Warning : AU, OOC, DON'T LIKE DON'T READ ! Rate T semi M

Holaaa Guys… ketemu lagi ma MNS aka Masahiro 'Night' Seiran (bukan sutradara Hollywood M. Night Shyamalan lho). Lagi-lagi saya datang bawa fic dengan ide yang aslinya pasaran tapi ngotot pengen night publish. Banyak ide di otak saya, tapi pada gak jelas semua.

Mengingat saya masih punya 3 fic laen yang in progress (WAMN, Mademo, Pid2) dan 2 yang discontinue sementara (I'm with u, Wedding dress), maka night gak bisa janjiin fic satu ini rajin apdet perminggu. Tapi tetap bakal di update kok! Soalnya WAMN ma Mademo udah mau buyar.

"…" talk,

'….' or italic: Thinking and talk on the phone

"blablabla" Inner's talk

Yosh! Selamat membaca!

Summary : Naruto; seorang pemuda berandalan, pencopet ulung, dan hidup berantakan. Sasuke; bartender muda, hidup juga tak jelas, cerdas, miskin, jaim, sekaligus tukang tipu. Dua pemuda yang berbeda namun dalam salah satu aksinya dikenal sebagai WinterFoxy, sebuah code name penjahat buronan yang terbiasa mencuri barang-barang antik orang kaya. Persahabatan baik dalam pertemanan maupun pekerjaan sampingan mereka. Hingga belasan kasus terlewat, sebuah kejadian membuat identitas WinterFoxy hampir terungkap. Polisi Jepang mulai bergerak. Termasuk seorang FBI muda cantik dan seorang gadis cerdas ilmuwan mulai bermain kucing-kucingan dengan dua pemuda ini. Saling mencoba membuka identitas masing-masing, dan permainan dimulai.

DISCLAIMER : MASASHI KISHIMOTO-sensei

.

CATCH YOU, CATCH ME : Bad Luck

.

BUGH.

'Cih.'

Seorang pemuda bertampang acak-acakan meludahkan darah yang mewarnai sudut bibirnya. Sudut bibirnya terangkat tinggi, menunjukkan senyuman penuh ejekan pada kawanan berandalan yang kini tersungkur di sebuah pojokan gang sempit yang gelap dan becek.

Pemuda pirang itu mengusap bibirnya yang terluka dengan sedikit ngos-ngosan. Melihat banyaknya jumlah lawan yang berhasil ia buat babak belur, wajar kalau ia kelelahan. Ia membuka lipatan dompet hitam yang dipegangnya. Tangannya mengeluarkan banyak lipatan uang kertas. Mungkin sekitar lima puluh ribu yen. Heran juga jaman sekarang ada orang yang membawa uang tunai dalam jumlah besar dalam dompetnya. Yah, lumayan… tangkapan besar!

Pemuda pirang itu lalu melemparkan dompet kosong itu ke salah satu lawannya yang masih meringis kesakitan. "Enak saja, aku susah-susah mencopetnya, lalu kalian mau merebutnya dariku?" ejek si Pirang. Kakinya lalu menendang betis beberapa pemuda berandal di hadapannya.

Empat berandal yang masih meringkuk di jalanan basah itu hanya bisa mengatupkan dua tangannya memohon ampun.

"Baiklah, nampaknya kalian memang berandal baru," ujarnya sinis, "tapi ingatlah mulai sekarang, jangan pernah mencari urusan dengan Uzumaki Naruto. ingat namaku baik-baik."

Naruto melemparkan lembaran kertas sekitar seribu yen, "Itu untuk biaya klinik kalian."

Pemuda jabrik itu lantas mengambil jaketnya dari atas tong kosong lalu berjalan pergi menjauh dari gang sempit itu. Lambat laun kakinya melangkah melewati pertokoan kecil yang mulai tutup. Mata blue ocean-nya melirik jam tangan bobrok di tangan kirinya. Jam sepuluh malam. Wajarlah kalau beberapa toko kecil mulai tutup. Ia lalu menyebrang jalan ke arah kompleks tempat 'malam' yang cukup ramai.

