Ohayou! Konichiwa! Konbawa! Blue hadir lagi dengan fict terbaru Blue dan juga pairing terbaru. Pairing favorite Blue yang kedua setelah NaruHina. Kalian tahu akan apa itu? Kalau tidak tahu, please look at my profile.. ^^

Okeh! Setelah beberapa lamanya Blue tidak muncul dan membuat fict baru karena sedang mencari bahan mentah segar (?) yang bisa dijadikan bahan proses untuk pembuatan fict, Blue kembali hadir lagi di sini. Juga karena sibuk dengan sekolah laknat –ditendang Kepsek- yang membuat Blue harus pulang sore sehingga tidak punya banyak waktu untuk membuat fict baru. Tapi, setelah merayakan HTNH kemari (yang membuat saya harus membersihkan rumah karena air mata saya.. T_T) Blue menghadirkan sebuah fict ya, saya peringatkan bahwa Sakura di sini berambut panjang. Jadi readers bisa membayangkan sendiri ya.. Ga usah banyak cingcong (padahal sendirinya ngebacot wae..) Langsung aja di baca!

Summary: Laki-laki itu sungguh menyebalkan! Aku tahu dia tampan, tapi apa maksudnya dia menghina profesiku sebagai dokter kandungan? Memang dia pikir membantu proses melahirkan mudah dibandingkan dengan pekerjaannya yang hanya menangkap pencuri kelas teri? Warning: OOC, Gaje, Slight NaruHina.. RnR?

Enjoy it!


Beautiful Doctor

Tempat itu penuh dengan orang-orang yang mengadu nasib tentang kesakitannya yang melanda dirinya. Beberapa darinya,ada yang sedang duduk manis menunggu nomor antriannya di panggil, bersin berkali-kali hingga membuat orang-orang di sekelilingnya terbang terus menerus, ada juga yang tidur sambil membawa selimut dan bantal sendiri.

Namun, bisa dilihat bahwa seorang wanita cantik berambut merah muda panjang melewati bahu sedang berjalan tergesa-gesa. Didampingi dengan seorang suster berambut pirang panjang dengan poni yang menutupi sebelah matanya dengan wajah tak kalah panik. Wanita cantik yang ternyata berprofesi sebagai dokter kandungan itu, membuka pintu ruangan bersalin dengan tergesa-gesa hingga tak sempat untuk menutup kembali.

"Bagaimana?" tanyanya seraya memakai sarung tangan karet setelah mencucinya.

"Sudah bukaan ketiga, Dokter Sakura." sahut seorang suster berambut coklat panjang dan di tag namennya tertulis 'Haruna'

"Baiklah.. Kalau sudah seperti itu adalah hal yang gampang untukku.." kata Sakura ketika sudah berada di depan 'terowongan' yang akan dipakai sang bayi saat mendarat nanti.

"Hah… Huh… Hah… Aaagghh… Sakiiittt…" rintih pasien Sakura yang tengah berjuang melawan hidup dan mati demi anaknya yang akan keluar dari rahimnya. Wanita berambut ikal bernama Hotaru.

"Tenang, tenang ya Bu. Sekarang.. Ambil nafas dalam-dalam dan keluarkan perlahan. Jangan panik dan ikuti instruksi saya. Hitungan ketiga ketika saya bilang dorong, dorong ya. Satu, dua, tiga! Dorong!"

"Hhnnnggg! Huaaaarrrrgggghh! Gaaahhhh! Saakiiittt! Gyyyaaaahhhh! Hah.. hah.. hufftt.. Hah…"

"Bagus! Lakukan itu lagi!" perintah Sakura tetap bersiaga di depan Hotaru.

"Nnggg… Gaaaahhhhhhhh!"

"Yak! Sedikit lagi! Lakukan itu sekali lagi!"

"Ahhh.. Agghh.. AAKKKHHHH!" setelah menjerit histeris melampiaskan semua rasa sakitnya pada udara panas yang berada di sekitar wajahnya, telinga Hotaru menangkap samar-samar suara tangisan bayi yang nyaring begitu jeritan terakhirnya berakhir.

"Hufft.. Akhirnya kau keluar juga.. Nah, Nyonya dan Tuan Inuzuka, selamat ya. Anak kalian ternyata laki-laki." kata Sakura tersenyum dan memberikan bayi merah itu pada seorang laki-laki bertato merah yang daritadi tak kuat menahan tangis.

