Summary : Kakashi menikahi Hinata sesuai dengan permintaan terakhir kekasihnya (Sakura Haruno) sebelum meninggal, Tapi bagaimana kalau sakura yang lain muncul setelah dua tahun kematian Sakura Haruno?

Disclaimer : Mau ngamuk-ngamuk ampe Titanic utuh lagi juga Naruto tetep punya om Masashi

Warning : AU, aoutor baru.. jadi sorry bangget kalo gaje.. OOC, OC mungkin, typo N' segala macem temen satu paketnya…so… mohon bantuannya ya…

Kakashi = 28 tahun

Itachi, Kurenai, Iruka, Ibiki, Yamato, dan yang lain sesuai dengan yang di mangga kalau lebih tua dari kakashi berarti mereka diatas 28 tahun, kalau lebih muda dibawah 28 tapi tidak kurang dari 25 (*maksa_ditendang..

Hinata, Naruto, Sasuke, Ino, Kiba, Shino, Shikamaru, Chouji dll yang seumuran = 21 tahun

Neji, Tenten, Lee= 22 tahun

Sasori = 24 tahun

Sakura Haruno = meninggal di usia 19 tahun, seharusnya berusia 21 tahun saat cerita dimulai.

Sakura AkaSuna= 17 tahun

Hanabi = 17 tahun

Author minta maaf sebelumnya karna mengubah usia seenaknya…Gomen…Gomen…

Py Riding

Chaps 1 : Kedatangan..

_0oOo0_

Warga Konoha sepertinya harus kembali bergulat dengan awan mendung diatas mereka, beberapa hari ini Konoha memang selalu mendung meskipun ini bulan Mei. Menampakkan awan-awan gelap yang menyelimuti bumi sepanjang hari, menimbulkan rasa malas dan ingin tetap dirumah bergelung selimut dengan nyaman dirumah.

Tapi pagi itu dipelataran parkir markas kesatuan ANBU Konoha, suara decit ban telah menjadi keributan yang tak nyata. Kakashi kembali memarkirkan mobilnya dengan kasar dan itu membuat sipetugas parkir menggumam marah, meski tak berani sedikitpun menunjukan kemarahannya karna dia tahu siapa yang ada dibalik Porche putih itu. Hatake Kakashi, Ketua Divisi Pertahanan Kesatuan ANBU Konoha yang tampaknya sedang marah. Sudah berkali-kali mobil itu berparkir sembarangan akhir-akhir ini dan hal yang kemudian terjadi adalah sipemiliknya keluar dengan membanting pintu mobil dan wajah kesal luar biasa seakan mengatakan –mengusikku-dan-kau-akan-mati-.

Dua bulan belakangan suasana hati Kakashi memang sering diliputi awan hitam (*bukan senpai awan hitam lho… gomen senpai..) seperti yang sekarang bergemul dibawah langitnya. Dan seperti yang semua orang diseluruh penjuru gedung megah itu tahu, penyebabnya tak lain adalah hubungannya dengan Hinata. Kakashi sendiri tak mengerti kenapa dua bulan belakangan istrinya ini begitu sentiment, tidak bukan sentiment tapi sensitive.

Hinata adalah tipe gadis lembut yang –Kakashi yakin- tidak akan berteriak meski ditengah kebakaran (?). Beberapa kali dalam dua bulan ini Kakashi salah bicara sehingga membuat istrinya itu menangis. sebenarnya apa yang dikatakan Kakashi bukan hal yang menyakitkan, hanya sekedar pemberitahuan saja seperti : "Hinata-chan, kau tahu? Kemarin Kurenai melahirkan dan anaknya laki-laki, sangat mirip asuma.", atau yang lainnya seperti : "Genma kerepotan sekali gara-gara Shizune hamil, tapi kelihatannya dia sangat puas." atau yang seperti semalam Kakashi ucapkan, beberapa menit sebelum dia melepaskan pakaiannya "Ibiki membawa anaknya kekantor dan anak itu membuat ruanganku jadi seperti bangkai kapal."

Apa yang salah dengan semua itu?

"Hufh.." Kakashi menghela nafas melihat semua pandangan yang ditujukan padanya dari setiap orang yang ditemuinya di gedung itu. Seakan mereka semua melihat monster yang megeluarkan api dari segala arah tubuhnya.

Kalau saja dia bisa menanyakannya pada Hinata, tapi sayang sekali saat Hinata telah menangis tidak ada lagi yang bisa dilakukannya selain membiarkan istrinya mengunci diri dikamar. Hal yang jauh lebih mengerikan dari pada malihat Hinata meneriakinya atau apapun... Tapi tunggu… sepertinya tidak juga, hal yang seperti itu normal bagi Hinata, justru kalau Hinata berteriak itu tidak normal dan itu menakutkan.

