Disclaimer : Naruto © Masashi Kishimoto

Title : Perfectly Loved

Pair : Sasuke x Naruto ; Kakashi x Sakura ;

Rate : T

Universe : Semi-AU, dengan referensi gabungan antara universe Naruto dan Inuyasha.

WARNING : Sedikit OOC, shonen-ai

Beta-ed by : Fariacchi (Many Thanks to her)

Summary :

Akatsuki menyerang Konoha. Konoha bersiap menghadapi yang terburuk dan berharap yang terbaik untuk keselamatan mereka.

Perfectly Loved by Etoya

Chapter 9 – Struggling

Matahari baru terbit di ufuk timur, kehangatannya belum menghapus sisa embun di rerumputan. Seekor merpati pos terbang menuju gedung Hokage Konoha. Burung itu mendarat di sisi jendela, mengetuk-ngetukkan paruhnya di kaca jendela.

Tsunade terbangun dari tidur di kantor Hokage dengan kepala pusing. Suara ketukan di jendela memperparah hangover-nya akibat minum terlalu banyak sake tadi malam.

Sial, suara apa itu? Pagi-pagi begini berisik sekali, umpat Tsunade dalam hati.

Tsunade bangkit dari kursi—tempatnya tertidur semalam, menuju jendela. Dia melihat merpati pos putih sedang mengetuk-ngetukkan paruhnya di jendela dengan pesan terselip di salah satu kakinya. Tsunade segera membuka jendela dan mengambil pesan itu.

Saat pesan itu berada di tangannya, Tsunade segera membacanya.

DUG.

Tsunade menghantamkan kepalan tangannya dengan keras ke atas meja. Akatsuki brengsek! umpat Tsunade dalam hati.

"SHIZUNE! SHIZUNE!" Tsunade berteriak dengan tidak sabar. Dia segera berjalan menuju pintu untuk mencari asistennya.

"Ya, Hokage-sama," Shizune menjawab saat memasuki pintu kantor Hokage dengan napas memburu.

"Panggil Sasuke dan Kakashi kemari dalam limabelas menit!" Tsunade segera berbalik menuju kursinya lagi dan berkata tanpa membalikkan tubuhnya, "dan bawakan aku sake."

#

Limabelas menit kemudian, Sasuke dan Kakashi sudah berada di hadapan Tsunade. Mereka memakai seragam Pasukan Khusus ANBU, lengkap dengan pelindung tubuh berwarna hijau.

"Ada apa kau memanggil kami sepagi ini Hokage-sama?" Sasuke bertanya dengan nada dingin.

"Ya. Ada apa Hokage-sama?" nada suara Kakashi masih mengantuk. Sasuke, Kakashi dan Tsunade bukan termasuk tipe orang yang suka bangun pagi dan langsung beraktivitas. Mereka termasuk tipe orang yang akan menunggu matahari tinggi untuk bangun dari peraduan mereka. Jadi, saat Tsunade memanggil mereka berdua sepagi ini berarti ada hal darurat.

"Aku menerima pesan pagi ini," Tsunade berkata dengan kasar dan melempar pesan ke atas mejanya.

Sasuke mengambil pesan itu dan membacanya.

Hanya butuh beberapa detik sebelum terdengar luapan amarah dari Sasuke, "Apa maksud mereka? Hokage-sama, aku tidak akan menyerahkan Naruto pada mereka. Apapun. Yang. Terjadi." Sasuke sangat marah dan menekankan tiap suku kata dalam kalimatnya pada Tsunade.

Kakashi mengambil pesan itu dari genggaman Sasuke dan membacanya.

Kepada Hokage Konoha.

Dengan hormat,

Kami memberikan waktu pada Konoha untuk segera menyerahkan Siluman Rubah terakhir kepada kami atau kami tidak akan segan-segan menghancurkan Konoha. Kami memberikan kalian waktu tiga hari berpikir. Kami yakin Hokage-sama merupakan pemimpin yang adil dan pengertian.

Atas nama Akatsuki,

Pain.

Kakashi meremas pesan itu setelah membacanya. Bagaimana mereka mengetahui Naruto berada di sini? pikir Kakashi. Selama perjalanan mereka dari desa ke Konoha mereka hanya bertemu dengan Deidara dan Sasuke sudah menghabisinya. Kakashi melihat Sasuke dan Tsunade sedang beradu pandang, beradu argumen dalam diam.

Suasana ruangan sangat menyesakkan.

Akhirnya Tsunade berkata lebih dulu, "Aku tidak akan menyerahkan Naruto, tapi aku tidak bisa membiarkan Konoha berada dalam bahaya."

"Kau pikirkan saja mengenai keselamatan Konoha, sedangkan aku akan memikirkan keselamatan Naruto," Sasuke berkata dengan tegas dan bersiap meninggalkan kantor Hokage.

"Tunggu dulu, Sasuke," Tsunade berkata dengan tegas.

Sasuke berhenti dan membalikkan badan menghadap Tsunade. "Ada lagi yang harus didiskusikan?" Sasuke bertanya dengan dingin.

"Ya. Dinginkan kepalamu. Kita harus membuat rencana. Kau mau Naruto selamat bukan?" Tsunade berusaha mengembalikan akal sehat milik Sasuke dari emosi yang menguasainya sekarang.

Tsunade menyadari sikap Sasuke akan langsung berubah jika ada hal yang berhubungan dengan Naruto. Dia harus bisa memanfaatkan keselamatan Naruto untuk membujuk dan mengendalikan Sasuke di saat seperti ini.

Sasuke menganggukan kepalanya dan duduk di hadapan Tsunade. "Kita susun rencana."

Kakashi setuju dan duduk untuk mendiskusikan rencana mereka.

#

Naruto sedang menyiapkan sarapan saat Sasuke pulang dari pertemuannya dengan Hokage. Naruto tidak tahu hubungan pekerjaan Sasuke dengan Hokage, tapi dia akan mencari tahu.

Banyak hal yang tidak Naru ketahui tentang Sasuke, batin Naruto.

"Naruto, ada yang harus kita bicarakan," Sasuke berkata dengan serius.

"Apa kita bisa membicarakannya sambil sarapan?" Naruto bertanya dengan santai.

"Tidak. Kita akan berbicara setelah sarapan," Sasuke menjelaskan dan duduk di kursi makan.

Mereka sarapan dalam diam. Saat waktu sarapan berakhir, Naruto merasa gugup dengan hal yang akan dibicarakan Sasuke. Apa dia tidak suka aku bertanya tentang masa lalunya? pikir Naruto.

"Naruto." Ucapan Sasuke membuyarkan pikiran Naruto. Naruto segera menatap Sasuke dan menganggukan kepalanya.

"Kita ke halaman belakang." Sasuke berjalan menuju halaman belakang dengan Naruto mengikuti.

"Apa yang mau kau bicarakan, Sasuke?" Naruto bertanya setelah sampai di taman belakang.

Sasuke terdiam dan hanya memandang beberapa saat. Hal ini membuat Naruto menjadi gugup.

"Banyak hal," Sasuke akhirnya berkata. "Tapi aku akan membuatnya cepat."

Naruto menganggukan kepalanya.

Sasuke menggenggam tangan Naruto dan berkata, "Aku akan menceritakan tentang Siluman Rubah dan pemusnahan mereka sebelas tahun yang lalu."

Naruto menganggukkan kepalanya dan mendengarkan cerita Sasuke.

Saat Sasuke selesai bercerita, ekspresi di wajah Naruto memancarkan kesedihan, kemarahan, dan kebingungan. "Ja-jadi karena ramalan, Suku Siluman Rubah dimusnahkan? Karena itu Naruto sendiri..."

"Kau tidak sendiri lagi Naruto," Sasuke berkata dan mempererat genggaman tangannya.

"Apa ceritamu sudah selesai Sasuke?" Naruto bertanya dengan nada getir.

"Tidak. Sekarang aku akan menceritakan mengenai pencarian Siluman Rubah," Sasuke menjelaskan. "Tapi sebelumnya aku akan bercerita tentang pembantaian klan Uchiha oleh Uchiha Madara," Sasuke bernada pahit.

"Kau tidak perlu menceritakannya kepadaku kalau tidak mau Sasuke. Aku tidak akan memaksamu," Naruto menjelaskan dengan pengertian.

"Aku harus, karena ini masih berkaitan dengan dirimu," Sasuke menjelaskan dan mulai menceritakan pembantaian oleh Madara dan alasan dibaliknya.

