ARIGATOU UNTUK SEMUA READER N' RIFYUWERS…
Penghargaan tertinggi *GubraGG* Lhyn kasih untuk :
Hikari Uchiha Hatake, Awan Hitam, dei hatake, Azuka Kanahara, LuthMelody, aya-na rifa'i, Chrystha McDohl Suikogirl,Masahiro 'Night' Seiran, Kuroneko Hime-un, Haruchi Nigiyama, Tori-chan Nadeshiko,vieszcy, chiu-chi Hatake, miss hakuba, sava kaladze, ZephyrAmfoter, Ayano Hatake, akaSuna no hataruno teng tong, The1st, Hyuneko, Kurosaki Kuchiki, Misa UchiHatake, Riichan LuvHiru, Anggun Nara, Hatake Nheny, Violet7orange, Mhaya Hatake, Mamehatsuki, I hate Kakashi and hate Sakura,nina luv tenzou, nina luv tenzou, nina luv tenzou, NoNameNoFace, Maya, Lovely luna, Silver queen, kurisu riku, Hatake Lerina, Secret Admirer, Sweet Rain,cyfz Harunoo, Hatake lover,Gieyoungkyu, Michiru No AkaSuna, ie'chan, Asuka Hitsugaya, Safira Love SaSunaru, Cuma reader setia, Carmelian, Bug Bug Cin, Silla ichigo uchiha, NaraHatake, Don't like Hinata, Newbie, Venita Ursula, Kakasaku BIG fans, Venisia, Popuri chan, Sadness and sorrow, Heiress Hinata, FB widyan d'Fours nii, Lita-chan, Fun-Ny Chan, Hataruno Hatake, Mikaku Haruno Saku, Akina Takahashi, Rein, CheeryBeery, Vipris.
LUPH YOU ALL….karna kalian lah chaps ini ada….
~2nd Sakura PUNYA Lhyn Hatake~
Disclaimer : Masashi Kisimoto sampe akhir zaman…
Warning : AU, Gaje, Aneh, pre Junior Author… jadi sorry banged kalo gaje.. OOC (Pasti- kayaknya Gaara OOC banget deh-), OC (beberapa peran gag penting), typo (Buanyak banget) N' segala macem temen satu paketnya… dan saiya mengharapkan…Dukungan, Kritik dan Saran... lewat Rifyu, Tapi Flame udah gag diterima! Coz dah dichaps akhir… hehehe….
~2nd Sakura PUNYA Lhyn Hatake~
Mei 2011
Sakura membaca namanya dipapan pengumuman kelulusan dengan kecewa, namanya berada diurutan nomor dua sebagai murid terbaik di Suna tahun ini, tentu saja setelah Gaara. Dia kesal. Entah bagaimana lagi caranya agar dia bisa melampaui sang kazekage itu. Dia telah belajar mati-matian, memfokuskan segala kegiatannya pada belajar tahun ini, tapi tetap saja dia berada diurutan nomor dua setelah Gaara. Padahal berani bersumpah, dia tak pernah melihat Gaara belajar diluar sekolah, bahkan sekolah pun Gaara masih sering bolos karna alasan kenegaraan.
Sakura menghena nafas pelan lalu berjalan meninggalkan papan pengumuman dan hiruk-pikuk para siswa ditempat itu, dia berjalan santai menaiki tangga gedung Suna High School, tidak seperti Konoha School, Suna High School hanya sekolah lanjutan biasa, mungkin terbaik di Suna, tapi selebihnya biasa dengan bagunan berlantai tiga dan fasilitas-fasilitas umum yang biasa ditemukan di sekolah-sekolah lain.
Sakura melepas tas slempangnya dan meletakkannya begitu saja di lantai atap gedung itu. Dulu, sebelum Sakura menginjakkan kaki di Konoha, atap gedung adalah hal yang sama sekali tidak pernah membuatnya tertarik. Dan sekarang atap gedung sudah seperti tempat terbaik keduanya setelah kamar. Suna bukanlah kota yang bisa menyaingi keindahan Konoha, dari atap itu dia hanya bisa melihat gedung dan bangunan-bangunan kecil yang kadang malah tak terlihat saat angin meniup pasirnya. Tapi setidaknya dia bisa melihat pusat kota itu, dimana sebuah taman hijau dengan air mancur besar dan pepohonan rindang memenuhinya.
Sakura duduk di sebuah tembok pembatas rendah yang tanpa jaring-jaring pengaman sepeti diKonoha. Dia duduk tanpa memperdulikan panasnya matahari yang menyangat kulit putihnya. Meski telah setahun berlalu Sakura tak pernah sedetikpun bisa melupakan apa yang ada diKonoha. Setiap detail tentang pria itu dia masih bisa mengingatnya dengan sangat jelas seolah itu baru saja terjadi beberapa menit yang lalu. Bukan hanya itu, bukan hanya kenangan itu yang masih melekat jelas, tapi juga rasa sakitnya.
Sakura tersenyum.
Dia sudah merasa sangat terbiasa dengan rasa sakit ini. Dan sekarang dia menikmatinya. Menikmati saat dia mengingat sentuhan pria itu dan rasa sakit menjalari tubuhnya. Dia menikmatinya meski kadang fisiknya berkata lain dengan mengeluarkan cairan bening dari matanya.
"Kau disini." Terdengar suara yang sangat dia kenal, suara hangat yang dia rindukan.
Sakura memutar kepalanya dan memandang terkejut sosok berambut merah yang tersenyum padanya. Sakura bangkit dan buru-buru berlari menubruk pria itu, memeluknya hangat.
"Nii-chan…" Seru Sakura haru. "Sejak kapan Nii-chan ada disini?"
"Nii-chan baru tiba sejam yang lalu, dan kuhabiskan waktu sejam itu untuk mencarimu." Kata Sasori mengacak rambut Sakura.
"Untung tidak terlalu lama Nii-chan mencariku, sayang sekali kalau waktunya terbuang." Sakura melepas pelukannya dan memandang wajah Nii-channya.
"Gaara yang memberi tahuku kalau kau ada disini." Suara Nii-channya mulai berubah, jadi terdengar sedih dan berat.
"Oh." Hanya itu yang bisa Sakura berikan sebagai respon.
Gaara, dia memang sering memergokinya saat Sakura tengah melamun, atau bahkan menangis. Kadang hal itu membuatnya merasa tak enak sendiri, apalagi saat pertama kali Sasuke datang mengunjunginya Gaara begitu saja menghantam rahang Sasuke, mengira Sakura menangis karna pria itu.
"Untuk apa Nii-chan datang?" Tanya Sakura terdengar sedikit tak ramah.
"Hey, ini hari kelulusanmu Hime…" Sasori menatap mata Sakura. "Oh, ayolah…" Sasori mendesah saat tak ada respon dari Sakura.