"Kalian bertengkar lagi?" Kakashi baru saja membuka pintu ruangannya saat Kurenai menyapanya dari belakang.

"Hah.. yang benar saja.." Kakashi mendengus lalu masuk keruangannya dan membiarkan Kurenai ikut masuk dan duduk disebrang mejanya. "Aku akan senang sekali kalau bisa bertengkar dengannya." Kakashi meruntuk.

"Seharusnya kau lebih memahami Hinata, kau sudah bicara dengannya tentang usulku kemarin?"

"Bagaimana aku bisa mengatakannya kalau setiap aku mulai membicarakan tentang anak dia akan menangis." Kata Kakashi frustasi, dan mulai mencari berkas-berkas yang kemarin dikacaukan oleh Reiko gadis kecil Ibiki.

Dalam hal ini Kurenailah yang paling membantu, dia juga yang membuat Kakashi paham kenapa Hinata selalu menangis saat secara tidak sengaja dia menyebut tentang hamil atau apapun yang berhubungan dengan anak. Dua tahun dia menikah dengan Hinata dan hampir selama itu Hinata belum pernah sekali pun hamil. Bukan hal yang perlu dikhawatirkan sebenarnya mengingat usia Kakashi baru dua puluh delapan dan Hinata sendiri masih dua puluh satu. Lagi pula Kakashi masih belum terlalu memikikan itu. Tapi entah kenapa hal itu menjadi suatu hal yang sangat tabu bagi Hinata. Kurenai sempat mengusulkan untuk mengadopsi anak karna kemungkinan Hinata lebih merasakan kekurangan ini karna dia seharian sendirian dirumah dan dia wanita, berbeda dengan Kakashi yang selalu disibukkan dengan kasus-kasus rumit dan segala macamnya.

"Sebaiknya kau bicarakan secepatnya, kasihan dia."

Kakashi menghela nafas sebelum menjawab. "Kau terlalu memikirkan perasaan wanita dari pada ketidak mampuan laki-laki, kau tidak memikirkan bagaimana perasaanku?"

"APA?" Teriak Kurenai tiba-tiba.. "Jadi semua ini karna kau tidak mampu? Jangan-jangan kau tidak pernah menyentuh—"

"Jangan berfikiran aneh-aneh." Kakashi memotongnya "sudahlah, membicarakan ini membuat kepalaku berputar-putar, mana laporan tentang agen pindahan itu." Kakashi menagih Kurenai.

"Aduh.. aku lupa maaf Kakashi, belum aku Download dari email. Tunggu lima menit Oke?" Kata Kurenai dan segera meninggalkan Kakashi pergi keruangannya.

_0oOo0_

Sakura mengerjapkan matanya pelan, dan dia menangkap warna putih dimana-mana. Dia mengucek matanya dan menguap lebar kemudian bangkit duduk ditempat tidurnya dan memandang seluruh ruangan itu, sebuah kamar yang cukup besar, sebuah lemari, meja belajar yang telah penuh dengan barang-barang yang dikenalinya, sebuah pintu kayu dan pintu kaca disisi lainnya yang menunjukkan pemandangan diluar balkonnya, dia sendiri tengah duduk diatas sebuah tempat tidur ukuran sedang berseprai putih.

'Jadi ini kamar baruku, Lumayan' batinnya.

"HOAMMMM" dia menguap lebar."NII-CHANNNNNN" Teriaknya dan suara kedubragkan keras membuatnya puas, sesaat kemudian pintu kamarnya terbuka menampilkan satu wajah kesukaannya yang kini tengah terengah.

"Ada apa Sakura? Kau baik-baik saja?" Tanyanya cemas.

"Ajak aku berkeliling rumah baru kita." Kata Sakura manja.

"Kau ini, aku pikir ada apa? Jangan suka berteriak seperti itu, membuatku cemas tahu." Pria tampan berambut merah itu mendekatinya, mengucek rambut pink Sakura dan tersenyum sayang. "Tapi maaf Sakura-chan-ku-yang-cantik—"

"Huh.. nadanya udah terdengar gak enak nih." Potong Sakura cepat membuat senyum kembali mengembang dibibir pria itu.

"Aku harus langsung melapor kemarkas baruku." Katanya penuh kesabaran. "dibawah ada Ayame, dia yang akan membantu kita mengurus hidup. Kau bisa minta antar padanya."

"Dasar.. ya sudah sana pergi. Beri kesan yang baik dihari pertama." Sakura mendorong Nii-channya menjauhinya.

"Tadi siapa yang berteriak memangilku." Jawab Nii-channya kesal mengusap rambut merahnya sendiri. "Aku tunggu di meja makan." Dia bangkit dan meninggalkan Sakura sendiri.

