Fic pertama dari author pemula.
Semoga suka dengan fic ini.
Selamat membaca!
Eyeshield 21 : Riichiro Inagaki dan Yusuke Murata
Rate : T
Genre : Romance
You Return?
Chapter 1: Young Man of Black Hair
Kenapa kamu meninggalkanku
Kenapa kamu pergi secepat ini
Kenapa aku tidak di beri kesempatan untuk bersamamu lebih lama
Di sore hari ini di SMU Deimon, seperti biasa para anggota Amefuto Deimon Devil Bats menjalani latihan rutin mereka. Meskipun latihan sedang berlangsung tetapi ada yang berbeda dari biasanya. Mereka menjalani latihan tanpa ada teriakan dan bunyi tembakan yang biasanya selalu membuat mereka ketakutan. Latihan terasa damai. Sosok setan yang selalu memberi komando pada mereka tidak terlihat sedikitpun. Batang hidungnya pun tak kelihatan. Seperti lenyap seketika. Di manakah dia?
Sementara itu di houseclub Deimon terlihat seorang gadis yang sedang duduk sambil memandang seragam amefuto dengan nomor punggung satu yang berada dihadapannya. Dia memegang seragam itu dan mulai menciumnya. Perlahan-lahan air mata mulai membasahi pipinya dan seragam amefuto itu. Dia menangis terisak-isak. Membenamkan wajahnya di seragam. Perlahan-lahan sebuah nama terucap dari bibirnya yang bergetar.
"Hiruma…" isaknya.
Kenapa aku tidak bisa melupakanmu
Kenapa aku menangis bila mengenangmu
Kenapa harus seperti ini
Ya. Gadis itu adalah Mamori Anezaki, manajer tim American Football Deimon Devil Bats. Mamori masih menangis sambil memegang baju amefuto nomor satu yang tak lain adalah seragam milik Yoichi Hiruma, kapten tim Devil Bats. Entah apa yang sudah terjadi pada kapten setan itu sehingga membuat Mamori menangis karenanya.
Mamori mulai mengangkat wajahnya. Dalam wajah penuh air mata Mamori mencoba mengenang sesuatu. Sesutu yang sangat pahit. Sesuatu yang tidak dapat di terimanya. Sesuatu yang terus menerus membuatnya harus mengeluarkan air matanya. Sesuatu yang telah hilang dari hidupnya untuk selamanya. Sesuatu yang berkaitan dengan Hiruma.
-Flashback-
"Kamu mau kemana Hiruma-kun?" Tanya Mamori yang melihat Hiruma bersiap-siap untuk pergi.
"Bukan urusanmu, manager sialan! Kamu tidak perlu tahu kemana aku pergi!" jawab Hiruma ketus.
Mamori mengembungkan pipinya pertanda kesal atas jawaban Hiruma yang menyebalkan.
"Maaf kalau begitu. Tapi kamu 'kan tidak perlu menjawabnya dengan kasar begitu," kata Mamori lagi berusaha sabar.
"Tch! Aku pergi dulu." Ujar Hiruma sambil berlalu meninggalkan clubhouse.
Mamori hanya bisa diam melihat kepergian Hiruma. Entah mengapa ketika melihat punggung Hiruma yang semakin menjauh, Mamori merasa tidak akan pernah lagi memandang punggung setan itu lagi. Mamori berusaha menepis perasaan aneh yang menyelimuti pikirannya secara tiba-tiba tadi. Dia kembali meyibukkan dirinya dengan membersihkan ruang klub kembali.
Setelah memberi minum pada para anggota Deimon, Mamori segera kembli ke clubhouse. Mamori melirik ke arah senjata-senjata api dan bazooka milik Hiruma. Ia heran dengan setan itu yang selalu bermain-main dengan benda berbahaya itu. Mamori mencoba merapikan senjata-senjata dan bazooka yang berserakan.
"Dasar Hiruma. Senjatanya dibiarkannya saja terletak," keluh Mamori.
Ketika Mamori memungut semua senjata-senjata dan bazooka itu, tiba-tiba salah satu dari senjata itu terjatuh. Mamori memungutnya. Mamori kaget ketika melihat senjata itu rusak. Langsung saja dia kaget dan takut karena Hiruma pasti akan memarahinya. Mamori bingung. Ia tidak tahu harus melakukan apa.