"Aku benci hidupku masih berlanjut." Kata Sakura, dia merasa…. entahlah… mungkin sedih, dia tahu dia baru saja menyakiti seseorang lagi dengan apa yang dilakukannya.
"APA YANG KAU KATAKAN SAKURA!" Sasori berkata keras.
"Kalau Nii-chan mengharapkan pesta kelulusan sebaiknya Nii-chan pulang." Kata Sakura. Berbalik dan kembali duduk ditempat yang sama sebelumnya.
Sungguh. Dia tidak ingin melihat hal itu… dia sangat merindukan Nii-channya. Tak sesering Sasuke yang sering tiba-tiba muncul didepannya, pria ini hanya sebulan sekali datang mengunjunginya. Tapi dia jauh tidak ingin melihat tatapan itu, tatapan iba. Tatapan yang membuatnya tak bisa bertahan lama berada disamping siapapun sekarang.
"Sungguh. Aku tak pernah tahu kemana perginya Sakuraku." Kata Nii-channya terdengar getir. "Aku datang karna aku berharap bisa menemukan Sakuraku kembali disini, dan juga membawa sebuah berita dan sebuah pertanyaan untukmu." Suara itu terdengar berat.
Sakura menunduk. Suara Nii-channya terdengar sangat memilukan, dia tidak pernah mendengar suara seperti itu sebelumnya dari Nii-channya, tidak pernah bahkan saat kedua orang tuanya meninggal, suara Nii-channya selalu terdengar kuat, menguatkan.
"Hinata meninggal kemarin, itu beritanya dan aku ingin bertanya apakah kau bisa mengijinkanku menikah dengan Ayame. Tapi sepertinya kau sama sekali tidak akan perduli dengan itu, kau terlalu memikirkan kesedihanmu sendiri hingga aku yakin kau tidak akan pernah peduli dengan itu." Kata Nii-channya, menekankan setiap kata 'KAU' dalam kalimatnya.
Sakura membeku. Hinata meninggal…. Nii-channya akan menikah… Hinata…. Tapi…. Bagaimana bisa? Bagaimana mungkin? Bukankah seharusnya dia tengah bahagia bersama Kakashi dan hatake kecil dalam sebuah keluarga harmonis? Melupakan Sakura sebagai angin lalu dalam kehidupannya?
Butiran bening kembali menetes dari mata emerald Sakura, Hinata… Sakura bahkan belum meminta maaf untuk apa yang telah dilakukannya. Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa Hinata meninggal?
Kami-sama….
Kenapa?
Kami-sama….
~2nd Sakura PUNYA Lhyn Hatake~
Sakura masih duduk menekuk lututnya dan menyembunyikan wajahnya disana. Dia sama sekali tidak peduli dengan angin dingin yang menusuk kulitnya. Yang ada dalam fikirannya hanya seribu penyesalan yang menbuncah-buncah memenuhi dirinya. Langit telah menggelap sekarang, semakin gelap dengan tidak adanya satu bintang pun disana.
"Sakura." Panggil suara datar namun hangat.
Lalu Sakura merasakan sesuatu menyelimuti bahunya. Sakura masih belum ingin mendongak, dia tahu siapa yang baru saja melakukan itu, jadi sama sekali tak perlu mendongak untuk mengetahuinya.
"Sampai kapan kau akan melakukan ini?"
"Entahlah." Jawab Sakura. "Hanya ini yang bisa membuatku puas, Gaara."
"Bisakah aku memintamu berhenti melakukan ini?"
"Gaara, apakah aku terlalu egois?" Sakura masih belum mengangkat kepalanya.
"Ya." Jawab suara Gaara datar.
Sakura menghela nafas berat."aku membuatmu, Nii-chan, Sasuke, Temari-nee, dan Kankoru-nii sedih?"
"Ya."
"Hah… maaf, aku hanya…" Sakura berhenti, menahan nafas. "Apa yang harus aku lakukan agar kalian tidak kusakiti."
"Kau tahu apa yang harus kau lakukan Sakura." Gaara mengusap rambutnya.
Sakura terdiam. Apa yang harus dia lakukan? Sakura mendongak dan rambut merah langsung tertangkap indranya. "Nii-chan, aku harus menemui Nii-chan. Gaara bisakah kau antarkan aku padanya?" Sakura memandang mata hijau pucat dengan penuh harap.
Gaara mengangguk pelan.
Sakura bangkit dari duduknya, beberapa tulangnya terdengar berderak menandakan tulang-tulang itu kaku karna terlalu lama tidak bergerak.
~2nd Sakura PUNYA Lhyn Hatake~
Mercedez benz hitam Gaara membawanya kekediaman Sabaku. Saat mobil itu memasuki halaman rumah yang panjang, Sakura melihat mobil Nii-channya masih disana. Dia menghembuskan nafas lega, setidaknya Nii-channya belum kembali keKonoha. Mobil pelan2 melambat, dan akhirnya berhenti sepenuhnya.
"Sakura." Panggil Gaara sesaat sebelum dia membuka pintu mobilnya.
Sakura menurunkan tangannya dari grendel pintu dan berbalik menatap mata hijau pucat didepannya."Ada apa?" alis Sakura mengernyit melihat wajah gugup Gaara.
"Aku hanya ingin kau tahu bahwa pada awalnya aku begitu membenci Sasuke, tapi sekarang aku merasa kasihan padanya lebih dari aku mengasihani diriku sendiri." Gaara memandang lampu-lampu rumahnya dengan kosong.
"Apa maksudmu Gaara?" Tanya Sakura, dia sama sekali tak mengerti arah pembicaraannya.
"Aku berharap kalau saja salah satu dari kami yang ada dihatimu sekarang—"
"Hentikan Gaara." Tolak Sakura cepat. Dia menggeleng kuat-kuat, menolak kalimat itu masuk kedalam fikirannya. "Aku ingin bertemu Nii-chan." Kata Sakura, kemudian membuka pintu mobil itu dan melangkah keluar meninggalkan pria bertato kanji Ai dikeningnya itu.
Sakura menaiki undakan batu dengan cepat dan membuka pintu ganda dengan kasar. Tapi sesaat kemudian dia membeku, jantungnya berdebar ketakutan. Apakah Nii-channya mau menemuinya? Mau berbicara dengannya? Sakura berjalan lembat melintasi ruang tamu itu, sayup-sayup dia bisa mendengarkan suara orang-orang tengah ngobrol pelan. Dan… dia tahu topik apa yang tengah dibicarakan oleh mereka. Mereka membicarakan dirinya. Sakura berdiri ragu didepan pintu ruang keluarga, kemudian menyingkap tirai karang dan menimbulkan suara harmoni pelan.
Obrolan berhenti. Nii-channya, kankuro dan Temari memandangnya was-was. Sakura memandang mata hijau pucat Nii-channya dengan gugup, dia melangkah pelan kearahnya. Nii-channya balas memandangnya, pandangnya yang sulit diartikan.
