Selamat pagi, siang, sore, atau malam! Ini fic pertama saia, mohon maaf jika gaje+OOC+aneh dan segala elemen buruk lainnya. Berhubung saia bukan orang yang berbakat nulis fic saia ingin menjelaskan bahwa setting fic ini adalah beberapa minggu setelah penyerangan Pain ke konoha, disini Tsunade g koma, tetep jadi hokage. Dan tidak ada cerita Sasuke-teme masuk akatsuki. Jadi waktu sasu dibawa ama madara n diceritain tentang itachi. Ia memilih kembali ke Konoha, alasannya bakal saia jelaskan ditengah cerita. Sebelumnya saia ucapkan terima kasih (kalo ada) buat yg baca fic ancur ini. ^_^

Who are you?

Disclaimer: All of Naruto chara©Masashi Kishimoto

Rated: T

Chapter I : The Decision

"jadi… apa keputusan kalian?" seorang pemuda berambut raven mengajukan pertanyaan pada tiga sosok dihadapannya. Mata onyx-nya memandang mereka bertiga bergantian dengan sorot mata tegas—juga dingin seperti biasa.

Ketiga sosok itu berpandangan. Kemudian disusul oleh jawaban dari seorang pemuda yang…bertaring seperti hiu.

"yah.. mengingat aku tidak ada kerjaan, juga tak punya tempat untuk pulang. Aku memilih ikut denganmu Sasuke. Dan Juugo juga memang seharusnya ikut denganmu, kau tentu tak lupa soal segel dari orochimaru itu kan?" Ucap pemuda bertaring itu seraya mengedikkan dagu kearah Pria besar berambut oranye yang hanya diam mendengarkan. "Kami berdua ikut. Entahlah dengan perempuan itu." Tambahnya lagi seraya melirik seorang gadis berkacamata dengan rambut merah yang langsung memelototinya.

"Huh. Kalau aku tentu saja tidak ingin ikut kalian. Tapi jika kulihat lagi potensi Desa Konoha itu tidak buruk juga untuk menetap disana. Aku akan ke Konoha, tapi bukan karena menuruti kalian ya! Jadi jangan besar kepala dulu." Gadis berkacamata itu menjawab seraya memperbaiki posisi kacamatanya. Kentara sekali ia gugup dari ekspresinya.

"Cih! Dasar sok jual mahal. Sebelumnya kau juga kurang lebih memberikan alasan yang sama kan saat bergabung dengan Hebi?" Pemuda Hiu itu menimpali jawaban gadis berkacamata itu dengan menyeringai, menampilkan gigi-gigi putih bersihnya yang lancip.

"APAA YANG KAU KATAKAN BAKA!" umpat gadis itu yang sudah menyiapkan tinjunya.

"Berhenti. Karin." Si Pemuda raven bergumam yang berhasil menghentikan gerakan Karin hanya dengan dua kata. Sedangkan, karin, nama gadis itu, mendecih pelan.

"Haha… kau memang perempuan bodoh!" pemuda hiu itu tertawa mengejek melihat respon Karin. Baru saja Karin akan membalas, pemuda raven kembali angkat bicara.

"Sudah cukup. Kau juga Suigetsu." Kali ini peringatan itu untuk si pemuda hiu. Karin tersenyum puas ke arah Suigetsu, merasa dirinya telah dibela Pemuda raven yang ia puja.

"Jadi Sasuke. Dengan begini kami ikut denganmu." Akhirnya Pria berbadan besar yang sejak tadi diam mulai berbicara pada pemuda raven.

"Hn." Hanya satu kata itu yang Sasuke keluarkan mewakili ucapannya.

"Tapi… Sasuke, bagaimana kalau ini hanya jebakan orang-orang Konoha?" Karin bertanya dengan kecurigaannya atas perjanjian yang diajukan pihak Konoha.

"Aku yakin kita tidak dijebak. Biar bagaimanapun, aku sempat tinggal di Konoha untuk waktu yang lama. Dan aku paham bagaimana Konoha memegang teguh prinsip Shinobinya. Mereka tak akan berani macam-macam. Karena saat ini kita dalam posisi bebas, justru mereka sendiri yang mau tidak mau harus membuat perjanjian semacam ini. Mereka tidak punya pilihan karena mereka tahu kita bisa menghancurkan mereka dengan mudah." Sasuke mengungkapkan semua asumsinya. Ia benar-benar yakin dengan apa yang sudah diputuskannya.

"yah. Baiklah kalau begitu. Tapi Sasuke… untuk apa kau melakukan ini? Bukankah kau menginginkan kehancuran Konoha?" Karin merasa ada yang janggal dengan keputusan Sasuke. Menurutnya akan lebih mudah jika langsung saja menyerang Konoha disaat mereka baru saja diserang Akatsuki daripada menyetujui perjanjian yang belum tentu ditepati, itu akan sangat beresiko.

