UPDETTT! Maaf buat semuanya, sepertinya Hie hanya bisa berlama-lama updet hehehehe… *dilempar sendal* Hah, inilah hidup. Kali ini cuma 8 lembar (baca: kurang) belum termasuk author notes… XDa

Kemaren juga nggak sempat nge-PM satu-satu, gomen ( _ _ ). Sekedar pemberitahuan karna kebanyakan pada tanya -atau komen?- kalau Kyuubi jahat, tuh 'sebenernya'... umh 'ada' benarnya juga sih. *plak* hehehe…tak lupa Hie ucapin banyak terima kasih bagi yang sudah bersedia meripiu. Ripiu Anda sangat berarti bagi saya. Dan…lanjutkan! Heheheh…

Special Thanks:

FBSN

Ruubi Ryuubi

QQ

preciousreina

Misyel

akaringo satsuki

Gummy Cherries

Meyra Uzumaki

Aika Ray Kuroba

Matsuo Emi

Fi suki-suki

Ri-EroFujo

and

for You

Genre Adventure / Friendship

Naruto © Mas Kishimoto

~Care!~

Chapter 2 : Perihal Apapun

Rating T

Warning:

OOC, AU, BL (dikit), gaje, tidak sesuai dengan EYD, alur berantakan, de el el. Pair…saya juga tidak tau hehehe…tapi kebanyakan bakal muncul Sasuke, Naruto, dan Kyuubi… mungkin (' . ')a. Sekian dan terima kasih…

DON'T LIKE, DON'T READ!

Kakuzhu menatap horror ke makhluk di depannya dan yang ditatap dengan pandangan itu malah….

"Heheheheh…." Yups, di tertawa. Perlahan asap mulai menghilang menampakkan kuku tangan yang panjang dan rambut kuning kemerahan darinya. Ketika angin masuk melalui jendela yang terbuka, semua asap menyingkir menampakkan seseorang yang berdiri tegap menghadap Kakuzhu, lengkap dengan seringaian.

"Hadir!" katanya, Kyuubi mengabsen diri sendiri. Ia tak perduli dengan berbagai ekspresi yang ditujukan untuknya. Lalu berdiri, melepaskan tongkat maut (menurut Kakuzhu) dan berjalan di atas meja rapat dari ujung satu ke ujung lain menuju tempat Pein.

"Hei, apa gue telat?" Tanya Kyuubi sambil mendekatkan wajahnya ke arah Pein. Tepat, posisi Kyuubi sekarang yaitu jongkok di atas meja, berhadapan langsung sama Leader.

"Kyuubi, hentikan! Tingkah lakumu sangat tidak sopan."

"Heh?" Kyuubi mengernyit, tapi kemudian tersenyum kecil. Ia mengangkat wajahnya lalu kembali berdiri dan meloncat turun dari meja, membelakangi semua dan berjalan seolah tak terjadi apa-apa.

"Yang akan ditambahin jadi kandidat selanjutnya, Hyuuga Hinata. Dan kewajiban gue selesai buat rapat kali ini." Kyuubi meninggalkan anggota lainnya yang sedikit kaget mendengar perkataanya.

"Gaara, kau mau mengajakku kemana?"

Naruto dan Gaara berada di sebuah lorong sempit dan juga gelap. Lorong itu diapit oleh gedung kesenian dan gedung olahraga. Tidak ada orang lain kecuali mereka berdua.

"Sebentar lagi juga sampai."

"Wow…sepertinya lorong ini makin sempit saja." Naruto memberi pendapat.

"Benarkah." Yang ditanya hanya menjawab (atau bertanya) dengan datar.

"Iy-…"

"Kita sudah sampai."

Lama ia terdiam memperhatikan tempat itu dengan sedetailnya. Pertama yang muncul dibenaknya adalah orang yang berdiri di sampingnya, Gaara. Tempat itu sungguh tak ada menyenangkannya sedikitpun. Cuma ada rasa benci, dendam, dan amarah. Sangat menyedihkan untuk mengingatnya kembali.

"Kenapa kau membawaku ke sini?" perkataan Naruto tercekat. Ia paksakan untuk bertanya, padahal perasaaanya sekarang sedang kacau. Bahkan Naruto berharap takkan lagi mengingat kejadian yang dulu pernah berlangsung ditempat ini.

Tempat itu sangat gelap, tapi samar-samar masih bisa menampakkan tiap sudut. Ada lima buah kotak kayu berukuran satu kali satu meter yang ditumpuk menjadi dua-dua-satu. Banyak debu yang bertebaran di situ, mungkin tak pernah di datangi orang lain. Gaara melompat ke salah satu kotak kayu itu. Berdiri dan menatap Naruto sejenak. Sejak tadi Naruto hanya diam, memandang tempat ini dengan datar dan dingin.