Setelah Sasuke selesai bercerita, Naruto terdiam beberapa saat. "Karena itu kau dendam dengan Madara dan marah pada Itachi," Naruto akhirnya berkata dengan sedih.

"Ya," jawab Sasuke.

"Aku yakin, kakakmu punya alasan yang tepat mengapa dia tidak segera kembali. Lagipula aku tidak keberatan mendapat satu kakak laki-laki," Naruto mengutarakan pendapatnya.

"Hn. Kita lanjutkan mengenai pencarian Siluman Rubah," Sasuke mengubah topik pembicaraan dan langsung bercerita mengenai ramalan Gaara dan Siluman Rubah. Sasuke juga menceritakan tentang Akatsuki dan ancaman dari mereka.

"Jadi sekarang semua orang sedang mencariku?" Naruto bertanya dengan tidak percaya.

Sasuke menganggukan kepalanya.

"Tapi Naru tidak tahu bagaimana menggunakan kekuatan yang dikatakan di ramalan itu. Naru bahkan tidak pernah membela diri saat diperlakukan buruk oleh penduduk desa," Naruto menjelaskan.

"Ya. Aku juga tidak begitu paham dengan kekuatan yang dimaksud, tapi aku akan melindungimu," Sasuke berkata dengan serius.

Naruto menganggukan kepalanya.

#

Sudah empat hari aku berada di Konoha, batin Naruto. Naruto sedang mempersiapkan makan siang sambil memikirkan pembicaraan dengan Sasuke kemarin.

Naruto tidak begitu ingat bagaimana waktu berlalu setelah pembicaraan itu. Terlalu banyak hal yang diketahui dalam waktu singkat. Naruto berusaha mengalihkan pikirannya dari hal itu dan melakukan hal lain, seperti membaca buku di perpustakaan milik keluarga Uchiha atau mengobrol dengan Juugo atau berlatih dengan Sasuke.

"Sasuke, makan siang sudah siap," Naruto berteriak memanggil Sasuke yang berada di perpusatakaan.

Sasuke dan Naruto makan siang dengan santai dan berbincang mengenai banyak hal. Terutama tentang pekerjaan Sasuke. Naruto baru mengetahui Sasuke adalah Komandan Tertinggi Pasukan Khusus ANBU Konoha yang bertugas mengawal Hokage Konoha dan menjaga keamanan Konoha. Tapi Sasuke menceritakan tugas bahwa mengawal Hokage Konoha lebih banyak mengerjakan tugas-tugas Hokage, menemaninya minum dan mengobrol daripada menjaganya agar selamat.

DUG. DUG. DUG. DUG.

Pintu depan diketuk dengan keras oleh seseorang. Sasuke segera bangkit dan menuju pintu depan dengan Naruto mengikuti dibelakangnya. Sasuke membuka pintu depan dan di hadapannya berdiri seorang gadis berkacamata dan berambut merah.

Naruto mengamati gadis berambut merah itu. Wajah gadis itu tidak terlalu menarik karena ada kacamata besar yang menutupi wajahnya. Rambut merahnya yang panjang dibiarkan berantakan. Gadis itu lebih tinggi dari Naruto dan berpakaian kaos ketat dengan celana pendek.

"Karin. Sebaiknya kau punya alasan bagus," Sasuke mendesis.

"Aku merasakan chakra-nya, Sasuke. Dia di sini. Chakra-nya menunjukkan dia berada di dekat Konoha," Karin berbicara dengan cepat.

"Kau yakin?" Sasuke bertanya serius.

"Aku yakin," Karin menjawab dengan mimik serius.

Naruto menatap mereka berdua dengan bingung. Apa yang mereka bicarakan? pikir Naruto. Tapi Naruto hanya terdiam di sisi Sasuke.

Saat Sasuke sedang berpikir, Karin—wanita berambut merah itu, menatap dirinya. Naruto melihat pandangan mata Karin memancarkan ketidaksukaan terhadap dia. Naruto balas menatap Karin dengan tajam. Tidak ada yang dapat merebut Sasuke dariku, batin Karin.

Sasuke tersadar dari pikirannya dan menyadari Karin dan Naruto sedang beradu pandang dengan tajam. Sasuke menghembuskan napas dan memutuskan untuk menghentikan perang di antara mereka.

"Naruto, maaf aku telat memperkenalkan kalian. Perkenalkan ini Karin, dia salah satu rekan kerjaku," Sasuke menjelaskan. "Karin, perkenalkan ini Naruto, istriku."

Naruto dan Karin enggan berjabat tangan, mereka hanya menganggukan kepala mereka sebagai ucapan salam.

"Karin, panggil Kakashi untuk segera bertemu denganku. Ada hal penting yang harus dibicarakan," Sasuke memerintah Karin.

Karin menganggukan kepalanya dan pergi untuk mencari Kakashi. Sementara Sasuke dan Naruto kembali ke dapur untuk melanjutkan makan siang mereka.

"Naruto, ada yang harus kubicarakan denganmu," Sasuke bernada serius.

"Mengenai apa?" Naruto bertanya dengan nada riang karena Karin telah pergi.

"Mengenai kakakku. Karin mengabarkan dia berada dekat dengan Konoha. Aku akan mengejarnya," Sasuke berkata dengan serius. "Aku akan berangkat malam ini."

"Kau tidak bisa pergi begitu saja, Sasuke! Bagaimana dengan ancaman dari Akatsuki untuk diriku?" Naruto berkata dengan marah kepada Sasuke. Sasuke hanya diam mendengarkan. Saat tidak ada tanggapan Naruto berkata lagi, kali dengan nada sedih dan lebih pelan, "Apa kau sudah tidak peduli pada Naru lagi?"

Sasuke segera menarik Naruto dalam pelukannya. "Aku masih dan akan selalu peduli padamu Naruto," Sasuke berkata dengan penuh emosi.

Naruto melepaskan pelukan Sasuke dan menatap mata hitam Sasuke. "Lalu kenapa kau masih ingin pergi?"

"Karena aku membutuhkan ini, Naruto. Aku tidak berharap kau mengerti, tapi aku berharap kau mengizinkanku untuk memenuhi keegoisanku," Sasuke menjawab dengan penuh emosi.

"Aku tetap tidak mengerti mengapa kau ingin melakukan ini. Tapi jika itu keinginanmu, pergilah." Naruto menatap Sasuke dengan sedih.

Sasuke pergi meninggalkan Konoha setelah meminta Kakashi untuk menjaga Naruto selama dia meninggalkan Konoha.

"Sasuke," Kakashi memanggil. "Kuharap kau tidak membunuhnya. Dia masih kakakmu," Kakashi menjelaskan dengan pelan.

Sasuke hanya menganggukan kepalanya dan menghilang dari gerbang Konoha.

#

Tidak jauh dari Konoha, Kisame dan Itachi mendirikan tenda untuk bermalam di hutan.

"Kenapa kita beristirahat di sini Itachi-san? Konoha sudah di depan mata, bukankah lebih baik kita melanjutkan perjalanan kita?" Kisame bertanya sambil memasak makan malam mereka.

"Tidak. Kita harus di sini karena ini adalah tempat yang tepat untuk bertarung," Itachi berkata dengan melihat sekelilingnya.

"Bertarung? Bertarung dengan siapa?" Kisame tidak dapat menyembunyikan rasa penasarannya.

"Adik kecil tersayangku," Itachi menjawab dengan santai.

"Kenapa dia ingin bertarung denganmu? Bukankah kau ke Konoha untuk menemuinya?" Kisame bertanya dengan nada yang semakin meninggi. Tubuh dan pikirannya sudah lelah dengan semua permainan pikiran dan kata-kata tersembunyi dari Itachi.

"Karena dia membutuhkannya," Itachi menjawab dengan singkat dan memandang langit malam. Kisame mengerti, sesi tanya-jawab sudah berakhir.

Mereka beristirahat dengan tenang malam itu.

#

Keesokan paginya saat Kisame terbangun dan keluar dari tendanya, dia melihat seorang pemuda tinggi, berambut hitam, berkulit pucat dan memiliki mata merah seperti milik Itachi. Kisame menyadari sosok yang berada di perkemahan mereka adalah adik kecil tersayang Itachi.

Kisame melihat Itachi yang sedang meminum kopinya dengan santai.

"Kau mau kopi, Sasuke?" Itachi menawarkan kopinya dengan santai.

"Hentikan omong kosongmu dan segeralah bertarung," Sasuke menjawab dengan dingin.

