Disclamer : Naruto © Masashi Kishimoto
Genre : Romance, Drama, Poem
Pairing : SasuxFemNaruxSai
Rated : T
-oooOOOooo-
Kuingin memanggil bintang turun dari langit
Aku ingin hidup dihari yang tak pernah mati
Kuingin merubah dunia hanya untukmu
Semua yang tak mungkin ingin kulakukan
Kuingin memelukmu dalam hujan
Ingin kucium senyummu dan rasakan sakitmu
Kutahu apa yang menarik saat melihatmu
Dalam kebohongan ini kaulah kebenaran
Setiap saat kau sentuh aku
Aku menjadi bangga karena dirimu
Aku bersinar bagai lilin di kegelapan
Saat kau katakan bahwa kau tak akan meninggalkanku
Kuingin membuatmu melihat aku apa adanya
Menunjukkanmu kesendirian dan…
Apa gunanya kau masuk dalam hidupku
Karna kau adalah segalanya bagiku
Dunia tanpamu…
Aku merasa kekurangan yang kubutuhkan
Hanya cinta dan kesetianmu
Yang bisa membuatku tegar
Tak terlupakan itulah kau
Kau bagaikan lau cinta yang melekat dalam hatiku
Kau tak terlupakan walau dekat ataupun jauh
Kau adalah anugerah terindah yang pernah kumiliki..
-oooOOOooo-
Naruto POV
Sudah beberapa hari ini aku selalu bersama pacarku, Sai. Detik-detik bersamanya sangat berharga bagiku, senyumannya adalah senyumanku. Aku sangat bahagia bisa selalu bersamanya, moment-moment yang aku lakukan bersamanya selalu membuatku bahagia. Sai adalah segalanya bagiku, aku hidup hanya untuknya dan aku matipun hanya untuknya pula. Kami sudah 1 tahun berpacaran sejak kelas 1 SMA ini. Aku sangat mencintainya melebihi aku mencintai diriku sendiri.
Sai adalah sesosok laki-laki yang benar-benar membuatku bahagia. Di saat aku sedang sedih, dia selalu ada untukku, menemaniku hingga aku terlelap dalam tidur dan mimpi indahku. Sai selalu memberiku mimpi-mimpi indah, dia tidak akan pernah mengecewakan diriku. Sesulit apapun itu, dia selalu berjalan di sampingku, menggenggam tanganku agar bisa berjalan berdampingan dengannya. Aku mencintainya, mencintainya melebihi aku mencintai diriku sendiri.
Sai POV
Naruto, aku mencintaimu. Kau sudah menjadi bagian dari dalam diriku, kau adalah segalanya. Hidup tanpamu adalah hampa. Mencintaimu adalah anugerah terindah yang pernah aku sentuh. Aku ingin menyentuhmu, menyentuh setiap mili tubuh halusmu itu. Aku pun bahagia bisa selalu bersamamu. Aku berjanji, aku akan selalu di sampingmu, menjagamu dimanapun kau berada.
Saat pertama kali melihatmu, jantungku mulai berdetak, senyumanmu membuat hatiku terguncang. Matamu yang biru itu bagai langit yang begitu cerah. Aku mencintaimu, Naruto. Aku mencintai apapun yang ada dalam dirimu. Detik-detik bersamapun akan menjadi sebuah kenangan yang terindah untuk kita.
-oooOOOooo-
Naruto POV
Aku terkulai lemas di sebuah rumah sakit saat menunggu sebuah kabar dari seseorang di dalam sana. Lampu merah menyala terang, sebuah ruangan ICU tertutup rapat. Aku menangis, menangisi semua kesalahanku. Aku mohon, jangan ambil dia dariku.
Flasback
Siang ini Sai berjanji akan mengajakku berkeliling dengan naik motor. Kami membuat janji bertemu di sebuah taman tepat jam 2 siang. Aku pun tak sabar untuk bertemu dengannya.
Tepat jam 2 siang, aku menunggunya di tempat yang sudah dijanjikan. Dan beberapa menit kemudian, Sai pun datang dengan motornya. Aku membonceng di belakangnya, memeluknya dengan bahagia.