"Nii-chan aku… minta maaf…" Sakura berkata ragu.
"…"
"…"
"Tidak ada gunanya kau minta maaf kalau kau tidak menyesal Sakura." Suara Nii-channya yang begitu tegas terasa bagai petir yang menggetarkan sisa-sisa ketegarannya.
Sakura menekuk lututnya didepan Nii-channya, air matanya menitik pelan. "Aku menyesal, aku tahu aku salah… aku minta maaf pada Nii-chan, Temari-nee, Kankuro-nii dan Gaara. Aku telah membuat kalian khawatir. Aku minta maaf."
"Bukan penyesalan seperti itu Sakura." Nii-channya mengangkat bahunya, membawanya kembali berdiri. "Dengar, kau tidak akan pernah sembuh dari rasa sakitmu bila kau sendiri tidak memiliki keinginan untuk sembuh Sakura."
Keinginan untuk sembuh? Dia bahkan tidak tahu untuk apa dia sembuh dari rasa sakit ini. Rasa sakit yang kini lebih dekat dari siapapun, dari apapun dihatinya. Untuk apa dia sembuh? Untuk memulai kehidupan barunya? Tapi, kehidupan baru yang seperti apa? atau untuk kembali mencintai dan terluka lagi? Tidak…tidak… tidak… dia yakin ada alasan lain yang lebih bisa dia percayai… alasan yang lebih mungkin untuknya.
Dia merasakan pelukan hangat Nii-channya, belaian lembut dirambut pink panjangnya. Dia bisa mencium aroma mintnya, aroma maskulin dan aroma perlindungannya. "Aku tahu butuh waktu Sakura, tapi waktu sebanyak apapun tidak akan berguna kalau kau tidak mencobanya." Sasori mengecup puncak kepala Sakura lembut. "kembalilah Sakura, kembalilah pada Sakuraku yang dulu, Sakura yang begitu manis, kembalilah menjadi Sakuraku." Bisik Sasori lembut.
Sakura mengeratkan pelukannya pada Nii-channya dan terisak disana. tapi dia telah berjanji, dia akan mencoba untuk sembuh. Dia akan kembali menjadi Sakura-Nii-channya.
~2nd Sakura PUNYA Lhyn Hatake~
Setelah hari itu Sakura kembali ke Konoha, dia ingin menunjukkan bahwa dia benar-benar berniat untuk sembuh pada Nii-channya dengan menunjukkan bahwa jarak saat ini bukanlah hal yang mengganggu untuk Sakura. Toh, pada kenyataannya setelah setahun dia tinggal ditempat yang cukup jauh dari Kakashi dia tetap tidak bisa melupakannya.
Sakura melanjutkan kuliahnya di Konoha University dan mengambil Fakultas Kedokteran,Ino dan seluruh Taka no Konoha menyambut kedatangannya dengan tangan terbuka seperti sebelumnya. Sakura juga telah mengunjungi tempat peristirahatan terakhir Hinata di hari pertama dia tiba disini. Dia tahu Hinata tak pernah hamil dan merasa semakin bersalah telah merasa bersedih atas kehamilannya. sejak saat itu Sakura terus mengunjungi tempat itu setiap akhir pekan untuk sekedar meminta maaf dan meletakkan bunga.
Dan hari ini
Adalah hari yang telah dia persiapkan selama tiga bulan ini. Hari terpenting dalam hidup Nii-channya. Sakura memandang dari sudut Hall Room itu sosok tampan Nii-channya. Sakura belum mengucapkan selamat atas pernikahan Nii-channya itu. Sejak sedetik setelah mengucapkan janji suci seluruh undangan berebut untuk mengucapkan selamat pada Nii-channya. Dia tahu akan ada waktu untuknya sendiri nanti. Yah nanti.
Sejujurnya Sakura masih merasa cemburu pada Ayame. Meskipun selama ini ayame selalu bersikap baik padanya, bahkan lebih dari sekedar bersikap baik. Sakura merasakan kasih sayang yang tulus dari wanita itu. Tapi tetap saja dia merasa cemburu pada ayame yang telah berhasil membuat Nii-channya tidak bisa berhenti tersenyum hari itu. Dan dia takut kasih sayang Nii-channya akan terbagi nanti, tapi buru-buru dia lenyapkan pemikiran sempit seperti itu.
Sakura menghela nafas kemudian bangkit dan berjalan kearah pintu keluar ruangan besar itu. Dia jenuh dengan hal ini. dia sama sekali tidak merasa ada yang mengejutkan dihari spesial ini. bagaimana dia akan terkejut kalau dialah orang pertama setelah kedua mempelai yang begitu sibuk menyiapkan semuanya. Dari hal terkecil seperti jumlah gelas yang perlu disediakan sampai hal besar seperti pakaian pengantin.
"EH?" Sakura sangat terkejut saat merasakan sebuah tangan mengandeng tangannya. "Sasuke." Helanya.
"Kau mau kabur tanpa mengajakku?" bisik Sasuke. Dan Sasuke adalah orang ketiga setelah Temari –yang bertekad tinggal diKonoha untuk ini– yang juga ikut sibuk mengurus segala tetek bengek untuk hari ini.
"Sepertinya tidak. Aku akan mengajakmu." Kata Sakura dalam senyumnya.
Sasuke tidak membalas senyum itu, hanya gernyitan alis dan kemudian memandang kedepan. Keduanya berjalan menyusuri lorong-lorong megah hotel tempat pesta itu diadakan.
"Rasanya puas juga usaha kita selama ini berhasil." Kata Sakura dengan sedikit senyum kembali mengembang dibibirnya.
"Bisakah kau hentikan itu Sakura?" kata Sasuke dingin.
Sakura berhenti melangkah. Dia berbalik dan memandang wajah dingin yang telah bersiap untuk menerima reaksinya. "Apa maksudmu Sasuke? Apa yang harusku hentikan?"
"Berhantilah menampilkan senyum palsu itu." Katanya dingin.
Sakura masih belum mengerti. Senyum palsu?
"Kalau kau tidak ingin tersenyum sebaiknya jangan tersenyum." Mata Onyx mamandangnya tajam "Sampai kapan kau akan bertahan seperti ini?"
"Sasuke aku tidak mengerti." Sakura sedikit kesal.
"Kau hanya berpura-pura bisa melupakannya. Senyummu tidak mencapai matamu Sakura, mata itu masih merindukan sosok yang sama."
Sakura mulai mengerti sekarang. "Jadi, apa yang harus aku lakukan?" Tanya Sakura sinis.
"Membuka hatimu. Kau menutupnya terlalu rapat." Sasuke menunjuk dadanya, tempat dimana hatinya berada.
"Bagaimana kalau ku balikkan kata-katamu itu? Kau fikir aku tidak tahu bahwa kau juga masih mencintai Sakura Haruno?" desis Sakura marah.
