Akhirnya sampai juga di chapter terakhir…
Ga nyangka Mey bakalan nyelesein dua fic, padahal dulu niatnya Mey cuma mau ngepublish satu cerita yg dah Mey recyecle…
Terimakasih buat para readers semua yang sudah memberikan review berupa pujian, kritikan, serta saran…
Dari review readers semualah yg membuat Mey belajar banyak tetang tulisan…
*yah… walaupun sebenernya ketikan Mey selalu berantakan dan kekurangan huruf* tapi Mey sangat senang!
Mey juga belum tau mau ngelanjutin buat fic baru atau berhenti sampai cerita ke-2 ini, yang jelas bila ada ide Mey akan langsung mempublishnya…
Sebenernya dah ada sih idenya, tapi selalu saja penyakit malas menghampiri Mey…
Author malas ngetik….
Oiya, gomen ya kalu flashbacknya disini kebanyakan *Cuma dua kug^^*
Mey juga berterima kasih ma lagu Utada Hikaru – Prisoner of Love
Lagu ini yang mengispirasikan Mey untuk membuat karakter Rukia yg cintanya tertawan hingga membuat Rukia seperti seorang tawanan cinta… *cieee…. author kebanyakan baca cerita romance*
Alright… this is the last, semoga kalian suka…
Selamat membaca…
Prisoner of Love
Author : Meyrin Mikazuki
Disclaimer : Bleach © Tite Kubo
Pairing : Ichigo K. x Rukia K.
Rate : T
Warning : OOC, Typo, etc.
Chapter 10 : Stay with me…
Ketika cinta melepasmu, kerjarlah dia sampai dapat…
Ketika kau sudah mendapatkannya, jangan tawan dia…
Cukup kau jaga saja, dan jangan jadikan hatimu sebagai penjara cinta baginya…
Ichigo berdiri di depan Senkaimon, menunggu ayahnya yang masih beramah-tamah dengan Yamamoto-taichou.
Hari ini adalah jadwal kepulangannya ke Karakura.
Sebenarnya Ichigo ingin berangkat bersama teman-temannya satu jam yang lalu. Akan tetapi, Ichigo menahan dirinya lebih lama. Ia berharap Rukia akan datang, kemudian kembali ke Karakura bersamanya.
Rukia memang sudah menjadi kekasihnya dan memberi segalanya kepada Ichigo, namun wanita itu masih belum memberikan respon apapun terhadap ajakan Ichigo untuk kembali ke Karakura.
Sebenarnya apa lagi yang Rukia pikirkan?
Padahal… Ichigo telah mengurusnya kemarin. Demi Rukia, ia rela menahan malu didepan anggota Gotei-13 diruang rapat mereka.
Flashback…
"Jadi… kita berkumpul disini untuk mendengar permintaan Kurosaki Ichigo. Harap kalian mau mendengar dan tidak ada yang menyela hingga Kurosaki selesai berbicara," ujar Yamamoto-taichou menghentak-hentakkan ujung tongkatnya.
"Kau boleh mulai, Kurosaki."
Ichigo menggosok-gosok punggung lehernya. Berada diruang rapat dengan seluruh mata yang memandangnya, membuat Ichigo sedikit tegang. Terlebih lagi, ia merasa Byakuya dalam posisi siap membunuh.
"Permintaanku yang pertama…"
Oh, great! Kita menyadari suatu fakta, ternyata seorang Kurosaki Ichigo tidak hanya memiliki satu permintaan. Tampaknya akan sulit…
"Aku ingin Senkaimon menuju Karakura tidak dikunci lagi, aku ingin bisa leluasa keluar-masuk Soul Society."
Renji mencibir, ia tahu permintaan pertama yang Ichigo ajukan bertujuan agar bisa bebas bertemu Rukia.
Hening.
Semuanya belum ada yang berkomentar, permintaan pertama Ichigo terdengar wajar. Mereka masih ingin mendengar permintaan selanjutnya.
"Dan yang kedua… izinkan aku bersama Kuchiki Rukia. Aku ingin menikahinya."
"Apakah kau pikir kau cukup layak untuk adikku, Kurosaki? Kau tahu kan seberapa tinggi bangsawan Kuchiki dibandingkan dirimu?"
Siapapun itu. Pastilah hanya Byakuya yang akan terang-terangan menunjukkan perasaan tidak sukanya pada Ichigo.