"Ada apa, Naru?" Gaara bertanya. Tapi yang didapatnya kemudian adalah tatapan yang mulai menajam. Naruto segera berbalik ingin kembali ke kelasnya saat…

"Hei, mau ke mana? Saat ini akulah yang sedang bertanggung jawab untuk mengawasimu." Gaara tersenyum kecil dan melanjutkan perkataannya saat Naruto berhenti berjalan.

"Baik, sekarang apa maumu?" tanyanya tanpa membalikkan badan. Naruto sangat membenci keadaan seperti ini.

"Jangan begitu. Hormatilah aku sedikit, Naruto. Memang, kau pernah menyelamatkanku, tapi sekarang..." Gaara memutus perkataannya dengan mengendalikan pasir dari segala arah. Pasir itu melayang dan merapat, membentuk sebuah tembok yang menutup lorong dari luar, menutup pintu jalan masuk satu-satunya. "…bukan waktunya balas budi." Gaara menggerakkan pasirnya mendekat, cepat. Jadi Naruto harus melompat hingga sekarang ia cuma berjaraknya sekitar 3 meter dari Gaara. Disusul dengan pasir-pasir yang mengepung mereka. Tinggal sedikit dan mereka berdua akan tertutup rapat, tanpa cahaya sedikitpun.

"NARUTO!"

"Sasuke?" Naruto bergumam kecil sebelum ia sempat melihat kedatangan Sasuke.

"NARUTO!" berulang kali Sasuke berteriak memanggil Naruto. Sia-sia, tak akan mungkin suaranya bisa menembus benda padat yang menjadi pembatas. Brengsek pasti musuh yang dihadapi Naruto bersekongkol dengan Kyuubi. Aku harus bagaimana? Apa yang harus aku lakukan? Naruto…

"Che… sial!" umpat Naruto melihat sekelilingnya yang sudah gelap gulita.

"Kenapa Naruto? Kau takut sendirian, sekarang?" Naruto melirik kanan, kiri, depan, belakang, bawah, atas. Nihil, jarak pengelihatannya hanya sebatas panjang tubuh saja. Lagi pula suara Gaara menyebar dengan sangat baik di situ. Tak ada celah. "Naruto…" suara Gaara kembali menyapa. "Aku tau tubuhmu itu sangat istimewa…berpuluh-puluh tusukan pun pasti akan pulih dengan sempurna hanya dalam satu malam. Kau ingat Naruto, saat kau menyelamatkanku di tempat ini? Membiarkan tubuhmu sendiri terluka demi melindungiku dari makhluk-makhluk busuk itu?"

Naruto masih terdiam, memikirkan tujuan Gaara yang sesungguhnya sampai… sebuah benda tajam mengarah padanya.

CRASS…

Darah segar mengalir keluar dari lengan atas Naruto. Bahkan ia bisa mendengar bunyi tetesan darahnya sendiri yang jatuh ke bawah. Gaara berhasil membagi konsentrasinya. Dan serangan pertama berhasil dengan lancar. Apa-apaan ini? Gaara, Gaara berubah lagi. Sebentar-sebentar jadi teman, dan selanjutnya jadi lawan. Errrgh…aku tidak mengerti. Naruto terus memperhatikan sekelilingnya, bersiap-siap dengan serangan selanjutnya. Ia berkonsentrasi lebih. Kunai yang selalu terselip di pakaiannya dikeluarkan dalam posisi siaga.

CTAK…

Benar saja, Gaara melanjutkan serangannya. "Jawab pertanyaanku, Naru!" Ia memerintah Naruto sambil melancarkan beberapa pasir padat yang juga tajam. Satu, dua, tiga,… serangan tak berhenti sampai Naruto kewalahan dan kembali tiga tusukan sekaligus mendarat di tubuh Naruto. Hampir ia terjatuh kalau tangannya tak digunakan untuk menopang.

UAKH…

Naruto memuntahkan darah, keseimbangannya sudah tak terkontrol lagi. Bahkan ia hanya sanggup melihat ke bawah. Tak peduli kalau Gaara akan menyerangnya kembali. Ia tahu kalau Gaara sungguh-sungguh. Tapi kenapa ia malah mempercayai suatu hal dari Gaara. Gaara mulai berjalan mendekati Naruto, menampakkan dirinya. Sebentar ia menyeringai. Sekaranglah saatnya. Sedikit ia menunduk dan mengangkat tangan kanannya ke wajah Naruto.