"Anakku… Akhirnya… Kau berhasil, Hotaru.."

"Ini berkat kau.. Kiba-kun.."

Sakura tersenyum. Ia melepaskan sarung tangan karetnya yang penuh dengan darah dan mencuci tangannya agar steril. Setelah itu,dia keluar membiarkan para suster itu yang melanjutkan tugasnya.

"Sakura-chan!" panggil seorang wanita seumurannya tengah berlari kecil menuju arahnya yang baru saja menutup pintu ruang bersalin. Yang kemudian Sakura kenali itu adalah sahabatnya.

"Hinata.. Sedang apa kau di sini?"

"A-aku baru saja selesai memeriksa seorang pasien. Dan, aku ingin mengajak kau makan siang bersama. A-apa kau baru selesai membantu proses persalinan lagi?" kata Hinata melihat Sakura berdiri di depan pintu ruang bersalin.

"Iya.. huft. Seperti biasa. Melelahkan. Tapi karena lelah itulah yang membuatku lapar. Apalagi sekarang sudah waktunya makan siang. Ayo." Sakura langsung menggaet tangan Hinata.

-o0o-

Seorang pria tampan berambut hitam legam tengah sibuk di balik berkas-berkas di atas mejanya. Layar komputer yang berada di depannya yang memunculkan satu persatu nama orang yang menjadi incarannya terus menerus bermunculan seperti ribuan lalat yang berterbangan. Konsentrasinya pecah seketika saat seseorang memasuki ruangannya tanpa mengetuk pintu dahulu.

"Yo, Sasuke! Aku sudah melaksanakan tugasmu. Ini semua daftar dan riwayat hidup dari para tersangka yang kita tangkap atas permintaanmu." seru seorang pria ceria berwajah sedikit err.. Menyebalkan seraya tersenyum lebar.

"Sudah kubilang berapa kali. Kalau mau masuk ke ruanganku ketuk dulu pintunya, Dobe! Kau membuat konsentrasiku pecah!" gerutu Sasuke.

"Kau ini. Mentang-mentang sudah jadi Komandan Polisi, jadinya kau tidak membolehkanku masuk ke ruanganmu seenakku. Jangan terlalu serius begitulah.." ucap Naruto dengan tampang tak bersalah.

"Aku tidak keberatan dengan kau masuk ke ruanganku semaumu. Tapi kalau bisa,ketuk pintu dulu." kata Sasuke merapikan lembaran-lembaran kerjanya.

"Maaf deh. Eh, aku lapar nih. Mau makan siang ga? Dan aku juga mau menengoki adik sepupuku di Rumah Sakit Harapan Konoha. Mau ikut?" ajak Naruto. Sasuke merapikan dan memasukkan berkas-berkas di tangannya ke dalam sebuah map hijau. Kemudian, ia termenung sebentar.

"Baiklah. Aku ikut. Aku juga ingin menemui adik sepupuku."

Perjalanan dari Kantor Pusat Kepolisian Konoha menuju Rumah Sakit Harapan Konoha hanya membutuhkan waktu sekitar 25 menit. Setelah selesai mengisi perut, Sasuke dan Naruto langsung tancap gas menuju Rumah Sakit Harapan Konoha.

"Aduh, Sasuke. Kayaknya aku kebelet deh." keluh Naruto memegangi selangkangannya menahan hasratnya untuk mencari toilet terdekat ketika kakinya baru saja menempel pada lantai rumah sakit.

"Kau ini ada-ada saja. Baru saja sampai. Ya sudah, ke toilet dulu saja sana. Nanti kau menyusul." Naruto langsung berlari segesit mungkin agar tidak membuat cairan yang dia tahannya menembus celana kanvasnya.

"Dan kata Ino, hal-hal seperti itu hanyalah mitos. Hantu atau setan sebenarnya tidak ada. Hanya bayangan kita sendiri. Masa sih? Walau pun hanya bayangan kita, tapi itu sangat menakutkan." kata Sakura sesekali menyeruput jus mangganya. Hinata tertawa kecil.

"Hihi.. Ada-ada saja kau, Sakura-chan.." Sakura dan Hinata tertawa bersama. Saat Sakura merogoh saku roknya, ia tak menemukan benda yang di carinya.

