Hajimemashite, Minna…

Watashiwa ~ Ruki ~ desu

Disclaimer : Tite Kubo-Sensei

Warning : OOC, AU, Typo

Pairing : IchiRuki

Rate : T


~Prince Of The Hell Or Heaven~

== Ruki ==

Chapter 1


Rukia Kuchiki adalah gadis berumur 16 tahun, ia adalah gadis yang bisa dibilang cerewet bahkan menyebalkan, tapi dia juga gadis yang menarik. Entahlah dari mana para lelaki menilai dirinya, ia adalah salah satu gadis populer di sekolahnya, dan pastinya tanpa bermodal tubuh seksi, hanya wajah manis dan kelakuan tomboy tapi imut itulah yang menjadi nilai plus gadis ini.

Banyak lelaki yang menyukai kepribadiannya, tapi kenapa hingga saat ini ia tidak memiliki kekasih? Ia menyukai satu orang, hingga kini dan dari dulu hanya satu orang, dia adalah…

"Wah! Byakuya tampak selalu mempesona ya?" kata salah satu gadis di samping Rukia. Ia adalah Nemu.

"Ah, kau bisa saja. Dia itu biasa saja kok," Kata salah satu gadis di belakang Rukia, ia bernama Tatsuki.

"Apa kau bilang? Dia kan sexy banget!" kata gadis cerewet di depan Rukia, ia bernama Matsumoto.

"Menurutku... dia tidak terlalu buruk.." Kata Hinamori dengan menundukkan wajahnya.

"DIAM!" teriak Rukia tidak sabar.

Tanpa mereka sadari sedari tadi Rukia hanya bisa meredam amarahnya yang sudah sampai ke ubun-ubun. Ia menahannya cukup lama dan cukup sabar, tapi memang dasar ke-4 temannya itu tidak bisa melihat situasi dan kondisi saat ini.

Sekarang kelima gadis tersebut sedang menonton sebuah pertandingan basket di aula sekolah, dan selalu, dan tidak akan pernah terlewatkan penampilan kapten tim yaitu, Byakuya Kuchiki, seorang bangsawan terkaya sekaligus satu-satunya lelaki yang memiliki aura bak seorang dewa yang turun dari langit, dan satu-satunya lelaki yang beruntung dapat di sukai oleh seorang Rukia.

Menurut Rukia ia bagai pangeran yang turun dari surga, dan memang diciptakan untuknya bukan untuk yang lain. Itulah keyakinan terdalamnya.

"Aku akan maju dulu, adikku tersayang!" Kata seseorang membuyarkan lamunan Rukia seketika.

Dilihatnya saat ini, gadis yang begitu mirip dengan dirinya tengah berlari ke tengah aula sekolah tepat saat pertandingan tersebut selesai. Mata Rukia lanagsung melotot dan ia berdiri dengan kasar.

"Hei! Aku tidak akan membiarkanmu!" teriak Rukia sangat lantang.

Kini Rukia berlari mengejar saudara kembarnya itu. Tapi naas, tubuh Rukia terdorong ke kanan dan ke kiri, membuat dirinya tidak bisa menjangkau apa yang ingin ia gapai. Perlahan ia melihat kakaknya, Hisana telah sampai. Ia menyapa Byakuya bersama para anggota Fans Club lainnya.

Nampak jelas, Byakuya tersenyum ke arah mereka semua. Hati Rukia terasa sangat panas bahkan siap meledak. Pelupuk matanya serasa panas, Rukia bukanlah gadis yang cengeng, tapi lain halnya akan masalah ini, Byakuya dapat merubah apa pun pada diri Rukia dalam sekejap saja. Sungguh ajaib.

Rukia mulai lelah menerobos gerumbulan tersebut. Ia berlari menjauhi aula tersebut, ia berlari menjauh dengan air mata yang berhasil membasahi pipinya. Ia malu, ia kecewa, kenapa ia bisa jatuh cinta pada seseorang yang sama sekali tidak menyukainya. Bahkan mungkin lelaki itu tidak mengenalnya, tapi apakah mungkin, seorang Rukia tidak dikenal oleh seorang lelaki di Karakura High School? Mungkin saja, dan orang itu adalah Byakuya Kuchiki seorang.

