Devilishly

Chapter 1

Rst: Ciassou Minna! Salam kenal saya author baru di sini jadi ceritanya bakal agak-agak OOC

Kyo: Bukan agak baka! Tapi SANGAT OOC!

Rst: Ugh! Jangan bilang gitu dong ==""

Kyo: Cih, akukan ngomong yang sebenarnya

Squalo: *Muncul tiba-tiba* VOII! KENAPA AKU HARUS DI PASANGIN SAMA BOS BRENGSEK ITU HAHHH!

Rst: Hiiee! Tapi Rst suka sama pairingnya

Squalo: VOI! AKU TIDAK TERIMA INI!

Xanxus: Dasar sampah! Emang siapa yang suka di pasangin dengan sampah sepertimu

Squalo: VOII! AKU JUGA SANGAT TIDAK SUKA DI PAIRINGIN SAMA BOS MESUM SEPERTIMU, DAN JANGAN SEBUT AKU SAMPAH BOS BRENGSEK!

Xanxus: Berisik dasar SAMPAH!

Rst: Hiieeeee! Te..te..tenanglah kalian ber-

Xanxus&Squalo: MANA BISA TENANG KALO AKU DIPASANGIN DENGAN SI SAMPAH/BOS BRENGSEK INI!

Rst: Hiiiiiieeeeee! Gomen! *Nyembah*

~Dan berlanjutlah pertengkara mereka dengan didampingi suara benda pecah~

Kyo:Haah~ Sudahlah kita mulai saja ceritanya

Disclaimer : KHR belong to Amano Akira

Pairing: XS

Rating: T

Warning: OOC,OC, Gaje, Typonya berserakan kemana-mana, Maksa banget, Hancur

~~~!YA!~~~

Gerimis turun membasahi kota Tokyo, butiran-butirannya memekar jauh menutupi setiap permukaan yang kering. Klakson berbunyi mulai dari nada terendah sampai yang paling tinggi, melebur jadi satu menciptakan alunan orkestra urban. Bias cahaya kendaraan yang lalu lalang bergerak menari laksana kunang-kunang. Orang-orang bergegas menuju tujuannya masing-masing. Lampu jalanan saling berpantulan di sana-sini menghiasi genangan air. Langit menghitam sambil sesekali terpancar kilatan demi kilatan disusul dentuman petir yang memekakakkan telinga, sebentar lagi hujan akan turun.

Di pinggiran sungai terlihat gadis –ralat- seorang bocah kecil yang sedang duduk sambil menutupi kedua matanya. Dari wajahnya terlihat sekali bahwa dia sedang menangis. Rambut, baju dan seluruh badannya terlihat sedikit basah, karena dia tidak membawa benda yang biasa orang pakai untuk berlindung saat hujan atau sering disebut dengan payung.

Hujan turun semakin deras. Bocah kecil itu tidak juga beranjak dari tempat yang ia duduki. Seluruh badannya sudah terlanjur basah karena dia sudah cukup lama duduk di sana. Rambutnya yang putih *Bukan uban lho* dengan panjang sebahu, menjadi basah karena air hujan.

Dia masih saja menangis mengingat apa yang terjadi pagi tadi. Kenangan yang membuat dia trauma

~Flashback~

'Ibu?'

'Ada apa sayang?'

'Ibu mau ke mana' tanyanya dengan polos

'Oh.. Ibu mau pergi ke pasar, kau mau ikut?' tawarnya

'Iya!' Bocah kecil itu beralih ke kakaknya yang berada di ruang tengah 'Nii-chan! Ibu mau berbelanja. Kau tidak mau ikut?'

Ah, tidak,' jawab sang kakak malas tanpa mengalihkan pandangan matanya dari televisi.

'Baiklah' balasnya

Ia tidak tau bahwa pagi ini adalah saat terakhir bersama ibunya

~~~!YA!~~~

Ibu tampaknya sedih pikirnya dalam hati . Mungkin aku tak seharusnya ikut.