Matanya dapat melihat beberapa pelacur jalanan berdiri di pinggiran jalan mencari mangsa dan menoleh ke arahnya. Beberapa diantaranya melambaikan tangannya pada Naruto, dan hanya berbuah sebuah cengiran rubah dari pemuda dua puluh dua tahun itu.

Ia mempercepat langkah kakinya. Sial. Berada di komplek seperti ini membuatnya 'tegang'. Celananya terasa sempit. Shit. Lebih baik cepat menyingkir. Mana mau si Uzumaki Naruto menghamburkan uangnya hanya untuk wanita. Mending ia gunakan untuk memenuhi kulkas apartemennya dengan ramen instant.

Langkah kakinya akhirnya sampai di sebuah gang gelap dan tak kalah beceknya dengan gang tadi dengan pemandangan beberapa tikus got seukuran anak kucing yang sliweran juga bau busuk dari tong-tong sampah di sudut-sudutnya. Ia terus melangkah sampai di sebuah pintu belakang pub yang tertutup.

Naruto mundur dan duduk di atas tutup kotak sampah besi yang cukup besar tepat di depan pintu itu sambil menghitung 'hasil' buruannya.

Klak.

Pintu di hadapannya terbuka dan nampaklah sosok pemuda bertampang foto model cover majalah dengan mata onyx dan dandanan yang cukup rapi membawa stok bir botol di tangannya. Ia menurunkan rak minuman itu lalu menatap sahabatnya yang nyengir tanpa dosa.

"Siapa yang kau copet kali ini, Naruto?" tanya sang pemuda raven.

"Eksekutive muda di blok samping stasiun yang mengomel pada nenek tua penjual koran hanya karena menabrak orang itu sehingga starbucks-nya menumpahi kemeja mahalnya."

"Aha," jawab si pemuda raven, "kalau dia tak marah-marah pada nenek itu, apa kau tetap mencopetnya?"

"Tentu saja, Sasuke."

"Ha~h. same old Naruto."

Naruto hanya nyengir lebar, "Aku biasa melihat pemuda sok itu bersikap seenaknya pada bocah-bocah pengamen di stasiun. Yah, lumayanlah, dompetnya 'berisi' tebal."

"Lalu wajahmu? Dihajar massa?"

"Enak saja!" jawab Naruto, "ini karena tikus-tikus got yang mau merebut hasil tangkapanku."

"Berarti mereka berandalan baru," jawab Sasuke, "mana ada preman yang tak kenal namamu, Baka."

Naruto tertawa nyaring mendengarnya, "Kuanggap itu pujian, Teme."

Sasuke menggelengkan kepalanya malas lalu menata botol-botol bir itu sambil menunggu truk pembawa minuman yang ia tunggu. Tangannya lalu melonggarkan dasi kupu-kupunya dan mulai melipat lengan panjang kemeja putihnya hingga setinggi siku.

"Kalau kau lama-lama di sini, siapa yang menjaga mejamu?"

"Ada Suigetsu."

"Kalau dia yang jadi bartender, aku rasa semua minuman di bar ini akan cepat habis," jawab Naruto, "habis diminum sendiri."

"Hn," balas Sasuke, "tak akan, gajinya bulan kemarin sudah dipotong."

Naruto lagi-lagi tertawa keras. Ia memicingkan matanya saat lampu sein menyilaukan sebuah truk bak terbuka berjalan mundur memasuki gang itu. Sasuke mulai mengarahkan sang supir truk agar menghentikan mobilnya. Tak lama kemudian sang kernet turun dan mulai menurunkan rak minuman.

Sasuke mulai mengurusi dan mencatat jumlah rak yang diturunkan sementara Naruto hanya bersantai menatapnya bahkan hingga truk itu mulai meninggalkan gang. Sasuke tak begitu mempedulikannya. Bocah berkulit putih itu mulai mondar-mandir memasukkan rak minuman ke dalam bar.

ARGH.

Naruto menoleh cepat dan mendapati Sasuke memegangi jari tengahnya yang tergores. Darah segar mengalir dari sana. "Ah~ kenapa Sasuke? Kulit mulusmu tergores?"