Sasuke yang sepersekian detik sebelumnya sudah ingin meninggalkan tempat itu terhenti langkahnya oleh pertanyaan Karin."aku… punya alasan tentang itu." Ucapnya tanpa membalikkan badan memandang tiga rekannya.

"Kita akan mencapai perjanjian itu lusa nanti. Jadi… bersiap-siaplah dulu." Itulah kalimat terakhir Sasuke sebelum menghilang dalam sekejap sehingga membentuk siluet yang terlihat bergerak supercepat.

####

"Hhh… apa-apaan sih nenek Tsunade? Kalau tidak diberi misi begini kan aku jadi bosan sekali! Kau juga bosankan Sakura-chan?" Naruto menggerutu tak jelas. Saat ini ia sedang makan di Ichiraku Ramen bersama Sakura dan Sai. Ia benar-benar tak habis pikir dengan Godaime yang tak memberi team 7 misi untuk beberapa minggu ini. Yang lebih membuat Naruto tak terima adalah alasan Tsunade tidak memberikan Team 7 misi karena tidak ada yang mengetuai Team nantinya. Karena Kakashi masih dirawat, sementara Yamato sedang bertugas di ANBU.

"Diamlah naruto! Kau ini berisik sekali! Tsunade-sama melakukan ini karena alasan yang kuat!" Sakura mulai panas dengan Naruto yang sejak tadi sibuk berkoar-koar protes tentang vacumnya Team 7 untuk sementara.

"Tapi-tapi…. Pasti ada jalan keluar lain kan?" tanya Naruto frustasi seraya meremas rambut jabriknya.

"Sayangnya, tidak ada!" dengan tegas Sakura menjawab Naruto yang masih tidak terima.

"Pasti ada Sakura-chaan!" Balas Naruto tak mau kalah.

"Jadi. Kau tak sependapat denganku NARUTO?" kini Sakura sudah mulai dengan senyuman 'maut'nya. Senyuman yang membuat Naruto menelan ludah dan bergidik ngeri.

"A-aku rasa Sakura-chan benar." Jawab Naruto Sambil cengengesan.

"Tentu saja aku benar." Sakura melemparkan senyum manisnya pada naruto. Yang kali ini benar-benar membuat naruto lega.

"Sakura-san. Ada noda menempel diwajahmu." Sai yang dari tadi hanya memperhatikan Naruto dan Sakura sekarang beralih ke wajah Sakura.

"Eh? Diman-" ucapan Sakura terputus saat dirasakannya tangan pucat Sai yang dingin menyentuh bibir atasnya. Sebagai gadis normal tentu saja hal seperti ini membuat wajah Sakura menjadi merah padam, baik ia menginginkannya ataupun tidak. Naruto langsung berteriak histeris melihat kelakuan Sai.

"Hei! Sai! Apa yang kau lakukan hah? Berani-beraninya menyentuh Sakura-chan!" Naruto langsung naik pitam. Apalagi melihat tampang polos Sai malah membuat amarahnya makin meletup. Seumur-umur, sekian lama ia bersama dengan Sakura belum pernah ia menyentuh Sakura seperti itu. Walaupun dulu dia sempat hampir saja mendapatkan ciuman pertama Sakura saat sedang menyamar menjadi Sasuke. Sialnya, rencananya gagal. Tapi sekarang, Sai, yang notaben adalah orang baru di team 7. Seenak jidatnya menyentuh Sakura. Bibirnya pula. Naruto sudah pasti tidak terima. Sedangkan Sakura yang masih kaget hanya bisa diam.

"Sakura-chan katakan sesuatu!" Teriakan Naruto sontak menyadarkan sakura. Sakura sendiri bingung mau menanggapi bagaimana. Mengingat bagaimana sifat Sai yang memang belum banyak tahu tentang yang seperti ini.

"Kenapa Naruto-san marah? Apa aku melakukan kesalahan? Rasanya aku tidak melakukan hal bodoh seperti yang sering Naruto-san lakukan hingga membuat Sakura-san marah." Ujar Sai polos. Mendengar namanya dikait-kaitkan dengan 'hal bodoh' Naruto makin gusar.

"HEH! BAKA! KAU ITU JELAS-JELAS SALAH! SEENAKNYA SAJA MENYENTUH SAKURA CHAN! ITU SALAHMU, BAKAA!" Naruto berteriak-teriak didepan wajah Sai, yang Sakura yakin banyak saliva Naruto yang menyembur ke arah Sai melihat Naruto yang berteriak-teriak sampai urat dilehernya tercetak.

"Ah! Tidak boleh ya? Padahal itulah cara ampuh yang kubaca dibuku untuk mengakrabkan diri dengan seorang gadis." Ujar Sai yang diiringi senyum tanpa dosanya.

