Cerita fic ke-2 yang Mey buat…
Judulnya emang sama ma lagu Hikaru Utada, tapi… ini bukan songfic atau cerita oneshot…
Mey bakalan banyak ngegunain latar belakang kehidupan di Soul Society,
Yang doyan ma cerita adventure, Mey minta maf karena disini yg terasa baget romance nya… karena Mey ga ahli dalam bidang pertempuran…
Sedikit bocoran, ini cinta segitiga bukan cuma antara RukiaxIchigoxOrihime, ntar di chapter pertengahan muncul… IchigoxRukiax(?), masih rahasia…
Gomennasai… end… semoga kalian semua suka…
Prisoner of Love
Author : Meyrin Hawk
Disclaimer : Bleach © Tite Kubo
Pairing : Rukia K. x Ichigo K.
Rate : T
Warning : AU, OOC, Typo
Summary : Cinta… Cinta membuat Rukia meninggalkan Ichigo. Cinta juga membuat Inoue menutup mata terhadap perasaan Ichigo & Rukia. Cinta juga yang membuat Ichigo mengejar Rukia hingga ke Soul Society. Dan… cinta pula yang membuat seseorang dari masa lalu ingin merebut Rukia dari kehidupannya di Karakura & Soul Society.
Chapter 1 : I'm so sorry Ichigo…
Rukia berjalan dengan anggun menelusuri lorong-lorong menuju ruangan fuku-taichou divisi 13. Wajahnya terlihat dingin dan datar menanggapi sapaan hormat dari shinigami-shinigami yang melewatinya.
Satu tahun sudah Winter War berakhir. Dunia roh dan dunia manusia sudah kembali damai. Tidak ada yang berubah. Semuanya berjalan semana mestinya...
Tapi tidak untuk seorang Kuchiki Rukia…
Kuchiki Rukia yang sekarang adalah seorang fuku-taichou hebat yang telah mengukir banyak prestasi yang patut dibanggakan. Benar-benar mencerminkan bangsawan Kuchiki yang sesungguhnya.
Anggun, berbakat, dan terhormat.
Hal-hal itu sudah cukup membuat seisi Soul Society mengecap Rukia sebagai gadis sempurna. Tapi lagi-lagi 'tidak' bagi Rukia.
Bagi Rukia, dia bukanlah sosok sempurna seperti orang katakan. Orang-orang itu hanya menilai dari apa yang mereka lihat. Mereka semua tidak ada yang tahu bahwa sesuatu sudah hilang dari dirinya sejak satu tahun yang lalu…
Hati.
Hatinya sudah hancur berkeping-keping semenjak ia meninggalkan Karakura bertepatan dengan keluarnya perintah untuk mengunci Senkaimon rapat-rapat dari Karakura.
Hatinya lega sekaligus sakit menerima perintah tersebut. Lega karena tidak perlu menjawab pernyataan cinta dari seorang Kurosaki Ichigo. Sakit karena harus merelakan Ichigo ke tangan Inoue, sahabatnya sendiri.
Flashback…
Ruang kelas sudah sepi saat Rukia merapikan buku-bukunya kedalam tas. Tidak terasa sepanjang pelajaran tadi ia habiskan dengan melamun. Begitu sadar, ternyata tinggal ia sendiri yang masih berada di kelas.
"Hei, midget! Lama sekali kau mlamun, aku sampai berjamur menugguimu." Ichigo ternyata sudah berdiri disisi kiri meja Rukia.
"Eh… kau belum pulang?"
"Dari tadi aku duduk dikursiku, kaunya saja yang tidak sadar."
"Hehe… maaf."
"Ayo pulang!"
Ichigo berjalan menuju pintu kelas, tapi yang diajak malah kembali hanyut dalam lamunannya.
'Haah… jadi barusan aku bicara sendirian ya.' batin Ichigo kembali menghampiri Rukia.
Rukia tersentak dari lamunannya ketika Ichigo tiba-tiba saja meraih tangannya kedalam genggaman tangan Ichigo. Ichigo juga ikut menempelkan keningnya di kening Rukia.
"Ichi-"
"Aku mencintaimu." potong Ichigo.
Mata Rukia membulat tidak menduga-duga akan mendengar pengakuan cinta meluncur dari mulut Ichigo dengan amat tenang. Matanya tidak lepas memandang Ichigo yang tersenyum sambil memejamkan matanya.