Sasuke langsung men-death glare sahabatnya itu sambil mengacungkan jari tengahnya yang terluka pada Naruto, "Damn you, Dipshit!"

Naruto makin tertawa nyaring. Pemuda itu akhirnya melompat turun dari atas box sampah dan mendekat pada Sasuke sambil memeriksa rak minuman di bawahnya. "Hm, gara-gara ini kau tergores? Sebaiknya beri lap atau kertas saat mengangkatnya, Teme."

Sasuke mengibaskan tangannya yang terluka lalu melangkah mendekat di bak sampah. Mengambil beberapa lembar koran bekas dari dalamnya. "Ayo, bantu aku."

Naruto menerima kertas itu lalu matanya terbelalak, "Woi!" serunya, "lihat, ada berita kita!"

Sasuke menyipitkan matanya lalu merebut lembaran dari tangan Naruto dan membacanya pelan, "Tokyo News: Lagi-lagi WinterFoxy mencuri guci antik Heaven. Waspada!"

"Waw, nama kita semakin terkenal," ungkap Naruto bersemangat. Membuatnya mendapat bogeman di ubun-ubunnya dari Sasuke, "Ach!"

"Guci abstrak begitu saja heboh." ujar Sasuke malas.

"Yah, biasa-lah," sahut Naruto enteng, "WinterFoxy… cool."

"Norak."

"Hey! Memangnya siapa yang memilih code name Winter, hah?" balas Naruto.

"Whatever, Foxy," jawab Sasuke, "sebaiknya kau pulang. Aku tak sudi membangunkanmu besok pagi. Kita tak boleh telat, meski kita kuliah gratis, aku tak mau nilai-nilaiku jelek."

"Yayaya… aku juga tahu itu, lagipula beasiswanya hanya berlaku kalau nilai kita tetap bagus." Naruto mulai melengos pergi sampai akhirnya lengannya tertahan oleh sebuah cengkraman kuat.

"Kembalikan dompetku, Dobe."

Naruto terkikik pelan lalu menyerahkan dompet Sasuke, "Dari semua korbanku, hanya kau yang bisa merasakan kinerja tanganku."

Sasuke merebut dompetnya kasar lalu menyelipkannya lagi di kantung celananya. "Itu karena kau terlalu sering melakukannya padaku."

"Sepertinya dompetmu cukup tebal."

"Hn."

Naruto melirik sepeda yang terparkir di dekat dinding gang, "Bukannya sebaiknya kau pakai motor saja, jangan bilang kau terus memakai sepeda agar tubuhmu atletis, Teme."

"Harga bahan bakarnya mahal."

Yah, jawaban yang simple. "Kalau fans-fansmu di universitas mendengarnya, aku rasa mereka rela membelikanmu mobil beserta gas station-nya, hahahaha."

"Whatever, Loser."

.

o.O.o.O.o.O.o.O.o.O.o.O

.

"Hei, Shikamaru, aku kan sudah bilang, aku ke Jepang hanya untuk liburan. Bukan dalam tugas."

"Aku kan hanya minta bantuanmu untuk berpikir, Sakura," jawab suara dari seberang telepon. "tenang, aku tahu kau masih lelah karena perjalanan. Tapi mungkin kau mau berubah pikiran?"

"Nah, you know me," jawab gadis berambut pink dalam sebuah taksi, "penerbanganku dari New York tertunda setengah hari sehingga aku baru sampai di Jepang sejam yang lalu. Kau tahu jam berapa sekarang! Kau tahu kalau aku perempuan!"

"Troublesome," jawab Shikamaru, "kita berdua sama-sama tahu kalau tak akan ada orang yang menyerang monster sepertimu."

"Watch your talk, boy," jawab Sakura, "apa kepolisian bagian investigasi dan penyelidikan Jepang sepertimu segitunya kesusahan?"

"Aku hanya malas berpikir, aku lebih senang divisi-ku yang lama. Menangani bagian pembunuhan lebih menyenangkan daripada mengurusi kasus pencurian. Duh."