"Cinta tidak pernah memandang pantas atupun tidak pantas, Byakuya," ujar Ichigo malas. "Lagipula apakah kau tidak mau mempunyai adik ipar seorang pahlawan?"
"Tch! Pahlawan? Walaupun kau telah menyelamatkan Soul Soceity, jangan kau kira aku akan mengakuimu semudah itu. Kau hanyalah bocah nekad yang seenaknya saja menginginkan Rukia, kau tidak berhak memiliki adikku."
Ukitake menggeleng-gelengkan kepalanya. Taichou divisi 6 itu memang sudah menjadi temannya sejak lama, Ukitake sudah tahu kalau Byakuya selalu sensitif bila sudah mulai membicarakan hubungan adiknya dengan Kurosaki Ichigo.
"Kalau kau sayang dengan adikkmu, seharusnya kau membiarkan dia bebas memilih apa yang dia inginkan."
"Tentu. Dan sayangnya kau bukan termasuk dalam daftar yang Rukia inginkan."
Ichigo memandang Byakuya, tanpa rasa takut ia telah membalas tatapan sinis dai Byakuya dengan tatapan mencela.
Kalau bukan karena menghormati Yamamoto Genryuusai sebagai taichou divisi 1, mungkin Ichigo tanpa segan-segan akan menantang Byakuya berduel diluar sekarang.
"Bagaiama, Kurosaki? Kau sadarkan dimana posisimu sekarang?" tanya Byakuya.
"Ouw… sudahlah Kuchiki-taichou," sela Rangiku sekenanya. "Jangan menekan Kurosaki terus. Kau lihat sendirikan pagi ini? Adikmu sudah melewatkan malam yang cukup panas bersama Kurosaki."
Tatapan menusuk yang dari tadi Byakuya lemparkan ke Ichigo kini berpindah ke Rangiku. Bukannya berhenti bicara, Rangiku malah tersenyum-senyum genit.
"Hmm… aku bahkan masih bisa mengingat otot-oto perut Kurosaki yang tidak terbungkus Kosode dari Shihakushonya. Pantas saja Rukia-chan bisa terpesona dengan Kurosaki. Rukia-chan memang pandai memilih laki-laki," celoteh Rangiku selalu dengan gaya ceplas ceplosnya.
"Yare, yare… anak remaja memang penuh dengan gejolak masa muda," komentar Mayuri Kurotsuchi.
"Aku minta agar kau bisa menjaga bicaramu, Matsumoto," kesal Byakuya.
"Ups, maaf," sesal Rangiku tersenyum tanpa dosa.
Seisi ruangan –terkecuali Byakuya- tersenyum mendengar celotehan Rangiku. Mereka semua adalah taichou dan fuku-taichou yang berpendidikan, pastinya mereka sudah mengerti apa yang telah terjadi antara Ichigo dan Rukia pagi ini.
"Kau ternyata cukup bernyali juga ya, Kurosaki," goda Hisagi yang sendari tadi menahan tawa.
"Seharusnya kau berguru padaku dulu sebelum menemui Kuchiki Rukia, aku yakin itu akan sangat berguna" timpal Shunsui Kyouraku sambil membetulkan posisi topinya.
Ichigo malu…
Tamatlah sudah…
Flashback end…
Untungnya permintaan Ichigo dikabulkan oleh Yamamoto-taichou, tapi tentunya selalu tidak mudah untuk Byakuya. Kepala keluarga Kuchiki itu masih belum memberikan jawaban apa-apa.
"Kita pulang, Ichigo!" ajak Isshin telah selesai dengan urusannya.
"…"
Ichigo masih sibuk mencari-cari sosok Rukia diantara shinigami-shinigami yang mengantar kepulangannya hari ini.
"Kau menunggu Rukia-chan?"
Ichigo tertunduk lesu. "Rukia tahu aku pulang hari ini, tapi dia tidak bilang apa-apa padaku pagi tadi."
Isshin tersenyum mendengar kekecewaan di bibir Ichigo. Dia tahu anaknya itu sedang tidak bersemangat.
"Berikan dia sedikit waktu. Ayah yakin Rukia-chan sangat ingin pergi bersamamu, hanya saja dia belum cukup siap."