"Gawat! Dompetku ketinggalan di ruang kerjaku! Hinata, tunggu sebentar ya! Aku mau ambil dompetku dulu!" seru Sakura langsung pergi meninggalkan Hinata.

"Ta-tapi Sakura-chan! Biar aku saja yang bayar…"

Sasuke berkeliling mencari-cari sosok adik sepupunya. Mata hitam kelamnya menelusuri setiap lorong dan ruang rumah sakit kalau-kalau saja yang dicarinya berada di sana. Tetapi yang didapatnya, hanya tatapan genit dari semua suster yang kebetulan lewat dan menatap wajah menarik Sasuke. Sasuke pun tak mengambil respon dan memilih mengacuhkannya.

Mungkin karena terlalu sibuk mencari-cari adik sepupunya hingga membuatnya tak melihat ke depan. Yang akhirnya membuat Sasuke menabrak seseorang dan jatuh bersamaan di lantai lorong rumah sakit yang dingin dan keras.

"Ittai.. Hey! Lihat-lihat kalau jalan! Apa kau tidak punya mata untuk melihat?" celetuk seseorang di depannya. Sasuke mengadahkan wajahnya.

Matanya menangkap sesosok makhluk berparas cantik dan menarik berambut merah muda panjang. Sasuke sempat melihat mata emerladnya yang bulat seperti intan yang indah. Sasuke sempat merasa terpana, namun ia ingat dengan status Uchiha yang disandangnya.

"Kau sendiri bagaimana? Sudah tahu aku tidak melihatmu, apa kau juga tidak melihatku? Dasar menyebalkan." ketus Sasuke dingin.

Sakura mendongakan kepalanya dan melihat siapa yang menabraknya. Seorang pria berambut hitam legam tengah berdiri di depannya walau sedikit mengaduh. Mata onyxnya yang mengundang Sakura untuk mengaguminya tak kuasa di tolak oleh Sakura.

"Dasar gadis bodoh."

Bagus. Celetukan itu membuat pikiran positif Sakura tentang Sasuke terpatahkan. Dan Sakura tahu kalau dia cowok menyebalkan.

"Apa kau bilang? Dasar pria dungu! Bukannya minta maaf padaku, malah mengataiku bodoh!"

"Hah? Minta maaf padamu? Haruskah? Memang apa salahku? Kau juga menabrakku. Bukan hanya aku saja. Tidakkah kau pakai mata hijaumu yang seperti ular itu?" ledek Sasuke mengingat hewan peliharannya yang berupa ular juga memiliki warna mata yang sama seperti Sakura. Wajah Sakura merah padam.

"Dasar menyebalkan!" Sakura mendorong Sasuke kuat-kuat lalu pergi meninggalkan Sasuke.

"Gadis aneh."

Naruto baru saja selesai dari kamar mandi setelah mencuci tangannya.

"Aaahhh.. Lega. Hmm.. Kemana aku harus mencari Sasuke ya? Dasar bodoh. Kenapa tadi dia tidak mengatakan akan bertemu dimana. Membuat orang repot saja." keluh Naruto dan kakinya mulai melangkah.

Ditelusurinya setiap lorong rumah sakit mencari sosok sahabat dan sepupunya namun tak ada. Sambil bersenandung ria, Naruto terus berjalan tanpa memperhatikan jalan. Ketika ia berjalan di persimpangan, tanpa memperhatikan depan Naruto menabrak seseorang dan membuatnya harus terjatuh.

"Aduh! Ittai.. Hey, lihat-lihat dong!" sentak Naruto mengelus pantatnya yang menghantam lantai rumah sakit yang keras.

"Go-gomenasai! Sa-saya tidak sengaja!" ucap seorang gadis sedang memunguti kertas-kertas yang berjatuhan.

Barulah Naruto sadar bahwa kini didepannya telah ada seorang gadis manis berambut indigo panjang sepunggung mempunyai mata lavender yang unik yang mungkin jarang orang mempunyai dan mempunyai sejuta pesona yang menarik Naruto untuk mematung dan membekukan darahnya sejenak. Gadis itu mengenakan jas dokter yang di dalamnya yang mengenakan blus ungu muda dan rok yang agak mini berwarna putih.

"A-anda tidak apa-apa?" tanya Hinata menyadarkan lamunan Naruto.

"Ah.. ya.. Aku tidak apa-apa.. Maafkan aku…" ucap Naruto canggung menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Naruto memalingkan wajahnya yang mulai memerah seperti kepiting rebus.