"Ah~, masih belum berubah. Selalu langsung ke pokok permasalahan," Itachi menjawab dengan santai. "Biarkan aku menghabiskan kopi ini dulu, lalu kita bertarung."

Kisame memperhatikan Itachi segera menghabiskan kopinya dan bangkit. Berhadapan dengan Sasuke. Pertarungan dua bersaudara pun dimulai.

Kisame merasa dirinya masih tertidur dan bermimpi.

Mimpi. Yang. Sangat. Buruk.

#

Saat hari menjelang malam pertarungan antara Itachi dan Sasuke berakhir. Sasuke dan Itachi berbaring bersebelahan dengan tenaga yang terkuras dan napas yang memburu.

"Itachi, apa kau bersedia untuk menjelaskan mengapa kau tidak kembali ke Konoha?" Sasuke bertanya dengan napas memburu dan menatap ke langit malam.

"Dewan Tetua melarangku," Itachi berkata dengan singkat.

"Dan kau menurutinya?" Sasuke bertanya dengan nada tinggi.

"Mereka mengatakan Madara sedang mencari kita dan berjanji akan melindungimu." Itachi melihat ke arah Sasuke.

"Dan kau setuju?" Sasuke berkata dengan getir.

"Apa saja untuk membuatmu tetap hidup, Otouto," Itachi berkata dengan lemah.

"Kalian sudah selesai melepas kerinduan?" Kisame bertanya dengan penuh sarkasme.

Itachi dan Sasuke mengalihkan pandangan mereka ke Kisame yang berdiri menjulang di samping tubuh mereka berdua.

"Kupastikan kami sudah selesai, Kisame. Kau boleh mengobati kami sekarang," Itachi memerintah dengan halus dan tersenyum tipis.

Kisame hanya menatap Itachi dengan tatapan tidak percaya dan segera berbalik untuk mengambil kotak obat sambil mengumpat pelan.

Masih sadis seperti dulu, batin Sasuke. Sasuke menghembuskan napas dan berusaha berdiri.

"Otouto, sebaiknya kau berbaring dulu dan menunggu Kisame untuk mengobati lukamu," Itachi berkata dengan perhatian.

"Tidak, aku harus segera kembali ke Konoha. Akatsuki dan Madara mengincar Naruto." Sasuke terjatuh dan berusaha bangkit lagi.

Itachi menghembuskan napas. Dia mengerti sia-sia mencegah Sasuke sekarang. Sebaiknya mereka segera kembali ke Konoha untuk menyelamatkan Naruto.

Siapa Naruto? Kisame tidak pernah menyebutkan Naruto selama ini, batin Itachi.

Kisame kembali dengan kotak obat di tangannya dan melihat Sasuke sedang berusaha berdiri. Kisame segera memegangnya dan memaksanya duduk di tanah. "Kau harus diobati dulu, Sasuke-san."

"Aku harus kembali ke Konoha secepat mungkin," Sasuke berkata dengan dingin dan berusaha menyingkirkan Kisame yang menolongnya.

Kisame menghembuskan napas, menghadapi seorang Uchiha sudah membuatnya kepalanya pusing. Sekarang dia harus berhadapan dengan dua orang Uchiha? Kisame merasakan sakit kepalanya menjadi berlipat ganda. Kisame melihat ke arah Itachi, menunggu perintah.

"Segera bawa kami ke Konoha, Kisame," Itachi berkata setelah melihat tatapan Kisame.

Kisame menghembuskan napas dan segera mempersiapkan diri untuk berangkat ke Konoha. Dia menyerahkan kotak obat ke Itachi, "Sebaiknya kalian mengobati luka kalian dulu. Aku akan menyiapkan sesuatu untuk membawa kalian berdua."

Itachi duduk dan mendekati Sasuke untuk mengobati lukanya. Sasuke hanya diam dan membiarkan Itachi mengobati lukanya. "Jadi, siapa Naruto yang menjadi alasan utamamu kembali?" Itachi bertanya dengan nada tertarik.

"Dia istriku," Sasuke menjawab dengan singkat. "Aduh," Sasuke berjengkit kesakitan dan melihat ke Itachi dengan tajam. "Apa yang kau lakukan Aniki?"

"Maaf, aku terkejut mendengar kau sudah menikah. Gadis yang bagaimana Naruto itu?" Itachi bertanya. Berharap dapat segera mengetahui perkembangan kehidupan Sasuke langsung, bukan hanya mendengar kabar dari Kisame.

"Kupikir Kisame memata-mataiku. Dia tidak mengatakan apa-apa mengenai Naruto?" Sasuke bertanya.

"Tidak. Aku menyuruhnya berhenti mematai-mataimu setahun yang lalu dan menyuruhnya memata-matai Akatsuki," Itachi menjelaskan.

Sasuke terdiam sejenak. "Naruto bukan seorang gadis, dia laki-laki," Sasuke berkata dengan menatap Itachi.

Itachi terdiam sejenak mendengar jawaban Sasuke. Itachi menatap mata hitam Sasuke yang memancarkan kelembutan saat mengatakan tentang Naruto. "Kau menyayanginya?" Itachi bertanya dengan pelan.

Sasuke hanya menganggukan kepalanya.

"Naruto juga menyayangimu?" Itachi bertanya lagi.

Sasuke menganggukan kepalanya.

"Itu bagus. Selamat untuk kalian berdua. Aku tidak sabar bertemu dengannya," Itachi berkata dengan senyum tipis dan dengan perlahan mengelus rambut hitam Sasuke.

"Terima kasih Aniki. Sebaiknya kau segera menikah," Sasuke berkata dengan tersenyum tipis.

Kisame kembali dengan membawa kereta yang ditarik dua ekor kuda. Dia segera mengangkat Itachi dan Sasuke ke atas kereta dan segera berangkat menuju Konoha.

#

"Jadi, Naruto apa yang akan kau lakukan selama Sasuke pergi?" Kakashi berkata dari balik buku oranye miliknya. Kakashi berdiri di pintu menuju lemari pakaian milik Sasuke dan Naruto.

Naruto melihat ke arah Kakashi, kemudian melanjutkan pekerjaannya. "Aku akan membereskan pakaianku dan Sasuke. Kemudian membantu Juugo," Naruto menjawab Kakashi.

"Kau tidak mau berlatih atau berjalan-jalan di Konoha? Sepertinya Sasuke tidak melarangmu." Kakashi melihat Naruto.

"Tidak," Naruto menjawab dengan singkat. "Naru hanya berlatih bersama Sasuke. Sasuke yang mengajarkan Naru macam-macam." Naruto bercerita mengenai kehidupan mereka di desa kepada Kakashi.

Saat hari menjelang siang, Naruto baru selesai bercerita kepada Kakashi dan merapikan pakaiannya.

"Kita makan siang di Ichiraku saja, Naruto." Kakashi menegakkan tubuhnya dan menunggu Naruto untuk mengikutinya. "Kau sudah pernah makan ramen di Ichiraku?"

Naruto menganggukan kepalanya dengan semangat, "Sasuke mengajakku makan di sana ketika pulang dari kantor Hokage. Ramen-nya enak sekali, tapi Sasuke hanya mengizinkanku makan dua mangkok."

Kakashi mengamati Naruto sesaat dan berkata, "Kau boleh makan ramen sebanyak yang kau mau."

#

Kakashi melihat dompetnya yang isinya hampir habis setelah mentraktir Naruto makan ramen. Pantas saja Sasuke membatasi Naruto makan ramen, batin Kakashi.

"Aaa, kenyang. Terima kasih Kakashi-san," Naruto berkata dengan riang. "Sekarang kita mau ke mana?"

Kakashi melihat Naruto. "Kita akan mengunjungi Umino Iruka. Dia salah satu guru Sasuke waktu masih kecil, mungkin dia mau mengajarimu," Kakashi menjelaskan dan berjalan ke rumah Iruka.

Mereka sampai di sebuah rumah kecil yang sederhana di pinggiran Konoha. Kakashi mengetuk pintu dan muncullah seorang pria berambut coklat diikat dengan luka melintang di hidungnya.

"Umino-san," Kakashi menyapa pria itu. "Ada yang harus kita bicarakan."

"Hatake-san," Umino menyapa Kakashi dan melihat pemuda berambut pirang di sisi Kakashi. "Silakan masuk. Ayame sedang berada di toko."

"Terima kasih. Aku bertemu dengan Ayame saat makan ramen," Kakashi berkata sambil masuk ke dalam rumah dengan mengajak Naruto. "Ayame yang mengatakan kalau kau sedang berada di rumah, karena itu kami datang kemari," Kakashi menyelesaikan penjelasannya dan duduk di sofa.

