Awal bulan Januari adalah awal dari pertemuanku dengannya…

Seorang gadis berseragam lengkap sedang bergulat dengan segala jenis perlengkapan yang ada di depannya mulai dari make up, sampai sepatu dan tas sekolah. Rambut merah mudanya melambai mengikuti alur gerakannya yang lincah, sedangkan mata hijau emeraldnya sibuk mengedarkan pandangannya di kamar yang-sangat-besar itu.

Gadis itu lalu berdiri didepan cermin, memperhatikan penampilannya dari bawah sampai ke atas.

"Ehmm.." Sepatu putih dengan kaos kaki hitam menutupi kaki mulusnya, rok sailor sepaha, blazer hitam-putih berlambang Konoha gakuen bertengger manis di badannya.

Cukup lama gadis itu berdiri di depan cermin 'seragam ini..setelah ini aku tidak akan memakainya lagi' batinnya sambil mendesah pelan kemudian menyeret kakinya keluar dari kamarnya.

Sedetik kemudian ia sudah berada di ruang makan yang telah dipenuhi dengan pelayan-pelayan berseragam.

"Selamat pagi, nona!" Kata pelayan-pelayannya serempak.

"Yaa.." Jawabnya malas.

"Oh ya, tidak usah mengantarku, aku bawa mobil sendiri" Lanjutnya sambil mengigit buah strawberry kesukaannya.

"Tapi nona, tuan berpesan kepada saya kalau nona tidak boleh me-"

"Gak." Katanya kali ini sambil meneguk teh hijaunya "aku mau bawa mobil sendiri. " Lanjutnya lagi tanpa memandang kepala pelayan itu.

"Tapi nona.."

"Apaan sih? Aku bilang gak ya, nggak!" Tandasnya. "Lagian, ayah juga gak ada kan?" Tambahnya.

Kepala pelayan yang kaget dengan perkataan nona berambut pink itu reflek memberikan kunci mobil kepada gadis itu.

"Ok. aku pergi. " Katanya sambil berlalu,

Haruno Sakura.17 tahun. Ayahnya adalah pemilik salah satu rumah sakit terbesar di Fire Country, Haruno Hospital. Ibunya sudah meninggal 7 tahun yang lalu. Sifatnya manja, keras kepala, tidak suka mengalah, tetapi karena suatu hal jadi sangat peduli terhadap kesehatan.


Suara mobil terdengar berasal dari gerbang Konoha gakuen. Memang Konoha gakuen adalah sekolah yang memuat banyak anak-anak yang berasal dari keluarga terpandang dengan segala bakat dan kualitas mereka masing-masing. Mobil Porsche merah memasuki halaman sekolah dengan seorang gadis berambut pink berada di belakang kemudinya. Setelah selesai memakirkan mobilnya tiba-tiba Sakura mendengar suara seseorang yang sudah sangat ia kenal.

"Forehead girl!" Seorang gadis bermata biru dan rambut pirang yang diikat satu sedang berjalan mendekati Sakura.s

"Ino-pig!" Sakura memicingkan matanya mendengar julukan masa kecilnya.

Yamanaka Ino. 17 tahun. Sahabat sejak kecil Sakura. Ayahnya adalah seorang produser dan pemilik suatu stasiun tv swasta dan ibunya adalah seorang artis terkenal. Hobinya shopping dan berdandan. Tukang gossip, tetapi sangat setia kawan.

Sakura tesenyum melihat Ino berjalan mendekatinya. Tapi kemudian senyumannya memudar mengigat kejadian semalam.

Ino menatap teman-sahabat-nya itu dengan tatapan menyelidik. "Mukamu kenapa, hah? Ditekuk begitu tidak baik untuk kulit lho"

"Tidak apa-apa" Jawab Sakura lalu berjalan melewati gadis Yamanaka tersebut.

"Sakura? Kau tahu kan kalau kau tidak bisa menyembunyikan apapun dariku." Ino berusaha menyusul Sakura.

"Oh ya? Tapi sayang sekali, tiba-tiba saja aku terkena amnesia. Buktinya aku tidak bisa mengenalimu, gadis pirang." Sakura mempercepat langkahnya tapi sia-sia karena Ino tidak membiarkan Sakura berjalan menjauhinya.

"Sakura.."