"Ti-tidak. Ini salahku. Gomenasai…" kata Hinata menundukkan wajahnya sambil mendekap map yang berada di tangannya.

"Eh,tidak! Ini bukan salahmu kok. Aku tadi tidak melihat jalan. Hehe.." Hinata mengadahkan kepalanya ketika mendengar suara tawa Naruto yang terdengar renyah.

Baru Hinata sadari bahwa Naruto sangat menarik perhatiannya. Cengiran khasnya yang manis, tawanya yang renyah, juga perawakannya yang ramah namun terlihat agak urakan. Dari seragam yang dikenakan Naruto, Hinata mengetahui bahwa Naruto adalah seorang polisi. Tepatnya polisi berpangkat Letkol.

A/N: Kata Letkol, terinspirasi dari profesi otousan Blue. Jadi kalau di kepolisian tidak ada istilah itu dan para readers ada yang menyadari, maafkan saja ya.. Hehe..

"Hey, halo? Anybody there?" ujar Naruto mengibas-ngibaskan tangannya di depan wajah Hinata yang imut dan mulai mengeluarkan semburat merah itu.

"Ah.. Maaf.. Ta-tapi, boleh kuambil kertas yang berada di tanganmu?" pinta Hinata menunjuk tangan kanan Naruto yang sedang memegang kertas putih berisikan data-data pasiennya.

"Oh, tentu saja." Naruto menyerahkan lembaran kertas itu seraya berdiri dari duduknya. Hinata mengambilnya dengan malu-malu. Dan, keheningan pun melanda di sekitar mereka.

"Ka-kalau aku boleh tahu, siapa namamu?" tanya Naruto memecahkan keheningan. Baru saja Hinata akan membuka mulut tiba-tiba..

"Hinata!"

"Eh?"

"Ternyata kau di sini. Kucari kau kemana-mana."

"Sasuke-niisan?"

"Heh? Sasuke? Sedang apa kau di sini?"

"Harusnya aku yang bertanya, sedang apa kau di sini dengan sepupuku?" Belum hilang rasa bingung di antara Sasuke, Hinata dan Naruto, tiba-tiba sebuah suara mengalihkan perhatian mereka.

"Naruto-nii!" panggil seorang wanita yang tengah berlari menghampiri Naruto.

"Sakura? Kau kemana saja? Aku mencarimu." kata Naruto ketika Sakura berada di depannya dengan nafas tersengal-sengal.

"Aku baru saja kembali dari ruangan kerjaku untuk mengambil dompet. Karena, saat aku sedang makan siang dengan Hinata tiba-tiba…" Kata-kata Sakura terhenti sejenak ketika melihat sosok makhluk yang paling disebalinnya sedang berada di samping Hinata, sahabatnya.

"Hey kau! Cowok dungu! Sedang apa kau di sini? Dekat-dekat dengan sahabatku pula!" ketus Sakura langsung menunjuk Hinata.

"Ini? Sahabatmu?" Sasuke merangkul bahu Hinata dan menepuk-nepukkan kepala Hinata dengan pelan. Hinata heran dengan kelakuan Sasuke yang secara tiba-tiba ini dan yang membuatnya tambah terkejut, Sasuke mencium ubun-ubunnya yang selama ini tidak pernah dia lakukan.

Naruto dan Sakura terkesiap.

"Ini adik sepupuku. Kenapa? Keberatan?" sahut Sasuke sebelum muncul pikiran negatif di kepala Naruto dan Sakura.

"Huh! Tidak! Dasar menyebalkan. Aku tidak tahu kau mempunyai kakak yang menyebalkan, Hinata." keluh Sakura membuang muka.

"Hey, hey. Ini sebenarnya ada apa sih? Aku bingung." ucap Naruto mengacak-ngacak rambutnya frustasi.

"Dobe, ini adik sepupuku. Namanya Hyuuga Hinata. Dan.. Apakah gadis bodoh berambut merah muda itu adalah adik sepupumu?" sindir Sasuke dengan seringai sinis.

"Apa?"

"Oh.. Iya. Ini adik sepupuku. Namanya Haruno Sakura. Aku tidak tahu ternyata adik kita saling bersahabat dan kita juga. Dunia begitu sempit. Dan.. Salam kenal, Hinata." ucap Naruto ramah membuat wajah Hinata kembali memerah.