Alis Sasuke mengernyit. Mata onyx itu masih memandang tajam pada Sakura. "maaf." Ucapnya pelan.
Kali ini alis Sakura yang mengernyit, dia tidak mengerti. Ini pertama kalinya Sasuke meminta maaf padanya, karna Sasuke tak pernah sekali pun membuat kesalahan terhadapnya. Dan Sakura yakin bahwa saat ini dia melihat adanya kepedihan dimata yang selalu terlihat dingin itu.
"Sasuke, kau—" Sakura kehilangan kata-katanya saat melihat gurat aneh diwajah itu.
"Aku merasa gagal Sakura. Aku gagal membuatmu bahagia. Maafkan aku." Rambut ayam itu menunduk.
"Kau tidak bersalah Sasuke. Jangan meminta maaf karna itu." Sakura mengusap pipi Sasuke lembut.
Tidak, dia tidak bahagia bukan karna kesalahan Sasuke, dia tidak bahagia saat ini karna kesalahannya sendiri, dan seharusnya dialah yang meminta maaf pada Sasuke karna dialah yang telah membuat pria itu merasa bersalah saat ini.
~2nd Sakura PUNYA Lhyn Hatake~
Kakashi memutar kran dan air dingin meluncur keluar dari shower diatasnya, membiarkan seluruh tubuh dan pakaiannya basah. Dia bersandar ke dinding berkramik putih dingin, berharap air bisa menghapuskan ingatannya pada hal yang baru saja dilihatnya sesaat sebelum dia pulang dari pesta sasori. Darahnya berdesir diseluruh organ tubuhnya, amarahnya terasa kembali memuncak.
BUGH!
Dia berbalik cepat dan menghantam dinding kramik dengan kepalan tangannya. Rasanya dia ingin menghacurkan sesuatu sekarang. Selintas adegan saat Sakura berciuman dengan Sasuke kembali terpampang jelas dikepalanya. Gadis berambut pink yang begitu dirindukannya, tanpa jarak sesentipun dengan pria lain.
Apakah kami-sama begitu membencinya sehingga dia harus menerima itu? Selama ini dia berusaha mati-matian untuk tidak menemui gadis itu, atau sekedar mengamatinya dari kejauhan. Dia benar-benar menekan keinginannya sendiri untuk melakukan hal itu. Tapi kenapa? Kami-sama malah mempertemukannya dalam keadaan seperti itu? Seribukali dia lebih memilih tak pernah bertemu dengan gadis pink itu dari pada harus melihatnya disentuh pria lain.
Kakashi mengepalkan tangannya erat-erat sebelum kemudian menghantamkannya kembali ke dinding kramik itu.
BUGH!
"KUSO!" teriaknya mengelegar di dinding-dinding kramik kamar mandinya.
~2nd Sakura PUNYA Lhyn Hatake~
Sabtu pagi.
Udara sedikit berembun pagi itu. Dingin dan menyejukkan. Sakura berjalan pelan melintasi jalan setapak berbatu pualam itu. Seikat mawar putih ditangan kanannya dan lily putih ditangan kirinya. Tujuannya tak begitu jauh lagi, sebuah batu pualam putih yang terpahat indah dan halus yang mengukir nama seseorang. Langkahnya melambat seiring jarak yang menyempit dengan tujuannya.
Sakura tersenyum. Senyum miris seperti biasanya.
"Hai Hinata." Sapanya pada pualam didepannya. Sakura meletakkan mawar putih ditangan kanannya. "Maaf membuatmu bosan dengan kedatanganku. Seperti biasa aku ingin minta maaf padamu Hinata." Sakura mengoper lily putih ditangan kirinya ketangan kanannya dan kembali meletakkannya dibawah pualam itu. "Kali ini aku bukan hanya ingin meminta maaf karna telah menyakitimu, tapi aku juga ingin meminta maaf karna menyakiti Kakashi-mu." Kata Sakura parau.
Sakura beranjak sedikit dan duduk bersila di tanah berumput didepan pualam berukir 'Hinata Hatake' itu. Memandang nama yang terukit itu lekat-lekat. "Aku iri padamu Hinata, andai saja namaku yang terukir dibatu itu dan kau yang berada disini. Tak seharusnya kau pergi Hinata, kau hidup dimana seharusnya kau berada, seharusnya kau tetap disini Hinata, dan aku yang berada disana." Butir bening kembali menetes dari pipi Sakura, dan buru-buru dihapuskannya.
~2nd Sakura PUNYA Lhyn Hatake~
Kakashi membeku ditempatnya menatap punggung yang tertutup rambut pink yang tergerai didepannya. Tubuh kecil yang duduk menunduk didepan makam Hinata. Sekarang dia tahu siapa yang selalu meletakkan mawar putih dan lily putih disetiap hari sabtu, karna dia selalu menemukan kelopak layunya di minggu pagi.
Kakashi masih belum bisa bergerak memandang punggung itu bergetar dan isakan kecil yang terdengar menyiksanya. 'Aku merindukamu Sakura…' batin Kakashi pedih, ingin sekali dia memeluk tubuh rapuh itu dan menguatkannya. Tidak… tidak Kakashi jangan berharap karna kau tak pernah diijinkan berharap.
Kakashi masih belum bisa bergerak saat tubuh mungil itu bangkit dan menunduk dalam didepan pualam putih didepannya, dan masih tetap belum bisa bergerak saat Sakura berbalik dan mata emeraldnya membelalak terkejut.
Tubuhnya semakin membeku saat menatap mata itu. Ingin sekali dia tersenyum lembut dan menyapa hangat gadis itu. Tapi kembali dia harus menelan pil pahit, dia tidak diijinkan berharap. Sakura melangkah pelan kearahnya, gadis itu menundukkan wajahnya, menyembunyikan emeraldnya dari pandangan Kakashi. Kemudian Kakashi sadar bahwa mata itu telah dimiliki pria lain. Kakashi menunduk dalam, tangannya meremas rangkaian indah angrek ungu kesukaan Hinata.
'Kau bisa mengejarnya Kakashi-koi…' terdengar kembali sepotong kalimat terakhir Hinata.
Kakashi menggeleng pelan. "Kau lihat Hinata? Aku tidak mungkin mengejarnya. Dia terlalu jauh, terlalu tak terjangkau olehku." Lirih Kakashi dalam senyum pahitnya.
~2nd Sakura PUNYA Lhyn Hatake~
Sakura memasuki mobilnya dengan perasaan kacau. Dia yakin apa yang baru saja dilihatnya hanya ilusi, tidak mungkin itu nyata. Tidak mungkin. Kakashi tidak mungkin berada ditempat itu tadi. Itu hanya ilusi. Itu ilusi.
Sakura mulai menjalankan mobilnya pelan meninggalkan komplek pemakaman itu. Kakashi. Mata itu… mata berbeda warna itu… kenapa tampak sangat memilukan? Kenapa tampak sangat menderita?