*(n_n)*

Ia berlari hingga sampai di bagian sekolah yang sangat sepi, di taman samping sekolah, disana diairi oleh sebuah anak sungai yang sangat jernih. Terdapat beberapa ikan yang berenang-renang di sana. Dengan menatapnya Rukia bisa merasa sedikit tenang. Ia bisa melupakan sejenak rasa kecewa di hatinya.

"Kenapa aku harus bersaing dengan saudara kembarku sendiri?" kata Rukia lirih menatap langit.

"Kenapa dari dulu hingga sekarang, tak ada seorang pun yang memasuki kehidupanku?"

Kini Rukia mulai lelah, ia menubrukkan punggungnya di rerumputan hijau di sekelilingnya. Tubuhnya menghadap langit matanya sedikit tertutup oleh sinar matahari. Kemudian ia menutup matanya dengan sempurna dan mulai berbicara di dalam hati,

"Aku ingin, aku sangat menginginkannya… Seandainya saat ini juga muncul seseorang yang bisa membantuku mendapatkan cinta sejati. Aku berjanji, aku akan mengabulkan satu permintaan untuknya di akhir nanti."

Rukia tersenyum dengan mata yang masih tertutup sempurna.

Bruk!

Rukia mendengar sesuatu, tapi apa? Rukia masih tetap melentangkan tubuhnya di atas rerumputan, ia tidak merasa silau, ia merasa hangat. Apa yang terjadi? Kenapa ia merasakan suhu lain di atasnya?

Perlahan tapi pasti Rukia sedikit demi sedikit membuka mata, dan saat ia berhasil membukanya, kedua violet itu melebar sempurna.

"A-aduh, duh!" kata seseorang di atas Rukia.

"…" Rukia masih diam membisu dengan ekspresi terkejut yang luar biasa tercermin di wajahnya.

"Maafkan aku, Nona," kata seseorang itu kemudian dengan wajah tidak berdosa.

"Kyaaaa… mesuuummmm!"

Dengan gerakan cepat Rukia mendorong seseorang yang sejak tadi berada di atasnya, memang tidak menindih tapi jarak tubuh mereka begitu dekat dan amat dekat dan ditambah lagi hampir bersentuhan.

Dengan kasar seseorang itu didorong hingga nyaris masuk ke dalam kolam, Rukia berlari ke arah pohon terdekat menggapainya dan kini terengah-engah memegangi dadanya.

"Si, siapa kau?" Tanya Rukia curiga.

Lelaki itu menatap Rukia, lelaki dengan rambut hitam dan… sayap?

"Kau punya sayap? Hahahahaha… kau ayam atau burung sih?" kata Rukia dengan tawa nyaring setelahnya.

Rukia terus tertawa tak berhenti-berhenti, ia memegangi perut mungilnya sambil berjongkok menahan nyeri karena terlalu melihat sesuatu yang lucu.

Dengan langkah gontai lelaki itu mendekat ke arah Rukia, Rukia menatapnya dan menghentikan tawan nyaringnya. Ia sedikit terpesona melihat lelaki tersebut, pakaian bak bangsawan dan lumayan lah bila disejajarkan dengan pujaanya. Begitulah pikiran yang memenuhi otak Rukia saat ini.

Lelaki itu mengepakkan sedikit sayap putihnya, lalu sayap putih itu rontok satu persatu dan hilang seketika. Hal tersebut membuat Rukia takut sekarang.

"Kau siapa? Kau anak teater kan? Ta, tapi… sayapnya… bukan ayam… bukan burung… jadi…" kata-kata Rukia mulai ngelantur ke mana-mana saat ini.

Lelaki itu semakin mendekat, Rukia terjepit dan perlahan lelaki itu memeluk Rukia dengan sangat lemah,

"To, tolong aku, Nona…" kata lelaki tersebut lirih.

"Kyaaa… tolooong…! Ada orang tampan yang gila memeluk diriku…!" teriak Rukia dengan senyum senyum lebar.

