Bloody Game

Chapter 1: Full moon

Author: Nacchan Sakura / Nabila R.a

Disclaimer: CLAMP

a/n

Minna-san konnichiwa~ :D

Bertemu lagi dengan saya Nacchan Sakura, di acara cari jodoh! #ganyambung #digeplak

Ahaha! Akhirnyaa~ siapa nih yang nunggu nunggu fanfic terbaru aku? Gaada? Yaudah.. *ambil kapak -?-*

Kali ini bikin Fanfic TRC, dengan pairing tentu saja Syaosaku, tapi ceritanya beda! Ga ceria, fantasy dan penuh keceriaan dan bunga2 *?* tapi suasana fanfic ini Kelam, gelap, suram, horror delele..

Karena tema kali ini tentang Vampire! :D

Eeh~ aku gamau kasih Spoiler di AN, jadi baca summary nya, baca fic nya terus teken ya tombol review di bawah x) NO FLAMES! :3

Jaa! Selamat membaca :3

-Nacchan Sakura-

Summary:

Aku mengejarnya, dia mengejarku. Aku mungkin berperan sebagai pembunuh di matanya namun aku hanya melakukan tugasku. Karena dialah yang seharusnya dipanggil sebagai pembunuh.

"Kau tak bisa kemana-mana lagi. Kau sudah tertahan."

Di atas sebuah atap gedung, di bawah bulan purnama dan ditemani angin yang dingin, aku berhadapan dengan seorang lelaki yang mengenakan Kaos hitam dan sebuah tudung berwarna hitam. Rambutnya berwarna coklat tua. Matanya yang berwarna Amber berubah menjadi merah saat dia mencium bau darah. Di mulutnya terlihat dua buah taring kecil yang cukup tajam dan cukup untuk bisa mengambil darah seseorang. Dia tersenyum sinis ke arahku, dan berjalan mendekatiku. Tak ada jalan lain untukku kabur, aku sudah terlalu lelah untuk berlari dan tubuhku pun terasa sakit. Noda darah masih membekas di bajuku yang berwarna putih dan dari tanganku masih ada sisa-sisa darah yang mengalir.

"Tenanglah. aku hanya ingin menolongmu."

xXxXxXxXxXxXxXx

Malam itu dimulai dengan sebuah suara tembakan dari pistol yang aku arahkan ke arahnya. Aku mengejarnya yang terus lari dariku, seperti mengajakku bermain kejar-kejaran. Yang kukejar adalah sosok lelaki yang mungkin dikenal banyak orang dengan sebutan 'Mahluk penghisap darah'. Ya.. Vampire. Mahluk penghisap darah dan mahluk yang menciptakan Monster menakutkan dari manusia yang sudah mereka nodai. Aku yang tidak menyukai keberadaan meraka mulai memberontak dan mengejar mereka, membunuh mereka. Aku sangat membenci mahluk rendah penghisap darah itu. Sangat benci.

"Sungguh gadis yang penuh energi ya. Kau tidak lelah mengejarku dengan emosi seperti itu, Nona?" Ucap Vampire yang tersenyum palsu padaku itu

"Untuk mengejar mahluk yang paling hina sepertimu tak ada kata lelah." Jawabku

"Sungguh gadis yang kasar." Jawabnya sambil tertawa kecil. "Padahal aku suka, dan mungkin bisa dibilang.. aku jatuh cinta pada Mata hijaumu yang indah itu."

"Terima kasih. Tapi aku tak butuh pujian darimu. Pujian darimu sama saja dengan ejekan bagiku." Jawabku sambil tersenyum emosi.

Sambil terus saling kejar dan mengejar dia masih menggodaku. Entah apa yang ada di pikirannya. Dia bisa menghindari dengan cepat, tembakanku pun entah Cuma berapa yang mengenainya. Gerakannya betul-betul seperti angin, nyaris tak terlihat dengan mata.