Apakah kehilangan Hinata yang membuatnya jadi sepilu itu? Seakan tak ada setitik cahayapun yang mampu menembus kepekatan kabut itu. Apakah Hinata sepenting itu bagi Kakashi? Sakura merasakan hatinya tercengkram kuat, tersayat-sayat menyakitkan. Mungkin memang benar, seharusnya dialah yang mati bukan Hinata.
'POWN…. POWN….'
Suara klakson mengelegar memekakkan telinga membuyarkan lamunan Sakura. Dan hal yang berikutnya dia sadari adalah…
Dia telah menerobos lampu merah di perempatan jalan dan sebuah bill up besar dengan kecepatan cukup tinggi bergerak cepat kearah mobilnya… reflex Sakura membanting kemudi mobilnya dan mengindak remnya…
'Ayolah… sempat… pasti sempat…'
Jantung Sakura berderu cepat…
'Tidak… tidak akan sempat… tidak akan sempat….'
BRAKKK!
Ban besar bill up itu menghantam moncong Jazz putih Sakura…
SRAAKKKK…..
Kemudian menyeret mobil itu.
BRAAKKK…
Mobil Sakura terpental keatas, berputar diudara…
BRAAKK…
Dan menghantam aspal dengan keras.
Sakura merasakan kepalanya berputar begitu cepat, pandangannya mengabur… kemudian jelas kembali… semuanya tampak terbalik, tanah beraspal berada diatasnya dan langit pagi Konoha berada dibawahnya. Sakura memijat kepalanya pelan, bau anyir darah memenuhi hidungnya, membuatnya pusing dan mual. Kemudian dia melihat ponsel diatas kepalanya berkelap-kelip, entah kenapa dia tidak bisa merasakan getar dari ponsel itu ataupun mendengar nada pangilnya. Foto Nii-channya yang tersenyum tampak dilayarnya. Sakura menggulurkan tangan untuk meraihnya, dan… tangannya berhenti terulur, seluruh tangannya berwarna merah… berlumuran darah… Sakura kembali memandang langit biru dibawahnya, lalu pandangannya menggelap dengan cepat.
~2nd Sakura PUNYA Lhyn Hatake~
Kakashi memandang heran mobil-mobil yang berhenti ditengah jalan menghalangi jalannya. Sejak kapan Konoha macet? Dia menghetikan mobilnya pelan-pelan dibelakang mobil lain yang telah berhenti. Jantungnya berdetak tak menentu, perasaannya begitu aneh. Sakura. Gadis itu…
Kakashi memandang langit pagi Konoha yang tampak sedikit mendung. Kenapa gadis itu selalu membawa perasaan yang begitu asing baginya? Sakura, dia sangat merindukan gadis itu. Dia tak tahu dia harus merasa beruntung atau merasa menyesal karna tidak memeluk gadis itu tadi. Tapi tatapan mata itu, Tidak. Gadis itu bahkan menolak untuk menatapnya. Mungkinkah gadis itu membencinya?
Kakashi memandang sesuatu yang aneh dilangit itu, sebuah kepulan asap hitam pekat. Sesuatu yang sebelumnya luput dari pandangannya. 'Kecelakaan?' Dia membatin heran, mengingat kecelakaan lalulintas diKonoha merupakan hal yang sangat jarang terjadi. Kemudian dia teringat seratus meter dari tepat mobilnya berada adalah perempatan sektor dua Konoha, menerobos lampu merahkah? siapa orang bodoh yang mau menerobos lampu merah dijalanan besar Konoha? Hanya orang yang ingin mati saja.
Tapi kemudian perasaan aneh tentang Sakura kembali menerobos hati dan fikirannya. Entah apa yang mengerakkan tangan Kakashi untuk melepas selt beltnya, dan turun dai mobilnya. Debar jantungnya jadi kian tak menentu saat dia berjalan pelan kearah asap hitam itu berasal, berdetak semakin tak nyaman seiring dengan berkurangnya jarak antara dirinya dan sumber kemacetan itu.
Dari jarak dua puluh meter Kakashi bisa melihat sebuah mobil Jazz putih yang terbalik ditengah jalan dan terbakar dengan beberapa bagian-bagiannya tersebar disekitar bangkai mobil itu, tiba-tiba saja perasaan mengerikan itu menghantamnya. Jazz itu… Jazz yang dilihatnya didepan pemakaman tadi. Kakashi berlari cepat dengan perasaan ketakutan yang bergelora didadanya.
Dua buah mobil ambulance ada disana, dan dua buah mobil anbu yang dilihat dari platnya itu milik divisi ketertiban juga dan disana. Kemudian sebuah wajah yang dikenalnya tampak diantara kerumunan para anbu dan para medis dibelakang sebuah mobil ambulance.
"YAMATO!" panggil Kakashi keras.
"Ke-ketua?" Yamato tampak terkejut.
"Ada apa? Kenapa kau ada disini?" dia bertanya sedikit curiga.
"Ada kecelakaan cukup hebat dan saat itu aku kebetulan lewat." Dia menunjuk mobilnya yang berada diantrian terdepan kemacetan itu.
Kakashi memandang bangkai mobil yang masih berasap hitam itu, lalu kesebuah bill up yang berhenti tak wajar ditempat itu, kemudian kembali memandang Yamato. "Terbakar?"
"Sak— maksudku korbannya berhasil dikeluarkan sebelum mobil itu meledak." Kata Yamato gugup.
Alis Kakashi mengernyit melihat ada keanehan di ekspresi anak buahnya itu. "Siapa?" Tanya Kakashi lambat-lambat.
Yamato membeku. Dia memandang ketakutan kearah Kakashi. Dan perasaan aneh itu semakin menguasai tubuhnya. Kakashi berjalan kearah pintu belakang mobil ambulance itu, dan kemudian menariknya terbuka saat seorang petugas medis hendak menutupnya. Kakashi merasakan kenyerian disetiap senti tubuhnya, tubuhnya menjadi terasa kebas, kehilangan rasa. Rambut pink berlumuran darah, wajah pucat penuh darah, kemeja biru penuh darah… darah… membasahi gadis itu… membasahi Sakura.
"Kuatkan dirimu Kakashi." Yamato menepuk pendak Kakashi pelan. "Kakashi." Yamato meraih tubuh Kakashi yang kini limbung ketanah.
Setetes cairan bening keluar dari matanya.
'Kami-sama… Kenapa harus dia?'
~2nd Sakura PUNYA Lhyn Hatake~
Sasuke berlari cepat menyusuri lorong-lorong rumah sakit itu. Dadanya terasa ingin meledak kapan saja. Sekali ini dia benar-benar merasa takut.
'Jangan lakukan itu… jangan dia kami-sama… jangan dia… jangan lakukan itu…'
Sasuke berbelok di ujung koridor dan berhenti berlari. Sesuatu tengah terjadi disana. Sasori tampak mencengkram kerah Kemeja Kakashi.