"Kau dengar Kuchiki Rukia? Aku… men… cintai… mu." ulang Ichigo masih dengan mata terpejam.
Rukia terdiam, tidak tahu harus menjawab apa. Bukan karena ia tidak mencintai Ichigo, malah ia sangat mencintai Ichigo. Akan tetapi, ada hal lain yang sedang mengganjal di hati Rukia.
"Aku mengerti kok." Ichigo menjauhkan keningnya dari kening Rukia. "Aku tahu kau masih terkejut."
"Hmm… baiklah. Aku akan menunggu dip agar depan sekolah. Kau boleh berfikir selama apapun yang kau butuh kan disini. Aku akan sabar menuggumu, Rukia."
Ichigo memberi kecupan singkat di kening Rukia sebelum melepaskan genggaman tangannya.
"O ya, Rukia. Aku tidak peduli apa yang akan terjadi nanti, yang terpenting bagiku adalah bisa memiliki orang yang kucintai." Ichigo memberi keyakinan sebelum ia benar-benar meninggalakn Rukia sendiriaan untuk berfikir.
Sepuluh menit berlalu sudah. Rukia masih termenung ditempat. Isi kepalanya tak ubah layaknya gumpalan awan hitam yang terus bergemuruh di kepalanya.
"Aku tidak peduli apa yang akan terjadi nanti, yang terpenting bagiku adalah bisa memiliki orang yang kucintai."
Kata-kata Ichigo kembali terngiang-ngiang dikepala Rukia. Seolah-olah memberikan titik terang atas semua masalahnya.
'Iya, benar. Tidak peduli dengan yang lainnya, yang kubutuhjan sekarang adalah Ichigo.'
Rukia bergegas mencari Ichigo. Ia tidak ingin menunda lagi. Perasaanya sudah menggebu-gebu. Ia ingin bertemu Ichigo. Memeluk makhluk jingga itu serta berteriak 'aku mencintaimu' sekencang-kencangnya di depan Ichigo.
Nafas Rukia tersengal-sengal. Sepanjang perjalanan ia habiskan dengan berlari, kini sisanya ia hanya berjalan cepat menuju tempat Ichigo yang jaraknya tidak jauh lagi.
"Tunggu aku hah… hah… hah… Ichigo…"
Sedikit lagi.
Sedikit lagi Rukis akan menemukan sosok Ichigo dibalik pagar. Wajah Rukia berseri-seri, lelahnya seperti hilang. Puluhan anak tangga yang ia lalui seperti tiada artinya bagi Rukia.
"Begitu ya, Kurosaki-kun."
Deg!
Langkah Rukia terhenti ketika akan berbelok ditikungan gerbang sekolah.
Rukia melihat sosok gadis itu. Gadis cantik yang dengan malu-malu berbicara dengan Ichigo. Gadis itu, gadis yang sudah membuat hati Rukia goyah. Gadis yang berhasil membuat beribu-ribu keyakinan Rukia menjadi lenyap begitu saja.
Inoue Orihime.
Kembali terbayang oleh Rukia ketika melihat sosok Orihime berlutut menangis didepan Ichigo yang terbaring lemah sehabis pertarungan hebatnya dengan Aizen.
"Kurosaki-kun… kumohon bertahanlah… jangan mati… Aku rela menukarkan nyawaku pada Kami-sama agar kau bisa tetap hidup…"
Sakit.
Hati Rukia benar-benar remuk melihat Orihime lebih bisa berkorban banyak untuk Ichigo disbanding dirinya. Rukia merasa ialah yang seharusnya bertanggung jawab atas luka-luka Ichigo. Rukia yang membuat Ichigo terlibat dalam pertarungan berbahaya. Semua cidera yang diderita oleh Ichigo adalah karena Rukia. Dan selalu saja Orihime yang mnyembuhkannya.
Rukia sadar, membalas perasaan Ichigo bukanlah tindakan tepat. Orihime yang lebih pantas memiliki Ichigo. Orihime sudah banyak menderita, hidup selalu tidak adil kepada Orihime. Dunia akan semakin kejam bagi Orihime bila Rukia memiliki Ichigo.
Dengan air mata bercucuran, Rukia diam-diam meninggalkan sekolah tanpa sepengetahuan Ichigo. Dibiarkannya Ichigo dan Orihime tetap bercerita didepan pagar sekolah.