"I-iya.. Sa.. Sakura-chan.. Perkenalkan, ini kakak sepupuku. Namanya Uchiha Sasuke."

"Aku tidak butuh namanya!"

"Sakura! Kau ini apa-apaan sih? Jangan bersikap tidak sopan begitu!" omel Naruto mencubit pipi Sakura.

"Aduh! Aduh! Sakit, niisan! Aku tidak peduli. Habisnya dia menyebalkan sekali sih. Huuuh.. Hinata, ini juga kakak sepupuku. Namanya Uzumaki Naruto." kata Sakura memperkenalkan Naruto pada Hinata tanpa menengok sedikitpun karena tak ingin melihat wajah menyebalkan Sasuke.

"Yo-yoroshiku ne.. Naruto-kun…" ucap Hinata sambil menundukkan wajahnya tak berani mata biru Naruto.

"Uhm? Ngomong-ngomong, sedang apa kau di sini niichan?" tanya Sakura setelah sadar bahwa Naruto datang ke tempat kerjanya untuk menghampiri dirinya.

"Baka! Tentu saja untuk menemuimu. Setelah lama aku berdiri di sampingmu, baru kau sadar sedang apa kau di sini?" sengit Naruto berkacak pinggang. Sakura menyengir tak bersalah.

"Dobe, sepertinya sudah waktunya kembali ke kantor. Jam makan siang sudah selesai." celetuk Sasuke melirik arlojinya.

"Wah iya! Kalau begitu kita kembali lagi saja. Sudah ya, Sakura. Aku harus kembali ke kantor. Jam 5 sore akan kujemput, oke? Daaaa adekku yang menyebalkan." Naruto mencubit pipi Sakura gemas sebelum akhirnya dia pergi meninggalkan Sakura dan Hinata dengan Sasuke.

"Adaw! Niichan! Sakit tahu! Dasar kucing!" cerca Sakura. Hinata yang berada di sampingnya pun tertawa kecil.

"Apa? Ada yang lucu?"

"Hihi.. Ti-tidak kok, Sakura-chan. Sudah yuk, kita ke ruang kerja masing-masing.."

-o0o-

"Adik sepupumu itu.. Namanya Hyuuga Hinata ya?" tanya Naruto berbasa-basi walau dia sudah tahu nama Hinata tadi saat Sasuke memperkenalkannya agar Naruto bisa memecahkan keheningan di antara mereka.

"Ya."

"Manis juga ya? Tinggal dimana?" Karena pertanyaan inilah yang mampu membuat Sasuke yang sedang menyetir dengan konsentrasi sedikit melirik ke arah Naruto.

"Kau suka padanya?"

"Heehhh? Ti-tidak! Aku tidak mengatakan hal itu kan? Sok tahu!" Naruto memalingkan wajahnya ke kaca jendela agar Sasuke tak bisa melihat wajahnya yang memulai memerah dan menggaruk pipinya yang tidak gatal.

"Tapi sikapmu mengatakan hal itu." kata Sasuke mengembalikan pandangannya ke jalan raya. Naruto merengut kesal.

"Kau juga. Ada masalah apa kau dengan Sakura? Sepertinya dia tidak suka melihatmu?" tanya Naruto membuat satu alis Sasuke naik mendengar kata 'Sakura'

"Tidak ada."

"Bohong."

"Benar."

"Yakin? Komandan tidak boleh mengajari bawahannya berbohong." ucap Naruto mengulang kata-kata ayah Sasuke yang dulu menjabat menjadi seorang Komandan Polisi. Sasuke terdiam.

"Baiklah.. Aku mengaku. Tadi, saat aku mencari Hinata tak sengaja aku bertabrakan dengannya. Dia malah marah-marah tidak jelas. Sudah tahu dia yang salah. Begitu kukatai gadis bodoh, dia malah ngamuk dan meninggalkanku begitu saja." ungkap Sasuke dengan ekspresi datar.

"Pantas saja dia tidak menyukaimu. Sifatmu itu dingin sekali sih. Cuek lagi… Hadduuuhhh.. Apa enaknya sih bersikap dingin sama orang? Apa kau tidak suka mempunyai banyak teman?" tanya Naruto heran.

"Aku tidak butuh teman." jawab Sasuke.

"Lalu?"