Entah apa yang dipikirkan Rukia saat ini, ia mengejek sekaligus memuji pemuda barusan.

"Pe, pergi! Aku tidak mau kau ada disini!" teriak Rukia sambil memejamkan mata karena takut di apa-apakan.

Bum!

Terjadi sebuah ledakan kecil, Rukia hanya bisa terbatuk-batuk dan ledakan itu berasal dari lelaki di pelukannya. Awalnya Rukia bingung, ia merasakan sesuatu yang basah di telinganya, dan saat semua asap menghilang,

"Rasamu manis, Nona! Aku menyukainya," Kata lelaki yang tadi memeluk Rukia dan tentu saja sekaligus menjilat telinga Rukia.

"Kyaaaa…! Siapa lagi kaauu?" kata Rukia menjerit menjauhi lelaki tersebut.

Beda, yang ini adalah lelaki dengan warna rambut yang lebih mencolok tepatnya ngejreng. Dan sayapnya berwarna hitam.

"Pergi, kau! Mesum!" teriak Rukia sangat keras.

Lelaki itu malah semakin mendekat dan menarik tangan Rukia ke arah dirinya.

"Mulai sekarang, kau menjadi milikku, tepatnya aku menjadi milikmu." Katanya dengan seringai tajam.

"Lepaskan!" Kata Rukia kasar yang kini mendorong tubuh lelaki tampan itu menjauh.

Sayang bukannya yang didorong yang bergeser, malah dirinya yang terhuyung ke belakang. Dengan gerakan cepat Rukia menggapai lelaki tersebut dan memeluknya sangat erat hingga ia dapat mencium dada bidangnya.

Bum!

Terjadi ledakan untuk kedua kalinya. Dan dari asap ledakan tersebut muncullah lelaki bersayap putih, lelaki yang nyaris menindih Rukia tadi.

"K-Kau…? Ah! Aku bingung!" kata Rukia mulai terhuyung ke arah samping memasang gerak lambat untuk pingsan.

"Tu, Tunggu, Nona!" kata lelaki berambut hitam itu segera.

Rukia pun menghentikan aksi nyaris pingsannya dan memposisikan kembali badannya,

"Apa sih? Aku kan mau pingsan, Bodoh!" Kata Rukia ketus.

"Sebentar dulu, Nona. Anda harus tahu dulu siapa Saya,"

"Hn? Memang penting?" Kata Rukia mulai meninggalkan lelaki aneh bersayap itu, sepertinya Rukia mengentengkan manusia bersayap tersebut.

Lelaki itu terbang di atas Rukia dan berhenti tepat di depannya.

"Te, te, te, ter…" kata Rukia terputus-putus.

"Ya, Nona. Aku terbang, dan aku adalah jawaban dari keinginanmu," jawab lelaki berambut hitam dengan sayap putih itu sangat sopan.

"Apa? Keinginan ? Maksudmu keinginan untuk…"

"Ya, mulai hari ini aku bertugas untuk membantu Nona menemukan cinta sejati."

*(n_n)*

Saat ini Rukia tegah berjalan santai menuju ke tempat teduh, tepatnya bangku lusuh tak jauh dari kolam.

"Saya akan mengikuti kemana saja Nona pergi," Kata lelaki bersayap putih datar.

"Kemana saja?" Tanya Rukia sedikit heran.

"Ya, kemana saja," jawab lelaki itu santai.

"Tapi nanti teman-temanku akan…" lanjut Rukia namun terpotong.

"Tenang saja, Nona. Saya akan terlihat jika nona menyentuhku, tepatnya menciumku." Jelas lelaki itu dengan wajah datar.

"What? Apa?" teriak Rukia terkejut.

"Ya, setiap sentuhan akan bernilai waktu, Nona. Selama saya di sentuh, saya akan terlihat oleh manusia lain, beda bila dicium saya akan terlihat selamanya." Jelas lelaki tersebut tanpa jeda.

"Dasar, aturan aneh!" kata Rukia angkuh dengan melipat kedua tangan di depan dada.