/ Naimononedari buru-su /
Merasa biru di atas keinginan yang mustahil
/ Mina yasuragi wo motomete iru /
Setiap orang mencari ketenangan
/ Michitariteru noni ubaiau /
Kau berjuang, tetapi untumu sudah cukup
/ Ai no kage wo otte iru /
Sekarang kau mengejar bayangan cinta
Ichigo menghela nafas berat, ia mengangkat wajahnya dengan senyum dipaksakan.
"Yah… kalau dia tidak muncul-muncul di Karakura, aku bisa menculiknya bulan depan," Ichigo mencoba menghibur diri.
"Good job, Ichigo! Itu baru putraku!"
Akhirnya ayah dan anak shinigami itu memasuki Senkaimon, meninggalkan Soul Society untuk kembli ke Karakura.
mmmmm
Rukia duduk di tatami kamarnya dengan manis. Matanya tidak lepas memandang kagum cincin yang telah melingkar di jari mungilnya.
Sungguh sangat manis…
Rukia masih ingat bagaiama cara ia mendapatkan cincin itu, ia mendapatkannya setelah melewatkan peristiwa menakjubkan bersama Ichigo, kekasihnya.
Flashback…
Ichigo menatap lekat-lekat cincin ibunya yang ia pegang di tangan kanannya, matanaya sesekali melirik Rukia yang tertidur dilengan kokohnya. Gadis itu terlihat cukup nyaman dipelukan Ichigo.
Gadis?
Ya, Rukia bukanlah seorang gadis lagi. Rukia yang sekarang telah menjadi seorang wanita seutuhnya, seorang wanita yang hanya boleh dimiliki oleh Ichigo seorang
Sudah 30 menit Rukia tertidur di pelukannya. Sebenarnya cukup wajar kalau Rukia tertidur pulas, Ichigo sadar ia terlalu menguras tenaga Rukia sebelumnya, padahal tenaga Rukia belum sepenuhnya pulih.
Ichigo melirik Rukia lagi. Perasaan Ichigo selalu bercampur aduk ketika memandang wajah mungilnya itu. Antara perasaan takjub, senang, dan… sedih.
Ya, ada sesuatu pada diri Rukia yang membuat Ichigo sedih.
"Rukia…" gumam Ichigo lirih sambil menangkup pipi Rukia.
"Umm… Ichigo…"
Tidur Rukia nampaknya sedikit terusik. Ichigo menarik tanganya kembali.
Ichigo sedikit tersenyum ketika melihat Rukia mendongakkan kepalanya untuk menatap Ichigo.
/ Taikutsu na mainichi ga kyuu ni kagayakidashita /
Sejak hari kemunculanmu
/ Anata ga arawareta ano hi kara /
Hari ku yang membosankan mulai bersinar
/ Kodoku demo tsurakutemo heiki da to omoeta /
Sekarang aku bisa berfikir, "Merasa kesepian, karena sakit –itu tidak terlalu buruk"
/ I'm just a prisoner of love /
Aku hanya tawanan cinta
/ Just a pisoner of love /
Hanya tawanan cinta
"Tidurlah, diluar masih gelap. Aku janji, aku akan tetap disini sampai besok pagi untuk menjagamu."
Rukia tersenyum, disentuhnya lembut pipi Ichigo. "Kau juga harus tidur."
Ichigo mengubah posisi tidurnya menjadi miring kearah Rukia, diraihnya tangan yang menyentuh pipinya untuk memasang cincin di jari Rukia.
Ini sedikit aneh. Cincin ibunya ternyata cocok dengan ukuran jari mungil Rukia. Sebenarnya seberapa besar jari-jari tangan ibunya?
/ Yameru toki mo sakoyaka maru toki mo /
Melalui waktu yang menyakitkan dan waktu yang sehat
/ Arashi no hi mo hare no hi mo tomo ni ayumou /
Hari badai dan ahri-hari cerah, mari kita lewatkan bersama-sama
"I-chigo…" Rukia memandang takjub cincin tersebut.
"Mulai sekarang cincin ini adalah milikmu," ujar Ichigo mencium jari-jari mungil Rukia. "Maafkan aku. Aku akan janji akan selalu melindungimu, aku tidak akan membiarkan siapapun menyakitimu."
"Ichigo?"
Rukia sedikit bingung dengan keseriusan Ichigo yang datang tiba-tiba. Mengapa Ichigo tampak begitu sedih? Bukankah dia sudah memiliki Rukia?
Apa yang salah?