"Tapi, aku butuh sahabat. Seperti kau." Naruto yang mendengar kata-kata Sasuke tercengang. Lalu ia menyengir.

"Aahhh.. Ada-ada saja kau, Teme!"

"Naruto! Dasar bodoh! Jangan mengangguku!" omel Sasuke ketika lengannya di tepuk keras-keras oleh Naruto sehingga membuat Sasuke oleng dan hampir menabrak truk.

"Gomen, gomen.. Habis kau membuatku terharu dengan kata-katamu itu. Tak kusangka kau bisa berbicara seperti itu. Kukira kau hanya bisa berbicara 'Hn' saja." ucap Naruto menyengir memamerkan deretan giginya. Sasuke hanya mendengus sebal.

Di tempat lain, Sakura sedang membereskan map-mapnya yang tergeletak di atas meja. Wanita berambut merah muda itu menyusunnya dan merapikannya agar tampak terlihat teratur. Sekarang sudah jam setengah 5 dan kini Sakura tengah bersiap-siap untuk pulang. Sakura sudah mengirimkan sms ke Naruto bahwa hari ini dia tidak usah di jemput karena ingin bersama Hinata.

"Sakura-chan. Kau sudah siap?" panggil seseorang ketika pintu ruangan kerja Sakura terbuka.

"Sudah kok. Hehehe.. Hari ini aku tidak di jemput oleh Naruto-nii. Aku ingin bareng denganmu." ucap Sakura memasukkan semua mapnya ke dalam laci dan mengambil tas tangannya di atas kursi.

"Baiklah. Ayo."

Sakura dan Hinata menuju tempat parkir. Hinata memang membawa mobil sendiri sehingga Sakura bisa ikut menumpang dan kebetulan arah rumah mereka satu arah walau terkadang Hinata lebih suka diantar oleh kakak kandungnya, Hyuuga Neji.

Sakura menghempaskan bokongnya di kursi dan sedikit menghela nafas karena cukup lelah untuk berjalan dari ruangan kerjanya menuju tempat parkir dengan sepatu high heels 5 cm. Cukup melelahkan namun untuk terlihat cantik dan anggun itulah yang harus di lakukan seorang wanita juga termasuk Sakura. Beauty is pain.

"Ehm.. Sakura-chan.. Ka-kalau aku boleh tahu, a-apakah Naruto-kun tinggal bersamamu?" tanya Hinata memecahkan keheningan sekaligus mengorek lebih dalam tentang Naruto walau ada sedikit rasa canggung menanyakan hal itu.

"Iya. Dia tinggal bersamaku. Kami satu rumah. Karena kami jauh dari orang tua, dan ayahku tidak membolehkanku untuk tinggal sendiri makanya aku tinggal di rumah Naruto-nii. Memang kenapa?" tanya Sakura belum sadar akan maksud Hinata menanyakan hal itu.

"Ti-tidak.. Ha-hanya ingin tahu.. La-lalu, dia sudah bekerja atau masih kuliah? Umurnya berapa?"

Sakura mengerutkan dahinya heran. Pandangannya yang sejak tadi tertuju pada jalanan kini tertarik pada pertanyaan Hinata.

"Hmm.. Memang kenapa? Kau suka ya, dengan Naruto-nii?" goda Sakura dengan senyuman jahil. Dan, Hinata yang tengah menyetir itu pun otomatis langsung memerah dan sedikit oleng.

"Ti-tidak! A-aku hanya bertanya saja, Sakura-chan!"

"Lalu, kenapa mukamu memerah begitu?" Hinata terdiam. Skak mat. Sakura tertawa.

"Hahaha! Hinata, Hinata… Kalau kau suka dengan Naruto-nii juga tidak apa-apa kok. Memang aku melarang? Karena kamu sudah bertanya, maka harus ku jawab. Naruto-nii sudah bekerja sebagai polisi. Umurnya sudah 25 tahun." cetus Sakura.

"Eh? Be-berarti sama dengan Sasuke-nii ya? Sasuke-nii juga bekerja sebagai polisi dan umurnya juga 25 tahun." kata Hinata memasukkan kopling.

"Oh ya? Aku tidak tahu itu."

Hening.

"Hinata, aku tidak tahu kau punya kakak yang sangat menyebalkan." celetuk Sakura tiba-tiba. Hinata yang tengah berkonsentrasi menyetir jadi buyar ketika Sakura mengeluarkan suaranya.

