From Gothic To Gorgeous
Disclaimer: Masashoy Kishimetey
Chapter Sebelumnya:
Hidan dan Deidara tersungkur lemah. Sebetulnya kalau mau mereka bisa keluar. Tapi masalahnya...lantai satu masih ramai dengan murid-murid perempuan SMP yang mau pergi ke lapangan.
Saat sedang memikirkan bagaimana cara keluar, tiba-tiba pegangan pintu gudang bergerak-gerak. Deidara dan Hidan langsung tegang.
"Jangan-jangan..itu..salah satu siswi SMP.." bisik Hidan.
"Matilah kita..apalagi, ruang ini sempit..nggak ada celah untuk kabur.." gumam Deidara.
Klek! Pintu terbuka sedikit. Deidara dan Hidan memejamkan mata mereka. tapi..
"Kalian?"
CHAPTER 2: Escort?
Itachi menatap pintu aula dengan gelisah. Saat itu aula sudah sepi, murid-murid lain sudah kembali ke kelas masing-masing. Hanya ada Itachi dan Sasori di ruangan itu—oh ya, dan juga Pak Asuma.
Mereka lama sekali sih? pikir Itachi kesal. Ia menatap Sasori yang sedang ngobrol dengan Pak Asuma.
Banyak pikiran-pikiran negatif melintas di pikirannya. Jangan-jangan..mereka mati kehabisan napas gara-gara terdesak-desak fansnya? Atau, jangan-jangan mati karena dihajar anak-anak cowok yang cemburu?
BLAM! Tiba-tiba pintu aula terbuka, dan Itachi menatap pintu itu. Ada dua orang cowok disana—Deidara dan Hidan—dan, tunggu, hantu?
"Maaf menunggu lama!" teriak Deidara sambil nyengir.
"Kami harus meyakinkan seseorang untuk mendampingi kami kesini." Kata Hidan sambil menatap Hinata, yang sedang asyik memandangi 'sesuatu' di tangannya. Coba tebak, apa itu? Rag doll!
Tiba-tiba flashback muncul sendiri
"Kalian?"
Deidara dan Hidan menatap sosok itu takut-takut. Ternyata, setelah dilihat-lihat, ada seorang gadis dengan rambut hitam panjang mendekati mereka. Hampir saja mereka berteriak, tapi mereka menahan hasrat mereka untuk berteriak karena takut fans-fans mereka akan menemukan mereka.
"Hinata?" tanya Deidara. "Sedang apa kesini?"
"Aku disuruh mengepel kelas." Kata Hinata.
Cling! Tiba-tiba lampu akal Deidara menyala. Hinata kan mengerikan, siapa tahu kalau mereka pergi dengan Hinata, orang-orang akan menyingkir? Deidara langsung membisikkan akal bulusnya pada Hidan.
"Hinata, kamu nggak tahu kalau kita disuruh pergi ke aula?" tanya Deidara.
"Yaa..tapi aku malas pergi kesana. Cahaya mataharinya terlalu banyak."
Deidara dan Hidan langsung sweatdrop. "Ayolah, pergi bersama kami ke ruang aula ya!" pinta Hidan.
"Nggak mau! Maksa banget sih!" omel Hinata kesal sambil mengambil pel.
"Harus mau!" Deidara menarik tangan Hinata. Tapi Hinata malah memuntir lengannya.
"Waa! Sakiit!" teriak Deidara. "Siapa suruh maksa!" kata Hinata sebal.
Hidan memutuskan membantu temannya—karena kalau tidak bisa keluar, nilai Sastranya akan jeblok, kan?
"Kami berikan apa aja deh!" kata Hidan. "Tapi tolong antar kami sampai ke aula yaa!"
Hinata menatap Hidan sebentar—yang menyebabkan Hidan merinding—sampai akhirnya dia tersenyum—lebih tepatnya menyeringai.
"Bagaimana kalau Rag doll?" tanyanya.
"Rag doll? Tapi dimana kami akan menemukan rag doll?" tanya Hidan bingung.
"Aku tahu tempat yang tepat..gudang belakang sekolah..kehehehe.."
"Kalian pergi ke gudang belakang?" tanya Itachi tak percaya. Deidara dan Hidan hanya mengangguk-angguk.
"..." Itachi kehabisan kata-kata untuk mengomeli dua orang ini—tiga sih harusnya, tapi Itachi kan gentleman.
"Oh, semuanya sudah berkumpul ya?" tiba-tiba Pak Asuma berjalan mendekati mereka. "Hyuga, kenapa kamu ada disini?"
Hinata mengangkat bahunya. "Aku disuruh mengantar mereka sampai sini."
"Ehm..maaf..tapi, pembicaraan ini.."
"Ya, ya. Aku pergi saja deh." Hinata membawa rag dollnya sambil tersenyum-senyum.
Asuma menatapnya dengan tatapan yang..sukar dijelaskan apa maksudnya, lalu menatap empat sekawan yang sudah kumpul lagi.