"Sebaiknya besok kita bica-"

Ciit. Dukk.

"Halo? Sakura?"

"Pak? Kenapa taksinya?" tanya Sakura pada sang sopir.

"Sepertinya mogok, Nona." jawab sang sopir gemetaran.

"Sakura?"

"Shut up, Shika! Tunggu sebentar! Taksinya mogok!" seru Sakura jengkel. Ia masih bisa mendengar suara tawa Shikamaru. Sang sopir melangkah keluar mobil dan membuka kap depan mobilnya. Laki-laki itu lalu membuka pintu penumpang dan membungkuk sopan pada Sakura.

"Maaf Nona, tapi nampaknya akan butuh waktu lama untuk memperbaikinya."

Sakura perlahan melangkah keluar taksi dan menatap sekeliling, "Apa artinya saya harus turun di sini, Pak?"

Sopir taksi itu terpaksa mengangguk.

"Sakura?"

"Diamlah dulu, Shikamaru!" seru Sakura kesal, "ha~h, mungkin ini hari sialku! Kau tahu, aku terdampar di komplek jalanan pinggiran yang kanan kirinya penuh dengan 'love hotel' you know!"

Shikamaru tertawa lagi.

"Jangan tertawa, Nanas! Harusnya kau menyusulku di bandara!"

"Kau kan tahu, kasus pencurian ini menyita waktuku di kantor, makanya bantulah aku berpikir…"

"Nona," panggil si sopir, "ini koper Anda, dan di belokan sana, sekitar lima puluh meter, Nona akan melihat stasiun bawah tanah." Sopir itu menyerahkan sebuah koper dorong yang baru ia keluarkan dari bagasinya.

"Sakura?"

"Aku terpaksa jalan," jawab Sakura, "sebaiknya besok pagi saja kau telepon aku. Aku tak mau handphone-ku dicopet penjahat brengsek gara-gara aku meneleponmu di jalanan."

"Pakai earphone-mu."

"Aku malas membongkar koperku hanya untuk bicara denganmu."

"Yah, terserah," jawab Shikamaru, "good luck, Miss."

Clek. Sakura mulai berjalan menyeret kopernya. Beruntunglah ia yang memilih untuk hanya membawa sedikit pakaian jadi koper yang ia bawa dari Amerika tak terlalu banyak. Gadis itu mengeratkan genggamannya pada saku coat-nya lalu melangkah menyusuri jalanan remang-remang cahaya itu. Sial, cuacanya cukup dingin juga ternyata. Bulan Januari yang menyebalkan.

Sakura tetap berjalan tenang sampai ia akhirnya terhenti di belokan jalan. Sayangnya hal itu dikarenakan secara mendadak ia dihadang tiga pria berpakaian kusut dengan dandanan ala punk lengkap bersama rantai-rantai di leher dan pinggangnya juga celana jeans belel yang tak terawat.

Bad luck.

Sakura menarik napas perlahan. Ia memang bisa karate, dan okelah, ucapan Shikamaru tentang tenaga 'monster' itu memang bukan sekedar ejekan. Tapi ia sedang kelelahan karena perjalanan jauh. Semprotan merica di sakunya takkan mempan untuk tiga pemuda sekaligus. Revolver miliknya juga tak bisa ia gunakan di tempat ini mengingat ia ada di Jepang dan ia bukan sedang dalam tugas. Memangnya apa yang bisa dijelaskan seorang FBI dengan alibi melindungi diri dari tiga ekor 'cecurut' jalanan yang mengelilinginya sekarang? Ia tak mau menggunakan senjata apinya.

"Mau apa kalian?" tanya Sakura tenang.

Seorang diantaranya tertawa nyaring, "Ah, Nona cantik ini bisa bicara rupanya," ucapnya dengan nada menjijikkan, "kami hanya mau dompet, perhiasan, dan kalau kau bersedia, bersenang-senanglah dengan kami juga, Nona."

"Mengacalah terlebih dulu sebelum kau bicara denganku, Sampah!" ungkap Sakura enteng.

"Kaau!"

