wangi dan imut, Hinamori membuat susu untuk mereka berdua. Sesekali Hinamori mengintip keadaan kedua batita itu dari dapur. Tiba-tiba Hinamori merasakan reiatsu lain dalam rumah keluarga Kurosaki, tetapi ia tidak merasa panik karena reiatsu itu sangat familiar baginya.

"Kuchiki-san. Kau kembali?" kata Hinamori ketika kembali keruang tamu dan melihat sang shinigami bermata violet itu sedang bermain dengan Toushiro dan Karin. Kedua batita itu mencoba memanjat tubuh sang shinigami mungil itu.

"Ah... iya. Aku kembali karena khawatir denganmu." Kata Rukia.

"Tenang saja, Kuchiki-san! Aku biasa merawat anak-anak saat Shiro-chan... maksudku Hitsugaya-kun kecil!" kata Hinamori sambil duduk di samping Rukia.

"Bu... bukan itu maksudku..." kata Rukia, "Kau tidak diapa-apain oleh Ichigo kan?" tanya Rukia dengan tatapan curiga dan khawatir. Mendengar pertanyaan sang shinigami bermata violet, wajah Hinamori merona. Melihat hal itu, reiatsu Rukia meluap karena cemburu.

Sementara itu...

Ichigo yang sedang beristirahat di atap sekolahnya menjadi panik merasakan reiatus Rukia meluap . Apa ada sesuatu terjadi di rumahku? Pikir sang remaja berambut orange. Lalu dengan segera, Ichigo mengambil lambang subtitute shinigaminya dan menepelkanya di dadanya. Begitu menjadi shinigami, sang remaja berambut orange langsung melesat kembali ke rumahnya.

~H~

"Rukia... ada apa?" teriak Ichigo panik sambil mendobrak pintu rumahnya, "Mana hollow? Mana Aizen?" tanya sang remaja berambut orange mencari tanda-tanda keberadaan musuh di sekitarnya sambil mengacungkan Zangetsu, siap untuk bertempur.

Menyadari tak ada secuil pun tanda bahaya, Ichigo menghela nafasnya lega. Tetapi hal itu hanya sesaat karena detik kemudian, ia merasakan hawa dingin mencengkram tubuhnya, "Mae... Sode no Shirayuki!" Tepat sebelum serangan Rukia menjadikannya es strawberry, Ichigo mengelak dengan pose kayang.

"RUKIA! apa yang kau lakukan? Apa kau ingin membunuhku, ha?" tanya Ichigo dengan marah, masih dalam keadaan kayanya.

"Ya... begitulah!" kata Rukia dengan wajah polos, "Baik selanjutnya... Sugi no mai..." belum selesai Rukia memanggil shikainya, Hinamori menghentikannya, "Tunggu sebentar, Kuchiki-san!"

"Ada apa Hinamori-san?" tanya Rukia dengan wajah setengah sebal karena cemburu.

"Kau salah paham. Kurosaki-san tidak berbuat sesuatu yang aneh kepadaku." kata Hinamori dengan wajah merona, "Sebenarnya..."

Flash back...

"Shiro-chan... jangan naik ke atas sana itu berbahaya!" teriak Hinamori panik melihat sang batita berambut putih mencoba mandaki tangga. Saat ia hendak mengejar Toushiro, Hinamori mendapati batita berambut hitam yang lain tak mau kalah membuat ulah dengan mencoba meraih vas bunga di atas bufet.

"KYA... jangan Karin-chan! Itu berbahaya!" teriak Hinamori sambil berlari untuk meraih vas bunga yang hampir jatuh. Hinamori menghela nafasnya lega karena berhasil menangkap vas bunga itu sebelum jatuh menimpa kepala sang batita berambut hitam. Setelah itu ia kembali mengejar Toushiro, yang sudah setengah jalan mendaki tangga, sambil membawa Karin untuk memastikannya tidak membuat ulah yang lain.