"Kalian tahu apa tugas kalian di pesta nanti?" tanyanya.
"MC kan?" jawab Deidara malas.
"Bukan! Aku tidak bilang MC. Tugas kalian adalah: escort!" kata Asuma sambil tersenyum-senyum.
"Escort? Ta-ta-tapi..tadi kata Itachi.." Hidan tergeragap.
"Yang kumaksud itu sudah jelas escort! Dengar ya, pada saat pesta berlangsung, Gubernur Sarutobi akan datang. Tentu saja dia bukan satu-satunya tokoh penting yang datang. Masih ada duo penyanyi Enka, Serizawa Temari dan Akimiya Tayuya yang akan datang. Lalu bintang film Mitarashi Anko dan anak gubernur sendiri, Haruno Sakura. Tugas kalian menemani mereka, menjadi escort mereka selama sehari."
"Escort? Itu..tidak termasuk dansa kan?" tanya Sasori was-was.
Pak Asuma memandangnya dengan tatapan please-deh-ah-masa-lo-gak-tau-apa-yang-gue-maksud. "Tentu saja itu sudah termasuk dansa."
"APAA?" Kecuali Sasori, semua anak berteriak.
"Sudah! Jangan berisik. Deidara, kamu tugasnya mendampingi Haruno Sakura. Itachi, kamu dampingi Akimiya Tayuya. Sasori, dengan Serizawa Temari. Lalu Hidan..dengan Mitarashi Anko." Kata Pak Asuma.
"Tapi—" Hidan berniat memprotes.
"Uups, waktuku sudah habis. Masih ada kelas mengajar. Sudah dulu ya!" Pak Asuma langsung memotong perkataan Hidan, dan melarikan diri dari aula, meninggalkan empat sekawan itu mematung kebingungan.
2 hari kemudian.
Sementara para tokoh utama kita sedang sibuk berkutat dengan tugas beratnya, ada dua orang siswa baru yang masuk ke Seiou.
Dua orang pemuda dengan seragam SMA Kofu—SMA tetangga Seiou sekaligus rival Seiou—sedang sibuk berjalan-jalan di koridor SMA Seiou. Mari saya deskripsikan kedua orang ini: pemuda pertama yang sedang mengomel-ngomel, tingginya sedikit lebih pendek dari pemuda yang sedang manggut-manggut di sebelahnya dan memiliki rambut pirang jabrik. Namanya Uzumaki Naruto, anak dari Namikaze Minato, ketua DPR di Jepang. Marganya berbeda dengan ayahnya karena ia menggunakan marga ibunya, Uzumaki Kushina—yang biasa dikenal orang-orang sebagai dosen killer dari Todai.
Sedangkan pemuda yang sangat penyabar di sebelahnya, memiliki rambut hitam seperti..ehm, maaf, pantat ayam, adalah Uchiha Sasuke, anak dari Uchiha Fugaku, wakil ketua DPR, alias bawahan Namikaze Minato. Marganya sama dengan Itachi ya? Jelas saja, karena ia adalah saudara sepupu Itachi.
"Aku nggak percaya papa memindahkan kita ke Seiou! Lihat, Seiou begitu..begitu mengenaskan! Begitu menyebalkan!" omel Naruto. Terang saja Naruto sebal. Di sekolahnya yang dulu, dia adalah ketua OSIS. Sekarang, ia harus melepaskan jabatan pentingnya.
"Tapi Seiou kan bagus. Dan kita datang di saat yang tepat, pesta ulangtahun Seiou. Lagipula, Seiou punya sistem pendidikan yang tertata, dan efisien. Ayahmu kan lulusan sekolah ini dulunya. " kata Sasuke.
"Apa? Ayah lulusan Seiou?" tanya Naruto kaget.
Sasuke mengangguk. "Salah satu dari alumnus terbaik dengan peringkat kelima dari 10 siswa terbaik."
"Ranking lima? Kenapa tidak rangking satu?" teriak Naruto.
Sasuke mengangkat bahu. "Yang pasti, waktu angkatan ayahmu dulu, untuk mencapai ranking 10 itu sudah sulit sekali."
Naruto hendak mengomel lagi, tapi tiba-tiba ia mendengar suara-suara dari balik koridor. Ia menarik Sasuke, untuk bersembunyi di belakang patung Sang Pemikir. Entah apa alasan Naruto melakukan tindakan konyol ini, tapi Sasuke mau tidak mau harus mengikutinya.
Dari belakang patung, ia melihat ada empat orang pemuda dengan seorang gadis—yang sepertinya tidak usah dijelaskan siapa-siapanya. Udah pada tahu kan?
"Gaun untuk Hinata sudah dikirim ke rumah, Bibi Tsunade sudah membelikan Gian Franco De Ferre untuk kita." kata Itachi.
"Apa biaya beli tuksedo dan gaun Hinata dimasukkan ke dalam tagihan kost kita?" tanya Hidan ngeri.