"Namamu 'Sakura' bukan, nona?" Tanya Vampire itu sambil terus menghindari gerakanku

"Kenapa kau bisa tahu?" Tanyaku yang masih mengejar sosoknya

"Ya, kau terkenal sebagai pemburu Vampire yang handal dan tak pernah gagal melaksanakan tugas. Semua vampire sudah tahu dirimu, dan kau mungkin masuk daftar orang yang paling ditakuti oleh Vampire." Jawabnya

"Huh, kau juga termasuk Vampire yang paling disegani oleh manusia. Karena levelmu yang katanya paling tinggi di Ras Vampire, atau disebut juga.. BlackRose. Begitu bukan, …Syaoran Li?"

"Sungguh pemburu Vampire yang pintar." Ucap Syaoran sambil tersenyum. "Aku semakin menyukaimu saja."

"Sayangnya aku membencimu. Bagaimana kalau kita akhiri saja semua ini?" Aku akhirnya bisa mengejarnya dan kini sosoknya tepat ada di hadapanku. Aku mengarahkan pistolku tepat ke depan matanya, dan bersiap akan menembaknya.

Di bawah Bulan purnama, ditemani angin yang dingin…

"Kurasa tidak." Syaoran tiba-tiba mendorongku dan sesosok manusia setengah vampire atau bisa disebut level paling rendah di ras vampire muncul.

Tipe monster seperti ini lahir biasanya dikarenakan dia dihisap darahnya oleh Vampire, dan berubah menjadi monster yang tak sadarkan diri dan haus darah. Monster yang disebut sebagai 'Oni'

"Cih, ada Oni ya. Oni seperti ini bisa kubereskan dengan satu tembakan." Ucapku

"Tidak, jangan! Sakura, dia berbahaya. Dia.. tidak seperti Oni biasanya." Syaoran mengalungkan lengannya pada bahuku, seperti berusaha mencegahku.

"Huh, karena kalian sesama Vampire makanya kau mencegahku kan? Lepaskan aku." Dengan cepat aku melepaskannya dan mengejar Oni yang melarikan diri itu.

"Sakura!"

Aku mengejar Vampire itu yang terus berlari ke arah sebuah gedung kosong. Tidak sulit mengejar Oni seperti itu, gerakannya lambat dan kekuatannya tidak seberapa dibandingkan denganku. Tembakanku mengenainya dan dia semakin menjauh dariku. Oni itu masuk ke dalam sebuah ruangan di gedung kosong dan aku memasukinya.

"Gelap sekali disini." Ucapku

"BLAM!"

"Ah! Celaka!" pintu tiba-tiba tertutup dan terkunci dengan sendirinya. Dan saat bulan yang tertutup awan kembali bersinar dan menembus ke dalam kaca jendela, aku dapat melihat dalam kegelapan itu. Di dalam ruangan itu banyak suara yang tidak bisa dikatakan sebagai suara manusia ataupun hewan. Mereka mengerumuniku.

"Huh. Ruangan penuh Oni, ya?"

Semua Oni itu menyerangku secara bersamaan. Walaupun dengan mudah aku dapat mengalahkan mereka, namun mereka seperti tidak ada habisnya. Aku sedikit kewalahan dan aku tidak tahu sampai kapan aku bisa bertahan. Tapi aku harus menghabisi mereka.

Sampai salah satu Oni mengigit tanganku dan dengan cepat rasa sakit menyebar di tubuhku.

'Orang yang digigit oleh Oni hanya akan bernasib sama seperti Oni lainnya. Berubah menjadi Monster yang haus darah dan tanpa emosi.'

Dan sekarang.. Aku..

"Sakura!" Pintu yang tadi terkunci tiba-tiba terbuka dan Kulihat Sosok lelaki yang sejak tadi aku kejar.

"Syaoran..?"

"Jangan ganggu dia! Hanya aku yang boleh bermain dengannya dan hanya aku yang boleh merasakan darahnya. Kalian bukan apa-apa." Syaoran terlihat marah, warna matanya berubah menjadi merah dan dia membunuh semua Oni itu hanya dengan satu jentikkan jari. Sungguh hebat.

"Kenapa.. kau.."

"Kau baik-baik saja, Sakura?" Tanya Syaoran

"Tidak.. kenapa kau menolongku? Kenapa kau berkata seolah-olah aku ini barang milikmu?" Aku kalap dan berlari meninggalkan ruangan itu.

"Sakura!"

Aku berlari sampai ke atap gedung dan aku tahu Syaoran mengejarku.