Sakura bangkit, menyisir rambutnya sebentar sebelum menyusul Nii-channya. Ini hari pertamanya di Konoha, sebuah kota besar yang terkenal karna keamanannya, kualitas pendidikannya, kebudayaannya sampai kulinernya. Dia harus pindah dari kota asalnya Suna karna Nii-channya yang bekerja di ANBU dipindah tugaskan kekota ini. Huh.. kota yang aneh, kalau sudah aman untuk apa mereka tetap mempekerjakan para ANBUnya? Mengambil yang terbaik dari Suna pula. Bukankah kota seperti Suna lebih membutuhkan Nii-channya?

Sakura keluar dari kamarnya dan berjalan menuruni tangga, langsung saja dia menemukan meja makan tempat Nii-channya tengah mengolesi selai coklat diatas rotinya. Sakura menarik kursi disamping Sasori dengan kasar kemudian duduk diatasnya.

"Kapan aku mulai masuk sekolah? Hah.. rasanya kurang pede pindah sekolah dibulan mei, dua bulan lagi saja sudah tahun ajaran baru." katanya datar sambil mengambil roti.

"Aku tidak bisa menunda sampai dua bulan Sakura. Hari ini kau bisa mulai sekolah, tapi kalau kau masih mau istirahat besok saja juga boleh. Kau masih tampak pucat."

"Hemm.. Lalu dimana aku sekolah, dan kenapa Nii-chan memilih itu?"

"Di Konohas School di Senior Schoolnya, itu syarat yang kuajukan kalau aku mau dipindahkan kesini. Sekolah terbaik diseluruh negeri, agar ANBU menjamin pendidikanmu." Sasori Mulai menyunyah rotinya.

"Hemm.." Jawab Sakura pelan, dia agak bosan kalau Nii-channya mulai membicarakan tentang 'mementingkanmu' seperti tadi. Bagi Sakura sendiri yang terpenting didunia ini adalah tetap bersama Nii-channya.

"Sakura-sama, ini susunya." Seorang gadis berambut coklat tiba-tiba muncul dan mengangsurkan segelas susu coklat dingin dengan beberapa bongkahan es yang berputar didalamnya.

"Nii-chan yang memberi tahunya?" Tanya Sakura, karna yang dibawakan gadis itu adalah kesukaannya.

"Sebaiknnya kalian berkenalan lebih dulu, Sakura ini Ayame, dan Ayame ini Sakura." Sasori memperkenalkan keduanya.

Sakura mengulurkan tangan yang sepertinya membuat Ayame sedikit terkejut.

"Sakura."

"Ayame, Sakura-sama."

"Tak perlu bersikap sungkan seperti itu denganku." Kata Sakura mengambil rotinya dari meja."duduklah." dia menarik kursi disampingnya dan mempersilahkan Ayame duduk. Ayame tercenung kemudian duduk dengan agak canggung.

"Terimakasih."

"Nii-chan orang yang sibuk, dia akan jarang ada dirumah, jadi kaulah temanku satu-satunya dirumah ini, untuk itu jangan canggung padaku ya?" Kata Sakura menawarkan senyum tulus dan selembar roti yang sepertinya baru saja diolesi selai strawberry. Lalu mengambil lagi dan mengolesinya dengan selai yang sama.

"Sakura benar Ayame, aku memang jarang bertemu dengannya dihari kerja." Sasori menyeruput kopinya. "Kau sudah lama tinggal di Konoha?"

"Sejak lahir saya di Konoha Sasori-sama." Jawab gadis itu malu-malu, perasaannya dipenuhi rasa melambung saat ini.

"Baguslah.. hari ini ajak aku jalan-jalan ditaman ya? Taman terdekat dimana?" Kata Sakura senang dengan senyum lebar dibibirnya.

"Ada di ujung komplek ini, tapi apa Sakura-sama tidak kesekolah?"

"Aku mulai sekolah besok saja. Hari ini aku mau keliling dulu."

"Baiklah, Sakura hati-hati jangan jauh-jauh dari Ayame, kalau sampai kau tersesat aku—"

"NII-CHAN AKU BUKAN ANAK KECIL, JANGAN LAKUKAN HAL BODOH SEPERTI ITU LAGI." Kecam Sakura, dia kembali mengingat kejadian di malam saat seluruh kepolisian di Suna mencarinya hanya karna belum pulang di jam sebelas malam, padahal saat itu dia sedang berkencan.

"Kalau begitu jangan sampai tersesat." Katanya mengecup kening Sakura sekilas kemudian mengambil tasnya dan pergi meninggalkan Sakura yang terpaksa menelan kembali kata-kata yang akan diucapkannya.