Itachi menggeleng. "Kelihatannya bibi menganggap acara ini adalah potensi yang kuat untuk mengubah Hinata." Itachi menoleh ke arah Hinata yang sedang membaca buku 'Jack Ripper Victim Photobook'.
Tiba-tiba, tanpa sengaja Hinata menjatuhkan rag dollnya.
"Biar aku yang ambil," kata Deidara, tapi Hinata sudah terlanjur membungkuk. Tanpa sengaja tangan mereka bersentuhan.
"Ma-maaf!" kata Deidara. Tapi Hinata tidak menjawab, malah fokus pada tangan mereka.
"Hi..Hinata?" Deidara memegang bahunya. Wajahnya berada sekitar 10 cm dari wajah Hinata.
Tentu saja reaksi selanjutnya dapat kita tebak: Hinata mimisan dan melemparkan rag dollnya ke wajah Deidara. Deidara yang kaget, melemparkan rag doll Hinata ke arah Sasori, dan selanjutnya terjadi adegan lempar-lemparan boneka yang tidak wajar dilakukan oleh cowok-cowok itu.
Naruto—yang sedang sembunyi di balik patung—mengira para cowok itu sedang mempermainkan Hinata—karena mereka melempar boneka Hinata dan saat itu Hinata sedang mengusap hidungnya dengan sapu tangan, kelihatan seperti sedang menangis. Hero modenya langsung aktif. Sasuke, yang merasakan gelagat aneh sahabatnya, langsung menarik kerah jas Naruto.
"Mau apa kamu?"
"Menyelamatkan gadis itu!" kata Naruto pe-de. Ia keluar dari tempat persembunyiannya.
"Hei, kalian! Jauhi gadis itu!" teriaknya. Sasuke menutupi wajahnya dengan kedua tangannya, komat-kamit berdoa.
Keempat jagoan kita bingung. Kenapa harus dijauhi?
"Jangan ganggu dia! Kembalikan bonekanya!" Naruto berjalan mendekati Hidan yang sedang memegang boneka Hinata dan mengembalikannya pada Hinata.
"Ini, gadis manis," katanya sambil tersenyum.
Hinata menatapnya, ia mendongak seperti Sadako yang baru keluar dari sumur.
"Terimakasih..?" katanya.
Naruto bukannya takut, malah menganggap Hinata itu cantik sekali. Bagaikan adegan di film-film romantis, ia mendengar suara-suara musik klasik, dan bayangan Hinata mengenakan baju dewi berterbangan. Naruto bahkan berani bersumpah ia bisa mendengar suara cupid yang menertawakannya, sampai..
"Wah, hebat! Hinata bisa bertatap muka dengan cowok tanpa mimisan!" sebuah suara bariton menghancurkan imajinasi Naruto. Siapa lagi kalau bukan Deidara, si penghancur adegan romantis?
"Hei, kamu! Seenaknya saja menjahili cewek ini!" kata Naruto kesal. Ia mendekati Deidara. "Cepat minta maaf!"
Deidara mengangkat satu alisnya. "Minta maaf? Kenapa harus begitu? Aku kan nggak ngapa-ngapain dia! Aku cuma membantunya mengambil boneka kutukan itu!"
"Membantu apa menjahilinya dengan rekan-rekan bodohmu ini?" Naruto menunjuk Sasori, Hidan dan Itachi dengan seenaknya. "Lagipula, berani-beraninya kamu mengata-ngatai boneka porselen sebagus ini boneka kutukan?"
Oke. Singkat kata, kesan mereka untuk orang ini, sudah bodoh, sok tahu, matanya rabun pula. Darimananya boneka voodo Hinata bisa dibilang boneka porselen?
"Haa? Apa maksudmu sih?" kata Deidara dengan suara yang naik. Lama-lama kesal juga dia.
"Grr..masih tidak mengerti juga.." Naruto mengambil ancang-ancang untuk memukul Deidara, tapi..
"Sudah deh Naruto!" Sasuke, yang dari tadi memerhatikan mereka sambil membaca brosur SMA Seiou, menarik kerah jas Naruto sehingga ia terjengkang ke belakang. "Kalau sampai seperti ini, lama-lama keterlaluan juga."
Sasuke membiarkan Naruto mengomel-ngomel, lalu membungkuk dalam-dalam ke arah mereka berlima. "Maafkan dia ya! Aku mohon maaf sebesar-besarnya atas kesalahpahaman ini!"
"Hee, Sasuke? Kenapa ada disini?" tanya Itachi.
"Kak Itachi? Ternyata memang sekolah disini ya?" Sasuke balik nanya sambil memasang wajah gembira.
"Itachi? Siapa ini?" tanya Sasori. Pada nanya aja semuanya. Emangnya ini konferensi pers?
"Ini Sasuke, anak kakaknya ayahku!" kata Itachi. "Kamu pindah kesini ya?"