"KAU INI ALASAN SAJA! MANA MUNGKIN ADA YANG SEPERTI ITU!" Naruto masih berkoar-koar didepan wajah Sai.

"Sudahlah Naruto. Aku tak apa." Sakura sekarang sudah mulai pusing mendengar suara cempreng Naruto yang dikeluarkan dengan intonasi yang kelewat tinggi itu. Lagi pula ia juga tak terlalu ambil pusing, pasti Sai tidak bermaksud seperti itu. Dan lagi, dia tidak ingin mengingat-ngingat itu terus hingga membuat wajahnya memerah tak karuan.

"tidak bisa begitu Sakura-chan! HEH! SAI ! AYO MINTA MAAF!" Naruto mulai berteriak-teriak lagi.

DUAAGH!

"Aku sudah memperingatkanmu Naruto!" Kata Sakura yang sekarang sedang mengusap tinjunya yang dengan Sukses mendarat di pipi kiri naruto beberapa detik yang lalu.

"Sakura-chaaaan. Sakiiiit." Naruto meringis dengan posisi masih terduduk dilantai. Sakura kembali ke bangkunya.

"Memang buku apa yang kau baca Sai? Lebih baik kau buang saja. Buku itu menyesatkan." Tanya Sakura menahan geli melihat Sai yang 'terlalu' polos sampai-sampai mempraktekkan hal seperti itu. Sakura tersenyum menahan tawanya.

"Menakhlukan Wanita di Atas Ranjang." Jawab Sai dengan senyumnya yang biasa. Senyuman Sakura luntur seketika, kini digantikan Senyum Iblis dengan aura menakutkan.

DUAAGH!

####

"Hei Karin. Mana sasuke? Aku tak melihatnya sejak kembali ke penginapan tadi." Suigetsu menoleh ke Karin yang tengah memegang buku kecil di tangannya.

"Mana aku tau! Seperti aku ibunya saja!" Ucap Karin acuh tak acuh. Sementara ia membatin 'benar juga. Aku tak melihatnya sejak tadi. Apa ia sedang di pemandian? Kalau begitu kesempatan yang bagus untuk menyerangnya! Fu fu fu'.

"Ya sudah kalau tidak tau, kau ini munafik sekali. Hati-hati saja Sasuke mendengarmu berkata begitu." Suigetsu semakin menenggelamkan dirinya di sofa empuk satu-satunya di ruangan itu.

Tidak ada balasan dari Karin. Suigetsu kembali menoleh pada Karin yang terlihat tersenyum-senyum aneh.

"Heh Jelek! Aku bicara padamu!" Suigetsu setengah berteriak membuyarkan lamunan Karin.

"Berisik!" Karin yang merasa terganggu melemparkan buku di tangannya pada Suigetsu. Namun, bisa dihindari dengan mudah oleh Suigetsu. Adu mulut mereka pun terulang lagi.

Juugo yang berada tak jauh dari dua makhluk itu hanya diam dan mulai membaringkan tubuhnya dilantai. Tatapannya kosong menatap langit-langit ruangan, entah apa yang dipikirkannya.

Dibagian lain di bangunan yang sama, tepatnya di pemandian air panas. Sasuke berendam seraya memandang langit malam di atasnya. Pikirannya melayang ke pertarungannya dengan mendiang kakaknya, Itachi. Terus terbayang olehnya disaat-saat terakhir pertarungan, disaat ia mengira riwayatnya akan segera tamat dengan Itachi yang akan merebut matanya, yang ternyata menjadi saat-saat terakhir Sasuke merasakan Itachi menyentuh dahinya dengan dua jari. Kembali teringat olehnya bayang-bayang kakaknya dulu, sebelum hatinya dibutakan kebencian, saat ia memandang Itachi sebagai seorang kakak kebanggaannya. Dipejamkannya matanya, mengingat-ngingat raut wajah Itachi di berbagai suasana saat ia berkumpul dengan keluarganya maupun saat berdua saja dengan Itachi. Kakaknya yang dulu sangat ia sayangi. Penyesalan kembali menyeruak dihatinya. Beberapa bulir air mata mulai jatuh perlahan dari pelupuk matanya.

Tidak, ia tidak akan terpuruk lagi. Ia sudah memutuskan untuk melanjutkan hidupnya di Konoha seperti dulu, demi Itachi yang bahkan memutuskan mati ditangannya. Demi Itachi kakak kebanggaannya, bukan Itachi pengkhianat desa yang membantai klannya.

Perlahan ia membuka mata. Mengingat-ingat lagi semua yang dimilikinya di Konoha. Ia yakin keputusannya kembali ke Konoha adalah benar. Ia yakin teman-temannya bisa menerimanya kembali, mungkin tidak seluruh penduduk desa bisa kembali menerimanya. Tapi setidaknya dua orang dari mereka sudah pasti bisa menerimanya kembali dengan senang hati. Naruto dan Sakura. Ia benar-benar meyakini hal itu.

