Summary : Semua itu terjadi pada malam di Hueco Mundo, tidak ada yang melihat hal itu, tapi hanya bulan putih yang tergantung dilangit-langit Hueco Mundo menjadi saksi bisu atas semua yang dialami Orihime di Las Noches.

Discalimer : Tite Kubo.

A/N : aqu author baru nih n ini fic pertama aqu jadi maaf yah kalo ada salah n OOC hehehehehe, selamat membaca ya ^^ dan mohon bantuannya. Arigatou.

A Night Under White Moon

Chapter 1

It's Ulquiorra

"Selamat datang di Las Noches Inoue Orihime, benar?"Seorang laki-laki berambut cokelat tersenyum dari singgasananya yang tinggi.

"Ha-hai Aizen-sama." Jawab gadis berambut oranye yang dipanggil Inoue Orihime tadi dengan sedikit bergetar.

"Kita langsung saja, tolong kau sembuhkan tangan Grimmjow yang disana, sebagai pembuktian kepada para Espada yang masih meragukan mu." Aizen lelirik kearah Luppi yang tak jauh dari Orihime, Orihime pun langsung berbalik, seorang laki laki berambut biru yang berdiri dibelakang tanpa lengan kirinya disana. Orihime langsung berjalan mendekati orang yang dipanggil Grimmjow itu. Pandangan Orihime berubah saat melihat tangan grimmjow yang hilang itu dia tidak lagi takut melainkan kasihan, dan saat merasa sudah cukup dekat Orihime mengangkat tangannya sejajar dengan lengan Grimmjow.

"Sōten Kisshun." Dua buah peri keluar dari jepit rambut Orihime dan menyelimuti lengan Grimmjow dengan aura oranye oval.

"Mana mungkin Aizen-sama, manusia seperti dia mampu mengembalikan lengan Grimmjow yang sudah dipotong oleh Tousen-sama, hahaha." Tawa sexta Espada yang bernama Luppi itu sedikit meremehkan namun tiba-tiba tawanya berhenti saat melihat tangan Grimmjow perlahan-lahan kembali.

"Ti…dak..mungkin." Matanya sedikit terbelalak. Tak lama setelah itu tangan Grimmjow kembali dan Orihime pun maju ke depan lagi dan kedua peri miliknya kembali ke tempatnya.

"hei onna sembuhkan yang satu lagi." Suara Grimmjow menghentikan langkah Orihime. Orihime pun kembali mendekati Grimmjow dan Grimmjow membalikkan badannya dan menunjukkan luka bakar didekat lubang hollownya. Orihime kembali mengeluarkan kedua perinya dan perlahan luka bakar itu hilang dan digantikan dengan tato bernomor enam disana.

"Apa yang kau lakuakn, Grimmjow?" Luppi terlihat marah dengan perbuatan Grimmjow dan berusaha menyerang Grimmjow. Tapi pertanyaan luppi hanya dibalas dengan seringai Grimmjow dan detik berikutnya tangan Grimmjow sudah ada dalam perut Luppi dan darah pun mulai keluar dari mulut Luppi.

"Sialan." Setelah mengucapkan itu sebuah cero dari Grimmjow menghabisi nyawa Luppi.

"Selamat tinggal mantan sexta Espada." Setelah sukses membunuh Luppi, Grimmjow tertawa tawanya menggema diruangan itu sampai sebuah suara menghentikan tawanya.

"Aku ucapkan selamat padamu Grimmjow, dan dengan pembuktian tadi berarti Orihime sekarang adalah salah satu dari kita, jangan ada yang berani mengusiknya, karena Orihime sangat penting bagi rencana kita." Aizen pun tersneyum kepada Orihime.

"Aku membutuhkan kekuatan mu Orihime, maukah kau membantuku?" Aizen menatap lurus mata abu-abu Orihime dan sedikit menaikkan reiatsunya sehingga Orihime sedikit bergetar.

"I-iya Aizen-sama."

"Terima kasih Orihime, Ulquiorra sekarang bawa anggota baru keluarga kita ke kamarnya, dan kau kuberi tugas untuk menjaganya dari segala hal yang dapat mengancam Orihime."

"Baik Aizen-sama."

"Kalian boleh kembali kekamar kalian, beristirahatlah." Lalu Espada yang ada diruangan tadi keluar dari ruangan Aizen dan saat diluar Yammy segera bersuara.

"Luppi begitu gampang di kalahkan aku kira tadi akan menjadi pertarungan yang menarik."

"Dia tidak pantas menyandang gelar Espada." Grimmjow menjawab. Saat didepan menara lima, mereka berpisah Yammy kembali ke menara 1, Grimmjow ke menara 3, Wonderweiss kemenara 2 tempat numeros berada, sedangkan Ulquiorra dan Orihime ke menara 4.

"Ikuti aku onna." Orihime hanya diam dan mengikuti Ulquiorra. Tidak ada suara dalam perjalanan mereka hanya ada langkah kaki yang bersautan.

"Ulquiorra, aku dengar Luppi telah mati?" Seorang lelaki jangkung dengan pedang besarnya menghentikan langkah Ulquiorra dan Orihime.

"Iya." Jawab Ulquiorra datar. Laki-laki itu menangkap sosok seseorang dibelakang Ulquiorra.

"Apakah dia mainan baru Aizen-sama?" Ulquiorra tidak menjawab pertanyaan laki-laki itu.

"Siapa nama mu, Pet-sama?" Orihime hanya menunduk, dia sedikit takut akan reiatsu orang itu.

"I-Inoue O-Orihime." Jawabnya dengan wajah tetap tertunduk lalu laki-laki itu maju selangkah untuk mendekati Orihime namun segera dihentikan Ulquiorra.