Sasuke mengangguk. "Iya kak, baru hari ini. Karena ayah dan paman Minato berpikir kalau sistem pendidikan Kofu lama-lama ngawur." Blak-blakkan bener kau, Sasuke.
"Enak aja!" teriak Naruto. "Pak Orochimaru itu kepala sekolah yang bagus tahu!"
"Kami duduk di kelas 2A. Baru mulai sekolah hari ini sih." lanjut Sasuke tanpa mempedulikan omelan Naruto.
"Hebat! Masuk kelas A? Pakai tes?" tanya Hidan. Wajar saja dia kaget. Kelas A kan khusus untuk anak-anak yang pintar.
"Tidak usah sih, karena kami punya sertifikat Try Out Cambridge waktu SMP dulu. Karena hasilnya A+, kami diloloskan masuk sini tanpa ujian."
"..." Semuanya pada speechless. Habis hebat banget sih.
"Hoi, hoi, mau sampai kapan ngobrolnya?" sahut Hinata, bosan. "Dari tadi berisik terus.."
Kita berisik begini juga kan karena kamu! Pikir semuanya (minus Naruto) menahan kesal.
"Oh ya, lebih baik kita pulang saja deh, lagipula kita harus siap-siap untuk pesta nanti kan? Kudengar kalian harus jadi escort untuk para bintang tamu yang datang?" tanya Sasuke sambil menengok jam tangan Cartiernya.
"Astaga! Kita hampir lupa!" teriak Itachi. "Ayo pulang!" ia menarik-narik teman-temannya untuk segera pulang.
"Hei! Jangan kira ini selesai sampai disini!" Naruto berteriak lagi.
"Ayo bertarung! Siapa yang bisa berdansa dengan nona cantik ini, dialah yang memenangkan hatinya!" kata Naruto sambil mengacungkan jari telunjuknya pada Deidara.
"Males ah. Pulang yuk." Deidara menarik—lebih tepatnya menyeret Hinata yang asyik membaca buku pinjamannya.
"Haa? Tu-tunggu! Yang menang..yang menang bisa minta apa saja dariku!" kata Naruto.
"Apa saja?"
"Apa saja!"
Deidara tersenyum-senyum licik. "Kehehehe...kalau begitu bolehlah.." katanya.
"Tapi kalau kamu kalah.." kata Naruto. "Gadis ini harus jadi pacarku!"
"UAPAA?" teriak Hinata kaget. "No way! No good! NG! Big no-no-no!" Hinata menyilangkan tangannya.
"Mau tidak mau harus mau! Aku tunggu nanti! Ayo, Sasuke!" Naruto menarik Sasuke pergi.
"Ngg..apa tadi dia bilang, pacar?" tanya Deidara.
Malam harinya, kediaman Hyuuga menjadi berisik karena empat cowok yang sibuk mengurusi penampilannya untuk Pesta Perguruan Seiou. Tentu saja mereka harus sibuk! Mereka kan jadi escort untuk orang-orang penting! Lalu..ada juga taruhan yang harus dikerjakan untuk Deidara dan Hinata.
"Oke! Jas sudah siap?" kata Itachi, mengecek keadaan teman-temannya. Bahaya kan kalau mereka sampai tidak sempurna. Tugas mereka mendampingi orang-orang papan atas!
"Siaap!" jawab ketiga 'makhluk' yang ditanya Itachi. Mereka berempat sudah siap sedia dengan tuxedo masing-masing dari brand Gian Franco De Ferre.
"Uji sopan santun! Dimulai dari Hidan! Coba tawari Deidara minum!"
Hidan langsung membungkukkan wajahnya, dan mengambil sebotol jus semangka—yang ceritanya wine. "Mau segelas wine, Nona?" katanya dan mengeluarkan senyum ala Jack Nicholson. Deidara hanya bergidik karena sepertinya Hidan terlalu mendalami.
"Nilainya 9 dari 10! Sasori! Giliranmu! Coba ajak Hidan dansa!"
Sasori berjalan dengan langkah elegan, sambil mengulurkan tangannya pada Hidan, tak lupa dengan senyum manis ala anak-anaknya.
"Sudikah anda berdansa dengan saya, nona?" Hidan hanya tersenyum aneh sambil merinding.
"Rayuannya kurang! Nilainya 7 dari 10! Deidara! Sekarang ajak Sasori jalan-jalan!"
Deidara melakukan perannya dengan malas-malasan, walaupun hasilnya semaksimal Hidan sih. Yaa..kalau kata Itachi dia dapat 9 dari 10 lah.
"Sekarang..Hinata. Mana Hinata?" tanya Itachi sambil menolehkan kepalanya,
celingukan mencari Hinata.
"Terakhir kali aku lihat dia ada di dapur.." kata Sasori sambil menggaruk-garuk kepalanya yang sudah diberi gel rambut.
"Coba cari ke dapur!" perintah Itachi yang tiba-tiba menjadi bos saat itu. Hidan, Sasori dan tak lupa, Deidara, dengan sigap mencari Hinata sampai ke beberapa sudut rumah.