"Hari ini kita mau kemana?" tanya Sai padaku.
"Aku ingin ke laut! Sudah lama aku tidak ke sana. Rasanya kangen sekali."
"Oke, kita ke laut sekarang." Teriaknya cempreng mengisi kebahagian kami.
Akhirnya kami pun pergi ke laut bersama. Walau hanya memandang pemandangan di sana dan tidak masuk ke daerah lautnya, aku sudah sangat bahagia bisa bersamanya melihat laut.
Aku masih memeluknya dengan senang sambil mencium aroma badan khas Sai ini. Aroma badan yang seperti laut ini membuatku sangat terbuai olehnya.
"Ukh.." desahku.
"Naruto, jangan menciumi bajuku seperti itu." sungutnya saat mengetahui aku yang diam-diam mencium aroma badan wanginya itu. Namun di balik itu aku melihat semburat merah yang muncul di pipi Sai.
"Hehehe… Baumu kecut sekali, sih."
"Enak saja!" gertaknya. "Mana mungkin! Begini-beginikan aku memakai parfum yang kau berikan padaku."
"Kau memakainya?"
"Tentu saja. Kalau bukan kau yang memberikannya untukku, mana mungkin aku akan memakainya."
"Hahaha.. Senangnya."
"Dasar kau!" sungutnya sambil mengacak-ngacak rambutku. Hal seperti itulah yang paling aku sukai darinya, membuat hatiku begitu bahagia saat dia menyentuhku.
Aku memegang tangannya yang masih mengacak-ngacak rambutku. Lalu tangannya pun turun ke pipiku dan mengelusnya dengan lembut. Aku pun masih menyentuh tangannya sambil memejamkan mataku, menikmati setiap detik sentuhannya di tubuhku. Aroma inilah yang benar-benar aku sukai, aroma yang bisa membuatku tenang bersamanya.
Kini aku merasakan ada sebuah kehangatan yang mulai menjalar ke seluruh tubuhku terutama bibirku. Sai menciumku, mencium bibirku dengan hangat. Aku bahagia, aku pun memeluknya. Tak ingin melepasnya untuk saat ini. Seandainya aku bisa menghentikan waktu untuk beberapa saat, ingin rasanya aku menghentikan waktu ini hanya untuk bersamanya.
"Kita mau kemana lagi?" tanyaku bersemangat.
"Kau mau kemana lagi?"
Mendengar itu aku hanya bisa tersenyum, karena hanya dengan bersamamu saja aku sudah sebahagia ini.
Akhirnya kamipun memutuskan untuk berkeliling-keliling kembali. Di tengah perjalanan, Sai tiba-tiba menyuruhku memakai helm yang ia pakai. Karena aku tak punya firasat apapun, aku dengan senang hati memakainya. Aku masih dengan fantasiku, menutup kedua mataku dan menciumi aroma milik Sai. Namun beberapa menit kemudian, entah kenapa Sai menggenggam erat tanganku yang masih memeluknya. Erat.. Dengan erat.. Erat sekali. Aku perlahan mencoba membuka mataku. Aku begitu kaget saat ada sebuah truk bermuatan besar tengah berada di depan mataku dan menyenggol motor kami. Aku terpelanting jatuh dari motor, tapi hanya sebuah luka-luka kecil yang aku dapatkan. Saat aku perlahan mencoba membuka mataku, terlihat sebuah darah segar mengalir di tanganku.
'Darah… merah… pekat..' aku tersentak saat melihat darah itu. Aku mohon, semoga ini tidak seperti yang aku pikirkan. Namun, mataku menangkap sebuah sosok yang tergeletak di depan sana dengan darah di sekitarnya. 'Tidak! Ini tidak mungkin! Ini salah! Tidak mungkin!' Tidak mungkin itu Sai! Sai tidak akan meninggalkanku, tidak mungkin!