Sakura menghindar dari pukulan seorang preman dari arah belakangnya. Ia lalu memukul pelipis penjahat satunya sementara sang pemimpinnya sibuk membantu temannya berdiri.

"Kau boleh juga, Nona."

"Well, thanks."

Bugh.

Sakura lagi-lagi memukul wajah penjahat yang lain sementara lututnya menendang 'senjata' salah satu pemuda itu hingga meringis kesakitan. Gadis itu dengan lincah berputar dan menyikut perut pemuda lain lalu menendang keras tulang kering kaki salah seorang yang lainnya.

Namun mendadak dari arah belakang seorang penjahat mengacungkan pisau lipat ke arah Sakura, "Matiii kaaau!"

Crash.

"Bersikaplah sopan pada wanita, Bodoh, menodongkan pisau itu sangat rendahan."

Sakura menoleh dan mendapati seseorang berdiri di belakangnya. Sosok pemuda pirang yang mendadak menyelamatkannya dan merebut pisau lipat dari tangan berandalan itu. Dua temannya yang lain tak tinggal diam. Satunya mulai menyerang Sakura dan satunya lagi sukses meninju wajah Naruto.

Tapi tak lama kemudian kedua penjahat itu sudah tersungkur di tanah karena pukulan keras Naruto di perutnya dan semprotan lada gratis tepat di mata penjahat lain yang kini berteriak kesakitan dan perih di matanya. Sedetik berlalu kemudian, ketiga penjahat itu lari terbirit-birit sambil setengah mengumpat.

Naruto memungut tas tangan yang isinya berserakan di jalanan. Pemuda itu memasukkan lagi dompet, cermin kecil, bolpoint, dan juga lipstick ke dalam tas kecil itu lalu menyerahkannya pada Sakura.

"Terima kasih."

Naruto hanya mengangguk sambil memegangi lengannya yang sedikit tergores dan mengeluarkan darah. Sial. Tadi Sasuke, sekarang gilirannya.

Sakura yang melihatnya langsung menyodorkan sapu tangan miliknya lalu membalutkannya di lengan Naruto.

"Daerah sini banyak penjahat, berandal, juga pencopet, hati-hatilah, Nona."

Sakura hanya tersenyum kecil lalu mengeluarkan dompetnya. Ia mengambil tiga lembar uang dolar kertas pada Naruto, "Ini, ambillah."

"Hah?"

"Anggap saja ucapan terima kasih dan biaya pengobatan lukamu," kata Sakura sambil menyodorkan lembaran bernominal sepuluh dolar itu, "ambillah, maaf kalau bukan mata uang sini, aku belum sempat menukarnya."

Naruto menggelengkan kepalanya lagi lalu meringis dengan luka di lengan dan bibirnya, "Aduh, sakitnya~"

Sakura menarik lagi tangannya lalu mengambil uang lima puluh dolar dan menyodorkannya pada Naruto sekali lagi, "Kumohon terimalah."

Naruto mengangkat wajahnya dan menatap lembaran uang di depannya. Ia lalu menyahut uang itu dan nyengir singkat, "Yah, kalau kau memaksa."

Sakura cukup shock dengan tingkah Naruto, 'Ternyata yang tadi kurang.' Gadis itu lalu tersenyum kecut dan menarik kopernya menjauh.

"Hei."

Sakura kali ini menoleh lagi. Pemuda pirang itu mendekat ke arahnya sambil tetap mengunyah permen karetnya.

"Ada apa?"

"Terima kasih untuk biaya luka goresnya."

Sakura hanya mengangguk pelan, "Ya."

"Tapi pukulan si brengsek tadi sakit sekali."

Kali ini Sakura mengrenyitkan dahinya sambil menatap Naruto yang menunjuk-nunjuk ujung bibirnya. Memang darah menetes dari sana, tapi apa maksudnya?

"K-kau… maksudmu apa? Yang tadi masih kurang?" tanya Sakura tak percaya. Sial. Sekalinya ditolong orang, juga ditolong berandal mata duitan.

Naruto hanya menggelengkan kepalanya sesaat lalu nyengir, "Aku tahu obatnya."