Sedetik kemudian pikirannya langsung ke Hiruma. Perasaannya tidak enak. Bukan perasaan takut akan dimarahi melainkan perasaan yang sama ketika ia melihat punggung Hiruma. Seperti akan ada sesuatu yang terjadi pada Hiruma. Perasaan akan kehilangan.
Tiba-tiba HP Mamori berdering. Di layar handphonenya tertera nomor yang tidak dikenalnya. Karena penasaran Mamori langsung mengangkatnya.
"Ha, halo… Siapa ini?" jawabnya ragu.
"Halo? Apa ini manajer tim Deimon?" Tanya suara penelepon yang terdengar seperti suara seorang pria.
"Ya, dengan aku sendiri. Siapa ini?" Tanya Mamori lagi penasaran.
"Ini aku, Habashira Rui dari Charmeleon…" jawab si penelepon yang ternyata Habashira Rui.
"Ada apa Habashi-kun? Suaramu terdengar aneh," ujar Mamori yang menyadari ada nada buru-buru dari suara Habashi.
"Langsung ke permasalahan saja. Aku sekarang berada di rumah sakit, kapten kalian Hiruma mengalami kecelakaan lalu lintas!" kata Habashi langsung.
Mendengar berita dari Habashi, Mamori langsung tersentak kaget. Ia jatuh terduduk di samping tumpukan senjata-senjata Hiruma yang berserakan. Seketika itu juga air matanya mulai menetes. Habashi yang ada di seberang telepon samar-samar mendengar tangisan gadis itu.
"Hi, Hiruma-kun kecelakaan?" ulangnya. "Kamu tidak bercanda, 'kan Habashi-kun?" tanyanya tak percaya dengan berita dari Habashi.
"Itu benar, aku tidak bohong!" Habashi menegaskan. "Lebih baik kalian langsung saja ke rumah sakit. Aku akan menjelaskannya di sana. Sampai nanti." Ujar Habashi memutuskan teleponnya.
Tut Tut Tut…
Bunyi yang menandakan Habashi telah memutuskan teleponnya. Mamori membiarkan handphonenya tergeletak begitu saja di lantai. Ia langsung menangis terisak sambil menyebut nama Hiruma sekeras-kerasnya.
"HIRUMAAAAA!" teriaknya di seluruh ruangan.
Teriakan keras dari Mamori terdengar oleh seluruh anggota tim Devil Bats yang sedang beristirahat. Mereka kaget mendengar teriakan keras yang berasal dari clubhouse itu.
"Bukankah itu suara Mamo-neechan?" Tanya Sena kepada semuanya.
"Itu benar MAX!" timpal Monta yang berhenti mengunyah pisangnya.
"Ada apa dengan Mamo-nee? Aku harus melihatnya!" Suzuna langsung meluncur dengan in-line skatenya meninggalkan mereka.
"Suzuna tunggu!" panggil Sena yang berusaha menyusul Suzuna. Monta ikut berlari di belakangnya.
"Ada apa ini? Kenapa Mamori berteriak sekeras itu? Apa yang terjadi?" Tanya Kurita yang panik dengan melontarkan banyak pertanyaan yang tidak tahu harus yang mana dulu untuk di jawab.
"Lebih baik kita menyusul mereka!" seru Musashi sambil berlari mengikuti Suzuna, Sena dan Monta. Kurita dan yang lainnya pun ikut menyusul di belakang Musashi.
Mamori masih menangis. Seharusnya dia menyadari bukan itu yang harus dilakukannya terlebih dahulu. Ia harus segera memberitahukan kepada semua anggota tim bahwa ada berita buruk yang terjadi pada Hiruma. Mamori mencoba bangkit namun tubuhnya tidak mau mengikuti perintahnya. Air mata masih terus mengalir di wajah cantiknya.
Tanpa harus berpikir untuk memberitahu yang lain tentang kecelakaan Hiruma, tiba-tiba semua anggota tim langsung masuk ke dalam clubhouse. Mereka mendapati Mamori yang sedang terduduk lemas di dekat tumpukan senjata milik Hiruma dan mereka juga bisa melihat air mata yang mengalir di wajah Mamori. Mamori tidak menyadari teriakannya tadi telah membuat seluruh anggota tim langsung datang menghampirinya di clubhouse.