"…Sampai terjadi apa-apa padanya…" Geram Sasori, dia tidak melanjutkan kata-katanya.
"Tenangkan dirimu." Kata suara Ayame lembut. Mengusap pundak suaminya, berusaha menenangkan tubuh kaku itu.
"Sasori, Kakashi tidak ada kaitannya dengan kecelakaan ini, dia bahkan datang setelah aku." Kata Yamato, berusaha melepaskan cengkraman tangan Sasori dari kerah baju ketuanya.
Pintu ruangan didepan mereka terbuka, dan seorang perawat muncul, kemudian matanya membelalak saat melihat adanya perkelahian di depannya. Sasori segera melepaskan tangannya dari kerah Kakashi dan berbalik memandang was-was wanita kembali berjalan lebih mendekat.
"Ada apa? Bagaimana kondisinya?" Tanya Sasori cemas.
"Masih Kritis, dan kami kehabisan stok darah bertype 0, adakah diantara kalian yang memiliki type yang sama? Kami membutuhkannya cepat." Kata wanita itu.
"Sasori kau…"
"Tidak, aku AB." Jawab Sasori putus asa, memotong kalimat Ayame.
"Aku 0."
Ingin sekali rasanya Sasuke menghantam wajah pria itu. Kenapa dia? Kenapa pria yang telah membuat Sakura begitu menderita ini yang bertype sama dengan Sakura? Kenapa dirinya malah bertype AB juga seperti Sasori.
"Yamato?" Tanya Sasori, seolah berfikiran sama dengan Sasuke.
"Aku A." jawab yamato pelan.
"Ayame kau.."
"Aku B." Kata Ayam lemah.
"Baiklah anda silakan ikut saya." Kata perawat itu dan berjalan meninggalkan mereka.
Shit!. Sasuke memandang benci pada pria berambut perak yang mengikuti langkah perawat itu. Kalau saja dia bisa, dia akan merelakan seluruh darah dalam tubuhnya untuk Sakura.
~2nd Sakura PUNYA Lhyn Hatake~
Kakashi mengikuti langkah-langkah wanita itu dengan pandangan hampa memasuki sebuah ruangan yang tampak seperti laboratorium kecil.
"Duduklah." Kata wanita berambut pirang itu ramah, menunjuk sebuah kursi didepan meja.
Kakashi mengikutinya. Wanita itu tampak mempersiapkan sesuatu dibalik sebuah rak-rak berisi botol-botol kaca, kemudian datang membawa suatu cairan berwarna biru dalam sebuah gelas ukur kecil.
"Tangan anda." Katanya Kakashi mengulurkan tangan kanannya.
Perawat itu meraih jari telunjuknya menekan-nekan ujungnya dan…
Pletak.
Sebuah alat kecil terasa menembakkan jarum keujung jarinya. Setitik darah kecil keluar dan berkumpul menjadi setetes yang kemudian diteteskan oleh perawat itu kedalam cairan biru yang diletakkannya diatas meja. Dengan cepat darah Kakashi meluncur tenggelam didasar gelas ukur itu.
"Aku Anbu." Kata Kakashi begitu tahu bahwa perawat itu tengah mengecek kesehatan darahnya.
Perawat itu memandangnya sejenak, lalu mengangguk. Setiap Anbu diwajibkan melakukan cek kesehatan rutin sebulan sekali, jadi mengecek kesehatan darahnya saat ini adalah suatu hal yang sangat membuang waktu mengingat Sakura tengah membutuhkah darahnya secepat mungkin.
"Silahkan berbaring disana." Perawat itu akhirnya menunjuk sebuah tempat tidur.
Kakashi bangkit, berjalan cepat kearah tempat tidur itu dan berbaring.
Perawat itu mulai mencari-cari nadinya dilipatan sikunya. "Ambil sebanyak yang dibutuhkannya." Kata Kakashi bodoh, tapi dia tidak perduli. Dia tidak perduli kata-katanya terdengar bodoh, dia hanya peduli dengan keadaan Sakura saat ini, jangankan darah, seluruh tubuhnya pun akan dia berikan asalkan gadis itu selamat, seluruh tubuhnya, seluruh hidupnya, jiwanya… seluruhnya….
~2nd Sakura PUNYA Lhyn Hatake~
Sakura masih kritis.
Sasuke mamandang wajah pucat yang terpasang alat bantu pernafasan, rambut pink yang terbungkus penutup kepala rumah sakit. Tak ada tanda-tanda kehidupan dari gadis itu kecuali suara tit.. tit… pelan dari ECG *electro cardio graph* saja yang menandakan jantungnya masih berdetak meskipun lemah.
"Sakura." Panggil Sasuke pelan, mengenggam tangan dingin dan lemah itu. "Bangunlah Sakura. Apa yang bisa kulakukan agar kau bisa bangun Sakura? Bangunlah, apapun akan kulakukan agar kau bisa membuka matamu kembali Sakura… bangunlah…" bisiknya putus asa.
Sasuke melepas masker yang menutupi hidung dan mulutnya, menunduk dan mengecup kening Sakura lembut. Pandangan mata onyxnya gelap, penuh ketakutan dan kecemasan. Seminggu penuh Sakura terbaring tanpa adanya tanda-tanda akan membaik. Benturan yang begitu keras dikepalanya, goncangan dan banyaknya luka-luka di sekujur tubuh pucat itu membuat keadaan Sakura tak lebih dari sekedar kritis.
Sasuke mengenggam hati-hati tangan Sakura. "Buka matamu Sakura." Katanya penuh harap. Dia menunggu, menanunggu sesuatu yang tampaknya mustakhil terjadi saat ini.
Sasuke menghela nafas pasrah, kemudian pandangannya tertuju pada lampu hijau yang berkelap-kelip diatas pintu ruang sterilisasi, menandakan waktu lima menitnya telah habis.
"Aishiteru Sakura." Bisiknya disamping telinga gadis itu.
Sasuke melepaskan genggaman tangannya dan berjalan kembali keruang sterilisasi.
~2nd Sakura PUNYA Lhyn Hatake~
Sakura masih belum tahu dimana ia berada sekarang, seluruhnya hanya tampak kabut putih tipis. Tidak ada apapun, bahkan arah sekali pun. Sakura berputar dan tak melihat apapun kecuali kabut putih tipis, dia bahkan tidak memijak apapun selain kabut itu. Kabut yang bagitu putih hingga seolah memancarkan cahaya dari dalamnya, kabut yang tidak beraroma apapun, juga tidak terasa dingin atau panas, suhunya benar-benar pas dengan tubuh Sakura.
Dia memandang dirinya sendiri, dia yakin dia benar-benar cantik sekarang. Kulitnya terlihat indah dengan kilau-kilau cahaya yang memantul dari kabut-kabut itu, baju yang dikenakanya hanya terusan pendek selutut tanpa lengan berwarna putih.