Iruka melihat pemuda berambut pirang yang belum pernah dilihatnya berdiri sisi Kakashi. Iruka berdeham sebelum berkata, "Siapa yang bersamamu Hatake-san?"

"Ah, maafkan aku. Perkenalkan ini Uchiha Naruto, istri Uchiha Sasuke," Kakashi berhenti menjelaskan sejenak untuk menikmati keterkejutan Iruka. Wajah Iruka menggambarkan ekspresi terkejut dengan mata membelalak, mulut terbuka dan menutup seperti ikan.

Kakashi tertawa kecil. Betapa dirinya menikmati semua ini.

Kakashi berdeham untuk menyadarkan Iruka. "Naruto adalah alasan yang membawaku kemari, Umino-san. Aku ingin kau mengajar Naruto," Kakashi menjelaskan.

Iruka yang terbebas dari rasa terkejutnya segera melihat Naruto dan Kakashi kemudian ke Naruto lagi. Pemuda berambut pirang dan bermata biru yang menjadi istri Sasuke. Iruka tidak akan memungkiri bahwa dirinya terkejut Uchiha Sasuke menikah. Terlebih menikahi seorang pria.

Iruka bekerja sebagai seoran guru di Akademi Pendidikan Konoha. Satu-satunya tempat belajar bagi seluruh warga di Konoha yang mengajarkan seseorang untuk belajar mulai dari tahap pengenalan huruf sampai penelitian. Akademi Pendidikan Konoha juga bertanggung jawab melakukan seleksi tahap awal untuk Pasukan Khusus ANBU. Jika seorang anak memiliki kepintaran, dia akan diarahkan untuk menjadi peneliti, tapi jika seorang anak memiliki kepintaran dan bakat untuk mengendalikan chakra, anak itu akan diarahakan untuk menjadi Pasukan Khusus ANBU

"Silakan duduk Naruto, perkenalkan namaku Umino Iruka. Kau bisa memanggilku Iruka-sensei," Iruka menunjuk sofa di sebelah Kakashi. "Aku tidak keberatan mengajari Naruto, tapi aku perlu tahu sampai sejauh mana kemampuannya."

Naruto duduk di sebelah Kakashi hanya menganggukan kepalanya, "Baik, Iruka-sensei. Sasuke sudah mengajariku beberapa hal selama di desa." Naruto mulai menceritakan hal yang sudah dipelajarinya dari Sasuke.

"Sebaiknya aku mengambil minuman dulu untuk kalian berdua. Banyak yang harus kita bicarakan," Iruka berkata dan berjalan ke dapur.

#

Hari menjelang sore saat Kakashi dan Naruto pulang dari rumah Iruka. Kakashi melirik Naruto yang berjalan di sampingnya. Sasuke benar-benar memilih dengan baik istrinya. Kakashi sudah mengetahui masa lalu Naruto yang kurang baik dari Naruto sendiri dan Sasuke, juga saat Sasuke mengajari Naruto berbagai macam hal.

Tapi yang terjadi di kediaman Iruka, saat Iruka mengetes Naruto benar-benar di luar dugaan. Naruto dapat menjadi Pasukan Khusus ANBU dan ahli medis, hal yang sangat jarang terjadi. Bahkan Sasuke dan Hyuuga Neji pun kurang menguasai chakra untuk pengobatan. Iruka menjelaskan kemampuan chakra yang Naruto miliki dapat mengobati luka dengan cepat. Selain itu chakra Naruto juga dapat berfungsi untuk melukai dan menyerang lawan.

"Naruto, kau keberatan jika pergi ke satu tempat lagi? Ada yang membuatku penasaran," Kakashi berkata dengan hati-hati.

"Tidak. Selama aku bersama Kakashi-san tidak akan masalah. Kita akan ke mana?" Naruto bertanya dengan riang.

"Kita akan menuju tempat aku melatih Sasuke dulu," Kakashi menjelaskan dengan singkat.

Mendengar hal itu Naruto sangat bersemangat. Dia melompat-lompat dan berkata dengan semangat kepada Kakashi, "Kakashi-san, di mana tempatnya? Ayo cepat ke sana."

Tak lama mereka melewati jembatan dan sampai di tempat berlatih. "Ini tempatnya, Naruto," Kakashi berkata.

"Jadi ini tempat Sasuke dan Kakashi-san berlatih dulu?" Naruto bertanya dengan antusias.

"Ya. Dan aku ingin kita berlatih tanding, Naruto," Kakashi berkata dengan serius. "Aku ingin tahu sejauh mana Sasuke sudah mengajarimu."

Naruto menganggukan kepalanya. Dan latih tanding pun dimulai.

Kakashi kagum dengan kemampuan bertarung Naruto, walaupun Naruto lebih banyak bertahan daripada menyerang tapi dia bisa mengimbangi Kakashi.

"Cukup," Kakashi berkata dengan lantang.

Naruto segera berhenti dan menghampiri Kakashi, "Kau tidak apa-apa Kakashi-san?"

"Tidak." Kakashi menatap Naruto, "Kenapa kau lebih banyak bertahan daripada menyerang?"

Naruto terlihat gelisah dan menatap Kakashi, "Aku tidak suka memukul orang karena aku tahu rasanya dipukul. Sasuke sudah mengatakan padaku untuk belajar menyerang dan mengajariku serangan mematikan."

"Aku mengerti." Kakashi menatap Naruto, "Sasuke sudah bercerita mengenai Siluman Rubah dan Akatsuki?"

Naruto menganggukan kepalanya.

"Bagus,jadi aku tidak perlu menjelaskan lagi," Kakashi berkata dengan nada riang. Kakashi menatap Naruto dan berkata dengan nada lebih serius, "Aku dan Sasuke mungkin tidak bisa selalu berada di sisimu untuk melindungimu. Jadi kau harus bisa melindungi dirimu sendiri."

Naruto menganggukan kepalanya.

"Aku akan mengajarkanmu jurus yang ampuh," Kakashi berkata.

"Seperti chidori? Sasuke bercerita kalau kau mengajarinya chidori."

"Tidak, bukan chidori. Kau kurang cocok dengan menggunakannya. Aku akan mengajarkanmu rasengan," Kakashi menatap Naruto. "Perhatikan"

"Baik, Kakashi-sensei." Naruto memperhatikan Kakashi.

Selesai berlatih hari sudah gelap, tapi Kakashi puas dengan hasilnya. Naruto hampir berhasil menguasai rasengan, hanya berlatih beberapa hari lagi maka rasengan akan dikuasai Naruto dengan sempurna.

"Sebaiknya kita pulang sekarang."

Naruto menganggukan kepalanya dan mengikuti Kakashi pulang ke kediaman Sasuke.

#

Keesokan harinya Kakashi dan Naruto dipanggil ke kantor Hokage untuk bertemu dengan Tsunade.

"Kakashi, ini hari terakhir dari waktu yang ditetapkan oleh Pain. Sasuke belum kembali ke Konoha, bagaimana menurutmu?" Tsunade berkata dengan nada serius.

"Aku tidak akan menyerah pada perintah mereka Hokage-sama. Lagipula," Kakashi melihat ke Naruto, "Kita memiliki seorang lagi petarung tangguh."

Tsunade melihat ke arah Naruto. "Bocah, kau siap bertarung untuk hidupmu?" Tsunade berkata dengan tajam.

Naruto menganggukan kepalanya dan berkata dengan sopan, "Tentu saja, Hokage-sama."

Tsunade memperhatikan Naruto, mata biru Naruto yang mencerminkan keteguhan hati dan menganggukan kepalanya.

"Aku akan menolak permintaan mereka," Tsunade berkata dengan yakin.

#

Surat penolakan dari Konoha tergeletak di atas meja kerja Pain. Penolakan dari Konoha bukan yang diharapkan Pain, dia yakin Konoha tidak akan mengorbankan warganya demi seorang Siluman Rubah. Tapi dia salah.

Pain bersiap untuk menyerang Konoha.

#

Tsunade sudah mengantisipasi serangan Pain. Tapi Tsunade tidak menyangka akibat dari serangan Pain akan separah ini. Tsunade segera menghubungi Suku Siluman Siput untuk melindungi seluruh warga Konoha dari serangan Pain.