Sakura menatap Ino dengan malas. Kalau Ino suadah bersikeras seperti ini tidak ada seorang pun yang dapat menghalanginya. "Ok..ok.. " Sakura menarik nafas panjang "Aku… akan segera punya ibu baru, Ino.." kata Sakura lemas.

"Hah?" Mata birunya terbelalak tidak percaya. "Ma-maksudmu… ayahmu mau menikah lagi, begitu?"

Sakura menatap kunci mobil ditangannya kemudian menganggukan kepalanya pelan.

"Dan kau tau apa yang paling buruk Ino?" Ino memasang telinganya baik-baik bersiap-siap mendengarkan apa yang akan dikatakan sahabatnya itu "Aku akan pindah sekolah.."

"PINDAH SEKOLAH?"

Sakura buru-buru menutup mulut Ino dengan tangannya "Ssst, Ino jangan keras keras. Orang-orang pada liatin kita tuh."

"Gomen.." Jawab Ino. "Tapi Sakura, apa hubungan ayahmu akan menikah lagi dengan pindah sekolah?" Tanya Ino lagi

Sakura berjalan mendekati tempat duduknya di baris kedua di sebelah jendela sedangkan Ino duduk tepat di sebelah gadis berambut pink itu.

"Calon ibu baruku sudah punya anak, sedangkan anaknya itu bersekolah di tempat lain. Dan untuk lebih mengenal calon ibu dan saudara baruku itu aku harus pindah kesana" Ucap Sakura sambil memutar bola matanya di bagian 'calon ibu dan saudara baru'

"Tapi kenapa bukan anak calon ibu tirimu aja yang pindah sekolah disini?" Tanya Ino

"Aku juga tidak tahu! Dasar ayah baka!" Sakura menenggelamkan wajahnya ke telapak tangannya sambil terus-menerus menggumamkan kata 'baka', 'tua bangka', dan 'harus bagaimana?'

Ino memperhatikan sahabatnya jelas-jelas sedang frustasi sambil mengetuk-ngetuk ujung bibirnya dengan jari telunjuknya. "Aakkh!" Tiba-tiba Ino berteriak.

"Apa sih Ino-pig? Berisik tahu!" Sakura buru-buru menutup telinganya sebelum gendang telingannya rusak karena suara Ino yang kelewat 'lembut'.

"Sakura, aku punya ide!" Kilatan kemarahan di mata Sakura langsung berubah menjadi ekspresi binggung. "Aku juga akan pindah! Bagaimana?"

Mata sakura membesar tidak percaya "Benar? Kau yakin Ino?"

"Yup. Lagian kalau kamu pindah, siapa lagi yang bisa aku panggil Forehead Girl?" ucap Ino santai.

"Ino!" Sakura melotot mendengar kata-kata Ino yang memanggilnya Forehead girl. "Dasar kau Ino-pig!"

"Hahaha.."


"I-Ino.."

"Apa?"

"Kamu yakin?"

"Kayaknya sih gitu.."

"Mungkin salah kali.."

"Iya.. kita cek lagi aja.."

"Mana alamatnya?"

Sakura dan Ino memperhatikan alamat yang ada di kertas pemberian ayah Sakura..

"Sa-sakura.. K-Kok alamatnya benar sih? Haha.."

satu detik..

dua detik..

...

"Aaaakkkkhhh!" Mereka berdua berteriak histeris tidak memperdulikan tatapan murid-murid lain yang ada disekitar mereka.

Sakura memperhatikan siswa sekolah itu, seragam acak-acakan, tampang berandalan, dengan begitu banyak percing dimana-mana.. sedangkan siswinya dengan rok super pendek, rambut dicat, serta aksesoris hampir diseluruh tubuh mereka.. "Ba-bahkan ada yang merokok.. sekolah apa ini?"

"Ino, ayo kita cari saudara tiriku itu, kemudian langsung pergi dari sini." Kata Sakura dengan pandangan memohon.

"Aku bersumpah Sakura, aku setuju denganmu. Tapi bukannya kau sudah berjanji pada ayahmu untuk sekolah disini?"

"Tapi.."

"Hanya satu semester Sakura, dan setelah itu kau bisa mengatakan pada ayahmu bahwa kau tidak setuju. Ingat persetujuan itu Sakura!"