Flashback end…
mmmmm
"Haah… aku lelah…"
Rukia sudah cukup lama menghadapi tumpukan laporan yang harus ia berikan kepada Ukitake-taichou. Rasanya semakin banyak laporan yang Rukia selesaikan, tumpukan laporan bukannya berkurang, malah bertambah.
Mungkin sekali-kali Rukia harus mengambil cuti, pikir Rukia beberapa saat sebelum mendengar ketukan pintu.
"Masuk!"
Kiyone (mantan fuku-taichou terdahulu) masuk keruangan Rukia.
"Kuchiki fuku-taichou, Kuchiki-taichou meminta Anda menmuinya di Kuchiki Mansion sekarang. Katanya ada tamu penting yang harus Anda temui."
"Tamu? Siapa?"
"Saya belum tahu pasti. Tapi sepertinya ada hubungannya dengan reiatsu aneh yang muncul di Hueco Mundo belakangan ini."
Rukia menghentikan aktifitasnya menulis laporan. Alirnya sedikit berkerut menatap Kiyone. Hingga akhirnya Rukia berdiri dari tempat duduknya setelah mneghela nafas panjang.
"Baiklah, aku akan kesana. Setelah urusanku selsai, aku akan segera kembali untuk menyelesaikan tugas-tugas laporan ini." ujar Rukia sebelum akhirnya ber'shunpo ria menuju Kuchiki Mansion.
mmmmm
Lima menit waktu yang Rukia habiskan untuk ber'shunpo. Tanapa mengulur waktu, Rukia langsung mneuju ruang tamu Kuchiki Mansion.
Sreeg
Rukia menggeser sedikit pintu ruang tamu tanpa berani masuk terlebih dahulu.
"Sumimasen, nii-sama. Tadi ada laporan yang harus kukerjakan terlebih dahulu." jelas Rukia dari balik pintu, menunggu Byakuya memberinya izin masuk.
"Masuklah."
Tanpa menghilangkan sikap hormatnya, Rukia duduk dekat Byakuya sambil terus menunduk.
"Ucapkan salam pada tamu kita, Rukia."
Rukia mengangkat kepalanya. Baru ia sadari ia tidak berdua saja dengan Byakuya. Ada beberapa sosok mengisi tempat duduk ruangan itu. Sosok yang sangat Rukia kenal.
"Yo, Rukia!" sapa Ichigo penuh kerinduan.
"Sepertinya banyak yang berubah, Kuchiki." kata Ishida membenarkan posisi kacamatanya.
"Ohayou~ Kuchiki…" sapa Orihime bersemangat.
Rukia memasang ekspresi datar layaknya topeng Noh. Mencoba menutupi ekspresi terkejut yang hampir menghiasi wajahnya. Dipandangnya sekilas wajah teman-temannya, semuanya tersenyum tulus kepada Rukia.
Rukia sengaja tidak membalas senyuman teman-temannya. Ia tidak ingin teman-temannya tahu betapa senangnya ia bisa bertemu mereka kembali. Terlebih lagi pada Ichigo.
Rukia tahu Ichigo bukanlah tipe orang yang peka terhadap cinta, tapi bukan bearti Ichigo tidak cukup jeli untuk menangkap tanda-tanda kerinduan pada diri Rukia. Sedikit saja Rukia memperlihatkan perasaannya, maka dengan mudahnya Ichigo tahu akan hal itu.
"Kenapa mereka bisa berada disni, nii-sama?"
Rukia hanya ingn fokus ke Byakuya seorang.
"Tentu saja karena kami rindu padamu, baka." canda Ichigo.
"Bukankah Senkaimon yang terhubung dengan kota Karakura sudah dikunci, mereka seharusnya tidak boleh dibiarkan begitu saja berada di Soul Society." Rukia terus mengabaikan Ichigo.
"Aku rasa sah-sah saja."
Ichigo terus menjawab pertanyaan Rukia lebih dulu layaknya anak-anak. Sepertinya ia sengaja memancing emosi Rukia. Ia ingin tahu sebatas mana Rukia bisa mengabaikannya.
"Berhentilah menjawab pertanyaanku, Kurosaki. Aku bicara pada nii-sama, bukan denganmu."
Yaps… Ichigo berhasil. Kelinci memakan jebakannya. Tapi Ichigo belum mau mengakhirinya.
"Aku kan punya jawabannya, apa salahnya aku ikut menjawab."
"Jangan menguji kesabaranku, idiot!"
"Apa, midget!"
Tangan Rukia mengepal kuat. Emosinya sudah memuncak. Sejak kapan pemuda orange itu bisa mengalahkannya dalam berdebat.