"GYAAA!" tiba-tiba terdengar suara jeritan Sasori. Semua orang langsung menghembuskan napas lega. Kenapa? Karena itu pertanda Hinata sudah ditemukan.
"Kamu sedang apa, Hinata?" tanya Deidara heran ketika melihat Hinata sedang menunduk di depan lukisan Sleepy Hollow.
"Aku sedang membayangkan sesuatu..." kata Hinata sambil tertawa horror. "Kepala..kepala.." Grotesquenya kumat lagi deh.
"Hei! Kamu nggak ganti baju? Jam 20.00 nanti kan pesta ultah sekolah kita dimulai! Dan lagipula, sebagai taruhan, kamu harus tampil mempesona dong." protes Itachi ketika melihat Hinata masih mengenakan baju trainingnya.
"Aku nggak mau pergi..." kata Hinata. "Aku malas ketemu rambut durian itu..lagipula aku nggak mau dansa."
Dansa! Lampu kuning langsung menyala di otak Itachi. Dansa Gaun Lady Sewa Gratis!
"Ikut aku!" Itachi menyeret Hinata pergi ke kamarnya, tentu saja diikuti oleh Deidara, Hidan dan Sasori. Tapi baru sampai di pintu depan kamar Hinata, Itachi membeku, sehingga Hinata, Deidara, Sasori, dan Hidan bertabrakan.
"Ada apa, Itachi?" tanya Sasori.
"Tukar posisi!" Itachi mendorong Sasori ke depan. "Eeeh? Nggak mau!" Sasori balik mendorong Hidan sehingga Hidan berdiri di depan. "Nggak mau!" Hidan menolak dan mendorong Deidara. Deidara ingin mendorong orang lagi, tapi yang tersisa cuma Hinata, jadi dia mengalah dan masuk ke kamar Hinata, paling depan.
"Mari lihat gaun yang Bibi Tsunade berikan.." kata Itachi ketika berhasil masuk ke dalam kamar Hinata. Ia membuka lemari Hinata—dan hampir mati berbusa karenanya. Bahkan di dalam lemarinya sekalipun, Hinata menyimpan boneka mayat grotesque seukuran aslinya!
Dengan penuh perjuangan, Itachi menyingkirkan boneka itu. Sementara itu, Deidara mengikat Hinata, Sasori menata rambut Hinata, dan Hidan sedang menonton TV (?)
"Apa-apaan ini? Ternyata dia memiliki banyak gaun feminin. Tapi kelihatannya tidak pernah dipakai." gumam Itachi sambil menyibakkan beberapa kimono berwarna merah tua dan biru. Dia mencari-cari lagi sampai akhirnya menemukan kimono berwarna hitam dan merah. Kelihatannya mirip sama kimono tokoh kesukaan author.
"Hinata! Pakai ini ya!" kata Itachi sambil tersenyum.
"Haa? Malas ah.." kata Hinata.
Itachi berjalan mendekatinya dan membisiki sesuatu. "Aku menemukan XXX yang dibunuh dengan cara XXX yang sudah sedikit membusuk di suatu tempat lho. Kalau kamu mau pakai gaunnya, akan kuberitahu dimana tempatnya."
Deidara dan Sasori hanya memandangi mereka heran.
"Oke, aku pakai gaunnya." Hinata mengambil gaun itu dari tangan Itachi.
"..."
"Ngapain kalian disini? Keluaarrr.." kata Hinata sambil mengacungkan perangkap beruang.
Itachi, Deidara dan Sasori buru-buru ngibrit keluar sebelum mati tidak elit di tangan Hinata.
Lima menit kemudian, Hinata sudah keluar dengan kimononya, dengan rambut hitamnya yang diurai seperti biasa. Hanya saja agar poninya ditata sedemikian rupa sehingga tidak menutupi wajahnya lagi—yang menata Sasori lho!—
Rambutnya dihias pita rambut merah darah sehingga ia terlihat manis. Sayangnya Hinata tidak terlihat menyukai penampilan barunya. Lihat, ia terus-terusan menatap Sasori, Deidara, dan khususnya Itachi dengan pandangan haus darah. Untung Hidan tidak ikut mendandani karena ia sibuk nonton acara TV Pythagora Switch.
"Cantik sekali!" puji Itachi dan Sasori. "Betul Hinata! Menurutku kamu bahkan lebih cantik dari Dewi Kwan Im!" puji Hidan berlebihan. Deidara hanya memalingkan mukanya. Huh, padahal pengen muji tuh. Cuma gengsi.
"Kalau bajunya kayak gitu sih, lebih baik bawa saja boneka jerami sekalian!" ejek Deidara. "Pasti si rambut duren itu akan sangat senang."
"Hah? Boleh?" Wajah Hinata langsung berbinar-binar. Ia bersiap-siap mengambil salah satu dari lima boneka jerami koleksinya, tapi keburu dicegat Itachi dkk (-Deidara).