Naruto… si Bodoh yang entah bagaimana bisa menjadi kuat dengan caranya sendiri. Orang bodoh yang berteriak dengan lantang menyatakan bahwa dirinya akan menjadi hokage. Orang bodoh yang bisa mendapatkan pengakuan dari seorang Uchiha Sasuke. Orang bodoh yang Sasuke yakini akan membawanya menuju titik terang dalam hidupnya setelah ia kembali ke desa. Tak bisa ia pungkiri, ia mengakui ikatannya dengan Naruto yang selama ini ia klaim telah ia putuskan.

Sakura. . . Haruno Sakura. . . kali ini entah bagaimana Sasuke merasa tenang saat ia menyebutkan nama itu dalam hatinya. Ia masih ingat benar wajah gadis itu saat ia tersenyum, saat gadis itu menangis ketika Sasuke akan meninggalkannya. Sasuke pun sudah melihat Sakura yang sudah bermetamorfosa menjadi gadis yang lebih dewasa dan lebih kuat. Ia sudah melihatnya saat di markas Orochimaru, dan ia memang belum pernah menyaksikan pertarungan Sakura setelah tiga tahun ia pergi, tapi ia tahu gadis itu sudah lebih kuat dari kabar yang didengarnya. Sakura mengalahkan Sasori dari Akatsuki. Ia juga ingat bagaimana Sakura memujanya dulu. Dan mungkin masih akan begitu saat ia kembali nanti. Seulas senyum tipis menghiasi bibirnya saat ia membayangkan gadis Haruno yang memeluknya sambil menangis bahagia di hari kepulangannya. Juga Naruto yang tak bisa tidak ikut menangis dengan mimik wajah yang lucu.

####

Sakura berjalan gontai menuju apartemennya. Hari ini lumayan melelahkan bagi Sakura. Kealpaan team 7 dalam misi bukan berarti membuatnya bisa bersantai-santai. Ia sibuk di rumah sakit Konoha beberapa minggu ini. Tapi ia bekerja dengan ikhlas daripada ia harus berakhir dengan kebosanan seperti Naruto. Lagipula setidaknya ia lumayan terhibur saat mampir di Ichiraku bersama Naruto dan Sai.

Ngomong-ngomong soal Sai. Sakura dan Naruto mulai bisa mengerti Sai. Apalagi setelah melihat Sai yang dengan serius memikirkan cara membaur bersama dirinya dan Naruto.

Sakura memasuki apartemennya dan segera bersih-bersih di kamar mandi. Kepenatannya sedikit hilang diguyur oleh air dingin. Ia menyukai suhu dingin air ini dibandingkan hangat. Ia menyukai sensasi hangat saat ia menggulung diri dengan Bedcovernya setelah selesai mandi dengan guyuran air dingin.

Ia keluar dari kamar mandi dengan dress untuk tidurnya. Dan langsung merebahkan diri di SpringBed KingSize-nya. Ia membalikkan tubuhnya dan mendapati sebuah pigura foto Team 7 di atas buffet di samping tempat tidurnya. Ia menatap bocah laki-laki bermata onyx dalam foto itu.

"Sasuke-kun" bisiknya lirih dengan senyum miris saat menggapai pigura itu dan mendekapnya.

"Aku mulai ragu apakah aku dan Naruto bisa membujukmu kembali." Lanjutnya masih dengan senyuman pilu yang sama.

"Apalagi saat aku melihat Naruto yang begitu memaksakan diri. Aku… merasa menyesal dan bodoh. Akulah yang membuatnya jadi begitu." Kali ini air matanya mulai membanjir.

"Hanya gara-gara keegoisanku yang tidak mau melepasmu. Ini… semuanya… salahku. Merengek padanya tanpa ikut berusaha." Kini isakan tertahan mulai terdengar dikamar yang sunyi itu.

Ia memejamkan matanya dan berusaha berhenti menangis.

"Sasuke-kun… aku sudah memutuskan sekarang." Ia berkata mantap dengan ekspresi yang sulit ditebak. Entah apa maksudnya bicara begitu.

Dua insan manusia telah mengambil keputusan hari ini. Entah itu mebawa mereka pada takdir yang manis ataukah kenyataan yang pahit.

To Be Continued

A/N : arrrrrrrgh! Apa-apaan kalimat terakhir itu? Lebaykah? Tak apa saia akui itu. Tapi bukan berarti saia terima flame loh. Saia akan terima kritik asalkan yang membangun, jangan merobohkan(?). baiklah. Mohon senpai-senpai dan rekan-rekan *halah-sok formal* sekalian memberikan review yang sungguh berarti bagi saia. Arigato Gozaimasu! Gracias! tengQyu! Trims!