"Hokage-sama," Shizune berkata di samping Tsunade. "Warga yang terluka sudah di bawa ke rumah sakit dan sudah ditangani oleh para ahli medis. Warga yang selamat sudah di bawa ke tempat pengungsian."

Tsunade menganggukan kepalanya mendengar laporan Shizune dan menatap kejauhan, di mana pertarungan Kakashi dan Pain sedang berlangsung.

#

Kakashi terdesak. Serangan terakhirnya berhasil dipatahkan oleh Pain. Dia bersiap untuk serangan akhir mematikan dari Pain. Tapi itu tidak pernah terjadi, Kakashi menatap sekelilingnya dan melihat Naruto sedang bertarung dengan Pain.

Kakashi menghembuskan napas lega dan berdoa, semoga kau selamat Naruto. Kakashi menutup matanya dan menjatuhkan diri ke tanah.

Tenaganya sudah habis.

#

Sasuke, Itachi dan Kisame tiba di Konoha. Mereka mendapati pemandangan Konoha yang setengah hancur. Sasuke yang baru pulih dari luka-luka bekas pertarunganya dengan Itachi segera meloncat turun dari kereta.

Tujuan sudah jelas. Mencari Naruto.

Sasuke merasakan chakra Naruto berada di area yang sepertinya menjadi area pertarungan. Dewa, kuharap Naruto baik-baik saja, batin Sasuke. Sasuke segera berlari ke area pertarungan.

Sasuke melihat pemandangan yang mengejutkan dan membuatnya membuang akal sehatnya sesampainya di area pertarungan. Naruto terdesak. Dengan Pain akan melontarkan serangan terakhir yang bisa membunuh Naruto.

Tanpa pikir panjang Sasuke segera melompat ke depan Naruto dan menghadang serangan dari Pain.

Tidak ada serangan dari Pain yang mengenai dirinya. Naruto membuka matanya. Dia melihat tubuh Sasuke terjatuh ke tanah setelah menerima serangan Pain. Tanpa berpikir panjang Naruto segera berlari mendekati Sasuke.

"SASUKE!" Naruto berteriak.

Naruto menangkap tubuh Sasuke yang jatuh ke tanah. Sasuke menatapnya dan berkata dengan lirih, "Kau tidak apa-apa?"

"Sa-Sasuke kenapa kau melakukan ini?" Naruto bertanya dengan air mata mengalir di pipinya.

"Tubuhku bergerak sendiri," Sasuke berkata dengan perlahan dan menutup matanya.

"Sasuke?" Naruto mengguncang tubuh Sasuke. Mata Sasuke tetap tertutup dan tidak bergerak.

"Sasuke..." Naruto berkata dengan pelan. Saat Sasuke tidak merespon panggilannya lagi, Naruto menatap Pain dengan tatapan marah.

Naruto bangkit dan meletakkan tubuh Sasuke dengan perlahan di tanah. Naruto bergerak mendekati Pain. Mata biru Naruto perlahan berubah menjadi merah, kuku tangan dan kakinya memanjang. Chakra merah mengelilingi tubuh Naruto. Lima ekor rubah muncul dari belakang tubuhnya.

Pain terkejut dengan perubahan chakra yang dimiliki Naruto. Naruto menyerangnya. Serangannya berbeda dengan serangan yang dilancarkan Naruto sebelumnya. Jika serangan Naruto sebelumnya ragu dan dilancarkan hanya untuk melukainya, serangan kali ini dilancarkan untuk membunuhnya.

Pain segera memasang posisi bertahan. Pertarungan dengan Naruto dimulai lagi.

#

Sasuke perlahan membuka matanya. Serangan Pain yang diterimanya pasti membuatnya tidak sadarkan diri. Sasuke mengerang, seluruh tubuhnya sakit. Perlahan dia bangkit untuk duduk dan menatap pemandangan di hadapannya dengan ngeri.

Naruto sudah berubah menjadi Siluman Rubah dengan lima ekor dan mengangkat Pain dari tanah dengan mencengkeram lehernya. Pain sudah tidak bergerak lagi. Sasuke mengumpulkan tenaga dan berusaha mendekati Naruto.

Saat Sasuke sudah berada di belakang Naruto, dia meletakkan tangannya di pundak Naruto dengan perlahan. Naruto melihat ke arahnya dengan tatapan marah.

"Sudah selesai Naruto," Sasuke berkata dengan pelan.

Naruto menjatuhkan tubuh Pain yang sudah tidak bergerak ke tanah. Naruto membalikkan tubuhnya menghadap Sasuke, tanpa ragu Sasuke memeluk Naruto. Sasuke dapat merasakan tubuh Naruto yang tegang menjadi santai dalam pelukannya. Sasuke menggerak-gerakan tangannya naik turun di punggung Naruto untuk menenangkan Naruto.

Naruto menjadi tenang, perlahan chakra merah yang mengelilinginya memudar dan dirinya berubah menjadi biasa lagi. Mata biru Naruto kembali menatap Sasuke. "Sasuke, kau masih hidup." Naruto memeluk Sasuke dengan erat.

"Ya. Aku masih hidup berkat kau, Naruto." Sasuke melihat ke sosok-sosok yang mulai mendekat area pertarungan mereka. Itachi berada di antara meraka.

"Aku lelah Sasuke," selesai berkata, Naruto segera menutup matanya.

Sasuke menghembuskan napas lega. Naruto baik-baik saja. Sasuke segera membopong tubuh Naruto ke arah Itachi.

"Kau baik-baik saja, Sasuke?" Itachi bertanya dan mengamati wajah Naruto.

"Ya. Chakra Naruto memulihkan sebagian kekuatanku," Sasuke berkata sambil berjalan. "Aniki, ikut aku. Kita harus ke rumah sakit."

Itachi berjalan mengikuti Sasuke. "Sasuke, apa dia Naruto?"

Sasuke menganggukan kepalanya.

"Kau menyadari bahwa dia Siluman Rubah bukan?"

Sasuke menganggukan kepalanya. Itachi yang berada di sebelahnya hanya menhembuskan napas dan mengeleng-gelengkan kepalanya.

#

Naruto membuka matanya dan tersadar dirinya berada di sebuah ruangan yang asing. Dia berusaha melihat sekelilingnya dan melihat Sasuke sedang menatap dirinya dari sisi tempat tidur.

"SASUKE!" Naruto berteriak dan segera duduk di kasur.

"Pelan-pelan Naruto," Sasuke beranjak dan duduk di tepi tempat tidur.

"Kau tidak apa-apa?" Naruto bertanya dengan khawatir.

"Aku tidak apa-apa. Hanya luka-luka kecil," Sasuke menjelaskan.

"Aku obati. Kemarin Kakashi-san mengajari caranya, lagipula aku sudah pernah melihat Sakura-san mengobatimu," Naruto berkata dengan semangat. Sasuke membiarkan Naruto mengobati lukanya.

Naruto mengumpulkan chakra di tangannya dan mulai mengobati Sasuke. Sasuke memperhatikan chakra Naruto berwarna merah dan mengobati lukanya lebih cepat dari chakra biasa.

Saat luka terakhir di tubuh Sasuke selesai diobati oleh Naruto, pintu kamar terbuka. Sakura memasuki ruangan dan melihat Naruto mengeluarkan chakra merah ditangannya dan langsung berkata dengan kasar, "Apa yang kau lakukan terhadap Sasuke-kun?"

"Tidak ada. Aku hanya mengobatinya saja," Naruto menjawab dengan cepat.

Sebelum Sakura berkata apa pun lagi, Sasuke menyelaknya, "Sakura, ada keperluan apa kemari?"

Sakura menatap Sasuke dan berkata, "Tsunade-sama meminta kau datang ke kantornya sekarang. Ada pertemuan mendadak dengan Dewan Tetua."

Sasuke menganggukan kepalanya dan segera bangkit. Tapi tangan Naruto menghalanginya pergi. Sasuke menatap mata Naruto yang mencerminkan kekhawatirannya. "Kau boleh ikut," Sasuke akhirnya berkata.

Naruto tersenyum dan mengikuti Sasuke.

#

Saat Sasuke memasuki kantor Hokage, sudah ada beberapa sosok berada di kantor itu. Sasuke menganggukan kepalanya ke arah Kakashi yang duduk di sofa dengan perban di tubuhnya. Sasuke melihat Itachi dan Kisame yang berada di sudut ruangan. Sasuke juga melihat dua orang Dewan Tetua duduk di kursi dan berhadapan dengan Tsunade.