_0oOo0_

Langit masih mendung, membuat keadaan agak redup meskipun saat itu jam satu siang. Kakashi berjalan pelan diarea taman itu, mengamati seorang pria berjaket abu-abu pucat yang beberapa hari ini menjadi targetnya. Kakashi ikut duduk saat pria berjaket itu duduk seratus meter darinya. Kakashi mengenakan celana jeans biru dan jaket hitam serta topi army untuk menutupi identitas aslinya, hampir semua penjahat tahu siapa pria berambut perak dengan luka memanjang dimata kirinya.

'Kalau benar dia anak buah orochimaru maka kemungkinan orang ini-entah kapan- akan pergi ketempat tuannya' pikir Kakashi.

Sebenarnya tugas pengintaian seperti ini bisa saja dia berikan pada anak buahnya yang manapun, tapi kali ini menyangkut Orochimaru, orang yang berada diurutan teratas daftar targetnya sejak dua tahun yang lalu. Mafia kelas kakap yang bertanggung jawab atas banyaknya obat terlarang, senjata api, dan pembunuhan-pembunuhan paling kejam diberbagai kota salah satunya Konoha dan termasuk pembunuh dari seorang yang sangat berarti bagi Kakashi. Kakashi tidak akan pernah melupakan itu dan telah bersumpah untuk menangkapnya.

Targetnya bangkit saat seseorang datang menemuinya, seorang lelaki dengan rambut abu-abu gelap menemuinya, 'itu kabuto' batin Kakashi terkejut dia bangkit dengan mendadak dan berlari cepat tapi…

Bruggg…

"Aww…"

Kakashi menabrak sesuatu, atau lebih tepatnya seseorang hingga terjatuh dan terdengar rintihan keras. Tapi hal yang terjadi selanjutnya benar-benar diluar kemampuan nalarnya saat matanya beralih dari pria berambut abu-abu pucat ke gadis berambut Pink yang jatuh tepat didepannya.

Jantung Kakashi berhenti berdetak. Waktu pun seakan berhenti baginya. Dia berdiri membeku dengan tangan yang setengah terulur kearah gadis itu. Kakashi menatap gadis itu dengan tatapan yang terlalu sulit untuk diartikan, ketidakpercayaan, ketakutan, kerinduan, kebahagiaan dan kecemasan yang tercampur menjadi satu.

"Sakura-sama, anda tidak apa-apa?" Kakashi bisa mendengar suara itu meskipun seluruh indranya membeku. Dan dia bisa melihat gadis lain berambut coklat membantu gadis yang tertajuh didepannya bangun.

"KAU BUTA YA?" Kakashi bisa mendengar suara marah yang baginya seperti nada surga, tapi lidahnya masih lumpuh, jantungnya belum kembali berdetak. Dia masih mati.

_0oOo0_

"KAU BUTA YA?" teriak Sakura marah, bokongnya terasa sangat sakit akibat terpental karna bertabrak— tidak, lebih tepat ditabrak pria bertubuh besar dengan bekas luka dimata kirinya ini yang meskipun begitu Sakura bisa melihat ketampanan yang luar biasa. Beberapa kali dia berteriak dan mengumpat tapi tak ada respon, bahkan sekedar gerak tubuh. "HEY." Sakura berteriak keras didepannya."Kau buta?" Sakura mengerak-gerakkan tangannya didepan pria itu. Hingga akhirnya dia bosan terlalu tidak mengerti dan menyimpulkan bahwa mungkin orang itu mati berdiri dan dia pergi meninggalkannya.

"Ayo Ayame." Ajaknya.

"Iya Sakura-sama."

"sudah berapa kali kubilang jangan pangil aku dengan embel-embel 'sama', panggil aku Sakura."

"Baik Sakura-sam—" Ayame menghentikan kata-katanya sebelum dia salah memanggil lagi.

"Sakura." Suara panggilan ini bukan suara lembut seorang gadis bernama Ayame, tapi berasal dari suara seorang pria dibelakangnya, Sakura berbalik dan menemukan pria yang baru saja menabraknya memandangnya begitu sayu, butiran air mata telah menetes dipipinya dan detik berikutnya pria itu telah mendekapnya erat- sangat erat-.

"Hey, apa yang kau lakukan brengsek lepaskan.!" Sakura memberontak dan memukul-mukul apapun yang bisa dipukulnya. Tapi pria itu tak bergeming hingga Sakura kehabisan tenaga dan berkata memohon pada Ayame yang tampaknya masih syok.

"Ayame bantu aku lepas dari pria ini." dan Ayame pun ikut berusaha menarik tangan kekar yang memeluk Sakura, tapi tetap tak bergeming sedikitpun. Pria itu malah terisak sekarang.

"Ayame hentikan." Kata Sakura saat merasakan tubuh pria itu bergetar, dan perasaan aneh merayap di hatinya, rasa lembut, nyaman dan hangat, rasa yang hanya bisa diberikan seseorang, rasa yang kerapkali dirasakannya saat Nii-channya -Sasori- memeluknya.