"Itulah konsekuensi Malaikat Cinta, Nona. Perlakuan cinta hanya berlaku untuk diri saya. Bila Anda melakukan sebaliknya, maka iblis di dalam tubuh saya akan bangkit," kata lelaki itu kini lebih serius.

"I, Iblis?" Tanya Rukia meyakinkan dan sedikit takut.

"Ya, bukankah tadi Anda sudah melihatnya?"

Rukia hanya diam, ia tengah berpikir, mungkinkah sosok itu adalah seseorang yang tadi menyerangnya.

"Yang… yang… menjilat telingaku?" kata Rukia sedikit ragu.

"Binggo! Tepat sasaran. Iblis itu bisa dilihat oleh semua orang dan susah di atur, Nona. Dia bernama Ichigo dan jangan sekali-kali Nona memanggilnya," lanjut lelaki tersebut dengan tenang.

"A, aku mengerti!" Kata Rukia mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Baiklah siapa nama, Nona?" Tanya lelaki tersebut kemudian.

"Pangil saja, Rukia," Jawab Rukia malas.

"Baik, Nona Rukia!" kata lelaki tersebut mengetes.

"Rukia saja," Bentak Rukia sedikit keras.

"Baik, Rukia saja," kata Malaikat itu innocent.

"Ah sudahlah, terserah! Kau, siapa namamu?"

"Anda bisa memanggil Saya, Kaien, Nona Rukia!"

"Baiklah Kaien, mohon bantuannya."

Mereka pun saling berjabat tangan.

*(n_n)*

Kamar Rukia

Saat ini lelaki berambut hitam dengan setelan baju layaknya seorang bangsawan terus saja membuntuti Rukia, mulai dari makan siang, menonton TV dan banyak sekali, ia selalu membuntuti Rukia, Rukia hanya memasang wajah cuek saja, ia tidak peduli sampai…

Di kamar mandi

Saat ini Rukia tengah bersiap untuk mandi, air hangat dalam bathtub sudah tersedia. Kini ia mulai merendam dirinya diantara busa-busa di sekitarnya, ia memejamkan mata dan berusaha menghilangkan penat dalam dirinya. Tapi tiba-tiba,

"Apakah Nona butuh sesuatu? "Kata seseorang dengan nada sopan seakan dikhususkan untuk seorang putri.

"Tidak, terima kasih." Kata Rukia datar dan masih memejamkan mata.

1 detik

2 detik

3 detik

Sontak mata Rukia langsung melebar dan menatap terkejut ke arah sosok lelaki bersayap putih di sampingnya.

"Pergi! Mesum!" teriak Rukia sambil menyiram Malaikat Cinta itu dengan air sabun.

Bum!

Seringai tajam, rambut orange, sayap hitam. Iblis dari tubuh malaikat itu muncul dan menatap Rukia dengan tatapan ganjil.

"Kau yang rasanya manis itu kan?" katanya mengingat saat ia menjilat telinga Rukia.

Bulu kuduk Rukia langsung saja berdiri, ia hanya diam. Ia lupa akan peringatan sang malaikat. Dia salah langkah.

Lelaki berambut orange itu semakin mendekat pada Rukia kemudian berjongkok menyandarkan dagunya di dinding bathtub Rukia.

"Kita belum memperkenalkan diri kan, Gadis?" kata Ichigo dengan seringai tajam.

"Na-nama-ku… APA? cepat keluar!" bukannya keluar Ichigo malah tersenyum.

"Aku tidak akan keluar karena kau adalah tuanku." Kata Ichigo mulai mengambil langkah berani.

Salah satu kakinya mulai masuk ke dalam air, dan diikuti seluruh tubuhnya, Rukia pun mulai berteriak.

"Kyaaaa…!"

Suara Rukia menggema hingga ke ujung rumah. Sang kakak, Hisana yang mendengar teriakan tersebut langsung berlari ke tempat adiknya. Dan saat ia masuk ke dalam kamar, ia tidak melihat siapa pun. Hisana mulai meneriakkan nama adik kembarnya itu namun tetap tak ada jawaban sama sekali.