Perasaannya ringan, tidak… lebih dari ringan, dia bahagia. Dia kembali berputar, tapi kali ini sedikit lebih cepat, membuat roknya mengembang dan dia tersenyum.
"Ohayou Sakura."terdengar suara lembut, sangat lembut mengalun ditelinganya.
Sakura memandang kearah sumber suara, dan matanya membelalak terkejut melihat wanita cantik, bagitu cantik, wanita tercantik yang pernah ditemuinya. Wanita berambut indigo bermata lavender.
"Hinata?"
~2nd Sakura PUNYA Lhyn Hatake~
"Sakura kembalilah." Kakashi bergumam tak jelas, tangannya meremas rambut peraknya frustasi.
Kondisi Sakura memburuk. Dokter memberi tahu Sasori bahwa detak jantung Sakura tiba-tiba saja berhenti. Dan kabar itu langsung menyentuh telinga Kakashi dari Sasuke. Kakashi tidak tahu apa yang membuat pria itu mengirimkan sms tentang kondisi Sakura.
Keringat dingin membanjiri seluruh tubuh Kakashi, suasana didepan ICU itu begitu tegang, bahkan Kakashi melihat Sasori tak mampu lagi menahan air matanya. Dan Sasuke sendiri tak kalah paniknya dengan dirinya, tampak begitu kalut berdiri di sudut ruangan tunggu itu.
~2nd Sakura PUNYA Lhyn Hatake~
"Kau Hinata?"
Wanita itu tersenyum dan mengangguk. Menampilkan kecantikan yang jauh lebih memukau.
"Hinata…" Sakura berlari cepat dan memeluknya. "Hinata maafkan aku." Air mata menitik dari mata lavendernya.
"Tak perlu meminta maaf lagi Sakura, aku memaafkanmu. Dan memaafkan diriku sendiri. Tak ada yang perlu dikhawatirkan lagi." Kata suara yang mengalun indah bagai harpa dari surga. Seolah tersihir oleh pesona kecantikan, keharuman tubuh itu dan suara merdu itu, perasaan Sakura merileks.
"Dimana ini?"tanyanya.
"Ini, bisa disebut sebagai tempat peralihan." Hinata tampak berfikir, lalu tersenyum.
"Tempat peralihan? Apakah aku juga sudah meninggal? Apakah kau mau mengajakku pergi bersamamu Hinata?"
"Itu pilihanmu Sakura." Katanya menepuk pundak Sakura lembut.
"Pilihanku?" Tanya Sakura tak mengerti.
"Kau hanya bisa datang ketempat ini paling banyak dua kali Sakura. Bila kau memilih kembali, maka suatu saat kau akan datang kembali kesini, dan saat itu kau harus lanjut. Bila kau memilih untuk lanjut sekarang maka kau tidak akan kembali kesini lagi, kecuali saat kau mau memberikan pilihan pada seseorang seperti aku saat ini." Kata Hinata begitu santai.
"Jadi aku…" Sakura tak melanjutkan kata-katanya. Dia akan mati… bukan… dia akan memulai kehidupan barunya. Meninggalkan kehidupan lamanya… Sakura tersenyum. Jadi sekarangkah saatnya dia melepas semuanya? "Bawa aku Hinata." Ujar Sakura mantap.
"Kau yakin Sakura?"Kali ini terdengar suara yang berbeda, meski sama lembutnya dari belakang Sakura. Sakura berbalik dan… matanya melebar cepat.
"Ka.. Kau…" Sakura tergagap memandang replika dirinya sendiri, seperti memandang kedalam cermin, hanya saja bayangan yang dipantulkan terlalu cantik, terlalu anggun untuk dirinya.
"Senang betemu denganmu Sakura."
"Sakura Haruno…" Sakura membungkuk. Sungguh sangat salah bila orang-orang memandang dia mirip dengan Sakura Haruno, dia terlalu cantik… sama sekali tidak sama dengan dirinya.
"Masih banyak yang belum kau selesaikan Sakura." Kata Sakura Haruno begitu lembut bergema ditelinganya.
Sakura memandang kedua makhluk cantik tersebut bergantian. Yang belum terselesaikan? Yah masih banyak yang belum terselesaikan. Tapi bukankah lebih baik tidak diselesaikan? Diselesaikan pun percuma karna hanya menimbulkan kesakitan pada semua yang berada didekatnya. Sakura merasa nyaman disini, tidak ada kesakitan sedikit pun. Semuanya begitu damai…
"Sakura kembalilah." Terdengar suara lain, suara parau yang begitu berat, suara yang begitu pilu.
"Kakashi." Bisik Sakura. Sakura memandang Hinata, kemudian Sakura Haruno. Keduanya tersenyum.
~2nd Sakura PUNYA Lhyn Hatake~
Tit… tit.. tit…
ECG kembali menunjukkan detak jantung Sakura…
"Tsunade-sama." Seru Shizune lega.
"Nafas?" Tanya wanita itu pada perawat yang memegang alat bantu pernafasan.
"Belum." Jawabnya, sambil terus memompa udara keparu-paru Sakura, sementara paru-paru itu belum kembali bekerja.
"Terus pacu, berapa tekanannya?" Tanya Tsunade tegas pada seorang perawat lain.
"Enam puluh." Seru salah satu perawat.
"Tsunade-sama nafasnya." Seru perawat yang memegang alat batu pernafasan itu.
"HAA…." Tampak Sakura menarik udara begitu banyak.
"Kontrol!" seru Tsunade. Perawat itu mengangguk
"….ka…shi…" sebuah suara keluar begitu lemah dari bibir biru Sakura.
"Shizune?" Tanya Tsunade tak jelas. Shizune menggeleng pelan..
"ka… ka…shi…."
Tittt….
ECG kembali mendengungkan nada panjang.
"Panggil Kakashi! Kita lakukan sekali lagi!" Seru Tsunade, kembali mengusap-usapkan alat kejut jantungnya.
~2nd Sakura PUNYA Lhyn Hatake~
"Tidak!" seru Sakura "Aku hanya membuat hidupnya menderita."
"Kau tidak ingin membuatnya bahagia Sakura?" Tanya Hinata.
"Aku tidak akan bisa! Kalianlah yang seharusnya membuat dia bahagia." Sakura memandang kedua gadis itu bergantian. "Kalian bukan aku."
"Ini kesempatanmu Sakura, kau mencintainyakan?" Tanya Sakura Haruno, memandang lembut emerald Sakura dengan emeraldnya.
"Aku hanya akan melukai mereka. Kakashi, Sasuke, Nii-chan.. aku hanya akan melukai mereka."
~2nd Sakura PUNYA Lhyn Hatake~
Seorang perawat keluar dari ruang ICU itu, wajahnya tampak berkeringat dan pucat.