Perlahan Sakura menyandarkan kepalanya didada bidang pria yang tak dikenalnya itu, aroma mint tertangkap indranya. 'sama seperti kak Sasori' dan dia merasa nyaman meskipun dia tak mengenalnya, dia sama sekali tidak merasakan bahaya yang mengancam dari pria yang tengah memeluknya ini. Justru sebaliknya dia merasa sangat aman.

"Kau hidup, kau kembali Sakura?" bisik Pria itu lembut dalam isakan yang tak kentara.

"Apa maksudmu? Siapa kau?" balas Sakura masih dalam pelukan pria itu.

Dia tak mengerti, bagaimana mungkin orang itu bisa tahu namanya, menyebutkannya dengan rasa penuh kerinduan dan cinta yang begitu kentara sementara dia sama sekali tidak mengenalnya.

"Aku merindukanmu Sakura. Sangat merindukanmu."

"Lepaskan aku." Kata Sakura, mendorong pria itu lembut, entah kenapa Sakura ingin sehati-hati mungkin agar tidak menyakiti perasaannya.

Pria itu melepaskan pelukannya, tapi tangannya meraih tangan Sakura dan mengenggamnya erat.

"Maaf, tapi aku tidak mengenalmu." Kata Sakura pelan. Meskipun sangat pelan Sakura yakin kata-kata itu sangat melukai pria ini dari raut wajah, tatapan serta warna mukanya yang memucat.

"Sakura Kau—" suara pria itu tercekat. "Sepertinya benar ini mimpi lagi." Pria itu tersenyum dan menggaruk belakang kepalanya. "Sakura aku sangat merindukanmu, tak peduli aku hanya bisa melihatmu dalam mimpi—"

"Ini bukan mimpi." Sakura memotong ucapan pria itu. Dia mengernyit sedikit dan melanjutkan. "Kau boleh beranggapan sedang bermimpi, tapi aku tidak. Saya permisi." Kata Sakura akhirnya dan berbalik pergi.

"Tunggu."

Deg..

Jantung Sakura seakan mendapat sengatan listrik saat pria itu meraih tangan Sakura.

"Siapa kau?" tanyanya, Sakura kembali memandang wajah –yang kembali diakuinya tampan- yang penuh ketidak mengertian itu.

"Kau berulang kali menyebut namaku, aku Sakura dan seharusnya aku yang bertanya siapa kau?"

Saat Sakura menyelesaikan kalimanya tiba-tiba tubuh pria itu terhuyung, dia memengang kepalanya seakan menahan sakit, limbung dan terjatuh.

"Hey." Seru Sakura dan Ayame bersamaan, keduanya meraih tubuh itu mencoba menahannya tapi gagal tubuh pria itu jauh lebih berat dari kemampuan dua gadis itu menahannya, membuat ketiganya terjatuh.

"Ayame… bagaimana ini." Suara Sakura cemas, Ayame hanya menggeleng dengan kecemasan yang sama.

"Sakura, Ayame apa yang kalian—Nani.. ketua Kakashi, apa yang terjadi?" Sasori, entah bagaimana tiba-tiba datang dari belakang Sakura dan begitu terkejut melihat pria yang dipanggilnya Ketua itu terjatuh.

_0oOo0_

"Sudah kukatakan ini bukan salahku, sudah kuceritakan semuanya, Ayame juga melihatnya, dia pingsan sendiri." Sakura berkata putus asa.

Dia tengah duduk di kursi belakang mobil dinas Nii-channya dan memangku kepala Kakashi yang pingsan, sementara Ayame dan Nii-channya duduk didepan.

"Sakura bagaimana mungkin dia mengenalmu? Kau baru ke Konoha hari ini dan untuk pertamakalinya. Aku lebih yakin kalau kau memukulnya atau apa sehing—"

"SASORI IDIOT! Kalau membuat ANBU KACANGAN sepertimu pingsan saja aku tidak bisa apalagi membuat ketua divisimu pingsan." Teriak Sakura semakin marah.

"jangan menangilku seperti itu Sakura tidak sopan. Dan aku bukan ANBU KACANGAN."

"NII-CHAN MEMBUATKU MARAH."

"Dan kau membuatku dalam masalah. Ya ampun Sakura… ini hari pertamaku di kantor dan kau memingsankan ketua divisiku."

"SUDAH KUKATAKAN BERULANG KALI INI BUKAN SALAHKU!"

"Jangan berteriak-teriak seperti itu, kau bisa membuatnya tuli Sakura."

"Sakura-sama benar tuan." Kata Ayame yang sedari tadi hanya diam dan mengangguk saat Sakura bercerita dan menuding 'Ayame juga melihatnya'. "Sakura-sama tidak bersalah."