"Jangaaan! Kumohon, jangaan! Kamu sudah bagus seperti ini!" teriak mereka bertiga.
"Tapi kan aku suka..." kata Hinata.
"Tidak boleeehhh!" teriak mereka bertiga berbarengan. Akhirnya Hinata terpaksa tutup mulut dan cemberut sepanjang pesta.
Sekolah Seiou yang memang pada dasarnya mewah, kali ini didekorasi sehingga lebih mewah dari biasanya. Di lapangannya berjajar mobil-mobil mahal dari berbagai jenis. Lamborghini..Ferrari..Limousine..Rolls Royce..
Banyak wartawan yang masuk dan meliput pesta itu. Kenapa? Karena tamunya adalah Serizawa Temari, Akihino Tayuya, Mitarashi Anko, Aburame Shino, Hozuki Suigetsu..pokoknya artis-artis terkenal deh!
Oh, ya...tak lupa Haruno Sakura dan ayahnya, Sarutobi. Sebagai anak seorang Gubernur, tentunya Haruno Sakura tampil elegan dong. Hanya saja wajahnya tak secerah biasanya. Kenapa ya?
Di ruang kepala sekolah, keempat cowok jagoan kita berkumpul sementara Bu Konan, wakil kepala sekolah Seiou—Kepala Sekolah Seiou, Jiraiya, sedang menyambut tamu-tamu—memberikan pengarahan.
"Ingat untuk selalu berlaku sopan," katanya. "Sasori, ingat ya, Serizawa Temari itu—"
"Tidak suka makan udang pedas, elegan, dan suka pembicaraan mengenai kesenian tradisonal Jepang." potong Sasori sambil tersenyum. Ia hapal betul kegemaran penyanyi enka kesukaannya itu.
"Oh, kamu sudah mengerti..baguslah." kata Konan. "Lalu Itachi, Akimiya Tayuya itu agak pemalu. Sebaiknya kamu memaklumi kepribadiannya, dan..berlakulah yang sopan padanya." Itachi mengangguk.
"Hidan, berikan obrolan yang berkualitas pada nona Anko. Kalau bisa, keluarkan keahlianmu dalam menyenangkan wanita. Bersikaplah sebagai gentleman di depannya." jelas Konan. Hidan mengangguk mengerti, lalu mengeluarkan seringai Jack Nicholsonnya.
"Nah, Deidara," kata Konan.
"Ya?" jawab Deidara.
"Untuk Haruno Sakura, satu-satunya yang harus kamu lakukan adalah menjaganya supaya tidak bosan. Aku serius untuk yang satu ini. Kalian tahu..Sarutobi agak sedikit protektif pada anak bungsunya. Kalau kamu mengecewakan nona Haruno, berarti kamu mengecewakan seluruh sekolah." kata Konan.
"Kenapa?" tanya Hidan.
"Karena Tuan Sarutobilah yang selama ini membiayai sekolah kita, mulai dari peralatan lab, perbaikan sekolah, dan yang lain-lain. Kalau Deidara mengecewakan anak perempuannya—lalu anak perempuannya mengadu, tidak menutup kemungkinan Sarutobi menghentikan itu semua. Dan tentu saja hukumannya lebih dari menanggung malu. Mengerti?"
"Me..mengerti!" kata Deidara.
"Bagus, kalau begitu silakan temui tamu masing-masing." kata Konan sambil membukakan pintu.
Saat berjalan, tanpa sengaja Itachi menatap jam, dan tersentak. Ia menarik-narik lengan jas Deidara.
"De..Deidara.." katanya.
"Apa? Kamu mengerikan tahu kalau ngomong seperti itu." kata Deidara.
"Sekarang jam 20.15.."
"Lalu?"
"Sudah waktunya untuk acaraku.." Itachi menarik napasnya. "Aku terlambat!"
"Haah? Masa sekarang? Ya sudahlah, nanti saja kalau sudah pulang, pasti ada lagi!" Kata Deidara sambil menarik Itachi.
"Ta..tapi.."
"Tak ada tapi-tapian! Ayo!" ia menyeret Itachi dengan ke-tidak-ber-peri-kemanusiaannya.
"Kita datang di saat yang tepat! Ternyata Seiou sedang mengadakan pesta! Siapa sangka sekolah ini memiliki makanan yang enak?" kata murid laki-laki berambut kuning sambil mencicipi martini zaitun. Siapa lagi kalau bukan Naruto?
"..." orang yang ia ajak bicara hanya manggut-manggut karena sibuk memakan lasagna bersiramkan saus tomat yang tebal. Siapa lagi kalau bukan Sasuke, babysitter—maksudku, sahabat Naruto?
"Walaupun begitu, tetap saja kalah dari Kofu, bintang tamunya masih dari dalam negeri. Kamu ingat, waktu pesta Kofu dulu kita mengundang Celine Dion sebagai bintang tamunya?" Ya ampun Naruto..masih saja membanding-bandingkan Seiou dengan sekolah lamamu.