"Gaara. Berhenti!"

Gaara tersentak saat namanya dipanggil. Pasir yang ia jadikan pertahanan mulai runtuh. Terlihat orang lain di situ, Itachi… rupanya sedari tadi ia berada di samping Gaara dan Naruto.

"Mau kau apakan dia? Tugas kita sudah selesai sampai disini."

"Maaf, maafkan aku." Gaara menunduk. Menyadari berbuatannya yang di luar 'sekenario'.

"Sudahlah, ayo pergi!"

Naruto yang ditinggal sendirian, kemudian terduduk. Tubuhnya lumayan banyak terluka. Napasnya terengah-engah dan tenaganya seperti habis terkuras. Apa yang sebenarnya terjadi?

BUAK…

Naruto hanya bisa terjatuh dengan posisi miring. Sempat ia mengingat Sasuke yang memanggilnya sebelum ia terperangkap. Tapi nyatanya sekarang ia hanya sendiri.

-Kyukei Hie Ru-

"Brengsek! Mereka harus diberi pelajaran."

"Senpai, kau tak berhak memberi mereka pelajaran? Bukankah mereka malah meringankan tugasmu?"

Naruto yang mulai sadar, samar-samar mendengar percakapan yang salah seorang dari mereka adalah Kyuubi. Kenapa dia marah-marah? Apa yang dia permasalahkan? Ukhh… sial, badanku sulit sekali untuk bergerak. Naruto hanya bisa membuka matanya. Ia melihat banyak perban yang membalut tubuhnya. Ia tak merasa sakit. Hanya saja kepalanya terasa sangat berat.

"Hey, dia sudah bangun," kata orang yang berada di dekat Kyuubi, Shikamaru.

"Naruto!" Naruto tak menyangka kalau ada Sasuke juga di situ. "Dobe, bagaimana? Apa yang Gaara lakukan pada-…" Sasuke tak menyelesaikan pertanyaannya, bahunya keburu dipegang dan tubuhnya dilempar ke belakang, siapa lagi kalau bukan Kyuubi yang melakukannya. Shikamaru cuma bisa geleng-geleng. Kyuubi menatap tajam pada adiknya sendiri. Mengamati Naruto sejenak. Tentu saja Naruto mulai risih.

"Heh, Bocah. Kata Sizhune loe cuma luka beberapa tusukan, tapi loe sampe pingsan seharian. Katakan, apa loe ngelihat Itachi di situ?" Kyuubi gak tinggal diam, semakin lama ia ngedesak Naruto.

Tapi bukannya Naruto, Sasuke malah maju dan ambil suara. "Itachi katamu? Jangan seenaknya menuduh Aniki."

"Che… minggir. Gue kagak nanya loe. Tadi aja loe malah nuduh gue… dasar, Bocah." Kyuubi sama sekali tak mengalihkan perhatiannya dari Naruto "Lagian, saksi mata udah ada di depan kita." Ia terus menuntut jawaban dari adiknya. Kini Sasuke berharap apa yang dikatakan Naruto nanti sama dengan pendapatnya.

"Ya, aku emang ada di sana." Seseorang yang baru saja memasuki Rugon Kussi menjawab tenang, Itachi.

"Apa? Apa maksudmu? Baka Aniki!"

"Sasuke, aku terp-…"

DUAK! BRAK…

Sebuah hantaman telak mengenai pipi kanan Itachi, tubuhnya sampai mundur dan terpental ke tembok. Sekarang posisinya duduk menyandar. Sebagian poni panjangnya menutupi mata yang kononnya magis itu. Sebelum mengambil napas sejenak, kerahnya sudah dicengkeram Kyuubi.

"Kyuu!" Naruto yang dari tadi diam hanya bisa menyebut nama Kyuubi saat melihat kejadian barusan. Dia masih belum bisa berdiri walau sakarang ia sudah bisa duduk. Tak seperti sebelumnya saat ia cedera karena serangan Kyuubi. Sangat berbeda. Tubuhnya terasa lemas.

Sizhune yang mendengar keributan di lingkup wilayah kewenangannya segera datang dan mengambil tindakan. "Hentikan! Ini Rugon Kussi, ruangan yang digunakan untuk pengobatan, bukannya tempat berkelahi. Aku mengerti kalau Kyuubi sangat menyayangi Naruto. Tapi lakukan itu di luar!"