Dari tadi ia terus memperhatikan ibunya yang memegang setir mobil mereka. Bocah itu merasakan ada yang berbeda pada ibunya. Sepanjang perjalanan ibunya diam saja. Padahal biasanya ibunya akan bertanya-tanya tentang sekolah atau temannya untuk menghindari kesunyian.

Dia sendiri juga tahu ibu dan ayahnya sering bertengkar. Tetapi ia tak berani bertanya. Terakhir kali ia mencoba bertanya, ibunya akan membentaknya dan menyuruhnya masuk kamar. Saat ia bertanya pada ayahnya, lelaki itu akan memukulnya. Hal yang sama terjadi pada kakaknya. Dan ia tak ingin dimarahi, dibentak, ataupun dipukul.

'Ada apa, Sayang?' tanya wanita itu lembut.

'Ti-tidak ada apa-apa, Ibu,' jawabnya. Bocah itu mengalihkan wajahnya ke pemandangan di luar jendela mobil.

Yousuke. Nama itu selalu terulang di benaknya dengan penuh kebencian. Suami apa yang membuang keluarga untuk mengejar cita-citanya sebagai pemain shogi. Hanya untuk disambut kegagalan. Ia masih ingat benar saat Yousuke meninggalkan mereka selama berbulan-bulan tanpa kabar. Saat ia kembali Sayuri sudah lupa bagaimana ia mencintainya dulu, bagaimana mereka setuju untuk menikah dan janji untuk hidup bersama sehidup semati, atau bagaimana bahagianya mereka saat baru mendapatkan anak pertama mereka.

Sayuri bisa merasakan emosinya meledak setiap melihat wajah lelaki itu. Semua kemarahan yang ia tahan, semua teriakan yang ingin ia tujukan pada Yousuke. Ini sudah terjadi selama beberapa bulan yang lalu. Mulai dari pertama kembalinya Yousuke. Lalu lelaki itu akan pergi dan kembali lagi. Mereka selalu bertengkar setiap kali Yousuke kembali.

'Kau suami sialan! Bagaimana kau bisa membuang keluargamu ini untuk cita-cita sialanmu itu!'

Yousuke hanya membuang muka tak peduli padanya. Dan api itu semakin membara saja. Ingin ia memukul Yousuke, menghajarnya sampai wajah itu tak akan dilihatnya lagi. Tetapi apa daya dirinya. Sayuri tahu semua itu tak akan berguna. Ia jatuh terduduk dan air matanya mengalir. Sementara Yousuke tak mengucapkan sepatah katapun dan meninggalkan Sayuri begitu saja.

Yang tidak Sayuri tahu adalah kedua anak laki-lakinya melihat pertengkaran mereka dari celah kecil di pintu dapur. Tetapi keduanya terlalu takut untuk bergerak dari titik mereka berada. Kakaknya yang pertama pergi menjauh. Ia tahu hubungan kedua orang tuanya kurang baik. Ia juga sering melihat ibunya menangis sendiri di kamarnya saat malam hari. Dan ia tak ingin adiknya terpengaruh oleh hal itu.

Ia menarik adiknya menjauh. Mereka berdua menuju ruang tengah. Sang kakak menyalakan televisi dan memilih sembarang channel. Yang mereka berdua butuhkan adalah pengalih perhatian. Tentu ia tak ingin berlarut-larut ikut tenggelam dalam pertengkaran orang tua mereka.

"Nii-chan, ibu…" ujar sang adik dengan suara lemas.

"Jangan sebutkan pertengkaran itu di depan ibu atau ayah. Kau tidak ingin dipukul lagi, 'kan' balas kakaknya dengan suara datar

'Baiklah, nii-chan,'jawabnya pelan.

Sang kakak tahu adiknya selalu menuruti perkataannya. Ia menghela nafas. Sementara kedua orang tuanya bertengkar, selalu ia yang harus merawat adik kecilnya itu. Dan ia akan melakukan sesuatu untuk mengalihkan adik kecilnya. Ia cukup pintar untuk tahu hal seperti itu.