"Sudahlah Ayame jangan membelanya, jangan takut pada apapun ancamannya, dia memang jago karate, tapi masih tetap dibawahku, jadi kau tak perlu takut."

"AKU TIDAK MAU BICARA DENGANMU SASORI SEBELUM KAU MINTA MAAF PADAKU."

"Diamlah Sakura, kau dan Ayame tetap disini, akan kutentukan hukuman apa yang pantas untukmu setelah aku tahu apa resiko dari semua ini."

Mobil berhenti tepat didepan sebuah gedung dengan lambang Konoha dipuncaknya dan lambang ANBU di pintunya. Sasori memanggil bantuan dan segera membawa Kakashi keruang kesehatan ANBU. Sementara Sakura tetap berada didalam mobil dengan wajah yang semerah kepiting rebus dan Ayame yang terdiam terlalu takut untuk bicara membiarkan Sakura terus mengomel, meruntuk dan mencacimaki Nii-channya.

Ini pertama kalinya Sakura melihat Sasori semarah itu, Nii-channya adalah pribadi yang sangat lembut meskipun terkadang dingin, tapi dia selalu bisa mengontrol amarahnya hingga tidak terkeluarkan didepan Sakura. Tapi semarah apapun Nii-channya saat ini Sakura tidak bisa diam dan menerima kemarahan itu. Ini murni bukan salahnya. Dia tidak bersalah. Dia bersih, jadi kenapa Nii-channya harus marah kalau dia tidak bersalah, karna itulah wajarkah kalau Sakura juga marah atas ketidakpercayaan Nii-channya -yang sekali lagi untuk pertamakalinya-.

"Ini keterlaluan, aku tidak bersalah dan sekarang disuruh menunggu selama hampir dua jam." Sakura kembali meruntuk, hampir dua jam dia menunggu didalam mobil bersama Ayame.

"Aku tidak tahan lagi." Katanya seraya keluar dari pintu.

"Sakura-sama mau kemana." Ayame tampak terkejut dan ikut keluar.

"Pergi, aku bosan dan aku benci Nii-chanku." Kata Sakura, kepalanya berputar kekanan dan kiri menari arah yang tepat.

"Sakura-sama, Sakura-sama bisa tersesat nanti." Ayame berdiri disamping Sakura, memandang cemas nona majikannya ini.

"Aku sudah tujuh belas tahun, kau tak perlu khawatir." Sakura melangkah kea rah kanannya.

"Tapi anda bisa membuat tuan khawatir." Ayame mengikutinya dibelakang.

"Aku tid—"

"Ayame benar, jangan bertindak bodoh." Sasori tiba-tiba muncul dibelakang mereka.

"Hmp.." Sakura langsung membuang muka, mendengar nada lembutnya Sakura yakin Nii-channya telah benar-benar yakin dia tidak bersalah.

"maafkan aku, seharusnya aku percaya padamu sejak awal."

"…" Sakura diam, dia telah bersumpah tidak akan bicara pada Nii-channya sebelum dia minta maaf. Hey, tungu bukankah tadi dia minta maaf? "Terlambat, aku sudah sakit hati." Kata Sakura, meski dengan marah dan ketus jelas sekali terdengar nada manja disana.

Sasori tersenyum melihat tingkah adiknya."Blueberry ice cream selama sebulan untuk maafmu." Sasori menyodorkan jari kelingkingnya sebagai janji.

"Itu tidak cukup." Sakura masih membuang muka.

"Plus makan malam diluar setiap minggu selama tiga bulan." Dia mempertimbangkan.

"Rasa sakitku tidak dapat dibeli, Nii-chan sudah membuatku tersingung dengan tidak percaya padaku. Itu sangat menyakitkan."

"Sakura, itu sudah cukup menguras kantongku. Bagaimana kalau ditambah menemanimu belajar selama dua minggu,." Sakura menggeleng "Dan menjemput sekolah selama sebulan" dia masih menggeleng."Sakura.." Sasori kepayahan.

"Blueberry ice cream selama tiga bulan, strawberry ice cream tiga bulan berikutnya, makan malam di restoran belut bakar tiga hari sekali, menemani belajar sampai kau lulus, menjemputmu pulang sekolah sampai kau lulus dan ketaman setiap minggu pagi." Kali ini bukan suara Sasori melainkan suara dari seorang pria berambut perak yang menantang bumi yang tengah berjalan kearah mereka. Suara "Setuju" meluncur cepat dari mulut Sakura. Tapi tubuhnya langsung membeku ketika melihat dari siapa suara itu berasal.

'Tampannya.' Batin Sakura saat matanya bertemu dengan dua bolamata yang berbeda warna itu. Silver pucat dan hitam kelam meski entah kenapa kedua bola mata itu tampak aneh meski tetap indah dimata Sakura.

"Maaf ketua, tapi itu—" suara Sasori hendak menyatakan keberatannya.