Di dalam kamar mandi

Saat ini Ichigo membungkam mulut Rukia sekuat tenaga dan lebih memajukan wajahnya,

"Kau ingin semua tahu kalau kita mandi bersama, Ru-ki-a-ku?" kata Ichigo dengan nada mengoda.

Jantung Rukia mulai berdetak hebat, jarak Ichigo dengan dirinya begitu sangat dekat, bahkan bersentuhan.

"Eemmm… eemm…" gumam Rukia minta di bebaskan.

"Semua akan kembali jika kau menciumku, Nona," Kata Ichigo lebih mencondongkan mukanya mendekat.

Rukia langsung menggelengkan kepala pertanda ia tidak sudi mencium Ichigo.

"Ya sudah, aku saja yang akan menciummu, Tuanku. Kau tahu kan? Ciumanku tak berarti untuk mengubahku."

Perlahan Ichigo lebih mendekat pada Rukia, Rukia mulai gelagapan, dan saat Ichigo hampir menyentuh bibirnya.

Cup!

Rukia berhasil mencium pipi Ichigo terlebih dahulu dan…

Bum!

Rukia mulai terengah-engah memegangi dadanya yang berdebar hebat, sungguh saat-saat yang sangat mendebarkan.

Brak!

Tapat waktu, Rukia berhasil menyingkirkan iblis itu dengan Malaikat Cinta yang tak terlihat. Dan saat ini Kaien telah terbang di atas Rukia.

"Fiuh!" kata Rukia lega.

"Kau tidak apa-apa kan, Rukia?" teriak Hisana di ujung kamar mandi yang lumayan jauh dari bathtub.

"Yaaa… aku baik-baik saja!" Teriak Rukia dengan nada normal namun sedikit berteriak.

Rukia segera memerintahkan Kaien untuk pergi, Kaien pun pergi dan menunggu Rukia di balik pintu. Ia melihat seseorang yang mirip dengan Rukia tengah mencari-cari sesuatu.

"Siapa dia? Apa dia Nona Rukia juga?" Kata Kaien polos.

Kaien berjalan mendekati gadis itu, gadis itu tidak bisa melihatnya.

"Bukan, Raja. Tapi dia manis juga," Kata Kaien berbicara sendiri.

"Cih! Kau hanya perlu melihat Rukia, bukan yang lain." Kata seseorang dalam diri Kaien.

"Baik!" Jawab Kaien tegas.

Keesokan harinya

Seperti biasa saat ini Rukia tengah bergosip bersama sahabat-sahabatnya, termasuk Hisana, rival sekaligus saudara kembarnya.

"Wah, kemarin saat di jalan Byakuya-sama menyapaku lho?" kata Hisana memamerkan.

"Wah, beruntung sekali kau?" kata Matsumoto mulai iri.

"Ah, mungkin hanya kebetulan saja," Kata Rukia sinis.

"Masa iya…? Kau iri padaku kan?" kata Hisana menggoda.

"Lihat saja nanti. Aku yang akan mendapatkannya." Kata Rukia yakin dan kini beranjak pergi dari teman-temannya.

Rukia berjalan gontai menuju ke taman samping sekolah. Seperti biasa menyendiri untuk memikirkan kiat-kiat dirinya merebut hati sang pujaan, Byakuya Kuchiki.

"Kau punya Ide, Kaien?" Tanya Rukia pada sosok malaikat yang sedari tadi terbang mengelilingi Rukia, dan itu cukup mengganggu.

"Wah! Saya hanya bertugas membantu saja, Nona. Anda bisa bertanya kepada Ichigo. Dia paling ahli dalam masalah i…" tawar Malaikat Cinta namun terpotong.

"Tidak!" jawab Rukia tegas.

"Kenapa, Nona?" Tanya Kaien heran dan kini mengambil posisi duduk di samping Rukia.

"Dia Iblis yang menakutkan," jawab Rukia datar.

"Anda saja yang belum mengerti dirinya… Iblis? Apa kata itu yang membuat Nona takut? Iblis pasti ada sisi baiknya, Nona," kata Malaikat mulai meracuni otak Rukia.