"Aku tidak akan membiarkanmu masuk dalam bahaya lagi."
Yah, Rukia tahu ini terlalu serius kalau menyebutnya sebagai pernyataan atau janji-janji tentang cinta. Ichigo terlampau mengkhawatirkanya.
"Ichigo… aku baik-baik saja, kau tidak perlu berlebihan begitu."
"Maafkan aku, Rukia," bisik Ichigo.
Perlahan tangan Ichigo menyisip masuk menyentuh perut Rukia. Setelah itu kepala Ichigo bergerak lebih rendah dari kepala Rukia, disandarkannya kepalanya di dada Rukia.
Rukia dapat merasakan tangan hangat Ichigo mengosok pelan perutnya. Rukia sepertinya sudah mulai bisa mengetahui penyebab kesedihan Ichigo.
"Kau sudah melihatnya ya tadi?" tanya Rukia lembut.
Tangan Ichigo berhenti menggosok perut Rukia, dan ekspresi wajah Ichigo bertambah muram.
"Ya. Bekas tiga tusukan Nejibana yang masih tertinggal di perutmu."
Rukia menghembuskan nafasnya pelan. Disentuhnya rambut Ichigo, seperti seorang ibu yang sedang menenangkan anaknya.
"Ichigo… Aku pernah mendapatkan luka yang sama disana, bekasnya sangat mudah dihilangkan oleh Unohana-taichou. Besok Unohana-taichou sudah berjanji akan menghilangkan bekasnya lagi."
Ichigo tahu Rukia sedang mencoba menyakinkannya kalau dirinya baik-baik saja, namun sulit rasanya untuk meyakini perkataan Rukia begitu merasakan kembali bekas luka yang masih menghiasi perut Rukia.
"Tapi seharusnya aku tidak membiarkan Nejibana menembus perutmu untuk yang ke-2 kalinya. Aku ada disana waktu itu, seharusnya aku bisa mencegahnya. Aku-."
"Ichigo…" sela Rukia namun tidak berhasil menghentikan penyesalan Ichigo.
"Aku berjanji akan melindungimu, aku tidak akan membiarkanmu lari lagi, aku akan mencintaimu, aku akan…"
"Ichigo…" Rukia memeluk kepala Ichigo di dadanya, sepertinya cukup efektif untuk mendapatkan perhatian dari Ichigo.
/ I'm gonna tell you the truth /
Aku akan mengatakan yang sebenarnya padamu
/ Hitoshirezu tsurai michi wo erabu /
Aku telah memilih jalan menyakitkan yang tak terduga
/ Watashi wo ouen shite kureru /
Dan kau datang untuk mendukungku
/ Anata dake wo tomo to yobu /
Kau hanya satu-satunya orang yang bisa kusebut 'teman'
Rukia menundukkan kepalanya agar Ichigo memandang matanya langsung, ia kembali menyentuh kedua sisi pipi Ichigo. Rukia ingin pemuda orange itu berhenti mengucapkan janji-janjinya.
"Bisa tidak kau peluk aku saja?" pinta Rukia dengan senyum. "Kau tahu, itu sudah lebih dari cukup."
/ Tsuyogari ya yokubari ga muimi ni narimashita /
Kepalsuan telah menunjukan kebenaranya dan keserakahan telah menjadi tidak bearti
/ Anata ni ai sareta ano hi kara /
Aku jatuh cinta kepadamu sejak hari itu
/ Jiyuu demo yoyuu demo hitori ja munashii wa /
Ketika aku bebas, dengan waktu yang bebas, tidak ada kesedihan di kesendiran
/ I'm just a prisoner of love /
Aku hany tawanan cinta
Just a prisoner of love /
Hanya tawanan cinta
Ichigo balas tersenyum. Dengan lembut dipeluknya Rukia, ia janji tidak akan melepaskan gadis itu lagi.
Seperti itulah mereka berdua. Mereka tidak membutuhkan kata-kata romantis untuk menunjukkan perasaan cinta mereka berdua. Mereka sudah memiliki cara tersendiri untuk itu.
Mereka mungkin bisa saling berdiam diri, saling meneriaki, atau bahkan saling memukul. Namun… begitulah cara mereka mengungkapkan perasaan mereka berdua. Memang sedikit aneh, tapi tampaknya mereka cukup nyaman dengan cara seperti itu.