"Heh…" Kyuubi mendengus, "…gue bukannya nglakuin ini buat dia, gue cuma gak mau mangsa gue disentuh." Rasanya kata itu terdengar sangat egois tapi kalau ada yang memperhatikan bagaimana pandangannya pada Naruto sendiri, ia akan tahu yang sebenarnya. Sangat bertolak belakang dengan apa yang dia katakan. Tak terkecuali Shikamaru dan Itachi. Itachi menyeringai dan Kyuubi menggeram kecil dengan mengarahkan tatapan 'tidak suka' pada Itachi.

"Terserah, tapi keluar dari sini, " ucap Sizhune tegas, "kalau Tsunade-sama sampai tahu, kalian pasti akan dihukum berat.

Kyuubi menaruh kedua tangannya di saku dan berjalan menuju pintu keluar menuruti perintah guru ahli pengobatan itu. Diikuti Itachi yang baru berdiri sambil ngusap pelan pipinya yang agak memar, bahkan Sizhune sempat menawarinya untuk diobati tapi ia tolak. 'Seorang laki-laki tak kan bermasalah dengan hal sepele semacam itu' katanya, walaupun pukulan yang diberikan oleh Kyuubi tadi cukup keras.

Berjarak beberapa meter dari ruangan Naruto, Kyuubi berhenti. Itachi juga melakukan hal yang sama. Koridor nampak sepi, hanya ada beberapa orang di situ. Dan saat semua menghilang, Kyuubi memulai pembicaraan.

"Yang nglakuin itu ke Naruto, loe kan? Gue tahu… cuma loe satu-satunya yang bisa melakukan jurus ilusi dengan sempurna… bahkan medis pun akan sulit dipulihkan."

Sunyi sejenak.

PLOK! PLOK!

"Hebat, inilah sebabnya clan kami selalu mengakui keberadaan Namikaze sepertimu. Analisa yang mengagumkan." Itachi tersenyum.

"Hentikan basa-basi loe yang menjijikkan itu. Nggak kan ada gunanya." Terkadang Kyuubi sangat membenci seorang Uchiha seperti Itachi. Acting mereka sangat memuakkan baginya.

"Hahaha…tenanglah, Kyuubi. Perlu kau tahu, tadi itu benar-benar sebuah pujian. Analisamu memang tepat, bahkan sensei seperti Sizhune pun tak kan menyadari kalau itu perbuatanku, yah…wajar, di sini memang bukan hanya aku saja yang bisa melakukannya. Terutama anak tingkat dua." Itachi diam sejenak dan mengambil napas. Rupanya emosi Kyuubi sudah membaik setelah memberi pukulan pada Itachi tadi. Jadi membiarkan Itachi menjelaskan semuanya.

Padahal saat Itachi melakukan jurus ilusi pada Naruto. Ia sudah melakukan kolaborasi dengan Gaara. Beberapa kali Gaara membuat serangan yang membuat luka di beberapa tempat untuk mengecoh kalau Itachi ikut andil bagian. Jadi, bukankah kecurigaan padanya akan semakin sempit? Ditambah dengan alasan yang diungkapkannya pada Kyuubi tadi.

"Kyuubi, aku nyerang Naruto bukan untuk alasan kesenanganku sendiri. Saat kau keluar dari ruang rapat tadi pagi, Pein memberi tahu kalau Dewan Pengawas dari luar sekolah datang ke sini. Mereka mengecek keadaan sekolah ini, semuanya."

Kyuubi masih terdiam. "Sudahlah, kau tahu maksudku kan? Masa orang Dallions gak bisa nebak yang beginian…" Itachi mengendus. Malas juga kalau ia harus menjelaskan semuanya secara rinci. Tapi untunglah tidak. Kyuubi yang tadinya hanya diam, sekarang menunjukan ekspresinya.

"Oke….loe, gue maafin. Sebagai gantinya loe temenin gue bolos hari ini!" Kyuubi melangkah pergi.

"Hei, kok-…"

"Kalo dengerin omelan 'kan gue jadi punya temen. Soal hukuman, itu gak mungkin." Orang Dallions tidak mungkin mendapat hukuman. Mereka hanya akan diberhentikan atau diberi nasihat. Oleh karena itu, mereka dipilih atas pertimbangan yang ketat. Itachi cuma bisa mengutuk dirinya sendiri yang dulu mau-maunya berteman sama Kyuubi.

"Emangnya kita mau ke mana?"

"Kita jalanin rencana kita!"

Sasuke pulang ke rumah. Siswa tingkat satu belum bisa tinggal di asrama. Sementara karena Naruto sedang terluka maka ia tinggal di sekolah. Tadinya Sasuke mau mengecek keadaan rumah Naruto yang kosong karana Kyuubi juga sudah menginap di asrama. Tapi ia mengurungkan niatnya karena sadar dirumah itu akan banyak jebakan untuk pencuri yang sengaja dipasang oleh pemilik rumah. Jadi tak usah kuatir.