"Kau yakin?" kata Rukia sedikit terpancing, sebegitu besarnya ia ingin mendapatkan Byakuya, sampai ditipu pun ia tidak sadar.

"Ya, dia akan muncul saat Nona merasa sedih, dia akan membantu Nona, percayalah," jelas Kaien dengan senyum.

"Baiklah, suruh dia kemari," kata Rukia judes.

"Hanya Nona yang bisa mema…"

Tanpa memandang ke arah Kaien dan mendengarkan penjelasannya lagi, Rukia langsung menampar pipi Malaikat Cinta tersebut dan…

Bruk!

Rukia di dorong ke rumputan hijau dan Ichigo menahannya untuk tetap di bawahnya.

"Kau memanggilku, Sayang?" Tanya Ichigo dengan seringai tajam.

"Kyaaaa… Aku benci padamuuu…!"

Plak!

Rukia berhasil menampar iblis tersebut. Iblis itu mengelus pipinya perlahan, kemudian segera bangun dari atas Rukia memposisikan duduk normal di samping gadis tersebut. Rukia hanya bisa komat-kamit meruntuki perbuatan bodohnya memanggil iblis tersebut.

"Apa yang kau pikirkan, Rukia?" Tanya Ichigo pada Rukia.

Rukia terkejut, suasana ini, suasana yang begitu hangat. Ia berbicara tanpa sekalipun memandang ke arah Rukia, raut wajahnya menjadi serius dan mukanya menjadi sedikit datar, membuat Rukia terpesona sendiri dengan ketampanannya. Dan hal tersebut berhasil membuat Rukia berdebar.

"A, aku… aku bingung harus melakukan apa…" kata Rukia memalingkan wajah dan menatap aliran sungai.

"Kau tahu? Cinta tidak bisa di paksakan, Rukia." Kata Ichigo datar dan serius.

"Aku mengerti, tapi…" kata Rukia ragu namun terpotong.

"Ya, tapi kita bisa mengusahakannya dan merubahnya… Apa kau percaya padaku?" kata Ichigo dengan berdiri membelakangi Rukia saat ini, membiarkan sayap hitam kokoh miliknya melebar dengan sangat gagah.

"Dia begitu keren… Ah! Apa yang ku pikirkan?" kata Rukia dalam hati.

"Aku akan membantumu tapi ada syaratnya…" kata Ichigo masih tetap membelakangi gadis tersebut.

"Apa itu?" Tanya Rukia serius.

"Cium aku," kata Ichigo datar sambil bergerak mendekat ke arah Rukia.

Plak!

*(n_n)*

Hari ini adalah hari dimana Rukia akan memulai misinya untuk mendapatkan sang pujaaan hati, Byakuya Kuchiki. Ichigo baru saja mendaftar sebagai siswa baru di sekolahnya, Rukia terpaksa menyetujui hal tersebut karena Kaien terlalu tidak bisa diandalkan bahkan sangat tidak mengerti soal cinta.

Kenapa bisa? Padahal dia sendiri yang berkata bahwa dia adalah Malaikat Cinta, kenapa justru Iblislah yang membantu Rukia, dasar aneh.

*(n_n)*

Tak disangka kedatangan Ichigo di sekolah membuat gempar seluruh penghuni hawa di dalamnya. Ichigo menjadi topik di setiap pembicaraan. Dan hal itu berhasil membuat para cowok populer yang lain memaki mati-matian Ichigo di dalam hati.

Ichigo yang notabene memiliki tubuh yang pantas menduduki kelas 3, kini berada satu kelas dengan Byakuya. Ichigo nampak begitu sangat dingin kepada para penggemarnya bahkan memiliki tingkat kedinginan setingkat Byakuya.

Kedua orang tersebut memang patut di puja namun patut juga di benci karena image yang dibuat bertemakan Ice Cool, keren sekaligus dingin, memang cocok dan menyebalkan.

"Dasar pintar sekali dia menipu," Kata Rukia dengan nada rendah.

"Siapa yang kau maksud Rukia?" Tanya Nemu kemudian.