Flashback end…
Ya, itu memang malam yang sangat indah bagi Rukia. Bahakan sampai sekarang Rukia masih tidak percaya esoknya setelah malam itu, Yamamoto-taichou memberinya informasi bahwa seisi gotei 13 memberikan restu bagi Ichigo untuk menikahinya.
"Kalau cuma cincin seperti itu, nii-samamu bisa membelikan sepuluh untukmu."
Lagi-lagi Shirayuki bersikap usil dengan muncul tiba-tiba untuk menggoda Rukia.
Rukia tersenyum. "Memang. Tapi yang memiliki arti penting cuma dari satu orang saja."
"Huuh… dasar! Mentang-mentang bocah nekad itu sudah merebut hatimu, kau jadi membelanya terus. Padahal dulu kau selalu mengejeknya."
"Hehehe… aku sungguh bahagia bisa memilikinya."
"Lalu, kenapa kau tidak mengantarnya? Kau ingatkan dia pulang ke Karakura hari ini?"
"Tentu saja aku ingat. Dari tadi pagi dia terus cemberut karena kudiamkan. Dia memang masih anak-anak."
"Kau bicara seolah-olah kau sendri tidak seperti anak-anak."
Rukia langsung cemberut. Dia ingin memperotes ucapan Shirayuki barusan, tapi Rukia sadar hal itu malah membuatnya semakin terlihat kekanak-kanakan.
"Jadi, kapan kau akan menyusulnya? Kalian berdua baru menjadi sepasang kekasih, pasti tidak tahan berpisah lama."
"Umm… mungkin tahun depan."
"Tahun depan? Itu terdengar lama."
"Banyak yang harus kuselesaikan, Shirayuki. Terlebih dahulu, aku harus meyakinkan nii-sama atas hubungan kami. Belum lagi aku harus menyelesaikan seluruh tugasku sebelum aku resmi melepaskan jabatan fuku-taichou divisi 13."
"Melepas jabatanmu? Bukannya kau mengincar jabatan taichou? Kalau dilepas sekarang, kau akan semakin lama mendapatkan gelar taichou."
"Aku ingin hidup di Karakura bersama Ichigo saja. Jabatanku yang sekarang kalau terus dipertahankan, akan membuat kami sulit bertemu. Lagi pula aku bisa mengincar jabatan taichou ketika aku dan Ichigo sudah hidup di Soul Society."
Shirayuki langsung tersenyum usil. "Apakah kau perlu aku untuk membunuh Kurosaki agar dia cepat pergi ke Soul Society?"
Rukia mencibir. "Membunuhnya? Kalau kau melakukan hal itu, dia pasti akan tahu kau adalah roh dari zanpakutouku. Dan setelah itu, Ichigo pasti akan membuatku menuruti semua keinginannya."
Shirayuki tertawa pelan. Ia tahu benar kalau pemiliknya ini memang selalu menjadi korban pemaksaan Kuosaki Ichigo. Padahal Rukia bisa menolaknya, karena tindakan pemaksaan Ichigo selalu berjalan sebentar, tapi selalu saja pada akhirnya Rukia sendiri yang mengikuti keinginan Ichigo.
Alasan sebenanya seorang Kurosaki Ichigo melakukan tindak pemaksaan kepada Rukia adalah untuk menghukum Rukia, tapi sepertinya itu malah terlihat sebagai kesenangan ketimbang hukuman bagi Ichigo.
"Ck, ck, ck… banyak sekali yang kau korbankan untuk Kurosaki. Kau tidak takut dia sudah menikah dengan Inoue Orihime atau gadis lain ketika kau menyusulnya tahun depan?"
Rukia menggeleng pelan. Sahabatnya yang satu ini memang tidak pernah kehabisan akal untuk menggoda Rukia.
"Ichigo pasti akan sabar menunggu. Dia tahu pasti aku sudah menjadi miliknya. Dan… kalau memang seandainya nanti dia mencari gadis lain, dia pasti akan sangat menyesal melepasku."
"Kau ini, percaya diri sekali. Lama-lama kau semakin mirip Kurosaki."
"Tapi setidaknya rambutku tidak bewarna orange," canda Rukia.
mmmmm
Dua bulan kemudian… Kota Karakura
Ichigo membuka matanya.
Ia memimpikannya lagi.