"Huuuuaaaaa….." aku menangis sekeras mungkin, aku tidak peduli air mataku akan habis saat ini juga. Aku mulai mendekatinya, mencoba memanggil namanya. Aku harap dia akan mendengar panggilanku ini. "Sai.. Sai.. Sai! SAI! SAI!" aku memanggil namanya berulang kali, tapi dia tidak sekalipun menjawabnya. "Huuuaaaaa….. Sai, bangun. Aku mohon bangunlah. Demi aku.." aku terus saja mencoba memanggil namanya, hingga sebuah ambulance datang menghampiri kami. Seseorang tengah keluar dari mobil itu dan ingin mengangkat Sai ke mobil. "Tidak! Jangan sentuh! Aku mohon! Jangan ambil Sai! Huuuaaaa… ja..ngan bawa per..gi!" aku berteriak sekeras mungkin agar mereka tidak membawanya pergi dariku. Tapi tetap saja tidak dihiraukan sampai ada seseorang yang menyuntikkan sebuah obat penenang pada tanganku. Dan aku pun mulai lemas dan perlahan menutup mataku.
End Of Flashback
-oooOOOooo-
Beberapa jam aku menunggu, akhirnya seseorang keluar dari ruangan itu. Seorang laki-laki paruh baya dengan seragam biru dan sebuah masker yang barusan ia lepas dari mulutnya mulai mendekati tempatku duduk. Dokter itu sepertinya memperlihatkan wajah bingungnya, dia tak kuasa memberi tahu kabar seseorang di dalam sana. Beberapa detik dokter itu terdiam sambil melihatku yang penuh air mata. Dan akhirnya dokter itu angkat bicara.
"Maaf, kami sudah berusaha sekuat tenaga untuk menyelamatkannya. Tapi pendarahan di kepalanya tak bisa lagi kami tangani. Selama perjalanan ke sini, dia sudah mengeluarkan banyak sekali darah. Jadi maafkan kami, kami tak bisa menolongnya." ucap dokter itu terlihat menyesal memberi tahu kabar buruk itu padaku. Aku pun tak kuasa menahan kesedihan ini. Aku tak percaya sebegitu cepat dia meninggalkanku. Aku terkulai lemas, air mata mulai mengucur deras kembali. Malam itu aku menangis, menangis begitu keras di rumah sakit sampai Ibu dan Ayah datang dan akhirnya aku pun terkulai pingsan.
-oooOOOooo-
Sudah beberapa hari ini, aku mengunci diriku di kamarku. Padahal besok adalah hari pertama masuk di kelas 2. Aku tak punya semangat untuk memulai hariku kembali, semua bagai menghilang dari hadapanku. Cahaya yang selama ini selalu bersama dan menerangi telah hilang dan tak akan pernah kembali lagi. Menangis, itulah kerjaanku setiap hari. Masih terasa, sentuhan tangannya yang menggenggam erat tanganku saat kecelakaan itu.
Telepon di kamarku selalu berdering setiap hari, aku berharap itu adalah Sai yang akan menelponku seperti biasanya. Namun semuanya tengah sirna secepat itu.
"Naruto, kalau kau mendengarkan ini. Jawablah aku. Aku tahu ini terlalu cepat bagimu, tapi aku tahu ini adalah sebuah kecelakaan yang tak bisa dihindari. Sai pasti juga tahu akan hal ini, dia pasti.. Naruto, aku mohon jangan mengurung dirimu terus menerus. Sai pun pasti tak suka kau seperti ini. Oh, ya.. kau dan aku sekelas lagi di kelas 2B. Aku harap besok kau sudah masuk lagi. Aku akan menunggumu." Itulah sepenggal mailbox dari sahabat baikku, Sakura. Sakura adalah sahabatku semenjak masuk dari SMA, dia teman pertamaku.
-oooOOOooo-
Aku tidak mau membuat Sakura mengkhawatirkan diriku. Aku pun memutuskan untuk masuk sekolah hari ini.
"Naruto, kau yakin mau masuk sekolah hari ini. Kau bisa istirahat dulu, kalau kau mau." ucap ibu penuh gelisah.