"Kau tak bisa kemana-mana lagi. Kau sudah tertahan."

'Kenapa.. dia mengejarku?'

"Kumohon, Sakura. Percayalah padaku."

'Apa aku harus percaya? Pada mahluk yang sudah menghabisi keluargaku.. mahluk yang sejenis dengannya, mahluk yang haus akan darah.'

"Aku tidak tahu ada pengalaman pahit seperti apa antara dirimu dan Vampire, tapi percayalah padaku. Aku tidak seperti mereka."

'Kenapa.. kenapa tadi dia menolongku?'

"Tenanglah. aku hanya ingin menolongmu."

Dia berjalan mendekatiku. Di belakangku ada sebuah pagar tinggi penahan sehingga aku sudah tidak bisa melarikan diri lagi. Rasa sakit ini sudah menjalar ke seluruh tubuhku. Nafasku sudah terpenggal-penggal. Syaoran yang kini berada di depanku menyentuh daguku. Dia berbisik kepadaku.

"Kau tidak akan berubah menjadi Oni.. ada cara lain agar kau tidak berubah menjadi Oni." Ucap Syaoran

"Pem..bohong.. kau hanya.. meninginkan darahku.. kau hanya ingin.. membunuhku.. bukan?"

"Tidak, dengarkan aku, Sakura. Aku adalah Vampire level tertinggi, aku satu-satunya Vampire Blackrose yang tersisa. Aku bisa menyelamatkanmu."

"Bagaimana.. bisa?" Tanyaku

"Kalau aku meminum darahmu dan kau meminum darahku, kau tidak akan menjadi Oni. Kau hanya akan jadi Vampire normal yang bisa bertahan hidup tanpa harus meminum darah. Kau masih punya harapan untuk bisa bertahan hidup sebagai manusia."

"Menjadi vampire.. aku? Aku tidak sudi.. menjadi mahluk yang rendah seperti itu.. lebih baik aku mati.." jawabku yang sudah putus asa

"…Terserah kau saja, tapi aku tidak ingin dan tidak akan membiarkanmu mati."

Syaoran membuat sebuah goresan dari tangannya dan darah berwarna merah yang pekat mengalir dengan lembutnya. Sekejap darah itu berubah menjadi sebuah tali yang mengikat tanganku ke pagar yang berada di belakangku. Dengan cepat luka gores di tangan Syaoran menghilang dan tersembuhkan dengan cepat. Sebenarnya.. dia ini apa?

"Argh! Apa yang akan kau lakukan? Lepaskan aku, bodoh!"

"Tidak. Aku tidak ingin kau mati dan aku tidak ingin kau menjadi monster yang haus darah. Aku.. ingin menolongmu."

Angin yang dingin kembali bertiup. Bulan purnama kembali ditutupi oleh awan hitam yang gelap. Semuanya betul-betul menjadi gelap. Dan saat aku sadari Syaoran sudah berada dekat denganku. Kedua mata Ambernya berubah menjadi warna merah seperti bunga mawar. Kedua taringnya seolah mampu membuat darah mengalir sangat banyak ketika menyentuh seseorang.

"Maafkan aku, Sakura."

Perlahan dia membuka mulutnya, dan aku dapat rasakan kedua taringnya menusuk ke dalam leher kananku. Bau darah tercium oleh hidungku. Bau darah yang pekat dan suara Seorang Vampire yang sedang meminum darahku. Darahku mengalir ke dalam mulutnya, terasa sakit. Taringnya kini sudah masuk, menembus kulitku. Aku tak bisa melawan, aku tak bisa berbuat apapun.

"Hentikan.. Syaoran.. HENTIKAN!" aku mulai berontak dan berusaha melepaskan diri.

Aku berhasil membuatnya berhenti meminum darahku. Dan dapat kulihat sosoknya yang berlumuran darah. Darah yang mengalir dari mulutnya dan menetes ke tanah, darah yang membekas di dekat mulutnya. Itu.. darahku.

"Sekarang, aku tinggal perlu kau meminum darahku dan semuanya akan selesai. Kau akan selamat, Sakura."

"Aku.. tidak akan pernah.. mau meminum darahmu!"

"Kenapa?"