Semenjak ia kembali dari Soul Society, ia tiada hentinya memimpikan Rukia datang menyusulnya ke Karakura. Dalam mimpinya, ia melihat Rukia masuk lewat jendela lalu tidur meringkuk disisinya, di atas ranjang Ichigo.
Yah… tetap saja itu hanya mimpi.
Pagi harinya ketika ia bangun, ia akan sadar kalau semuanya hanya mimpi belaka. Di sisinya tidak ada Rukia, karena Rukia memang tidak pernah mendatanginya dalam dunia nyata.
Ichigo tidak tahu beberapa lama lagi ia bisa bertahan. Jauh dari Rukia membuatnya seperti orang linglung. Ia menginkan Rukia, bukan secara paksa, tapi dengan sukarela.
/ Oh mou sukoshi da yo /
Oh… sedikit lagi
/ Don't you give up /
Jangan menyerah
/ Oh mitsutenai zettai ni /
Oh, jangan tinggalakn aku
"Rukia… sampai kapan kau mau membuatku menunggu?"
Ichigo meiringkan badannya. Kali ini sepertinya Kami-sama sedang berbaik hati padanya. Pagi ini ia bisa melihat sosok Rukia tidur meringkuk di sisinya. Benar-benar seperti nyata.
/ Zankoku na genjitsu ga futari wo hikisakeba /
Jika kekejaman dari kenyataan mencoba untuk melukai kita sendiri
/ Yori issou tsuyoku hikareau /
Kita akan lebih mendekatkan diri satu sama lain
/ Ikura demo ikura demo ganbareru ki ga shita /
Entah bagaimana, entah bagaimana, aku punya keyakinan kita akan bisa berdiri teguh
/ I'm just a prisonr of love /
Aku hanya tawanan cinta
/ Just a prisoner of love /
Hanya tawanan cinta
Sama seperti mimpinya, mata Rukia yang ini masih terpejam. Dalam mimpinya Ichigo akan menyentuh pipi Rukia dan menyingkirkan sedikit rambut yang menutupi matanya. Lalu Ichigo akan mencium keningnya, berpindah ke hidungnya, hingga yang terakhir adalah bibir mungil Rukia.
Dan Ichigo melakukan semua itu sekarang.
Ini aneh! Rasanya… begitu nyata?
Ichigo meninggalkan bibir Rukia dari ciumannya. Ichigo melihat Rukia telah membuka mata serta tersenyum manis kearahnya.
"Dasar curang… Kau membangunkanku dengan cara licik," ujarnya dengan nada manja.
"Ru-ru-kia? Apakah ini benar-benar kau?"
Tampaknya Ichigo membutuhkan seseorang untuk menyadarkannya bahwa yang ia lihat bukanlah mimpi.
"Huuh… masa kau bicara seolah-olah aku ini hantu. Kalau begitu aku kembali saja."
Rukia mulai beranjak dari tempat tidur Ichigo, namun pemuda berambut orange itu menariknya kembali serta mengurngnya dibawah.
"Mau kemana, Nyonya Kurosaki? Jangan membuatku seperti bermimpi lagi."
Rukia merengut. "Habisnya kau sih… Capek-capek aku datang kesini, malah kau bersikap seperti melihat hantu."
"Aku hanya sedikit terkejut. Kupikir aku harus menunggu satu tahun lagi agar kau datang," canda Ichigo, dan rupanya tepat sasaran.
"Aku memang berencana datang tahun depan kok."
"Lalu, kenapa kau berubah pikiran? Kau merindukanku ya?" goda Ichigo.
"Enak saja! Ini semua karenamu, idiot!"
Ichigo mengerutkan alisnya. "Karena aku?"
"Ya!"
"Memangnya apa salahku?"
"Kau tahu? Aku sudah terlambat selama satu minggu, itu membuatku harus memeriksakan diri ke Unohana-taichou kemarin. Dan aku akan mendapatkan masalah besar kalau kupu-kupu neraka yang dikirimkan Unohana-taichou nanti siang membawa berita aku hamil."
Ichigo nampak terkejut mendengar perkataan Rukia barusan, itu membuat Rukia semakin takut mendengar tanggapan dari Ichigo selanjutnya.
Terlebih lagi, Ichigo menghela nafas berat dan tiba-tiba memasang wajah seakan-akan ia kecewa.
"Ichigo? Kau… tidak ingin… kita punya anak?" tanya Rukia takut-takut.