"Tidak apa-apa kalian bertengkar karna aku, jadi akulah yang akan bertanggung jawab."

Tubuh Sakura seakan melumer, dia memang menyadari pria yang tadi memeluknya memang tampan meski dibalik topi, tapi tidak setampan ini.. kulit putih mulus tanpa jerawat tanpa cacat, -ups- sedikit cacat dimata kirinya tapi cacat itu malah membuatnya semakin mempesona, hidung runcing mancung, wajah tirus sempurna, bibir tipis menggoda, mata tajam setajam elang, alis hitam melengkung sempurna. Membuat tubuh Sakura melumer menyadari dia baru saja dipeluk pria setampan itu.

"Perkenalkan saya Hatake Kakashi, ketua divisi pertahanan. Sebelumnya saya secara pribadi ingin minta maaf karna telah bersikap tidak sopan padamu dan membuatmu marah dan bertengkar dengan Nii-chanmu." Dia membungkuk.

"Ti..tidak apa Hatake-sama, nama saya Sakura Akasuna"Sakura balas membungkuk "Tidak apa-apa asalkan semua yang tadi anda katakan terpenuhi." Sakura tersenyum licik.

"Panggil saja saya Kakashi, kau tak perlu khawatir Sakura itu kujadikan misi kedua Nii-chanmu setelah misi pengintaian tadi gagal olehku, jadi kau tak perlu khawatir." Pria itu tersenyum, tapi senyum itu malah membuat sakura miris. Senyum yang tidak sampai kematanya.

"Baguslah. Nii-chan dengarkan itu.. kalau kau tak mau ku sebut ANBU KACANGAN jangan sampai kau menggagalkan misi ini." Sakura mencoba mengendalikan perasaannya.

"Sakura." Sasori mendesis.

"Tapi maaf nona Sakura, tidak ada ANBU kacangan yang berada dibawah pimpinanku. Aku pastikan itu." Kata Kakashi membuat rona merah dipipi Sakura menyembul .

"Tapi Hata- maksud saya Kakashi-sama kenapa anda tadi memelukku, lalu bagaimana anda bisa tahu ice cream blueberry dan strawberry, belut bakar,dan ketaman itu adalah kesukaanku."

"Sakura." Sasori memperingatkan.

"Oh, itu."

"Ketua, kita sudah membicarakannya didalam." Seru Sasori khawatir, dan ini membuat Sakura mengernyit curiga.

"Kau tak perlu khawatir." Kakashi berkata pada Sasori, lalu dia berpaling ke Sakura dan berkata "Sakura kau mirip dengan seseorang yang kukenal tadinya kupikir kau dia, dan yang kusebutkan tadi adalah semua favoritenya, termasuk memintaku menemaninya belajar dan menjemputnya pulang sekolah, tenyata kalian memiliki selera yang sama juga."

"Anda sangat merindukannya?" Tanya Sakura halus.

"Iya.. sangat.." Jawab Kakashi menatap Sakura tajam.

"Sepertinya itu membuat Kakashi-sama sakit, kalau Kakashi-sama begitu merindukannya kenapa Kakashi-sama tidak menemu- emp.." Tangan Sasori telah sukses membungkam bibir Sakura. "Lepaskan." Sakura menarik tangan itu.

"Kau benar Sakura, merindukannya membuatku merasa sakit, andai saja aku bisa menemuinya."

"Apa dia sudah meninggal." Kata Sakura ragu, dia kembali teringat ucapan Kakashi saat berkata 'kau hidup..'

"Iya, benar Sakura, dia sudah meninggal."

"maaf." Kata Sakura membungkuk.

_0oOo0_

Kami sama… permainan apa lagi yang kau berikan kepadaku..

Dia Sakura, aku yakin dia Sakura.. yah dia memang Sakura, tapi bukan Sakura yang mengenalku bukan Sakura yang memilikiku, kami-sama.. bisakah kau kurangi rasa sakit ini sedikit saja, aku merindukannya selama ini, dan sekarang dia kembali. Tapi tidak mengenalku. Dia Sakura bukan Sakura Haruno-ku.

Kenapa kau begitu suka menyiksaku, bahkan setelah kau mengirimkan Sakura yang kedua kau masih belum mengizinkanku memilikkinya, kenapa? Lalu kau hadirkan Hinata dan akan menghadirkan Sasuke lagi? Dan perebutan kami lagi, oh tidak tentu saja. Sejak awal kau sudah memisahkanku darinya dari Sakura. Ada Hinata. Dan dia istriku. Jika kau hadirkan Sasuke. Maka sempurnalah rasa sakitku. Dan aku tidak peduli lagi bila kali ini aku yang mati.