"A-Ap-"

Terlambat. Naruto sudah lebih dulu mencengkeram kedua tangan Sakura dengan tangan kirinya sementara tangan kanannya menekan pinggul gadis itu agar merapat di tembok dinding bangunan di sampingnya. Sakura terang saja terbelalak saat tahu-tahu pemuda itu melumat bibirnya tanpa permisi.

Tak lama memang, tapi cukup untuk Sakura bisa merasakan darah yang tadinya mengalir di bibir pemuda itu dan kini mengalir di mulutnya. Rasanya getir dan tawar.

Naruto mundur selangkah sambil mengusap sudut bibirnya. Tersenyum manis pada Sakura yang masih melotot tak percaya, "Terima kasih obatnya."

'Earth to Sakura!' teriak suara dalam dirinya.

Sakura terbelalak kaget dan menatap pemuda pirang itu sudah berjalan menjauh ke arah jalan yang berlawanan. Gadis itu lalu tak sempat mengumpat atau menonjok muka sang 'penyelamat'-nya tadi. Wajahnya lalu mulai bersemu merah. Tangan kanannya lalu mengusap bibirnya cepat. Menghilangkan bekas darah yang baru dibagi pemuda sialan itu.

"BRENGSEK!" serunya kesal.

.

o.O.o.O.o.O.o.O.o.O.o.O

.

Ting tong. Ting tong. Ting tong. Sakura menekan bel dengan tak sabar.

Cklek.

Sakura dengan santainya menerobos masuk rumah tanpa banyak bicara. Ia menendang kopernya di ruang tamu lalu rebahan di sofa empuk untuk meluruskan tulang punggungnya. Ia melirik sahabatnya yang menatapnya heran.

"S-Sakura-chan?"

"…" Sakura hanya menghela napas panjang.

"Kubuatkan teh ya?"

"Nggak usah Hinata-chan."

Gadis berambut lavender itu melangkah mendekat ke kulkas dan mengambil sebotol dingin orange juice ekstrak lalu menyodorkannya pada Sakura. "Bagaimana p-perjalananmu?"

"Sucks."

"T-tadi Shikamaru-kun meneleponku. I-ia tanya apa kau sudah sampai. Katanya kau tak mengangkat teleponnya."

"Biarkan saja."

"A-apa ini, Sakura-chan?" tanya Hinata sambil menunjuk noda merah di coat krem milik Sakura.

"Darah."

"Darah? D-darah siapa?"

Sakura memejamkan matanya. Darah siapa lagi kalau bukan darah pemuda pirang brengsek yang seenaknya menciumnya tadi? Darah itu menempel di pakaiannya saat tangan pemuda itu menekan pinggulnya tadi. Argh! Bocah jelek!

"He's hot!" ungkap Inner Sakura.

"No, he isn't!"

"Good kisser!"

"Bad!"

"Yah, terserah kau sajalah."

"Sakura-chan?" panggil Hinata.

Sakura menoleh pelan. Ia lalu tersenyum tipis, "Besok saja kuceritakan ya?"

Gadis bermata lavender di hadapannya hanya mengangguk sambil tersenyum. Tangan mungilnya lalu meraih koper Sakura dan membantu gadis itu ke kamarnya.

"Besok apa acaramu, Sakura-chan?" tanya Hinata lembut.

"Mungkin mencari beberapa baju. Aku nggak begitu banyak membawa pakaian, sekalian berkeliling, aku mau tahu perubahan kota ini setelah empat tahun kutinggalkan. Lagipula aku terakhir berkunjung saat liburan tiga tahun lalu kan…" jelas Sakura. "kau besok kuliah?"

Hinata mengangguk pelan.

"Bagaimana kuliahmu? Apa penelitianmu tentang botanical itu masih jalan?" tanya Sakura.

"Ya, aku masih mengerjakannya d-dengan Shino-kun."

"Lalu novel misteri buatanmu itu?"

"Masih k-kok, tiap bulannya masih dimuat di majalah local, kau mau baca?" tanya Hinata polos.

"Yah, besok saja," kata Sakura, "kau besok mau ku antar ke universitas?" tawar Sakura.

