WHAT IS LOVE?

Pairing: ichiruki or byakuruki or renjiruki...let time decides

Disclaimer: Tite Kubo lah, siapa lagi. I only unleash my imagination

Chapter 1

Prolog

Pria bertubuh tinggi dan berambut orange itu berdiri dengan tegap di atas atap rumahnya. Ia tampak begitu tampan dalam hakama hitamnya. Ia, Kurosaki Ichigo seorang subtitute Shinigami yang bertugas menjaga keamanan kota Karakura dari serbuan hollow jahat yang ingin memakan jiwa manusia. Ia, Kurosaki Ichigo yang kuat, Kurosaki Ichigo yang hebat, Kurosaki Ichigo yang begitu disegani lawan-lawannya dan segala macam julukan yang membuatnya bisa disetarakan dengan seorang taicho. Ia menghela nafas dalam-dalam... saat ini dirinya hanyalah seorang Kurosaki Ichigo. Titik. Tanpa embel-embel hebat, kuat dan apapun itu. Ia hanya seorang manusia setengah shinigami yang lemah. Hanyalah seorang laki-laki yang tidak tahu apa yang harus ia lakukan untuk menyatakan isi hatinya. Seorang laki-laki yang entah karena kebodohannya, atau karena ketidaklugasannya, akan kehilangan seseorang yang penting bagi dirinya. Penting? Ya, penting sekali. Sayangnya ia baru sadar sekarang, betapa seseorang itu amat sangat penting bagi dirinya. Seorang gadis. Seorang gadis yang telah mengubah jalan hidupnya, jalan takdirnya, meski ia tidak pernah mengharapkan itu.

Kurosaki Ichigo masih berdiri dalam diam. Ia merasakan dadanya mendadak sesak saat ia mengingat wajah gadis itu. Ia merasa hatinya seperti teriris pisau tajam dan pelan-pelan mengeluarkan darah dari tiap irisan pisau kenyataan. Ia yang selalu superior dalam setiap pertempuran melawan semua jenis musuh, sekarang berdiri di atap rumah dengan hati tercabik-cabik. Jika tubuhnya yang tercabik-cabik, ia pasti masih bisa menahan rasa sakitnya, tapi ini hatinya.. Hatinya adalah satu-satunya tempat ia tidak bisa menahan sakit, karena hati ini adalah satu-satunya tempat dimana ia bisa merasakan cinta yang ia rasakan pada gadis itu tanpa ada satu pun orang yang mengetahui. Dan sekarang hatinya terluka.

Kurosaki Ichigo merasa cairan panas keluar perlahan dari kedua belah matanya. Ia menyentuh pipinya. Airmata. Airmata? Ia menangis? Bagaimana mungkin ia menangis? Ia seorang yang kuat, seorang pemberani, seorang shinigami yang akan dengan gagah berani melawan semua musuh di depannya, dan sekarang ia menangis? Kemunduran apa ini? Kebodohan apa ini?

Itu bukan kemunduran ataupun kebodohan, kata hatinya perlahan berisik. Itu ketidakberdayaan. Itu keputusasaan. Itu menandakan kau menyerah. Kau menyerah pada takdirmu yang hanya seorang manusia setengah shinigami, karena kau pikir kau tidak akan mampu meraihnya. Tidak akan mampu mengatakan apa yang ada di hatimu. Dan itu KETIDAKBERDAYAANMU!

Kurosaki Ichigo tersentak. Ia tidak berdaya? Apa benar ia tidak berdaya? Apa benar ia putus asa? Tidak. Ia tidak putus asa. Ia hanya tak tahu harus berbuat apa. Ia hanya tak tahu harus bersikap apa. Ia hanya tak tahu harus bagaimana melanjutkan hidup ini tanpanya. Hatinya bertambah sesak dan ia meraung sekeras-kerasnya:

"RUKIAAAAAAAAAAAAAAAA...!!!!!!!!!!!!!!!!!!"

Seireitei. Sebulan sebelumnya.

Siang itu langit terlihat cerah, indah dan biru. Awan-awan seputih kapas berjalan sangat perlahan ditiup angin yang tidak kencang. Seorang gadis berambut hitam, bertubuh mungil dalam balutan kimono putih duduk di teras kediaman Kuchiki ditemani seorang pemuda tegap berambut merah.

"Kau yakin tidak mau kembali ke Karakura?" tanya pemuda itu - Abarai Renji – seraya menyeruput isi cangkirnya perlahan.

Kuchiki Rukia tertunduk sesaat, lalu kembali menengadahkan kepalanya yang mungil ke arah langit. Ia ingin sekali mengatakan iya, tapi lidahnya seakan kelu menjawab pertanyaan sahabatnya itu.