"Aku tidak apa-apa. Ibu tak perlu mengkhawatirkanku. Aku ingin masuk sekolah hari ini, lagipula inikan hari pertamaku di kelas 2." jelasku.
"Tapi,"
"Tidak apa-apa. Ja, ittekimasu."
"Itterasai." jawab ibu yang kutahu pasti ibu sangat khawatir dengan kondisi dan keadaanku sekarang.
Akhirnya aku pun berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki. Ini mulai tak biasa dalam keseharianku. Berjalan sendiri menuju sekolah. Biasanya Sai selalu menjemputku dengan motornya, tapi itu semua sudah tidak akan terjadi lagi.
Sesampainya di sekolah, aku dengan berat masuk ke dalam kelas. Tapi aku memberanikan diriku untuk mulai menapaki jalan yang serasa berat itu. Tiba-tiba Sakura merangkul tanganku dengan senyuman hangatnya.
"Okaeri, Naruto-chan." Katanya yang penuh kehangatan itu. "Aku sudah mencarikan tempat duduk untukmu. Kau bisa duduk di dekatku atau di belakangku mulai hari ini."
"Terima kasih, Sakura. Aku duduk di belakang saja, aku masih perlu ketenangan." jawabku.
"Baiklah kalau begitu." Katanya sambil membawaku ke kursi yang akan aku duduki. Setelah aku duduk di kursiku, Sakura tiba-tiba menggenggam kedua tanganku dan berkata, "Naruto-chan, aku tahu ini berat untukmu. Tapi aku yakin ini semua bukan salahmu, karena Sai sudah merencanakan ini semua. Ini semua keputusan yang dia buat. Jadi aku mohon jangan menyalahkan dirimu sendiri. Kau masih punya aku, sahabatmu. Aku menyanyangimu Naruto-chan. Kalau kau perlu bantuanku, jangan segan-segan mengatakannya padaku. Aku pasti siap akan menolongmu."
"Hmm~ terima kasih Sakura."
Kemudian beberapa menit kemudian, pelajaranpun dimulai. Di tengah pelajaran, aku hanya memandang ke arah keluar jendela. Berkhayal dan berharap Sai akan menungguku di gerbang sana. Namun ini semua adalah khayalan yang tak mungkin terjadi. Aku masih memandang ke arah luar jendela, memandangi gerbang sekolah yang ditutup itu. Dan beberapa saat kemudian aku dikagetkan dengan sosok yang membuatku membelalakkan mata, dia melompati gerbang agar bisa masuk ke sekolah. Aku terkejut sampai tidak sadar mulai berdiri dari dudukku. Semua orangpun mulai menatapku aneh dan akhirnya aku pun memutuskan untuk duduk kembali. Aku pun kembali mencari sosok orang itu, namun dia tengah menghilang di sana.
"Kau kenapa? Kau kaget melihat Sasuke, ya?" tanya Sakura padaku.
"Sasuke?"
"Dia mantan anak kelas 1A, walau sering terlambat dia itu bintang kelas, lho. Aku berharap dia bisa jadi pacarku nanti. Hehehe.." jelas Sakura.
Dan di tengah-tengah obrolan kami, ada seseorang dengan tiba-tiba masuk ke kelas tanpa permisi. Dia orang yang tadi, orang yang barusan melompat dari gerbang.
"Sasuke! Kalau masuk jangan terlambat lagi. Ini pertama kalinya kau masuk di kelasku, jadi aku hanya akan memperingatkanmu. Tapi lain kali kalau kau terlambat lagi, aku akan memberimu hukuman." kata Kakashi sensei pada orang itu.
"Ck~ mendokusei." ketusnya. Dia pun menyusuri tempat duduk yang kosong, dan hanya ada satu kursi kosong di kelas ini. Dan itu adalah kursi di sebelahku. Akhirnya ia pun berjalan mendekatiku dan duduk di sampingku. Aku masih terkejut dengan sosoknya. Sosok yang hampir mirip dengan Sai.
-To be Continued-