Dua orang Dewan Tetua. Seorang pria tua dengan wajah sombong dan tatapan tidak ramah sedang menatap Sasuke. Seorang lagi adalah seorang wanita tua yang mengenakan kacamata di wajahnya dengan sanggul di kepalanya.

"Kau memanggilku, Hokage-sama?" Sasuke bertanya dengan nada resmi. Naruto mengikutinya di belakang.

"Ya. Sepertinya ada yang menuntut penjelasan mengenai serangan Pain," Tsunade menerangkan tanpa melepaskan pandangannya dari Dewan Tetua di hadapannya.

Sasuke menatap tajam ke arah Dewan Tetua. "Ada yang bisa saya bantu, Dewan Tetua?" Sasuke bertanya dengan nada resmi.

"Banyak, Uchiha-san. Sebagai awal, mungkin kau bisa menjelaskan mengapa Siluman Rubah yang berada di belakangmu ada di Konoha?" Dewan Tetua pria berkata dengan nada tidak ramah.

"Dia istriku. Kurasa sudah sewajarnya aku mengajaknya tinggal di Konoha," Sasuke menjawab dengan acuh tak acuh.

Dewan Tetua tersentak dengan jawaban Sasuke tapi segera kembali kepada realitas di hadapannya. "Kenapa kau tidak melaporkanya kepada kami saat kau tiba di Konoha dan mengajaknya?" Dewan Tetua pria bertanya dengan nada yang tidak ramah dan tanpa ragu menunjukkan ketidaksukaannya terhadap Siluman Rubah di belakang Sasuke.

Naruto bergerak ke belakang tubuh Sasuke. Berusaha menghindar dari tatapan Dewan Tetua.

"Aku sudah melapor kepada Hokage-sama. Aku tidak punya kewajiban untuk melaporkannya kepada kalian karena urusan warga Konoha adalah tugas Hokage-sama," jawab Sasuke dengan pelan tapi tidak menyembunyikan nada sinis dalam suaranya.

"Tapi seharusnya kau tahu Uchiha Madara sedang mencari Siluman Rubah. Kedatangannya ke Konoha bisa membahayakan warga Konoha seperti kejadian hari ini!" Dewan Tetua memperingatkan dengan keras.

"Aku tidak akan menyerahkan Naruto kepada Madara, jika itu menjawab pertanyaan kalian. Serangan hari ini tidak menewaskan seorang pun warga Konoha," Sasuke mendesis.

"Hari ini kita beruntung. Tapi bukan berarti untuk yang berikutnya kita akan memiliki keberuntungan seperti ini lagi, Uchiha," Dewan Tetua yang perempuan berkata dan menunjukkan pesan di meja. "Pesan dari Uchiha Madara, dia akan menyerang kita dua minggu lagi."

Kedua Dewan Tetua menatap dengan pandangan menyalahkan ke Sasuke.

"Apa maksud kalian?" Sasuke mendesis. "Apa kalian mencoba mengatakan kepadaku jika sejak awal Naruto diserahkan kepada Madara kita tidak akan mengalami hal ini. Kalian bahkan tidak tahu apa yang akan dilakukannya jika Naruto berada di tangannya. Dia tidak akan ragu untuk membunuh kita semua," Sasuke berkata pelan dengan nada marah.

Sasuke memandang dengan tajam Dewan Tetua yang memandang sinis ke arahnya.

"Kalian pikir dia tidak akan melakukan itu? Dia bahkan membantai seluruh keluarga Uchiha! Darah dagingnya sendiri dan kalian pikir dia tidak akan melakukan itu terhadap kalian?" Sasuke berkata dengan penuh emosi.

"Kau kehilangan akal sehatmu, Uchiha," Dewan Tetua yang laki-laki bangkit dan mendekati Sasuke.

Sebelum Dewan Tetua laki-laki melangkahkan kakinya lebih dari satu langkah, sebilah pisau menancap di lantai di depan kakinya. Dewan Tetua memandang berkeliling dan menatap Itachi dengan senyum tipis di wajahnya.

Itachi menegakkan tubuhnya yang bersender di dinding dan berjalan mendekati Sasuke. "Sebaiknya pikirkan tindakanmu, Pak Tua. Aku tidak akan segan-segan membunuh kalian, jika kalian berani bertindak lebih jauh dari ini terhadap keluargaku," Itachi berkata dengan nada mengancam.

Dewan Tetua laki-laki menelan ludahnya, "Kau tidak usah ikut campur Itachi. Kau sudah membuang Konoha sebelas tahun yang lalu."

"Kau pikir karena siapa aku meninggalkan Konoha? Kalian yang memerintahku. Kurasa sekarang aku tidak akan mengikuti perintah kalian lagi. Jadi sebaiknya kalian berhati-hati dengan pilihan kalian," Itachi berkata dengan pelan dan penuh dengan ancaman.

Dewan Tetua merasa kalah suara dan segera meninggalkan kantor Hokage setelah berkata, "Tsunade, kau sendirian dalam masalah ini. Jangan melibatkan Dewan Tetua jika masalah ini berlanjut lebih dari ini." Mereka menutup pintu dengan keras.

Ruangan menjadi hening saat mereka keluar ruangan.

"Kupikir mereka tidak akan pernah keluar," Kakashi berkata dengan lega.

"Ya, kupikir juga begitu," Tsunade mengakui kekhawatirannya dan menatap Itachi, "Selamat datang kembali di Konoha, Itachi."

Itachi menganggukan kepalanya, "Aku senang kembali ke Konoha."

"Apa yang mengikutimu itu istrimu, Itachi?" Kakashi bertanya dengan nada tertarik dan menunjuk ke Kisame.

"Bukan. Dia Kisame yang bekerja untukku. Aku tidak tertarik pada pria, Kakashi," Itachi menjawab dengan ketus.

Sasuke dapat merasakan tangan Naruto yang menarik dengan kencang pakaiannya. Sasuke membalikkan badan dan menatap tubuh Naruto yang bergetar hebat. Dewan Tetua sialan! Aku lupa Naruto bersamaku, batin Sasuke.

"Tidak apa-apa, Naruto. Mereka sudah pergi," Sasuke berusaha menenangkan Naruto.

"Apa Naru membuat masalah di sini?" Naruto bartanya dengan suara yang bergetar. Ruangan menjadi sunyi.

Sasuke segera memeluk Naruto. "Tidak. Kau tidak membuat masalah di sini. Bahkan kau bertarung dengan sangat bagus di sana," Sasuke berusaha menenangkan Naruto.

Tsunade yang melihat ini segera menyuarakan pendapatnya, "Bocah, kau bertarung dengan sangat bagus di sana. Kau tidak perlu mengkhawatirkan mengenai ucapan orang tua tadi, Madara tetap akan menyerang Konoha apa pun yang terjadi."

Naruto menganggukan kepalanya. Merasa lega, Hokage Konoha tidak menyalahkannya atas serangan dan ancaman dari Akatsuki.

"Kupikir Naruto sudah lebih tenang," Sasuke berkata dan duduk di hadapan Tsunade. Naruto duduk di pangkuannya dengan kepala masih tersandar di dada Sasuke.

Tsunade menganggukan kepalanya. "Aku sudah mengirim kabar ke Suna mengenai penyerangan Pain dan ancaman Akatsuki. Neji dan Shikamaru akan kembali ke Konoha bersama bantuan dari Suna," Tsunade menjelaskan.

"Jadi, kita akan menghadapi Akatsuki?" Kakashi bertanya.

"Ya," Tsunade menjawab dengan yakin. "Biarpun kesempatan menang kita melawan Madara kecil. Tidak ada yang dapat membunuhnya," Tsunade berkata dengan cemas.

"Kau tidak perlu khawatir, Hokage-sama. Kita memiliki yang mereka inginkan untuk menguasai dunia," Itachi bersuara. "Isi ramalan itu menyebutkan kalau Ekor Sembilan akan memberikan kekuatan kepada satu orang, bukan?" Itachi bertanya dengan nada senang dan seringai di wajahnya.

Kakashi dan Tsunade menganggukan kepalanya. Sementara Kisame mengerang, Itachi akan bertindak aneh lagi. Kisame dapat merasakannya.

Itachi mendekati Sasuke dan mengelus rambut Naruto. "Kalian tahu, klan Uchiha memiliki buku mengenai Suku Siluman Rubah mulai dari ciri fisik sampai keistimewaan yang mereka miliki," Itachi berkata masih dengan nada senang dalam suaranya.

Naruto memandang Itachi dengan tatapan tertarik.