"Aku.. tidak tahu, Renji. Aku kan tidak bisa memutuskan apa-apa sendiri. Di sini ada Nii-sama, aku harus bertanya apa yang terbaik untukku."Renji menghela nafas mendengar kata Nii-sama disebut. Ya, yang Nii-sama itu adalah kakak angkat Rukia, Captain divisi 6 dari Gotei 13, Kuchiki Byakuya yang tersohor akan kehebatannya dan kebangsawanannya. Captainnya sendiri, yang sangat ia takuti. Well, kalau apapun hubungannya dengan Kuchiki Byakuya Renji pasti pikir-pikir panjang terlebih dahulu.. Tapi ada sesuatu yang mengganggu pikiran Renji. Hal yang berkaitan dengan Byakuya-sama. Untuk itulah siang ini ia menemui Rukia.

"Rukia, apakah kau perhatikan bahwa akhir-akhir ini Captain Kuchiki berubah?" tanya Renji hati-hati. Ia berusaha bertanya setenang mungkin.

"Berubah bagaimana?"Rukia tampak bingung.

"Yah berubah saja. Mungkin lebih santai, atau lebih banyak omong, atau mungkin lebih banyak tertawa, atau apa sajalah. Pokoknya berubah dari ia yang biasa."

Rukia termenung sebentar, terlihat berusaha mengingat-ingat. Hmmm.. apa ya perubahan Nii-sama? Lebih banyak omong? Tidak. Lebih santai? Tidak. Lebih banyak tertawa? Tidak. Lebih sering menatapnya mungkin? Hmm..ya! Ia merasa akhir-akhir ini ia sering memergoki Byakuya seperti sedang menatap dirinya. Tadinya ia kurang yakin, karena Byakuya orang yang sangat dingin dan tak pernah bicara banyak pada dirinya, apalagi ngobrol tentang sesuatu. Tapi secara tidak sengaja, ia beberapa kali memergoki Byakuya sedang memperhatikan dirinya dan saat ia balik menatap, pasti Byakuya segera melempar wajahnya ke arah lain atau segera berlalu dari hadapannya. Apa alasannya, Rukia tidak tahu.

"Kelihatannya Nii-sama tidak berubah, Renji.. kecuali akhir-akhir ini ia terlihat lebih sering melihatku.." ujar Rukia lirih.

"Melihatmu bagaimana? Dia pasti melihatmu, Rukia.. dia kan punya mata."

"Maksudku, dulu Nii-sama seakan-akan tidak mempedulikan kehadiranku. Aku ada atau tidak, tidak ada bedanya bagi Nii-sama, akan tetapi akhir-akhir ini Nii-sama seakan menganggapku ada. Ia melihatku, Renji. Itu maksudku dan memang itu .... perubahan diri Nii-sama."

Renji tersentak," Hah.. begitu?" Wajah Renji sesaat mengeras. Itu jelas perubahan bagi seorang Kuchiki Byakuya. Renji sudah mengenalnya bertahun-tahun dan Byakuya-sama tidak pernah begitu terhadap adik angkatnya itu. Renji bergidik, apakah.. apakah mungkin? Tidak, tidak mungkin. Kuchiki Byakuya tidak mungkin merasakan itu terhadap Rukia.

"Renji.. Renji!! Yoo..Renji, kau melamun ya?" teriak Rukia menyadarkan Renji bahwa ia masih ada di Kuchiki mansion.

"Sorry Rukia, aku hanya berpikir."

"Tentang Nii-sama?"

"Ya. Juga tentangmu dan mungkin juga tentangku."

"Aku dan kamu? Apa sih maksudmu, Renji?"

Renji tersenyum manis," Sekarang kan kau sudah di Seireitei lagi dan si Rambut Orange itu juga tidak ada di sini lagi, berarti sudah tidak ada lagi yang menghalangi hubungan kita."

GUBRAK! Rukia terpana.

"Hubungan kita? What does supposed to mean, Renji? Hubungan apa???" Rukia terkaget-kaget dengan perkataan Renji.

Renji terdiam,"Kamu pikir selama ini kenapa aku selalu mengikutimu kemana-mana, Rukia? Iseng saja? Baka.. gunakan pikiranmu dong. Kau terlalu banyak memikirkan si Rambut orange itu sih.. sekali-kali lihat aku sebagai seorang...hhmm...laki-laki."

Rukia menatap Renji dengan seksama. Renji tinggi dan wajahnya khas laki-laki, agak kasar tapi tidak jelek. Tato di kepalanya membuatnya tambah seram sebenarnya, tapi itu saja.

"Memang kau laki-laki, Renji..sebagai apalagi kau kulihat. .."

"Oalah Rukia!! Kau ini memang bodohnya susah sembuh ya... udahlah, whatever.. yang penting kau jangan sering-sering ketemu Kurosaki ya. Dia itu kerjaannya cuma bikin rusuh aja di mana-mana, pokoknya aku senang dia ga berkeliaran di sini hehehhehehe...." dia lalu tersenyum,lalu berbisik dalam hati,'Tanpa Kurosaki, maka Rukia ga ada pilihan, pasti dia akan suka padaku. Just wait and see.'

"Ganbatte!!!!" teriak Renji. Wajahnya lalu cerah dan dengan semangat menghabiskan teh dan kue-kue yang dihidangkan Rukia.