Ichigo perlahan membenamkan kepalanya dileher Rukia, tindakan itu membuat Rukia semakin tidak bisa melihat ekspresi wajah Ichigo.
"Aku sangat menyesal, Rukia," bisik Ichigo berat.
Hampir saja air mata Rukia menetes kalau saja ia tidak mendengar suara cekikikan dari bibir Ichigo yang sangat dekat dengan lehernya.
"Aku sangat menyesal, Rukia. Aku mungkin akan menyakiti perasaan Byakuya ketika aku menyampaikan padanya bahwa ia akan segera memiliki keponakan yang berkemungkinan berkepala orange sepertiku," lanjut Ichigo masih dengan tawa cekikikan.
Ia sedang dikerjai. Rukia tahu itu.
Dengan kasar Rukia mendorong Ichigo agar menjauh darinya, tapi sepertinya Ichigo jauh lebih waspada walaupun sedang menertawakan Rukia. Dengan mudahnya pemuda berambut jeruk itu mengunci kedua tangannya.
"Idiot! Nii-sama pasti akan mengulitimu!" kesal Rukia.
"Oh, ya? Tapi setidaknya dia tidak akan membunuhku," tawa Ichigo mulai pelan. "Mmm… jadi, mau memberiku hadiah karena akan menjadi seorang ayah?"
"Tidak akan ada hadiah untukmu! Kau bahkan membuatku hampir terkena serangan jantung."
"Benar tidak mau?" goda Ichigo menatap mata Rukia.
"Tidak ada! Sekarang cepat menyingkir dariku! Aku akan pulang ke Soul Society dan menyuruh nii-sama mengulit-."
Yah, Ichigo memang selalu punya cara untuk menghentikan kemarahan Rukia. Ichigo menciumnya, tepat dibibirnya.
"Nah, sepertinya aku sudah di izinkan untuk mengambil hadiahnya," kata Ichigo singkat sebelum bergerak kembali menyentuh bibir Rukia.
Pipi Rukia memerah karena malu. Ia memang selalu menang ketika menjitak ataupun berargumen dengan Ichigo, tapi Rukia tahu ia tidak akan pernah menang dalam hal ini.
"Uuh… hentikan, Ichigo. Aku sedang tidak ingin," tolak Rukia berusaha menghindar dari ciuman Ichigo.
"Bohong. Aku yakin kau juga mneginginkanku, Nyonya Kurosaki."
Ichigo mulai bergerak menelusuri leher Rukia dengan bibirnya.
"Diam. Kalau benar aku sedang hamil, bagaimana?"
Ichigo berhenti sejenak untuk memandangi wajah Rukia.
"Kita baru dua bulan tidak bertemu. Aku berani jamin usianya paling lama baru 1,5 bulan. Dan itu tidak akan berbahaya."
/ Arifureta nichi jou ga kyuu ni kagayakidashita /
Setiap basa-basi mulai bersinar cerah
/ Kokoro wo ubawareta ano hi kara /
Kau mencuri hatiku hari itu
/ Kodoku demo tsurakutemo heiki da to omoeta /
Kesepian dan rasa sakit, aku pikir bisa kutanganni
/ I'm just a prisoner of love /
Aku hanya tawanan cinta
/ Just a prisoner of love /
Hanya tawanan cinta
Ichigo kembali bergerak untuk melanjutkan aktifitasnya yang sempat tertunda, ia benar-benar ingin melepaskan rindunya dengan Rukia.
Rukia kesal, namun sebenarnya ia juga menginginkannya.
Rukia tahu pada akhirnya akan selalu begini. Ia akan selalu kalah, dan Ichigo akan selalu mendapatkan apa yang di inginkan oleh Ichigo.
"Ichigooo~…."
Isshin muncul tiba-tiba mendobrak pintu kamar Ichigo yang tidak terkunci. Secara serentak Ichigo dan Rukia menoleh kearah pintu.
"Huwaaa… good job, my son! Itu sangat bagus! Memang seperti itu caranya!" seru Isshin menari-nari melihat putranya tengah bermesraan dengan putri ke tiganya di atas ranjang.
"Pa-man Isshin!" Rukia tersipu malu.
"Santai saja, Rukia-chan," Isshin mengedipkan matanya ke Rukia, kemudian beralih ke Ichigo yang menatapnya dengan kesal.
"Ichigo… cepat buatkan cucu untukku!"