"Di salah satu bagian menjelaskan bahwa Siluman Rubah itu termasuk Suku Siluman yang sangat bangga pada dirinya sendiri dan memiliki ego yang sangat tinggi. Tidak semua orang dapat memperoleh kepercayaan dari mereka. Jika mereka sudah memiliki orang yang mereka percayai, Siluman Rubah akan setia sampai akhir hayatnya," Itachi berhenti sebentar dan melanjutkan, "Jadi Siluman Rubah memiliki tanda jika mereka sudah menentukan kesetiaannya. Kuping dan ekor mereka akan menghilang saat pertama kali mereka berhubungan intim dengan orang yang mereka percayai."

Sasuke tersedak ludahnya sendiri saat mendengar penjelasan Itachi. Kata-kata candaanya kepada Naruto ternyata benar.

Wajah Naruto memerah dan kembali menguburkan kepalanya ke dada Sasuke. Kakashi dan Tsunade hanya tersenyum menggoda. Sementara Kisame mengumpat pelan di sudut.

"Kapan kau melakukannya, Sasuke?" Itachi bertanya dengan nada menggoda.

"Bukan urusanmu, Aniki," Sasuke berkata dengan tajam.

#

Itachi dan Kisame berjalan menuju kediaman Uchiha di belakang Sasuke. Naruto masih menyembunyikan dirinya dalam pelukan Sasuke. Itachi menyerigai, menyadari bahwa adik iparnya masih begitu polos.

Itachi menyejajarkan langkahnya dengan Sasuke. "Sasuke, saat semua ini berakhir, aku akan mengadakan pesta penyambutan yang pantas untuk Naruto. Dia sudah menjadi seorang Uchiha," Itachi berkata dengan tulus.

Sasuke hanya menganggukan kepalanya.

"Kau akan mengadakan pesta untukku?" Naruto menatap Itachi.

Itachi menganggukan kepalanya.

Naruto tersenyum lebar. "Aku bahkan belum pernah pergi ke pesta."

"Kau akan pergi ke pesta penyambutanmu sebagai seorang Uchiha, Naruto. itu sudah sewajarnya," Sasuke berkata dengan pelan.

"Terima kasih Itachi-san," Naruto berkata dengan riang.

"Panggil aku aniki atau Itachi-nii, Naruto. Aku akan senang sekali." Itachi tersenyum tipis.

"Baik, aniki."

#

Selama beberapa hari ke depan Naruto tidak ingat bagaimana hari berlalu. Hari-hari Naruto dihabiskan untuk berlatih bersama Sasuke, Itachi atau Kakashi. Mereka banyak mengajarinya jurus-jurus baru dan hebat. Naruto sangat bersyukur mereka mau mengajarinya.

Itachi dan Kisame tinggal bersama mereka di kediaman Uchiha. Kisame yang bekerja untuk Itachi seorang petarung sejati. Dia lebih banyak menghabiskan waktunya untuk berlatih sendiri atau latih tanding melawan Itachi atau Sasuke.

Itachi seorang kakak laki-laki yang baik, jika sifat isengnya tidak kumat. Dia banyak mengajari Naruto berbagai jurus dan berbagai macam pengetahuan lainnya.

Naruto menceritakan kunjungannya ke rumah Iruka kepada Sasuke. Sasuke menyetujui rencana Kakashi untuk memberikan Naruto pendidikan yang layak. Naruto sangat senang mendengar hal ini, dia akan belajar lebih banyak setelah permasalahan dengan Madara ini selesai.

Selama dua minggu, Naruto banyak berkenalan dengan orang-orang baru yang semuanya adalah bawahan Sasuke. Naruto baru menyadari posisi Sasuke sangat penting sebagai Komandan Tertinggi Pasukan ANBU. Saat Sasuke bercerita kepadanya mengenai pekerjaannya, Sasuke meninggalkan kesan bahwa pekerjaannya tidak terlalu penting. Betapa kelirunya Naruto.

Naruto menelan ludah, dia baru menyadari dia menikahi bujangan yang paling dicari di Konoha. Tampan, muda, kaya dan berkuasa.

Naruto merasa tidak berguna. Dia bahkan bukan siapa-siapa dan tidak memiliki apa-apa saat bertemu Sasuke.

Dua minggu berlalu dengan cepat. Sekarang hari yang akan menjadi penentuan. Pertarungan diadakan di luar Konoha. Naruto berharap dia bisa mengikuti pertarungan tapi Sasuke melarangnya dan menyuruhnya tinggal di rumah bersama Itachi.

#

Sasuke bersiap di area pertarungan. Di hadapannya ada Madara, Hidan dan Kakuzu. Mereka membawa pasukan yang sepertinya terhipnotis oleh sharingan. Mereka saling menunggu lawan membuka serangan. Saat burung terbang di angkasa, mereka memulai pertarungan mereka.

Sasuke segera menghadang Madara.

"Lama tak bertemu, Kakek," Sasuke berkata dengan nada sarkatis.

#

Sementara itu, Shikamaru memimpin pasukan untuk berjaga di Hutan Selatan Konoha-hutan yang berbatasan langsung dengan Konoha dan dihuni oleh Siluman Rusa.

Hidan dan pasukannya tiba di Hutan Selatan Konoha bersama pasukannya. Sesaat setelah Hidan menginjakkan kaki di dalam Hutan Selatan Konoha, Hidan berhadapan dengan Shikamaru dan pasukannya.

Hidan menatap sosok Shikamaru dengan seksama. Seringai tergambar jelas di bibirnya dan kemudian dia berkata dengan lantang, "Ah, kau pantas menjadi tumbal Jashin-sama."

"Siapa itu Jashin-sama?" Shikamaru berkata dengan malas.

"Hah! Kau akan tahu kalau kau mati nanti! Bersiaplah menghadap langsung Jashin-sama!" Hidan mengayunkan senjatanya.

Shikamaru menghindari serangan Hidan dan memerintahkan pasukannya untuk menyerang pasukan yang dibawa Hidan. Shikamaru menatap Hidan dan bersiap menyerang.

#

Gerbang masuk Konoha dijaga oleh Pasukan Khusus ANBU yang dipimpin oleh Kakashi. Buku oranye-yang selalu menemani Kakashi, kali ini tidak tampak yang disadari oleh seluruh pasukan yang dipimpin oleh Kakashi. Mereka berhadapan dengan situasi yang menentukan hidup atau mati warga Konoha.

Tidak ada yang bisa bersantai-santai dan melonggarkan kewaspadaannya.

Kakashi dan pasukannya melihat burung-burung yang terbang di kejauhan. Petarungan di luar Konoha sudah di mulai.

Kakashi menghembuskan napas, berusaha melepaskan beban berat di pundaknya. Kakashi melihat pemandangan yang berada dihadapannya, tampak sekelompok pasukan bergerak mendekati gerbang Konoha.

"Bersiaplah," Kakashi berkata kepada pasukannya, "Musuh sudah tiba."

Kakuzu dan pasukannya tiba di hadapan Kakashi dan Pasukan Khusus ANBU. Kakashi memperhatikan Kakuzu dengan seksama. Pandangan mata Kakashi menilai musuh yang berada di hadapannya.

"Sebaiknya kita mulai saja pertarungan kita ini. Semakin cepat selesai semakin baik," Kakuzu berkata untuk menghentikan pandangan menilai dari Kakashi.

"Ya. Aku setuju," Kakashi berkata dengan santai.

Mereka mulai menyerang.

#

Napas Sasuke memburu. Sasuke memperat genggaman Kusanagi di tangan kanannya. Sasuke menatap Madara yang berada di hadapannya. Bagaimana cara membunuhnya jika menyentuhnya saja tidak bisa?

"Wah, wah jika baru begini saja kau tidak bisa mengalahkanku, bagaimana kau bisa melindungi rubah kecil kesayanganmu?" Madara berkata dengan santai.

"Aku akan mengalahkanmu." Sasuke kembali menyerang.

Madara dengan mudah menangkis serangan Sasuke. "Kemampuanmu menyedihkan. Bagaimana caranya kau melindungi rubah kecil itu dari Zetsu?"

Sasuke melompat ke belakang membuat jarak dari Madara. "Apa maksudmu?" Sasuke mendesis.

"Ups," Madara berkata. "Apa kau pikir aku akan menyerang dari depan dan mengalahkan kalian semua untuk mendapatkan rubah itu? Ckckck..." Madara menggerak-gerakan telunjuknya. "Mengapa kau pikir aku sedangkal itu?"