"Mamo-nee! Apa yang terjadi padamu?" Tanya Suzuna panik sambil mendekati Mamori dan memeluknya.
"Suzuna-chan… Sena, Monta, dan yang lainnya…" ujar Mamori tetap berderai air mata.
"Ada apa Mamo-neechan?" Tanya Sena yang juga panik apalagi ketika melihat keadaan Mamori yang parah. Semuanya juga berseru ingin tahu apa yang terjadi pada manajer mereka.
"Hi, Hiruma-kun…" isaknya tiba-tiba.
"Ada apa dengan You-nii, Mamo-nee?" Tanya Suzuna dengan perasaan ganjil.
"Hiruma-kun… Hiruma-kun… dia… kecelakaan," jawab Mamori dengan terbata-bata seolah terasa sulit untuk mengucapkan kata-kata tersebut.
"APAAA!" seru semuanya kaget.
"Hiruma kecelakaan!" seru mereka lagi.
"Bagaimana itu bisa terjadi?" Tanya Musashi yang panik tetapi raut wajahnya tetap tenang.
Mamori mulai menceritakan semuanya. Seperti reaksi yang sudah diperkirakan sebelumnya semua anggota tim terbelalak tidak percaya. Mereka tidak percaya setan yang mengerikan itu mengalami kecelakaan. Tanpa membuang waktu lagi Mereka segera menuju rumah sakit yang dimaksud Habashi di telepon.
Mereka tiba di rumah sakit. Habashi menyambut mereka. Habashi langsung menceritakan kejadian yang menimpa Hiruma selama perjalanan ke tempat Hiruma yang sedang ditangani dokter. Semua menatap tidak percaya termasuk Mamori yang masih menangis di samping Suzuna. Tak lama mereka tiba di tempat tersebut tetapi ada yang aneh. Hiruma tidak ada di dalam ruangan itu.
Mereka bergegas mencari tahu dimana keberadaan Hiruma. Setelah mendapat keterangan dari dokter yang mengobati Hiruma, mereka mendadak terkejut dengan kata-kata yang keluar dari mulut dokter tersebut. Hiruma meninggal, begitulah kata dokter. Mamori langsung tersentak lagi, air matanya kembali membasahi wajahnya. Semua anggota tim juga shock mendengar berita tersebut. Habashi dan beberapa temannya juga kaget.
"Tidak! Hiruma… TIDAK!" teriak Mamori sekerasnya di rumah sakit.
-End of Flashback-
Mamori memejamkan matanya setelah beberapa saat mengenang kejadian buruk itu. Seragam amefuto Hiruma masih berada dalam genggaman tangannya. Air matanya tetap mengalir sama seperti air mata sebelumnya yang keluar ketika mengetahui Hiruma telah meninggal. Ya. Hiruma si setan Deimon itu telah meninggalkan dunia ini selamanya dan kembali ke neraka di mana tempatnya berasal.
Tidak lama pintu clubhouse terbuka. Seorang gadis dengan in-line skatenya berjalan mendekati Mamori yang terduduk sambil menangis. Gadis itu tak lain adalah Suzuna.
"Mamo-nee." Panggilnya lembut. Mamori hanya mengankat wajahnya sedikit untuk melihat Suzuna. "Mamo-nee tidak apa-apa? Mamo-nee menangis lagi?" Tanyanya cemas.
"Aku tidak apa-apa Suzuna-chan. Aku tidak menangis, aku hanya teringat Hiruma saja." Jawabnya sambil menghapus air mata dengan tangannya.
"Aku tahu Mamo-nee sedih atas kepergian You-nii, tetapi Mamo-nee tidak bisa begini terus. Mamo-nee harus semangat. Aku yakin You-nii juga tidak suka kalau melihat setiap hari kerjaan Mamo-nee hanya menangis saja." Hibur Suzuna.
Mamori membenarkan setiap kata yang diucapkan Suzuna. Hiruma mungkin memang tidak akan senang jika melihatnya terus begini, terpuruk dalam kesedihan terus. Dia harus kembali semangat dan tersenyum untuk semua temannya yang mencemaskan keadaanya. Menyemangati semua anggota Devil Bats yang ditinggalkan Hiruma.