"Aku.. tidak sudi bila harus menjadi mahluk yang sejenis dengan.. monster yang sudah menghabisi keluargaku.."

Syaoran nampak terkejut. Dia terdiam dan warna matanya kini berubah lagi menjadi Amber. Entah kenapa dia memasang raut wajah se-sedih itu.

"Maaf. Aku tidak tahu kalau ternyata masa lalumu memang tidak mengenakkan tentang Vampire. Sekarang aku tahu alasan kenapa kau membenciku dan Vampire lainnya. Tapi.. aku tidak akan merubah keputusanku. Aku akan tetap menolongmu."

"Tidak.. kenapa.. kenapa kau menolongku? Menolong orang yang sudah menghinamu, hendak membunuhmu dan membencimu.. kenapa?" Tanyaku

"Kau mungkin membenciku, tapi aku menyukaimu." Ucapnya dengan tatapan yang serius dan senyum tipisnya.

'Ah..'

Wajahku sedikit merona, namun aku menyembunyikannya. Ini bukan saatnya untuk terpana akan kata-katanya. Karena walaupun dia menyukaiku, walaupun dia berniat menolongku.. aku tetap akan membencinya.

Seperti tadi, Syaoran membuat sebuah luka goresan di tangannya. Tapi kali ini dia menghisap darahnya sendiri. Terlihat banyak darah kini berada di mulutnya. Dan dia mendekatiku seperti tadi. Dia sedikit memiringkan kepalanya, mendekatkan wajahnya pada wajahku. Hembusan nafasnya yang hangat membuat wajahku yang dingin dan pucat menjadi hangat dan sedikit merona. Dia membuka mulutnya yang penuh darah dan.. dia menciumku.

Bukan, dia bukan menciumku. Tapi tepatnya, dia meminumkan darahnya ke mulutku.

'Apa.. hentikan! Syaoran! Kau memaksaku! Aku tidak butuh pertolonganmu!'

"Emmh!" Aku tidak bisa berbicara, dia masih meminumkan darahnya kepadaku. Entah berapa banyak lagi darah yang harus masuk ke dalam tenggorokanku ini. Aku meronta, namun sudah terlanjur, darah itu sudah masuk ke dalam tubuhku. Semuanya.

Syaoran berhenti meminuman darahnya dan kini dia menatap mataku. Dia menatap dalam mataku yang berwarna hijau Emerald. Dan sekujur tubuhku kini serasa.. seperti akan membeku. Rasa sakit, sakit, sangat sakit.

"Aaaaaaaaaaakh!" Aku berteriak karena tidak bisa menahan rasa sakit ini.

"Tenanglah. Tubuhmu sedang akan berubah menjadi normal kembali. Sedikit sakit, namun bersabarlah.." Syaoran kini memelukku yang seperti lepas kendali. Aku melihat pantulan wajahku di dalam bola mata Syaoran. Dan aku melihat bayangan diriku sendiri dan perlahan.. aku melihat bola mataku yang berwarna Emerald kini semerah batu Ruby.

xXxXxXxXxXxXxXxXx

Rasa sakit itu akhirnya lenyap, sirna seperti bulan purnama yang kini sudah menampakkan lagi sinarnya. Sekarang aku betul-betul tidak bertenaga, aku lelah karena berteriak, meronta dan merasakan sakit yang terlalu banyak. Aku tidak sadarkan diri dan aku..

-Syaoran POV-

'Tep'

Dia pingsan dan aku tepat menahannya. Kini dia seperti putri yang tertidur dengan tenangnya di pangkuanku.

"Ayo kita pulang, Sakura."

Aku membawanya seperti tuan putri dalam buku dongeng untuk pergi. Aku tahu dia tidak punya tempat untuk pulang. Dia sendirian, dia tidak memiliki keluarga. Dia hanya sendirian saja selama ini. Sama.. sepertiku.

"Kau sudah tidak sendirian, Sakura. Ada aku."

Aku berbisik dengan lembut kepadanya, dan walau samar aku melihatnya tersenyum tipis dalam tidurnya. Aku tersenyum membalas senyumannya yang mungkin bukan ia tujukan padaku. Dan membawanya pergi dari tempat yang disinari oleh bulan purnama ini.

To be Continued