Ya, Ayahnya setuju akan mengikuti segala kemauan Sakura termasuk tidak jadi menikah lagi dengan syarat bahwa Sakura harus bersekolah di Oto gakuen dan bergaul dengan tinggal dengan keluarga Calon Ibunya selama satu semester.

"Dan setelah satu semester kau bisa memutuskan apakah menerima wanita itu menjadi Ibumu atau tetap menolak pernikahan itu!" Terang Ino lagi

Setelah menggumamkan 'terserahlah' Sakura kemudian memasuki sekolah itu kemudian diikuti oleh Ino.


"Namaku Haruno Sakura, Salam kenal." Ucap Sakura tidak bersemangat.

"Aku Yamanaka Ino. Salam kenal semuaaa" Kata Ino dengan semangat berlebihan.

Tapi sepertinya tidak ada yang mendengarkan mereka. Seluruh kelas hanya sibuk dengan urusan masing-masing. Ada yang sedang bercanda, ada yang sibuk dengan handphone mereka bahkan ada yang sedang sibuk berias.

'Sabar Sakura.. sabar..' Sakura meremas ujung roknya dambil menahan amarah.

Beruntung suara guru disebelah Sakura mengalihkan perhatiannya sehingga Sakura bisa menghidari keinginanya untuk memarahi murid-murid itu satu per satu karena dianggap 'tidak sopan' "Nah, kalian bisa duduk dimana saja."

"Baik" Kata keduanya sambil memutar bola mata mereka melihat buku yang sedang dibaca guru bermasker itu. Buku porno.

'Ckckck. Bahkan gurunya juga? Parah.'

Setelah memperhatikan kelas itu, mereka memilih dua bangku kosong yang terletak paling belakang. Yang satu terletak di pojok kanan dekat jendela sedangkan yang satu terletak tepat di depannya.

Tetapi karena dasarnya anak teladan Sakura menolak untuk duduk paling belakang, dan lebih memilih duduk di bangku didepannya. Sedangkan Ino duduk di belakangnya.

Untuk seketika Ino merasakan anak-anak di kelas itu memperhatikannya tetapi dengan segera mengalihkan pandangan mereka sambil tertawa kecil. Ino yang tidak tahu apa-apa memilih untuk membiarkannya.

"Baiklah, sekarang buka buku matematika kalian dan kerjakan halaman 50 latihan 17. Yang ingin naik kelas kumpulkan besok. Jangan lupa minggu depan ada ujian bab 3. Kalau ada pertanyaan tanya saja pada Shikamaru atau Neji, atau siapapun. Sampai besok."

Dan sang guru bermasker pun pergi.

'Benar-benar parah' pikir Sakura sambil memegang kepalanya.


"Sakura.." Panggil Ino.

Kedua siswi sekolah elit atau tepatnya mantan siswi sekolah elit Konoha gakuen yang baru saja berpindah status menjadi siswi sekolah pecundang Oto gakuen terlihat sedang berjalan melewati koridor sekolah sambil menghindari pojok-pojok 'misterius' yang pastinya tidak akan menyenangkan untuk dilewati.

"Ng? Ada apa Ino?" Balas Sakura.

"Aku belum tanya, adikmu itu kelas berapa?" Tanya Ino

Sakura mengatur tatanan rambutnya yang berantakan karena terpaan angin "Kata ayah ia meminta kepala sekolah untuk memasukan kita di kelas yang sama dengan kita." Jelas Sakura

"Sekelas? Bukannya dia adikmu? Bukan adik kelas ya?" Tanya Ino lagi

"Cuma beda bulan kok" Jawab Sakura

"Tapi tadi kok, tidak ada?" Kata Ino. Sakura hanya menggeleng pelan.

"Ooh.. Terus namanya siapa?"

"Engg.. kalau tidak salah.. dia-"

Baru saja Sakura membuka mulutnya untuk menjawab Ino, tiba-tiba ia merasakan tubuhnya menabrak sesuatu-.

"Aduh" Sakura meringgis kesakitan

"Minggir!" Seorang pemuda sedang berdiri di depannya sambil memasang muka kesal.