"Maksud Sakura-chan?"

"Dia itu menyebalkan! Kamu tahu? Tadi, saat aku mau mengambil dompet di ruangan kerjaku, aku tak sengaja bertabrakan dengan dia. Bukannya minta maaf atau apa, dia malah mengataiku gadis bodoh! Dan juga dia menyalahkanku! Huh.. Padahal dia yang salah. Lagian, dia juga cuek dan dingin sekali." keluh Sakura memanyunkan bibirnya.

"Hihi.. Sasuke-niisan memang seperti itu orangnya. Tidak banyak omong dengan orang lain namun cepat tanggap. Tapi.. Karena sikap dinginnya itulah yang membuat gadis-gadis mengejarnya." sahut Hinata tertawa kecil.

"Aku tahu dia tampan. Tapi, kalau menyebalkan seperti itu sih.."

"Kau menyukainya?" Sakura tertohok.

"A-apa sih? A-aku tidak menyukainya kok!" Hinata tertawa kecil melihat wajah Sakura yang mulai memerah.

"Kalau tidak menyukai, lalu kenapa wajahmu memerah?" Sakura terdiam. Hinata membalikkan kata-katanya tadi.

"Su-sudah ah! Untuk apa aku menyukai cowok menyebalkan seperti itu? Buang-buang pikiran saja!" ketus Sakura melipat tangannya. Ngambek.

"Oh ya? Kamu bilang menyebalkan, ujung-ujungnya menyenangkan loh.. Sakura-chan.." goda Hinata membuat mata Sakura membulat kaget.

"Hinata!"

-o0o-

Mobil sedan merah darah milik Sasuke kini telah berhenti di depan pekarangan rumah Naruto. Mengetahui bahwa mobil Sasuke telah mendarat di depan rumahnya yang sederhana itu, Naruto membuka pintu dan turun. Sebelum benar-benar masuk ke dalam rumah, Naruto menghampiri Sasuke yang sedang menurunkan kaca mobilnya.

"Terima kasih ya atas tumpangannya. Oh ya satu lagi.. Engg.. Itu.. Apakah aku boleh minta.. itu…" Naruto tak sanggup melanjutkan kata-katanya.

"Nanti akan ku-sms."

"Eh?"

"Kau mau minta nomor Hinata kan?" Naruto mendelik. Bagaimana bocah Uchiha ini bisa tahu pikirannya?

"Y-ya.. Terima kasih." Sasuke mengangguk lalu tancap gas begitu Naruto memasuki rumahnya.

Di sepanjang jalan, Sasuke yang tidak pernah mendengarkan satu lagu pun tiba-tiba menyalakan radionya. Radio tersebut sedang menyiarkan lagu-lagu mellow yang isinya percintaan seorang lelaki yang tak sengaja menemukan wanita yang dicintainya di sebuah lorong rumah sakit namun mereka saling bermusuhan. Telinga Sasuke yang mendengarnya agak tersindir. Lalu, entah mengapa tiba-tiba Sasuke mengingat Sakura.

Rambutnya yang panjang melambai berwarna merah muda mengingatkannya pada pohon Sakura yang selalu mengembang di musim semi yang indah. Mata emerladnya yang berwarna hijau terang itu bersinar dengan cantiknya seperti intan yang sudah ribuan tahun terpendam di dalam perut bumi sehingga begitu ditemukan sangat berkilau. Sasuke mengacak rambutnya.

"Arrrgghhh! Apa yang kupikirkan sih? Kenapa aku bisa memikirkan wanita menyebalkan itu? Dasar bodoh.." gumam Sasuke.

Namun, tak bisa di pungkiri lagi bahwa Sasuke benar-benar terpesona oleh kecantikan alami wanita bernama Sakura itu.. Pertemuan pertama yang sanggup membuat jantungnya berdebum kencang..

.

.

.

.

TBC…


Horay! Selesai deh! Akhirnya jadi juga.. ini masih chapter awal. Kalau chapter awal, Blue emang suka bikinnya pendek karena pengen bikin para readers penasaran –ditimpuk-. Kira-kira bagaimana, SasuSaku fans? Apakah kalian suka dengan cerita ini? Atau malah ada bahasa Blue yang kurang menarik? Menerima kritik dan saran namun tidak flame.. Review without flame please.. ^^v