"Gah, aku terlalu memikirkanya." Sasuke berjalan terus bersama pemikiran yang sebenarnya tak perlu dia pikirkan sama sekali, mengingat rumah Naruto berarti juga rumah Kyuubi.

DUAK!

Karena pikirannya terus melayang, tak sengaja Sasuke menubrukkan sendiri badannya ke tiang listrik. "Aw….Sial!" dia kembali berjalan, setelah berbelok tentunya dengan sumpah serapah yang ia tujukan pada tiang yang dengan seenaknya berdiri di sana.

Sampai di kediaman Uchiha yang lumayan besar itu, Sasuke segara mengubah raut kesalnya dengan 'bosan'. Dia memang bosan tinggal di rumah sendirian. Karena biasanya Naruto menginap di sini.

CKLEK!

Seperti yang sudah ia duga, sepi. Lagi pula sekarang sudah malam. Dia berjalan menuju kamarnya yang berada di lantai dua. Sempat Sasuke melewati kamar Anikinya yang tertutup rapat. Lalu ia teringat kejadian tadi sore. Dasar Aniki, kenapa malah melukai Naru begitu? Apa jangan-jangan malah dipengaruhi Kyuubi, tapi Kyuubi kan malah…atau cuma pura-pura? Gak mungkin, mereka… apalagi Kyuubi tak kan mau melakukan hal serendah macam itu.

"Hah…" Sasuke membuka pintu kamarnya dan langsung masuk. Terdidur pulas di situ tanpa mencopot baju seragamnya. Dalam mimpi Sasuke, seperti ada seorang teman yang sedang tidur bersamanya. Naruto kah? Ia membuka matanya dan mendapati seseorang di sana. "Ah?" Sasuke memekik, ia melihat rambut berantakan Naruto yang selalu ia lihat. Buru-buru ia menyalakan lampu di dekatnya.

"!" teriakan keluar dari mulutnya.

Itachi yang setengah sadar karena ia juga sedang tidur, apalagi bermimpi indah dengan gadis-gadis cantik yang menggodanya. Ia berlari (baca: melangkah pelan) dengan limbung. Matanya setengah terpejam, bahkan kadang menutup sempurna. Sukses membuatnya menubruk meja dengan akuarium kecil yang ada di atasnya.

BRUAK! GLODAK…

Barulah Itachi sadar dan kembali ke dunia nyata setelah tersiram air yang tumpah dari akuarium. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya. Aneh, ia tak merasakan sakit di kepalanya sedikitpun. "Sa-Sasuke!" teriaknya sambil berlari lurus menuju kamar adiknya. Ia membuka pintu kamar Sasuke dan mendapati otoutonya sedang menaruh pandang dengan aura membunuh kepada sahabatnya, Kyuubi. Tapi Kyuubi…ia cuma diam saja. Apa Kyuubi kalah dengan otoutoku? Itachi melebarkan matanya. Lalu mulai memastikannya.

"Sasuke! Ada apa?" tanyanya cepat.

Adiknya menoleh, sedikit raut kaget dari Sasuke tapi segera hilang dalam satu detik. "Kenapa kalian ada di rumah ini?" masih tidak percaya dan kesal akan kejadian seharian ini.

"Hah, ya….kami ada urusan, Sasuke. Umh..maaf otouto, Kyuubi terpaksa ada di kamarmu karena aku pikir kau akan menyelinap di sekolah untuk menemani Naruto." Itachi mulai membaca situasi. "Err…Sasuke, satu lagi. Kenapa Kyuubi tidak bergerak? Kau berhasil mengalahkannya?" Tanya Itachi yang sudah setengah mati penasaran.

CUT! CUT! CUT!

Cukup sampai di sini hahahaha….XP. Gomen, makin lama tambah dikit, nih juga udah usaha. Berat juga, fuhhh….*ngelap keringet* mau gimana lagi, kalo Hie punya inspirasi pasti waktu mau ulangan or ujian jadi waktunya terbatas. Gantian lagi nganggur n kagak ulangan, aja… inspirasinya mlompong, huftt...

Sepertinya ini akan jadi panjang, jadi mohon bersabar ^ ^

Umhh…satu lagi, pas fic ini aku baca ulang rasanya Kyuubi kek orang gila deh hahaha…*ditendang Kyuu* Ne, JANGAN LUPA, RIPIU YA? *maksa mode -bletak-* fic jelek-jelek kek gini juga butuh ripiu *loh?* POKOKNYA….

R

E

V

I

E

W

!

Please…..

XDDDDDD…