"Hmm..ya deh.." kata Sasuke.
"Huuh..nggak seru banget sih." Naruto cemberut saat tahu Sasuke lebih fokus ke makanannya daripada dia.
Saat sedang memandang dekorasi sekitarnya—niatnya sih cari bahan celaan—Naruto melihat Hinata sedang makan es krim beku. Wajahnya langsung berblushing ria.
"Ooh, anak perempuan yang tadi ya?" kata Sasuke saat melihat wajah Naruto.
"Yup. Aku akan mendekatinya. Lihat saja." Naruto berjalan mendekatinya sambil tersenyum. "Aku pasti bisa mengajaknya dansa."
Sasuke menggeleng-gelengkan kepalanya. Yah..sesukamulah..
"Apa? Mereka mendampingi para artis?"
"Aku tidak rela melihat Deidara mendampingi Nona Haruno!"
"Huuh, nona Anko dan Hidan betul-betul serasi. Aku benci mengatakan ini, tapi itu betul!"
"Akihino Tayuya memang manis. Tapi kenapa harus Itachi yang mendampingi mereka?"
"Nggaaak mauuu! Sasori dan Serizawa Temari kelihatan seperti anak dan ibu!"
Begitulah teriakan-teriakan yang memenuhi ruang utama ketika melihat para idola mereka mengantar para tamu wanita ke dalam sekolah itu.
Itachi mencuri-curi pandang ke arah Haruno Sakura yang berjalan di sebelah Deidara. Sejak pertama kali bertemu Haruno Sakura di lobby sekolah, Itachi merasakan hal yang 'aneh'. Kalau kata Hidan sih cinta pada pandangan pertama. Walaupun begitu dia senang juga harus mendampingi Akihino Tayuya. Habis pendiam dan nggak banyak omong sih.
Sementara Haruno Sakura sendiri kelihatan cemberut. Yah, nggak terlalu kelihatan cemberut sih, cuma ketahuan aja kalau moodnya lagi jelek. Deidara sendiri deg-degan bukan main. Bukan karena suka. Tapi karena takut. Siapa tahu Sakura be-te terus ngadu ke bapaknya, lalu Deidara dipenjara dan mati membusuk disana selama beratus-ratus tahun. Oke, itu lebay.
Sasori kelihatan senang ketemu sama Serizawa Temari, dan rasa senangnya itu sulit ditutup-tutupi. Okelah Temari umurnya 17 tahun diatas dia, tapi pesonanya itu lho..aduh..mantap. Temari sendiri ramah banget sama dia, dan memperlakukan dia kayak anak kecil ketimbang pria dewasa.
Ternyata Mitarashi Anko nggak semerepotkan yang Hidan bayangkan. Orangnya elegan, humoris, cantik dan pintar. Kalau aja umurnya nggak 38 tahun, pasti udah Hidan tembak.
"Nona cantik! Tolong jangan menangis terus!" kata Naruto. Ternyata dia masih membujuk Hinata untuk dansa sama dia. Sementara Sasuke? Ah, dia sibuk ngobrol sama penjaga stand Spaghetti Minestroni tentang cara membuat saus tomat yang baik.
Hinata sibuk mengusap matanya sambil memegang semangkok eskrim. "Akan kukutuk siapapun yang membuat eskrim ini!" kata Naruto lagi.
Gila! Eskrimnya beku banget! Mana tadi aku ngambil sesendok gede! Pikir Hinata sembari mengusap matanya yang berair. Ia sama sekali tidak memedulikan Naruto yang mengkhawatirkannya.
Di ballroom, semua orang sibuk mengobrol satu sama lain, pada ngobrol sama teman kencannya masing-masing. Temari dan Sasori sibuk ngobrol soal lagu terbarunya Temari yang judulnya, "Badai Cinta Di Tengah Salju".
"Kamu suka lagu-lagu saya?" tanya Temari sambil tersenyum. Sasori mengangguk excited.
"Kalau begitu nanti saya berikan CD Eksklusifnya lengkap dengan tanda tangan," tawar Temari.
"Wah, makasih!" kata Sasori. Ia ingin teriak-teriak ke semua orang, 'OOI GUE DAPET CD BARUNYA TEMARI PLUS TANDA TANGANNYA!' tapi karena memalukan tentu saja dia urungkan.
"Jadi kamu suka film-film laga Cina juga?" tanya Anko pada Hidan. Hidan mengangguk. "Iya! Saya suka banget film-film semacam Hail The Judge sama IP Man."
"Oh, kalau gitu kamu pasti udah nonton Kungfu Hustle dong? Film Stephen Chow yang..."
Nggak salah Konan masangin mereka berdua, sesama pecinta film-film Cina. Cocok banget.
Sementara Itachi, masih aja sibuk ngelirik-lirik ke arah Sakura yang lagi ngobrol sama Deidara. Saking sibuknya sampe-sampe dia nggak dengerin Tayuya yang ngobrol sama dia.