Hinata langsung mengangguk cepat, "Boleh."

.

o.O.o.O.o.O.o.O.o.O.o.O

.

Sebuah mobil Mazda melaju pelan memasuki kawasan universitas tempat Hinata kuliah. Sakura dengan santai mengendarai mobilnya hingga sampai ke gerbang universitas. Saat itulah terdengar suara berisik di samping kiri mobilnya.

Hinata menoleh dan tersenyum melihat sebuah sepeda yang dikendarai dua pemuda berboncengan melintasi mereka.

"Naruto-kun, Uchiha-san."

Sakura memicingkan matanya kali ini. Ia dengan tak sabar memarkirkan mobilnya lalu melepas sabuk pengamannya dengan kasar.

"Lho, Sakura-chan, kau ikut turun?" tanya Hinata heran.

"Turunlah Hinata-chan, lalu tunjukkan padaku dimana parkiran sepeda."

Hinata memiringkan kepalanya sesaat sebelum akhirnya ia ikut turun dari mobil. Sahabatnya masih memandangnya dengan tatapan membunuh, membuat Hinata terpaksa menurut. Dan dari kejauhan, nampaklah dua pemuda yang tadi melintasi gerbang depan dengan sepedanya. Keduanya melangkah pelan menuju gedung universitas.

Seorang di antaranya memakai jaket putih, bertampang cool, dengan kedua tangan dimasukkan ke dalam saku celananya. Sedangkan satunya pemuda pirang dengan jaket black-orange dengan sudut bibir dihiasi plester kecil. Mulutnya dengan santai mengunyah permen karet sementara pemuda di sampingnya sibuk mendengarkan musik dari earphone-nya.

Sakura dengan tak sabar menghampiri Naruto dan Sasuke.

"Hei!" teriaknya memanggil Naruto.

Naruto menghentikan langkahnya. Tangan kirinya meraih pergelangan tangan kiri Sasuke dan memintanya berhenti. Pemuda raven itu melirik sesaat lalu melepas earphone kanannya dan memperhatikan wajah Naruto yang sedikit aneh. Terang saja, baru semalam bertemu mana mungkin Naruto lupa pemilik suara itu.

Sasuke menoleh pelan dengan gaya khasnya dan mendapati dua orang gadis berlari kecil ke arah mereka. Tadinya ia mengira itu fans-nya. Tapi saat ia melihat Hinata, ia tahu perkiraannya salah. Yah, setidaknya sekalipun ia jarang menanggapi tingkah fans-nya, tapi ingatannya cukup bagus untuk tahu bahwa Hinata bukan salah satu dari fans-nya.

Tapi siapa gadis berambut pink ini? Sepertinya ia tak pernah melihatnya.

"Sa-Sakura-chan…" panggil Hinata ngos-ngosan. Dua gadis itu kini sudah berhadapan dengan Sasuke, kecuali Naruto yang masih diam dan tak berbalik.

"Hyuuga."

Hinata menoleh dan cepat-cepat membungkukkan badannya memberi salam pada pemuda di hadapannya, "Ah, U-Uchiha-san…" sapanya. Hinata lalu melemparkan pandangannya lagi pada Sakura di samping kanannya.

Sakura dengan tak sabar meraih pundak kanan Naruto dan membalik tubuh pemuda itu agar menatapnya. Sial. Si pirang ini punya nyali rupanya. Ia hanya nyengir pada Sakura. Membuat gadis itu makin naik darah.

BUGH.

Sebuah pukulan mentah dari tangan Sakura mendarat di pipi Naruto. Membuat pemuda jatuh tersungkur meninggalkan Hinata yang menutup mulutnya karena memekik tertahan, juga Sasuke yang menatap tak percaya.

Naruto melepas plester mini di sudut bibirnya lalu meludahkan darah dari bibirnya. Ia terduduk di jalan sambil menengadah memandang Sakura yang masih kesal.

"Masih marah soal kemarin?" tanya Naruto santai, "aduh, sakit sekali rasanya…"

"Kemarin?" gumam Sasuke dan Hinata bersamaan.