"Bagaimana keadaannya?" Sasori berdiri dan bertanya cepat
"Kami masih mengusahakannya. Siapa diantara kalian yang bernama Kakashi?"
~2nd Sakura PUNYA Lhyn Hatake~
"Apapun keputusamu Sakura, semuanya ada ditanganmu." Sakura Haruno mengusap pundaknya hangat.
"Kakashi mencintaimu Sakura, dia tak pernah bahagia selama bersamaku. Kembalilah lakukan apa yang tidak bisa kulakukan Sakura." Hinata memeluknya.
"Tapi aku…"
~2nd Sakura PUNYA Lhyn Hatake~
Kakashi berjengit ngeri memandang wajah pucat kebiruan itu, sinar lampu putih semakin membuat semuanya tampak buruk. Langkahnya gemetar, sementara seluruh tim medis bekerja keras disekitarnya. Hiruk pikuk yang tampak timbul tenggelam dalam fikirannya.
Sakura. Gadis itu disana, hanya semester jauhnya dari dirinya. Menyedihkan. Sangat menyedihkan caranya kami-sama mengijinkan Kakashi memandang wajah itu. Kakashi memandang monitor ECG yang menampilkan garis hijau lurus dan menyuarakan denging mengerikan.
"Kakashi, Kau baik-baik saja?" Tanya shizune menepuk pundaknya. Kakashi mengangguk tak yakin. "Bisakah kau mencoba memanggil namanya?"
Kakashi mendekat, meraih tangan dingin Sakura, mengenggemnya kemudian membungkuk rendah ditelinga Sakura.
"Jangan pergi Sakura." Bisiknya langsung dari hatinya yang begitu pedih. "Kembalilah Sakura, jangan pergi… aku mohon jangan pergi."
~2nd Sakura PUNYA Lhyn Hatake~
"Kumohon Kembalilah Sakura." Terdengar suara Kakashi bergema ditelinganya.
"Sepertinya kau harus kembali Sakura." Kata Hinata dengan senyumnya yang begitu rupawan.
"Sudah kubilangkan,Kau tidak bisa meninggalkannya sekarang." Kata Sakura yang lain padanya, senyum cerahnya juga tampak sangat indah."Senang bisa bertemu denganmu Sakura." Sakura yang lain mengandeng Hinata yang masih tersenyum. Kemudian keduanya berjalan menjauh.
"Tunggu, apakah ini mimpi? Dan apakah aku bisa bertemu dengan kalian lagi?" Sakura sedikit berteriak, khawatir mereka tidak akan mendengarnya.
Sakura yang lain terkikik kecil. "Ini lebih dari mimpi, tapi tak lebih dari kenyataan Sakura. Kau akan lupa begitu kau kembali. Dan kita akan bertemu lagi suatu saat nanti, kami akan selalu menunggumu Sakura."katanya masih dalam senyum yang mempesonakan
Dan kedua sosok itu menghilang ditengah kabut-kabut putih itu.
Pandangan Sakura memutih, kali ini putih yang lebih padat dari pada kabut-kabut itu, dan rasa sakit menjalari seluruh tubuhnya perlahan. Dadanya terasa panas terbakar. Kemudian terbatuk-batuk kecil. Jantungnya terasa berdetak dengan cepat, darahnya berdesir keseluruh tubuhnya.
Matanya mulai menangkap sesuatu yang lain, hitam, hijau, dan perak. Sakura mengerjapkan matanya dan melihat ada banyak orang yang mengelilinginya yang semuanya berbaju hijau panjang dan bermasker kecuali satu, sosok yang kini menunduk diatasnya, rambut peraknya bergerak halus, mata berbeda warna yang menitikkan air mata dan bibir yang terus mengucapkan satu kalimat yang sama.
"Kau kembali Sakura, kau kembali… kami-sama… Arigatou… Kau kembali…"
"Ka… ka… shi…" lirih Sakura susah payah, rasanya tenggorokannya begitu kering dan berat.
"Jangan pergi lagi Sakura, Aku tidak akan membiarkanmu pergi. Jangan pernah pergi lagi." Kakashi tangan kanannya mengusap pipi Sakura dengan lembut, sementara tangan kirinya mengenggam tangan kanan Sakura erat.
"A..ku… ti..dak ak..kan pergi Ka.. kashi…"
"Kita pergi, biarkan mereka." Kata Tsunade melepas sarung tangan lateknya.
~2nd Sakura PUNYA Lhyn Hatake~
Pintu ICU kembali terbuka, kali ini banyak sekali yang keluar dari dalamnya.
"Bagaimana keadaannya Tsunade sama." Sasori buru-buru menghampiri wanita berambut pirang itu.
"Hebat sekali Sasori." Seru Shizune dari belakang Tsunade. "Kami sempat kehilangan dia dua kali, tapi begitu Kakashi datang, detak jantungnya langsung terpacu, bahkan masa kritisnya telah lewat. Aku sendiri tidak mengerti kenapa? Tsunade-sama bagaimana anda bisa tahu tahu itu?"
Tsunade memandang bosan pada asisten pribadinya itu. "Kau mencintai Genma?" dia balik bertanya.
"Tentu saja." Jawab Shizune sedikit tersinggung.
"Kalau begitu seharusnya kau mengerti." Kata wanita itu galak.
"Jadi Sakura akan sembuh?" Sasori bertanya cemas.
"Kalau mati saja bisa jadi hidup apa lagi sakit jadi sehat." Timpal Tsunade semakin galak. "Aku capek lanjutkan nanti saja wawancaranya. Shizune, siapkan sake untukku."
-FIN-
HADUH! MAAP KEPANJANGAN! MAAP PULA KALO RADA NGEGANTUNG!
Yah intinya KAKASAKU udah bareng, Sasuke udah rela Kaka ama Saku, buktinya? Ituh… sasu ngirim pesan mesra ke Kaka kalo Saku lagi mo mati.*dikroyok Kakasakusasu* kalo Sasori? Dia udah ama ayame tuh… kan asal Saku bahagia dia bahagia.
Haduh Pokonya gitulah! Saiya gag pandai bikin ending! Jadi ngaco gitu.
YAK! Selese sudah FIC PERTAMAKU! *selamatan 7bulan 7malam*
Um… bagi beberapa Rifyuwer yang berhasil menebak akhir ceritanya SELAMAT YA…. Hadiahnya bisa diambil di Rumahnya om Masashi *Lho?*
Um… setelah ini enaknya bikin apa lagi ya? Kakasaku, sasusaku, ato shikaino? *Reader : gag peduli*
Okelah kalo gitu…
Plish Rifyunya! Kalo Chaps 14 gag Rifyu Chaps 15 HARUS rifyu. Chaps 14 rifyu chaps 15 HARUS rifyu LAGI, Saiya maksa lho!
AKHIR KATA ARIGATOU GOZAIMAZU