"Kamu benar Suzuna-chan. Aku tidak harus menangis terus seperti ini." Katanya tersenyum.
"Itu baru Mamo-nee yang tegar. Sebelumnya kami sangat khawatir sekali pada Mamo-nee tetapi syukurlah kalau Mamo-nee sudah baikan," kata Suzuna tersenyum sambil memeluk Mamori.
"Aku sudah tidak apa-apa Suzuna-chan. Ng, sepertinya semuanya sudah haus."
"Ah, biar aku saja yang mengambil minuman untuk mereka semua!" seru Suzuna menghentikan langkah Mamori.
"Baiklah. Kalau begitu aku belanja untuk membeli perlengkapan amefuto saja." Ujar Mamori sambil menyimpan seragam amefuto Hiruma di lokernya.
"Mau aku temani?" tawarnya.
"Tidak usah. Biar aku sendiri saja yang pergi."
"Baiklah. Sampai nanti Mamo-nee." Kata Suzuna sambil meninggalkan Mamori di clubhouse. Suzuna menoleh sedikit ke arah Mamori. "Yang tegar ya, Mamo-nee," batinnya dalam hati sambil tersenyum.
Kenapa sekarang aku berjalan seorang diri
Kenapa tidak ada yang menemaniku lagi
Kenapa aku merasa kesepian
Mamori berjalan seorang diri untuk membeli barang-barang keperluan amefuto yang diinginkan Musashi. Setelah Hiruma meinggal Musashi-lah yang menggantikannya menjadi kapten Devil Bats. Tentu saja kepemimpinan Hiruma berbeda dengan Musashi. Musashi tidak terlalu keras pada anggotanya tetapi dia cukup tegas.
Setelah selesai membeli barang-barang yang diperlukan, Mamori berjalan pulang kembali ke SMU Deimon. Tiba-tiba ada yang menghadang jalan Mamori. Beberapa pria bertampang sangar mengelilinginya. Dengan senyum menyeringai mereka menatap Mamori. Mamori ketakutan tetapi ia berusaha untuk bersikap tegas.
"Mau apa kalian? Kenapa kalian menghalangi jalanku?" seru Mamori dengan galak.
"Hei, gadis manis. Jangan galak-galak seperti itu." Kata seorang pria bertubuh besar dan menyeramkan.
"Itu benar. Nanti wajahmu yang cantik itu menjadi jelek," ujar pria satunya lagi.
"Minggir! Aku mau lewat!" bentak Mamori kesal.
Para pria sangar ini hanya tersenyum mendengar amarah Mamori. Mereka tertawa mengejek. Wajah Mamori memerah. Ia sangat kesal. Rasanya lebih kesal daripada menghadapi Hiruma. Tiba-tiba salah seorang pria menyergap Mamori.
Mamori terkejut sampai barang belanjaannya terjatuh ke tanah. Para pria sangar itu menyandarkannya ke dinding. Mamori tidak tahu apa yang akan dilakukan para pria sangar itu padanya. Ia ingin lepas dari cengkeraman tangan pria itu tetapi sia-sia karena pria itu lebih kuat darinya.
Mamori tetap berusaha untuk melepaskan cengkeraman pria tersebut. Entah kenapa dalam kesulitan seperti ini Mamori teringat pada Hiruma. Sosok Hiruma yang muncul di kepalanya yang seakan mungkin akan menyelamatkannya dari kesulitan ini. Mamori meneriakkan nama Hiruma.
"Hi, Hiruma!" pekiknya.
Semua pria sangar di situ terkejut karena Mamori memanggil nama setan itu. Mereka mulai tersenyum menyeringai.
"Siapa Hiruma itu? Pacarmu, ya?" Tanya pria yang mencengkeram tangan Mamori.
"Hei gadis manis! Siapapun yang kau panggil sekarang tidak akan ada yang datang untuk menyelamatkanmu." Senyum seringainya pada Mamori.
Mamori menyadari ucapan pria tersebut. Pria itu benar. Tidak akan ada yang menyelamatkannya apalagi Hiruma. Setan yang terkenal dan ditakuti semua orang itu sudah tidak ada di dunia ini lagi. Betapa bodohnya dia berharap pertolongan dari orang yang sudah meninggal.