-atau mungkin seseorang

Sakura mengadakan mukanya menghadap pemuda itu, rambut hitam gelap dengan model yang aneh-mencuat kebelakang, dengan poni yang terbingkai indah di wajahnya, kulit pucat, mata yang sehitam langit malam, jaket hitam yang tidak dikancing sehingga menujukkan kemeja putih yang di pakai pemuda itu, tetapi yang paling menarik perhatian Sakura adalah anting perak yang dipakainya telinga kanan pemuda itu.

'Indahnya..'

"Minggir!" Kata pemuda itu lagi

Sakura langsung tersadar dari lamunannya kemudian menatap marah pemuda itu. "Hei! Apa sih maksudmu? Tidak lihat apa aku sedang kesakitan?" Teriak Sakura, tidak rela ia bentak-bentak oleh pemuda tak jelas.

Pemuda itu mengalihkan perhatiannya kepada Sakura lalu membalas tatapan Sakura. Sakura yang notabene tidak pernah mau kalah tidak berhenti menatap tajam pemuda itu meskipun sebenarnya Sakura takut kepada pemuda ini tapi ia tidak ingin diremehkan oleh pemuda tampan kurang ajar itu.

'Apa? Tampan? Kamu gila Sakura!' Kutuknya dalam hati.

"Bukankah kau yang menabrakku?" Jawab pemuda itu malas-malasan.

"Ta-tapi setidaknya kau membantuku berdiri bukan membentakku" Ujar Sakura.

"Untuk apa? Kau saja tidak minta maaf karena tidak hati-hati sehingga menabrakku" Jawab pemuda itu.

"Kau..!"

"Sudah..sudah, biarkan saja dia, teme" Kata seorang pemuda lain berambut pirang. Ia tidak memakai jaket hitamnya hanya t-shirt biru laut dan celana hitam panjang. Di wajahnya terdapat tattoo yang mirip dengan kumis kucing. Pemuda pirang itu juga memakai kalung di lehernya.

"Dobe" Sekilas pemuda itu menatap kesal pemuda bermata onyx tersebut.

"Namaku Uzumaki Naruto" Lanjutnya sambil menunjukkan cengiran lebarnya.

Sakura menatap Naruto ragu-ragu "Ha-Hai Uzumaki-san."

"Panggil aku Naruto saja. Kalau kau? Namamu siapa?"

"Ehmm.. Aku Haruno Sakura, " Pemuda bermata hitam tadi kelihatan sedikit kaget kemudian bibirnya menyungingkan seringai tetapi Sakura tidak menghiraukannya.

"..dan ini Yamanaka Ino" Kata Sakura sambil menunjuk Ino.

"Oh, Sakura-chan dan Ino-chan.." Sakura hanya mengangguk

"Kalau begitu perkenalkan, ini Hyuuga Neji" Kata Naruto sambil menunjuk seorang pemuda berambut coklat panjang dan warna mata seperti mutiara, "Selamat siang" Sapa Neji.

"Selamat siang" Jawab Sakura dan Ino bersamaan.

"Ini Nara Shikamaru" Lanjut Naruto kali ini menunjuk seorang pemuda dengan rambut hitam yang diikat satu membentuk model yang aneh seperti… nanas? Sakura hanya mengangguk sedangkan Ino, er.. kelihantannya sudah tenggelam ke dunianya.

Naruto kemudian berjalan menuju seorang gadis cantik yang ada disebelah pemuda yang menabraknya tadi "Gadis ini Hyuuga Hinata. Dia sepupunya Neji." Gadis itu berambut indigo dan warna matanya sama seperti Neji. Sakura tersenyum kepada gadis itu, tapi gadis itu hanya menatapnya dengan tajam.

'Seraam..' Batin Sakura.

"Dan Ini.." Kali ini Naruto berjalan menuju pemuda yang ditabrak Sakura tadi.

"Uchiha Sasuke" Lanjutnya.

"Oh.."

'eh?'

'Kayaknya pernah dengar?'

'Uchiha…Sasu..ke?'

"UCHIHA SASUKE?" Teriak Sakura histeris.

Sasuke hanya menunjukkan seringai khasnya kemudian berkata "Halo.."

"..kakak" Lanjutnya.

TBC

Hai..apa kabar minna!

qu kmbali lagi dengan fic-qu yg ke-2..

buat para readers yang udah baca mohon kritik dan sarannya ya..

ja ne..