"Maaf, Tuan Uchiha?" tanya Tayuya. Budeg kali ya ni orang? Pikirnya.
"Ehm, ma-maaf, Nona Akihino? Tadi anda bertanya soal apa?" tanya Itachi.
"Saya tadi tanya..bagaimana kabar ayah anda?" Tayuya mengulangnya dengan sabar. Kelihatannya Itachi memang sedang jatuh cinta sama Nona Haruno sampai-sampai orang secantik Tayuya dicuekkin.
Nah, sekarang kita lihat keadaannya Deidara.
Dia betul-betul nggak menikmati pekerjaannya. Dari tadi dia merhatiin Hinata yang sedang 'dirayu' sama Naruto. Apalagi Hinata nangis-nangis terus. Sebenarnya dia tahu sih, Hinata nangis begitu karena nggak sengaja makan eskrim beku khas Genovia sesendok besar. Tapi entah kenapa dia sebel saat Naruto terus pedekate sama Hinata. Cemburu nih yee..
"Kamu nggak suka menemaniku ya?"
Deidara menolehkan kepalanya ke arah lawan bicaranya. "E..eh enggak kok. Masa mendampingi nona semanis ini bosan?" katanya nggak ikhlas.
"Jujur aja deh kalau kamu bosan. Aku tahu kok. Soalnya kamu ini setipe dengan Hitaachin Hikaru."
Hitaachin Hikaru? Siapa tuh? Pikir Deidara bingung.
"Oh, kamu nggak tahu ya? Dia itu tokoh dalam anime Ouran Koukou Host Club. Oya, ngomong-ngomong, kupikir rambutmu itu miiirip sekali dengan tokoh Klein Van Dyke dalam game PS Kingdom Of Magic." Jelas Sakura. "Kamu harus lihat episode saat dia mengubah penampilannya dengan Magic Wand untuk menyusup ke dalam Hades Room. Dia betul-betul mirip dengan temanmu yang disana." Sakura menunjuk Itachi.
Deidara mulai ngeh dengan apa yang dibicarakan Sakura. Untungnya dia pernah main game itu. Tapi bisa menjelaskan sebuah episode game dengan detail, itu mirip dengan perilaku salah satu temannya yang dari tadi curi-curi pandang ke arah pasangannya. Which is mean, Sakura is an..
"Otaku." Tiba-tiba Deidara nyeletuk. Bingo!
"Ya! Betul! Aku memang otaku!" Sakura mengatupkan kedua tangannya senang. "Kalau kamu jeli, mungkin kamu tahu kalau gaun yang aku pakai sekarang ini adalah gaun yang pernah dipakai Lala Von Erchstein dari Kingdom Of Magic juga."
Astaga..semakin susah saja hari ini.
Apakah Deidara bisa mengajak Hinata berdansa? Apa sebenarnya perasaan Itachi pada Sakura? Dan kenapa Itachi gelisah? Apa urusannya? Saksikan di chapter depan!
INFLUENZA (bosen TBC terus)
Glossary sesat
Rag doll: Semacam boneka voodo yang sering digunakan penduduk-penduduk primitif Jamaica untuk mengutuk orang. Mirip voodonya orang Aztec cuma lebih jelek dan lebih nyeremin. Tau boneka Nini Thowok? Nah, kayak gitulah, cuma lebih serem lagi.
Serizawa dan Akimiya: Ini nama bikinan saya buat mereka.
Todai: Singkatan dari Tokyo Daigaku, alias University Of Tokyo yang meluluskan banyak orang hebat dengan level pelajaran 15x lebih sulit dari standar pelajaran UI (kata saya). Selevel lah sama Cambridge, Harvard atau Boston.
Sang Pemikir: Patung yang pernah dibuat sama Michavelli atau Michelangelo, saya lupa. Yang pasti patung ini bentuknya seorang bapak-bapak yang sedang duduk di batu dan lagi bertopang dagu.
Wine: Ayolah, masa nggak tahu? Wine itu minuman yang terbuat dari anggur dengan konsetrat alkohol yang cukup tinggi.
Sleepy Hollow: Sleepy Hollow itu judul cerita horror rakyat orang Amerika—atau Inggris, lupa saya. Tentang penumpang kuda tanpa kepala, yang sering ngambilin kepala orang untuk pengganti kepalanya yang hilang.
Eskrim beku khas Genovia: Yang pernah nonton Princess Diary 1, pasti tahu tentang eskrim ini. Waktu pesta makan malam, Mia pernah makan eskrim beku sesendok gede, sampai dia pusing dan nggak bisa ngomong.
Chapter ini aneh ya? Huaduh..maaf ya! Kotak ide saya abis nih..makanya jadinya gini. Oya, saya mohon maaf, di chapter 1, seharusnya bukan topeng Freddie tapi Jason. Salah tebak saya. Makasih ya buat Fujisaki Fuun yang mengoreksi!