Betapa bodohnya. Tidak ada yang akan menyelamatkannya. Tidak ada Hiruma. Dia sendirian. Terperangkap oleh para pria jahat. Tidak akan selamat.
Tanpa sadar air mata Mamori mengalir di pipinya.
"Hei, dia menangis!" ujar seorang pria sangar tersebut.
"Kau terlalu membuatnya takut." Tambah pria yang lain.
"He he he… Jangan menangis gadis manis. Kau tidak akan aku apa-apakan. Ku hapus, ya, air matamu," katanya sambil menyeringai. Tangannya mendekati wajah Mamori.
Mamori hanya diam. Ia merasa seperti orang yang tidak berdaya.
Ketika tangan pria itu hampir mendekati wajah Mamori. Tiba-tiba terdengar suatu perkelahian di belakang. Pria itu mengurungkan niatnya dan segera menoleh ke belakang. Ia terkejut. Semua temannya jatuh ke tanah dengan wajah penuh luka. Pria itu juga melihat ada seseorang di sana yang membuat kekacauan itu. Mamori juga melihatnya meski tidak jelas. Tetapi jelas orang itu adalah seorang pemuda.
Pemuda misterius itu terus menghajar teman pria sangar tersebut. Pria yang mencengkeram Mamori menggeram melihat orang itu berdiri di hadapannya dengan segar bugar. Ia tidak menyangka pemuda itu akan menghajar semua temannya dengan mudah.
"Jangan bermain tangkap beramai-ramai," katanya tiba-tiba.
"Si, siapa? Siapa itu?" Tanya Mamori dalam hatinya. Ia tidak dapat melihat wajah pemuda itu dengan jelas.
"Siapa kau? Beraninya kau menghajar semua temanku! Cari mati, ya!" marah pria itu.
"Aku tidak mencari apapun. Aku hanya ingin gadis itu." Katanya tenang dan sedikit tersenyum.
"Coba saja kalau kau bisa!" tantang pria itu. Ia langsung mendekati si pemuda, ia mulai melayangkan tinjunya.
Si pemuda langsung menghindar dengan cepat. Seketika itu si pemuda mendekati pria sangar dan dengan cepat langsung mendaratkan tinjunya di perut pria itu dengan keras. Pria sangar meringis dan jatuh ke tanah. Si pemuda dengan cepat meraih belanjaan Mamori yang terjatuh dan langsung menarik tangan Mamori. Dengan cepat mereka berlari meninggalkan semua pria sangar yang sedang meringis menahan sakit di perut mereka.
Si pemuda terus membawa Mamori berlari entah kemana. Setelah menemukan tempat aman mereka beristirahat sejenak. Mamori melirik pemuda yang menyelamatkannya. Pemuda itu sedang membungkuk sambil bertumpu pada lututnya, nafasnya tersengal-sengal. Pemuda itu terlihat tinggi, rambutnya spike berwarna hitam, tetapi wajahnya tidak terlihat jelas karena tertutup sedikit poninya serta kegelapan yang mengelilingi mereka.
Tanpa disadari oleh Mamori ternyata hari sudah mulai gelap.
"Kamu tidak apa-apa?" Tanya pemuda itu sambil mengangkat wajahnya.
"Aku ti…" Mamori terhenti mengucapkan kata-katanya. Ia terkejut melihat wajah pemuda itu.
Cahaya bulan membuatnya melihat jelas wajah si pemuda. Ia melihat sosok yang tinggi, berambut spike hitam, matanya hijau, wajahnya sedikit runcing, telinga runcing, giginya juga runcing meskipun hanya sedikit terlihat. Sosok itu seperti sosok setan di tengah kegelapan. Sosok yang pernah di kenal oleh Mamori hanya saja kali ini sosok ini sedikit berbeda. Pemuda itu berambut hitam.
Melihat wajah pemuda itu Mamori langsung shock, ia sangat kaget. Pemuda berambut spike hitam itu menatap heran wajah Mamori yang tampak shock ketika melihat wajahnya. Mamori masih diam terpaku menatap pemuda itu. Pemuda berambut hitam ini telah mengingatkannya dengan sosok yang sangat dirindukannya. Sosok yang telah meninggalkannya selamanya.
"Hi, Hiruma-kun…" ujarnya perlahan.
To be continued….