"Ah, tidak. Mereka tampak membosankan saja." Kata Rukia mengomentari 2 lelaki yang baru saja melewatinya.

"Kau buta ya? Mereka kan super oke! Lagian kau kan juga menyukai Byakuya-sama!" teriak Matsumoto membuat kedua lelaki tersebut menoleh ke belakang.

Deg!

Jantung ketiga gadis itu berdetak hebat. Bukannya mengalihkan pandangan lagi, kini mereka berdua berjalan menuju ke arah ketiga gadis tersebut. Mereka berdua bertampang datar sangat datar.

Rukia mulai gelabakan, dilihatnya sang pujaan hati, Byakuya, menuju ke arahnya dengan posisi di belakang Ichigo, dan sama sekali tak tersungging senyum di bibirnya. Ichigo pun nampak begitu aneh dan seram, kenapa Rukia berpikiran seperti itu?

Kini Ichigo berdiri tepat di depan Rukia ia tersenyum kemudian berkata,

"Kau pendek sekali, Nona?"

Hening

"APA?" teriak Rukia menggema ke seluruh penjuru sekolah.

Seketika seluruh siswa yang berada di sekitar Rukia berkumpul di TKP

"Ada apa, Putri?" Tanya salah satu dari mereka.

"Bunuh laki-laki itu!" kata Rukia dengan aura membunuh tinggkat ambang batas.

Semua siswa yang memang adalah penggemar Rukia kini berjajar dan menatap Ichigo dengan hawa membunuh tingkat maksimum. Ichigo hanya memejamkan matanya dan tersenyum miring.

"Maju," katanya datar menatap tajam seluruh lelaki di depannya.

Kini semua orang di depan Ichigo hanya bisa tersenyum garing dan perlahan mundur.

"Lho, kalian…"

Belum sempat Rukia menyelesaikan kalimatnya, pasukannya sudah kalang kabut hanya dengan tatapan membunuh dari seorang iblis bernama Ichigo tersebut.

"Cih! Kau kalah Nona," Kata Ichigo angkuh.

Ichigo dan Rukia hanya bertatapan, saat ini mereka saling berkomunikasi dari hati ke hati.

"Apa maksudmu, Ichigo?" kata Rukia dalam hati.

"Ini adalah salah satu rencanaku, Bodoh!"

"Tapi kau berusaha untuk menyingkirkanku!" kata Rukia dalam hati sedikit melebarkan matanya.

"Lihat saja."

Tak lama kemudian Byakuya mengambil langkah di depan Ichigo dan berkata,

"Sudahlah, kau mengusiknya, Ichigo," Katanya datar pada Ichigo.

Ichigo tersenyum menyeringai ke arah Rukia, Rukia pun tersenyum misterius mendekati menyeringai tajam ke arah Ichigo.

"Kau tidak apa-apa kan, Nona?" Tanya Byakuya pada Rukia.

Rukia sangat bingung bahkan jantungnya berdebar-debar tak karuan.

"A, Aku baik-baik saja," Kata Rukia gugup.

Ini adalah kali pertama Rukia berbicara langsung pada Byakuya, sang pujaan hatinya.

"Waaawww!" desis kedua teman Rukia.

"Boleh kutahu siapa namamu?" Tanya Byakuya kemudian.

"Ru, Ruki, Rukia," Jawab Rukia gagap.

"Baiklah, Rukia. Maafkan temanku yang satu ini. Kau tidak keberatan kan?" Tanya Byakuya anggun.

"Ten-tentu saja tidak!" jawab Rukia tanpa basa-basi.

"Baiklah, kami pergi dulu. Sampai jumpa." Kata Byakuya mengambil langkah mendahului.

Ichigo tersenyum pada Rukia, Rukia hanya bisa menunjukkan senyuman terbaiknya pada Ichigo. Ichigo berhenti sejenak, menatap wajah Rukia yang tersenyum padanya.

"Satu langkah telah berhasil ku dapatkan." Kata Ichigo dalam hati.

T`B`C`


Arigatou and Mata Ashita "^_^"


R P

E L

V E

I A

E S

W E