"Dia bagian terpenting bagi rencana Aizen-sama, jangan coba coba mengusiknya, menyingkirlah Nnoitora." Perintah Ulquiorra dingin.

"Tch… baik, baik, peliharaan Aizen-sama." Nnoitora pun melangkah pergi namun sebelum benar benar pergi dia menaikkan reiatsunya sehingga Orihime langsung terduduk lemas merasakannya. Nnoitora terkekeh melihatnya sebelum akhirnya dia benar benar pergi dari koridor itu. Ulquiorra melirik Orihime yang masih terkulai lemas dan mengulurkan tangannya.

"Cepat berdiri, onna." Orihime pun menyambut tangan Ulquiorra dan berdiri.

"Terima kasih." Lalu Ulquiorra kembali berbalik dan berjalan lagi. Dan akhirnya mereka berhenti disebuah ruangan, Ulquiorra pun segera membuka pintunya.

"Masuk." Orihime pun masuk kedalam sedangkan Ulquiorra hanya berdiri tak jauh dari pintu. "Ini adalah kamar mu, kau dilarang keluar tanpa izin dari Aizen-sama, tunggulah tugas untukmu disini dengan tenang." Lalu Ulquiorra berbalik dan mulai berjalan.

"Ano..Espada-san…" Ulquiorra pun menghentikan langkahnya dan berbalik menatap Orihime sedangkan Orihime menundukkan kepalanya.

"Ulquiorra Schiffer, Cuatro Espada." Ucapnya dingin. Orihime mengangkat kepalanya saat mendengar hal itu.

"Ano Schiffer-kun terima kasih." Ulquiorra terkejut mendengar hal itu namun dia segera berbalik dan berjalan lagi. Saat diambang pintu Ulquiorra berhenti.

"Cukup Ulquiorra saja." Lalu dia keluar dan menutup pintu kamar Orihime sehingga kegelapan pun menyapanya.


Grimmjow berjalan menuju menara 3 dari kejauhan dia melihat seorang perempuan berambut panjang dan bergelombang bersandar dipintu utama menunggunya.

"Selamat kembali di menara 3 Grimmjow." Perempuan itu mengangkat tangannya. Lalu Grimmjow berseringai dan menyambut tangan itu.

"Apa yang terjadi dengan Luppi?" Tanyanya Grimmow menatap perempuan itu.

"Dia? Sudah tak ada lagi disini." Raut kesedihan muncul diwajah perempuan itu.

"Begitu." Grimmjow memegang pundaknya.

"Sudahlah, jangan bersedih." Hiburnya lembut, tapi perempuan itu masih memasang raut sedih itu.

"Hei jangan menyambutku dengan tatapn sedih itu Nel." Grimmjow mulai kesal.

"Baik, baik, ya sudahlah ayo masuk." Nel pun tersenyum.

"Hei ayo kita balapan? Aku ingin mencoba apa kekuatan ku benar benar sudah kembali." Ajaknya, tapi Nel menggeleng.

"Ayolah Nel kau takut pada ku? bukankah sonido mu lumayan cepat?" Sindirnya, Nel pun menghela nafas.

"Baiklah, jika aku menang?" Tanyanya.

"Hmm tidak ada hehehehe." Nel menekuk wajahnya.

"Aku tak mau bertanding jika tak ada hadiahnya."

"Baik baik jika kau menang aku akan mengabulkan satu permintaan mu begitu juga sebaliknya." Nel terlihat berpikir.

"Hmmm baiklah." Dia tersenyum.

"Siapa yang lebih dulu sampai dikamarmu yang paling atas itu dia yang menang bagaimana?"

"Setuju."

"Siap, mulai." Lalu mereka berdua langsung bersonido menuju kamar Nel.


Didalam kamar barunya Orihime hanya diam tak ada yang dilakukannya selain menatap bulan melalui jendela kamarnya. Kamar itu bahkan lebih kecil dari kamar apartement nya, dikamar itu juga hanya ada sofa. Baru beberapa jam dia di Las Noches dia mulai merasa sedikit takut akan tempat itu terutama orang orang didalamnya, reiatsu yang dimiliki mereka sedikit menekannya. Tapi hanya ada satu reiatsu yang stabil yang tidak membuatnya takut. Orihime duduk disofa putihnya. Kepala Orihime kembali mengingat saat-saat itu.

"Ulquiorra Schiffer, Cuatro Espada."

"Dia bagian terpenting bagi rencana Aizen-sama, jangan coba-coba mengusiknya, menyingkirlah Nnoitora."

"Cukup Ulquiorra saja."

"Cepat berdiri, onna." Ulquiorra mengulurkan tangannya.

Lalu Orihime memegang tangannya yang tadi sempat bersentuhan dengan tangan Ulquiorra.

"Tangannya begitu dingin, Ulquiorra Schiffer." Entah mengapa suara Ulquiorra saat mengucapkan namanya masih terngiang dikepalanya. Dia pun memejamkan matanya.


Ulquiorra berjalan dikoridor menuju kamarnya yang merupakan kamar paling atas dimenara 4 di perjalanannya dia berpikir.

'Terima kasih katanya? Apa yang ada dipikiran perempuan itu? Aku yang mengajaknya, aku yang membuatnya berkhianat, tapi dia masih dapat mengatakan terima kasih, apa dia tidak takut pada ku?" Tapi pemikiran itu terhenti sejenak saat dia merasakan reiatsu seseorang.

"Dia telah kembali."

Dan hal yang bersamaan pun dirasakan oleh Grimmjow dan Nel dan seluruh Espada.

"Dia pulang." Ucap mereka semua berbarengan.


TO BE CONTINUE…

Chap pertama selesai semoga kalian senang sama cerita yang kubuat…

N

Review pliss