"Ck! Diam kau orang tua bodoh! Bagaiman aku bisa membuatkanmu cucu kalau kau terus berada disana? Cepat keluar!"
"Ya, ya, ya… Yang lama ya…"
"Diam kau!" Ichigo meraih jam mejanya untuk dilempar kearah Isshin, sayangnya saat itu bertepatan dengan tertutupnya pintu.
"Ck! Meleset," gerutu Ichigo.
Ichigo kembali meraih sesuatu dari atas meja disamping tempat tidurnya. Dan Rukia tahu persis benda itu berasal dari divisi 13.
"A-apa yang akan kau lakukan dengan benda itu, baka?"
Ichigo hanya tersenyum, lalu memukulakan benda itu ke kepala Rukia. Sedetik kemudian roh Rukia telah terpisah dari gigainya. Tidak lama dari itu, Ichigo juga menyusulnya.
"Rupanya badge pemberian Ukitake-taichou sangat berguna," kata Ichigo menyimpan badge yang ia pegang kedalam Shihakushonya.
"Apa sih maumu?" kesal Rukia melipat tangannya di depan dada.
"Kita cari tempat yang aman. Ayahku pasti akan menguping kalau kita terus disini."
"Tapi kenapa harus dalam wujud shinigami ha?"
"Kalau seperti ini, kita bisa leluasa. Lagipula waktu pulangnya nanti kita bisa masuk ke Chappy World Island dengan gratis," bujuk Ichigo mulai menggendong Rukia bridal style.
"Tung-gu! Setidaknya jangan tinggalkan gigaiku dalam keadaan dihimpit tubuhmu!"
"Tidak apa. Memang itu yang ingin dilihat ayahku."
Ichigo berjalan kearah jendela, membawa Rukia melompati atap rumah satu dan berpindah ke atap lainnya.
Entah kemana Ichigo akan membawa Rukia pergi, Ichigo sama sekali belum menetukan tujuan. Yang jelas, ia ingin bersama Rukia tanpa terganggu oleh ayahnya atau siapaun. Merayakan pertemuannya dengan Rukia, serta… merayakan kehadiran seseorang yang mungkin memang sedang Rukia bawa untuk melengkapi kehidupan mereka berdua. Bayi mereka berdua.
Ichigo tersenyum ketika melirik Rukia yang masih cemberut dalam gendongannya, dikecupnya lembut bibir Rukia agar cemberutnya hilang.
Ichigo melepas ciumannya. "Dasar midget," aku mencintaimu.
Pipi Rukia semakin terasa memanas, mungkin sudah berulang kali Ichigo menciumnya, tapi tetap saja Ichigo selalu membuatnya tersipu.
"Idiot!" aku juga.
Benar bukan? Mereka memang selalu tidak memerlukan kata-kata romantis untuk mengungkapkan perasaan cinta mereka.
/ Stay with me, stay with me… /
Tinggallah bersamaku, tinggallah bersamaku…
/ My baby, say you love me… /
Sayangku, katakan kau mencintaiku
/ Stay with me, stay with me… /
Tinggallah bersamaku, tinggallah bersamaku…
/ Hitori ni sasenai… /
Jangan tinggalkan aku sendiri lagi…
Utada Hikaru – Prisoner of Love
~THE END~
Yap!
This is the ending…
*hiks, sedih…*
Gimana? Sesuai janji Mey, Mey akan mengakhirinya dengan happy ending…
Lagian Mey ga pernah minat tuh kalu mesti buat yang sad ending, Mey ANTI ma fic yg berbau sad ending…
Maaf kalu Mey membuat karakter Ichigo sediki*sebenernya banyak* mesum di fic ini
Gomen…
Trus ini juga pertama kalinya Mey buat fic modelnya kayak songfic, jadi maaf ya kalu liriknya sedikit ga nyambung ma alur cerita, Mey aja agak bingung waktu nambahanin lyricnya ke cerita…
Mey ga tau kapan mau nulis en publish cerita baru, yang jelas Mey akan menulis fic Ichiruki bila akan mempublish…
Maafkan semua kesalahan author selama ini…
And Mey tidak berhenti berterima kasih kepada readers yg telah mereview serta yang menjdikan Mey beserta ceritanya sebagai favorite mereka…
THANKYOU ALL…. I LUPH YOU…
Okay,
Karena ini yang terakhir, I need review… ^^