Bocah kecil itu mengalihkan pandangannya dari luar jendela ke jalan di depannya. Sayuri masih menyetir. Entah mengapa betapa kerasnya ia berusaha mengalihkan pikirannya, semakin emosi itu memenuhi dirinya. Dadanya semakin sakit, sementara air mata yang ia coba lawan memaksa jatuh. Lama-lama cairan hangat itu tak terbendung lagi.

Tidak! Ia sedang menyetir mobil di tengah jalan ramai. Dicobanya menghapus air mata itu, tetapi terus saja datang. Pandangannya jadi kabur dan perhatiannya tak lagi fokus.

Suara klakson keras menyadarkan dirinya kalau ia baru saja melanggar lampu merah. Namun saat itu sudah terlambat. Sebuah truk melaju dengan kecepatan penuh ke arah mobilnya. Sayuri refleks memeluk anaknya yang berada di sampingnya untuk melindungi anak laki-laki itu.

BRAK!

Sebuah hantaman yang sangat keras. Kedua orang dalam mobil itu memejamkan matanya erat, mencoba bertahan dari hantaman itu.

"Ibu? Ibu?" tanya bocah kecil itu saat ia membuka matanya.

Yang ia lihat adalah wanita itu sedang memeluknya erat. Darah keluar dari pelipisnya dan membasahi pipinya. Tetapi ibunya tak merespon.

"Ibu! Ibu! Bangun, Ibu!" serunya menggoyang-goyangkan tubuhnya. Ia mulai panik dan air mata menumpuk di pelupuk matanya. Sementara darah Sayuri semakin menghujani wajah anak kecil itu.

'Squ….squ..…'

Tangisnya pecah. Ini pertama kali ia benar-benar tak bisa mengontrol emosinya dan menangis keras. Sebelumnya ia hanya sesenggukan saja saat sedih. Sang kakak sudah melarangnya untuk menangis terlalu keras. Dan ia tak pernah ingin mengecewakan kakaknya. Tetapi apa yang akan ia lakukan saat ibunya benar-benar tak menjawab semua panggilannya?

Semuanya percuma. Sayuri sudah meninggal. Ia pergi untuk menjaga agar anak bungsunya tetap hidup.

~Flashback end~

Darah, merah, pekat dan hangat

Bocah kecil yang bernama Squalo itu merinding ketika mengingat kata itu. Darah. Cairan merah itu membasahi hampir seluruh tubuhnya saat kecelakaan itu terjadi. Sesuatu yang membuatnya trauma akan darah.

TBC

Rst: Fuh~ Akhirnya ceritanya selesai juga

Squalo: VOII! KENAPA DI CERITANYA AKU JADI CENGENG KAYAK GITU!

Rst: Hiiiiee! Kan…eto.. Aku ceritain waktu kamu masih bocah. Makanya masih polos dan rada-rada cengeng

Squalo: VOI! ALA-

Xanxus: WOIII! AUTHOR SAMPAH AKU KOK GAK MUNCUL-MUNCUL!

Rst: EH! Xanxus-sama Ma…maaf tapi chapter berikutnya (kayaknya) kamu keluar kok!

Xanxus: Cih! Dasar author Sampah

Squalo: VOI!BOS BRENGSEK AKU MASIH PUNYA URUSAN SAMA INI AUTHOR! *Teriak sambil nendang Rst*

Rst: Aduh squalo sakit!

Xanxus: -No comment-

Squalo:VOI! DENGERIN AKU BOS BRENGSEK

Rst: *Diam-diam kabur* Fiuh akhirnya keluar juga dari pertengkaran suami-istri itu

Kyo: *Tiba-tiba ada di belakang Rst* Kamu kalo bilang kayak gitu bisa dibunuh lho

Rst: HHHHIIIIIIEEEE K..K..KYO! *Pingsan saking kagetnya*

Kyo: Lho? Kok malah pingsan? Hah~ sudahlah kubawa ke kamar saja *Peringatan: Jangan mikir yang macem-macem oke* Oh iya Review please! Kritik dan Saran diterima!