Kakashi memandang wajah gadis itu dengan miris, ada kebahagiaan yang membuatnya melambung saat memandang mata emerald yang sangat dirindukannya, tapi kesadaran bahwa mata itu bukan miliknya membuatnya kembali terjatuh bahkan lebih dalam dari sebelumnya. Lubang yang menganga di hatinya kembali berdarah.

Gadis berambut pink yang ada dihadapannya benar-benar replika dari gadis berambut pink miliknya yang telah lama pergi. Bukan hanya fisik yang begitu sama persis, tapi juga caranya tersenyum, caranya bicara, caranya bertingkah, seolah dia Sakura Haruno yang diturunkan kembali oleh tuhan.

"Iya, benar Sakura, dia sudah meninggal." Kata Kakashi, dan sekali lagi hatinya terasa nyeri untuk yang kesekian kalinya sejak dia bertemu gadis ini.

"Maaf." Gadis itu membungkuk.

"Jangan." Kakashi meraih pundak gadis itu cepat."Tidak apa—"

"Sakura, aku antar kau pulang." Sasori memotong cepat, dia telah melihat perubahan di wajah atasannya yang membuatnya bersikap waspada.

"Baiklah Kakashi-sama, terimakasih telah memberi harga mahal untuk maafku." Gadis itu membungkuk, tersenyum lembut sebelum berbalik masuk kedalam mobil yang baru saja dia berikan pada Sasori sebagai mobil dinasnya. Sasori tersenyum sedikit sebelum ikut masuk bersama Ayame.

"Kau yakin orang baru itu tidak berbohong, dan dia bukan Sakura?" Suara seorang wanita mengalihkan pandangan Kakashi dari ekor mobil yang melaju meninggalkannya kearah seorang wanita berambut hitam dengan mata semerah darah dibelakangnya.

"Kurenai."

"Aku melihatnya.. lebih tepat mengamatinya, dia Sakura aku yakin bahkan dari jauh aku bisa tahu, bukan hanya fisiknya, tapi juga caranya bicara, terse—"

"Aku tahu, sama persis, dan dia memang Sakura, tapi bukan Sakura Haruno." Kakashi mengalihkan pandangannya kearah mobil itu pergi. "Dia lebih muda. Sakura meninggal di usia 19 tahun, sedangkan usianya masih sekitar 17 tahun, seperti yang dikatakan Sasori."

"Kakashi, maaf tapi… bagaimana perasaanmu.. maksudku—" Kurenai berusaha mencari kata yang lebih menyenangkan, sejenak dia melihat kabut yang selalu ada dimata Kakashi semakin jelas.

"Aku mencintainya, masih sangat mencintainya." Kakashi memandang Kurenai tajam, membuat mata semerah darah itu menyipit.

"Kakashi kau harus hati-hati, jangan sampai ada yang terluka." Kurenai memandang mata yang tak pernah lepas dari kabut itu, meski belakangan dia merasa kata-katanya kosong.

Kakashi tak menjawab, bukankah dunia memang penuh luka? Dan bukankah mereka memang telah terluka? Kakashi, Hinata, Sakura, bahkan Sasuke yang saat ini masih belum bicara padanya. Mereka semua telah terluka, jadi apa salahnya bila terluka sekali lagi? Sama seperti Sakura yang datang sekali lagi. Yah sekali lagi, wajah yang sama, senyum yang sama, dan luka yang sama...

"Aku tak ingin dia tahu." Kakashi teringat kata-kata Sasori saat Kakashi baru saja menyelesaikan ceritanya.

"Dia berhak tahu." Jawab Kakashi saat itu, dia merasa kecewa.

"Dia tidak berhak tahu, itu masa lalu kalian, masa lalu Sakura bersamaku. aku membawanya kesini agar dia mendapatkan pendidikan terbaik, tapi kalau kehidupannya tidak jadi lebih baik, aku akan membawanya kembali bersamaku."

"Maaf Sasori, bila masa lalu Sakura bersamamu, Maka masa depannyalah yang akan bersamaku, aku tidak akan melepaskannya lagi, tidak setelah aku kehilangannya, tidak untuk kali ini."

_0oOo0_

Tubikontinyu

_0oOo0_

Fiuh... hosh..hosh..hosh… *lap-lap keringet* akhirnya bisa juga bikin Fic walo baru satu chaps, ne ficku yang pertama dipublis, sebenernya gak pede juga mo mublis, takut ga layak publis.

Buat semua reader yang baca *ya eyalah namanya reader ya pembaca* hatur nuhun dah mau baca fic saiya, buat sempai-sempai sekalian mohon bantuannya *bungkuk-bungkuk sambil ngacungin mawar* saiya terima segala saran, kritik, flame, apapun, bahkan kalo banyak yang minta hapus pun bakal saiya hapus..*pesimis mode ON*

Saiya bakal update secepatnya...Um... paling gak setelah ada yang reviewlah...

ARIGATOU