Gelombang kesadaran menerpa Sasuke. Sial, dia pasti menyuruh salah satu anak buahnya untuk ke Konoha, batin Sasuke. Sasuke menjadi lengah, membuatnya pertahanannya terbuka untuk menerima serangan dari Madara.

Aku harus segera ke Konoha, batin Sasuke.

#

Kediaman Uchiha, Konoha.

Naruto menatap Itachi yang sedang meminum tehnya di teras halaman belakang dengan santai. "Aniki, apa mereka baik-baik saja?" Naruto bertanya dengan nada khawatir.

Itachi meletakan gelas tehnya di atas meja dan menatap halaman belakang kediaman Uchiha. "Tenang saja, Naruto. Mereka prajurit pilihan, mereka akan baik-baik saja. Sasuke akan baik-baik saja," Itachi berkata dengan santai. Namun, Naruto dapat merasakan nada kekhawatiran dalam suaranya.

Zetsu muncul dari dalam tanah di halaman belakang kediaman Uchiha. Kepalanya tersembunyi dengan bayang-bayang pohon. Zetsu menatap ke teras. Ada dua sosok di sana. Sosok pertama adalah Naruto—Siluman Rubah sedang berdiri di dekat pintu shogi. Sosok kedua adalah Uchiha Itachi yang duduk sambil menatap matanya.

"Sebaiknya kau keluar dari balik bayangan itu." Zetsu mendengar suara Itachi yang dingin.

Perlahan Zetsu keluar dari balik bayangan pohon ke hadapan Itachi. Zetsu hanya menampakan sebagian tubuhnya. "Pengamatan yang hebat, Itachi-san," Zetsu berkata perlahan.

Itachi perlahan bangkit dari tempat duduknya. "Kau juga tidak berniat bersembunyi, Zetsu." Itachi menatapnya dengan dingin. "Ada sesuatu yang kau inginkan?" Itachi bertanya dengan dingin.

Zetsu menatap Itachi dan mengalihkan pandangannya kepada Naruto. "Ya. Siluman Rubah di belakangmu yang kuinginkan. Boleh aku membawanya?" Zetsu bertanya dengan sopan.

"Tentu saja," Itachi berkata dengan santai. Naruto merinding mendengar suara Itachi. "Tapi langkahi dulu mayatku," Itachi berkata sambil menghunus pedangnya.

Naruto memandang dengan pasif pertempuran yang terjadi di hadapannya. Itachi tampak kelelahan setelah bertarung cukup lama dengan Zetsu. Naruto tidak mengerti, apa pun yang dilakukan oleh Itachi kepada Zetsu tidak menyebabkan luka apa pun. Seolah-olah semua serangan Itachi hanya menembus bayangan.

Naruto melihat Itachi terdesak. Zetsu melemparkan serangan mematikan ke arah Itachi. Itachi tidak sempat melakukan pertahanan—tanpa pikir panjang, Naruto melompat ke depan Itachi dan menahan serangan Zetsu.

"Rasengan!" teriak Naruto.

Serangan Zetsu berhasil dipatahkan oleh Naruto. Sesaat ekspresi terkejut tergambar di wajah Zetsu, tapi langsung digantikan dengan seringai di wajahnya.

Ini menarik, batin Zetsu.

#

Sasuke berlari menjauh dari medan pertempuran. Tujuannya jelas, Konoha. Naruto dalam bahaya. Sasuke menengok ke belakang beberapa kali, memeriksa ada yange mengikutinya dari medan pertempuran.

"Ckckck, lari dari pertempuran? Itu bukan sikap seorang Uchiha," Madara berkata dari samping Sasuke, berlari ke arah yang sama.

Sasuke melihat ke arah Madara dan melancarkan serangan. Madara berhasil mengelak dari serangannya.

Sasuke tidak peduli dengan Madara, yang ada dalam pikiranya hanya Naruto dan Itachi. Sasuke mempercepat langkahnya.

#

Sasuke datang ke kediaman klan Uchiha pada saat yang tepat—jika dapat dikatakan seperti itu. Sasuke melihat Zetsu akan melakukan serangan terakhir ke Naruto. Sasuke segera melompat ke hadapan Zetsu dan menahan seragannya dengan Kusanagi miliknya.

"Sasuke-san, kau datang," Zetsu mencibir. Zetsu melompat ke belakang. Menjaga jarak dari Sasuke.

"Ya, untuk mengalahkanmu," Sasuke membalas dengan dingin.

"Dan bagaimana caranya kau bisa mengalahkan Zetsu, sementara aku di sini?" Madara mendarat dengan santai di samping Zetsu.

Sasuke melirik ke Naruto yang tidak sadarkan diri di belakangnya. Itachi bangkit dengan perlahan dan berjalan ke sebelah Sasuke.

"Selamat datang kembali, Kakek," Itachi berkata dengan dingin.

Ketiga Uchiha saling berhadapan. Dua berada di kubu yang sama sementara yang lain menjadi lawannya.

"Ah~, reuni keluarga yang menyenangkan. Apa kabar kalian berdua cucuku?" Madara berkata dengan nada santai.

Itachi melirik Sasuke yang masih dalam posisi waspada di hadapan Naruto. Naruto tidak sadarkan diri.

Mungkin ini pertarungan terakhir klan Uchiha, batin Itachi.

"Kabar kami baik-baik saja, Kakek," Itachi menjawab dengan santai tapi masih dengan nada dingin yang sama.

"Kami akan lebih baik-baik saja, jika kau menghilang dari muka bumi ini," Sasuke mendesis.

"Sasuke, Sasuke, Sasuke, kau belum berubah. Selalu mementingkan emosi daripada logika," Madara berkata dengan santai dan menatap dengan tajam Naruto yang berada di belakang Sasuke.

Itachi menyadari tatapan Madara ke Naruto. "Ah, maafkan ketidaksopanan kami. Kakek perkenalkan Uchiha Naruto, istri dari Sasuke," Itachi berkata dengan nada dingin dengan mengendikkan kepala ke Naruto.

Madara terkejut di balik topengnya. Ekspresi terkejut juga tergambar jelas di wajah Zetsu.

"Menikah… dengan Sasuke?" Madara bertanya dengan nada ragu-ragu. Seolah-olah dia salah mendengar pernyataan dari Itachi.

"Ya. Aku juga baru tahu sejak tiba di Konoha. Kau tahu, kakek, Siluman Rubah sudah menentukan pilihannya," Itachi berkata sambil mengambil posisi untuk menyerang.

"Kalau begitu. Aku akan mengubah pilihannya dengan membunuh kalian," Madara berkata dengan nada final dan menyerang mereka bersama Zetsu.

TO BE CONTINUED

~SasuNaruIsLove~

Author's Note :

Eto sepenuhnya menyadari kalau Eto relative lama untuk melanjutkan cerita ini. Selain banyak tugas, Eto sedikit bingung dengan cara untuk mengalahkan Madara (karena manganya juga belum tamat), dan memotong adegan untuk ke chapter berikutnya. Jadi mohon maaf semuanya.

Kalian mungkin menyadari seragam ANBU di cerita ini adalah seragam Jounin di canon. Eto kurang suka dengan seragam ANBU yang di canon, karena terlalu terbuka dan kurang menarik.

Eto hanya menegaskan istri-istri Sasuke tidak penting karena itu Eto tidak memberikan nama pada mereka. Selain itu, mereka juga tidak pernah ke Konoha. Kata-kata Ino di chapter sebelumnya bohong dan hanya bertujuan untuk menyakiti Naruto. Jika ada penasaran darimana Ino dan yang lainnya tahu Sasuke sudah menikah, mereka tahu pernikahan kedua Sasuke dari Karin dan pernikahan pertama Sasuke dari Kiba (Kiba termasuk dalam tim penyamaran Sasuke).

Eto berharap sikap dan tindakan Sakura, Ino dan Karin tidak termasuk bashing (Eto sebenarnya masih bingung apa yang dimaksud dengan karakter bashing). Eto berusaha mendeskripsikan tindakan apa yang akan dilakukan Sakura, Ino dan Karin dalam mengekspresikan kecemburuannya terhadap Naruto.

Terima kasih untuk yang memberikan saran, Eto sangat menghargainya. Eto merencanakan cerita ini akan segera tamat.

Walaupun dalam chapter sebelumnya ada yang menyebut kata 'hamil', Eto tegaskan itu sepenuhnya hanya bercanda. Tidak ada MPREG dalam cerita ini. Mohon maaf bagi yang berharap.

thanks for read, please review