"Ah... akhirnya tertangkap!" Kata Hinamori sambil mengangkat Toushiro dengan tangan kirinya karena ia sedang membawa Karin di tangan kanannya, 'Hm... Kurosaki-san ke mana ya?' tanya Hinamori penasaran dalam hati. Sejak dari tadi ia tidak melihat keberadaan sang remaja berambut orange.

"Kurosaki-kun..." panggil Hinamori. Tapi sang remaja berambut orange yang di panggil namanya tidak membalasnya, 'Apa mungkin ia di kamarnya?' pikir Hinamori. Lalu sang shinigami berambut hitam mengetuk pintu sang shinigami pengganti dan memanggil namanya. Setelah beberapa saat tidak ada jawaban, Hinamori memberanikan diri membuka pintu kamar sang remaja berambut orange dan mengintip ke dalam.

Di dalam kamar, Hinamori mendapati sang remaja berambut orange sedang tertidur sangat pulas dan dengan mulut terbuka. Wajahnya terlihat bahwa ia sangat bahagia dalam dunia mimpinya, "Jahat sekali. Dia bisa tidur dengan pulas sementara aku kewalahan merawat Toushiro dan Karin!" kata sang Hinamori kesal. Lalu tiba-tiba sebuah ide jahil terbesit dalam benak shinigami berambut hitam.

"Kalian tunggu di sini ya!" kata Hinamori sambil meletakan kedua batita di gendongannya di atas lantai. Setelah itu dia meninggalkan ruangan dan kembali dengan membawa sebuah kantung plastik bertuliskan 'Garam'.

Kemudian sambil tersenyum jahil, Hinamori menuangkan isi plastik kecil itu ke dalam mulut sang remaja berambut orange yang terbuka.

End flash back...

"AH... pantas saja ketika aku bangun mulutku rasanya asin sekali!" teriak Ichigo kesal. Akhirnya ia mengetahui alasan kenapa mulutnya terasa sangat asin seperti menelan gunung garam waktu ia bangun tadi pagi. Sementara itu Rukia sweat drop mendengar pernyataan sang shinigami berimage polos dan lembut itu, "Hinamori-san... kau..."

"Maafkan aku..." kata Hinamori dengan wajah merona.

"Tidak apa-apa, Hinamori-san! Lagi pula itu juga salah Ichigo." kata Rukia sambil menjitak kepala sang remaja berambut orange.

"Apa boleh buat! Aku terlalu lelah merawat Toshiro dan Karin seharian!" kata Ichigo membela dirinya sambil mengusap-usap kepalanya yang dijitak Rukia, "Owh iya... Rukia, untuk apa kau kembali ke sini?" tanya Ichigo.

"Owh... iya." Kata Rukia sambil menepuk kedua tangannya, "Ukitake-san akan datang untuk menjenguk Hitsugaya-taichou besok. Karen ia rasa datang tiba-tiba itu tidak sopan, makanya aku diminta memberitahumu." Jelas Rukia.

"Owh... begitu." Kata Ichigo.

"Baiklah... karena tugasku selesai dan aku sedang bebas tugas, ayo kita bawa Hitsugaya-taichou dan Karin jalan-jalan, Hinamori-san!" kata Rukia sambil menggendong Karin. Lalu Hinamori mengikuti sang shinigami bermata violet, yang bergumam 'mengambil gigai di Urahara shoten', dengan menggendong Toushiro.

Setelah Rukia dan Hinamori menghilang dari tatapannya, Ichigo menghela nafasnya dan kemudian menggaruk-garuk kepalanya, "Hm... lebih baik aku kembali ke sekolah!" kata Ichigo. Tetapi kemudian mata coklatnya terbelalak melihat kerusakan yang diakibatkan serangan Rukia sebelumnya.

"RUKIAAA!" teriak Ichigo murka.

Sementara itu, Rukia dan Hinamori berlari meninggalkan kediaman Kurosaki sambil menyengir lebar

~H~

Mind to review?

-Kusanagi-