Sakura mengeluarkan beberapa lembaran dolar dari dompetnya lalu melemparkannya pada Naruto, "Itu untuk biaya pengobatan." Sakura lalu melengos pergi meninggalkan Hinata dan dua pemuda yang masih terdiam.

"Sakura-chan!" panggil Hinata.

Naruto bangkit dan mencoba berdiri dengan berpegangan di pundak Sasuke yang tanpa ekspresi.

"Penggemarmu?" tanya Sasuke datar.

"Kita tes saja, dia pasti menoleh padaku, dan suatu saat dia akan jadi kekasihku," jawab Naruto, "taruhannya makan siang di kantin hari ini."

"Hn."

"SAKURA-CHAAAN!" panggil Naruto sekenanya. "Lain kali akan kutagih obatnya seperti semalam!" teriaknya lantang.

Set.

Sakura menoleh sesaat dengan tampang kesal lalu melangkah lagi menuju mobilnya sementara Hinata berlari mengejarnya.

"Shit!"

"Aku menang," seru Naruto, "ramen gratis untuk makan siang!"

"Sudahlah! Ayo!" ajak Sasuke sambil menggiring Naruto dari area tempat parkir. Meninggalkan suasana aneh karena kejadian tadi cukup menyita perhatian mahasiswa-mahasiswi lain mengingat betapa populernya seorang Uzumaki Naruto dan Uchiha Sasuke.

TBC

.

o.O.o.O.o.O.o.O.o.O.o.O

.

At the backstage

NIGHT : Yak! Chapter perdana! Apa sudah cukup ngebikin cengar-cengir readers?

SAKURA : Hahahaha, aku jadi agen FBI

HINATA : Sepertinya c-cerita kali ini a-agak berat

NIGHT : Oh ya? Temanya doank kok, tuh buktinya night selipin humor kan?

SASUKE: Garing…

NARUTO : Tumben aku dan Teme jadi pemuda kere? Kebalikan Mademoiselle.

NIGHT : Lha idenya gitu e…

SHIKAMARU : Peranku?

NIGHT : Polisi bagian Investigasi dan Penyelidikan

SHIKAMARU : Troublesome, but cool

NIGHT : Hahahaha, tapi pengetahuan night soal polisi cuma dikit…

SHIKAMARU : Derita loe yang ngarang…

SAKURA: Pairnya?

NIGHT : Hahaha, belum tahu juga… masih pemanasan dulu! oke anak-anak, waktunya…

ALL CHARA : REVIEW ya…!

.

o.O.o.O.o.O.o.O.o.O.o.O

.

Yeah, Chapter perdana Catch You, Catch Me! Bagaimana readers? Cukup santai kan? Fic ini dan Stupid Cupid adalah project pengganti WAMN dan Mademoiselle Sakura yang nggak lama lagi tamat. Makanya, selama 2 fic yang lama belum tamat, maka apdetan ini dan Stupid Cupid bakal rada nyandet… come on, otak night bisa jebol kalo banyak-banyak tanggungan *readers: salah loe sendiri yang bikin* soalnya nggak enak mendam ide lama-lama.

Porsi fic ini sama kayak WAMN (We Are Marry Now) alias main pairnya ada dua. Jadi bukan slight tapi berimbang. Karena di-WAMN, night gak bisa ngeksplor SasuHina-nya karena banyak yang gak mau. Akhirnya night tuangin di fic ini ajah.

Chapter satu masih didominasi kemunculan Naruto atau Sakura, nanti chapter dua giliran Sasuke dan Hinata. Si hati dingin dan si hati lembut. Juga kita lihat aksi pencurian WinterFoxy.

Maklumi pemakaian bahasa inggris pada umpatan-umpatan chara-nya, karena night gak mungkin bikin kata-kata kasar pake bahasa Indo, bahasa Jawa, atau bahasa arek Suroboyo. Bisa keluar semua penghuni Kebun Binatang Surabaya, Mwahahahaha *devil laugh ala Kogoro Mouri*

Oke, night mohon…

.

R E V I E W

I

I

V