"Sudah cukup, Kurosaki. Ada hal yang jauh lebih penting untuk dibicarakan daripada perdebatan kalian berdua." Byakuya telah sukses merusak kesenangan Ichigo.
Rukia menyeringai, akhirnya ia punya cara untuk membalas Ichigo. Bahkan mungkin jauh lebih kejam.
"Aku tidak heran kok, nii-sama. Usia Kurosaki memang bertambah, tapi sepertinya tidak cukup untuk membuatnya lebih dewasa. Aku bisa mentoleransinya kali ini, mengingat usiaku ratusan tahun lebih tua darinya."
"Hei, kau! Dasar ceb-"
"Kurosaki…" lerai Ishida. "Sikapmu sekarang memang seperti anak kecil. Kita berkumpul disini karena ingin membicarakan tekanan roh aneh yang baru-baru ini muncul di Hueco Mundo kan."
"A… masalah itu? Bukankah sudah ditangani oleh para taichou. Berarti tidak perlu lagi campur tangan kalian."
"Mereka harus kita libatkan, Rukia."
"Tapi, nii-sama. Itu tid-"
"Kurosaki Ichigo adalah orang yang berhasil membunuh Sousuke Aizen. Terlebih lagi mereka pernah mengincar Inoue Orihime. Kita sadar bahwa Hougyoku yang telah hancur tidak sepenuhnya utuh. Semua itu memberi kemungkinan, para espada yang tersisa akan mencari Kurosaki beserta teman-temannya untuk balas dendam."
"Aku bisa mengerti kalau seperti itu keadaannya. Yang membuatku tidak habis pikir… kenapa mereka harus tinggal disini?"
"Karena mereka adalah teman-temanmu. Makanya Yamamoto-taichou tanpa ragu-ragu memerintahkanku memberikan tumpangan pada mereka."
"Kau kelihatan keberatan, Rukia. Atau jangan-jangan Kuchiki Mansion sudah kehabisan kamar? Hahaha…" lagi-lagi…
"Hmp… Kalau cuma menampung Yasutora Sado (author : maaf ya Chad, kamu orangnya pendiam sih. Jadi ga banyak dialog buat kamu), Ishida Uryuu, Inoue Orihime sih aku tidak keberatan. Aku hanya keberatan dengan Kurosaki Ichigo."
"Kenapa? Kau masih memikirkan pertngkaran kita waktu itu ya?" akhirnya Ichigo mulai bersikap serius.
"Pertengkaran yang mana? Aku tidak ingat. Yang kupikirkan adalah masa depanku, Kurosaki. Seisi Soul Society tahu tentang kedekatan kita. Aku tidak ingin keberadaanmu disini membuat keluarga bangsawan lainnya tidak mau datang melamarku."
"Apakah kau sudah punya calon? Sejak kapan kau tertarik dengan urusan perjodohan?" selidik Byakuya.
"Untuk sekarang memang belum. Tapi setidaknya aku tahu selama beberapa bulan ini banyak anggota keluarga bangsawan datang ke Kuchiki Mansion untuk melamarku. Hanya saja nii-sama tidak pernah memberitahukku. Benar begitu kan, nii-sama?"
Byakuya memilih diam. Yang dikatakan Rukia sepenuhnya benar. Rukia yang sekarang jauh lebih berani beradu argument dengan Byakuya.
Tapi… sepedas dan sedingin apapun Rukia menanggapi perkataan Byakuya., tetap saja Rukia masih memiliki rasa hormat dan sopan santun.
"Sepertinya penyambutan tamunya sudah selsai. Aku ingin kembali ke kantor divisi 13. Aku tahu ini tidak sopan, tapi aku sudah berjanji akan kembali. Aku mohon diri dulu, nii-sama."
Rukia membungkuk hormat ke Byakuya sebelum akhirnya ber'shunpo menuju kantor divisi 13.
Tanpa terasa, air mata Rukia menetes sepanjang perjalanan.
'Maafkan aku… Ichigo…'
To be ontinued…
Ya, ya, ya… Mey tahu rasanya gaya bahasa yang Mey pakai berbelit-belit…
Sekali lagi gommen…
Terus bagian romance Ichiruki juga dikit disini…
Yah… kalu Mey liat dari naskahnya yang masih acak-acakan… Romancenya bakalan terasa banget di chapter 2 dan seterusnya….
Mohon reviewnya….