Rukia tersenyum pias. Ia senang menghabiskan waktu mengobrol dengan Renji saat ia memulihkan kesehatan seperti saat ini. Pertempuran di Hueco mundo masih harus banyak beristirahat. Tiba-tiba bayangan pemuda berambut orange berkelebat dengan cepat di depan matanya. Ichigo, Kurosaki Ichigo. Apa yang ia lakukan saat ini di dunia? Apa ia sehat-sehat saja? Apa ia sedang sekolah jam-jam ini? Apa ia sibuk dengan urusan mengusir hollow? Atau apa? Apa ia merindukanku? Rukia cepat-cepat menepiskan bayangan Ichigo di pelupuk matanya. Ichigo, apakah kau tahu apa yang kurasakan saat ini?

Karakura. Waktu yang sama.

Ichigo menatap ke luar jendela kelasnya dengan perasaan bosan. Ia melihat di luar teman-teman sekelasnya bermain sepakbola di lapangan. Wajah mereka terlihat bahagia. Terkadang terdengar teriakan-teriakan yang membangkitkan semangat.

Mereka tidak tahu apa-apa soal serangan Aizen beberapa bulan yang lalu dan memang tidak usahlah mereka tahu. Yang penting keadaan sudah kembali seperti semula dan untuk sementara dunia kembali tenteram.

Ichigo melayangkan pandangan ke arah kelas. Ia melihat di sudut lain dari kelas dua sahabatnya, Ishida Uryuu dan Inoue Orihime sedang ngobrol dengan seru. Kelihatannya Ishida sedang sibuk menjahit sesuatu dan Inoue mengomentari setiap hal yang dilakukan Ishida. Sesekali Inoue terkikik dan wajah Ishida mendadak memerah. Ichigo tersenyum.. kelihatannya mereka cocok, pikir Ichigo. Sudah saatnya mereka semakin dekat. Ishida selama ini selalu mendampingi Inoue, meski kadang-kadang Inoue seperti tidak terlalu memperhatikan kehadirannya. Mungkin pengorbanan yang sering dilakukan Ishida akhirnya membuka mata Inoue.

Ichigo kemudian melayangkan pandangannya ke arah langit. Langit yang biru terlihat garang dan tidak tampak terlihat awan satupun. Cuaca memang sangat cerah dan seharusnya ia ikut merayakan indahnya suasana di luar, tapi kenapa ia merasakan yang sebaliknya. Ada perasaan mengganjal di dadanya. Ada sesuatu yang tidak enak di hatinya. Rasa yang sangat memngganggu. Apa ya namanya? Hmm...kerinduan. ya itu namanya, gumam Ichigo dalam hatinya. Kerinduan yang terus menggerogoti hatinya. Kerinduannya terhadap sosok mungil berambut hitam.

Ichigo meraih badge tengkorak dari dalam sakunya. Ia mengusap-usap badge itu. Sebenarnya mudah sekali menghilangkan kerinduan ini, cukup gunakan badge ini untuk pergi ke Soul Society dan temui Rukia, what's the big deal? So simple. Tapi apa Rukia senang jika bertemu dengannya? Terakhir ia bertemu Rukia, gadis itu terlihat lemah dan masih terluka berada dalam gendongan Byakuya. Rukia menatapnya dengan tatapan bangga. Ia yang telah mengalahkan Aizen telah membuat Rukia bangga. Ingin ia merebut Rukia dari gendongan Byakuya dan membawanya terbang kembali ke dunia. Membawanya kembali ke rumahnya dan menyimpannya di dalam lemari tidurnya. Menyimpan Rukia di dalam wilayahnya sehingga tidak ada satu laki-laki pun bisa menyentuhnya.

ICHIGO BAKAAAA!!!!

Ichigo tersentak seakan-akan bisa mendengar teriakan Rukia. Rukia pasti sudah menghajarnya jika ia menyimpannya di dalam lemarinya. Rukia pasti mengira ia ingin menyiksanya..padahal bukan begitu alasannya. Ia ingin menyimpan Rukia karena ia merasa ia menyukainya.

"WHATT..???" Ichigo terlompat dari kursinya hingga kursi itu terjatuh dan menimbulkan suara gaduh yang mengakibatkan teman-teman sekelasnya terkejut.

"Yo Ichigo!! Ada apa?" teriak Ishida dari pojok kelas. Inoue juga melihatnya dengan kebinguangan.

Ichigo tertawa,"Tidak apa-apa Ishida, Inoue...! Cuma ngantuk hahhahahaha...Sana lanjutkan lagi pekerjaan kalian"

Teman-temannya masih agak bingung, tapi segera mengacuhkannya.

Ichigo menghela nafas dalam-dalam. Ia menyukai Rukia. Ya, ia menyukai gadis mungil yang galak itu. Ia sangat menyukainya. Kenapa ia baru sadar? Kenapa setelah ia jauh ia baru sadar ia menyukai gadis itu? Dan ia bahkan bahkan belum sempat mengatakannya.

Ichigo menatap kembali badge nya. Ia harus pergi ke Soul Society. Harus. Ia harus bilang pada Rukia apa yang ia rasakan. Tidak peduli apa reaksi Rukia, tapi ia harus mengatakan pada Rukia betapa ia menyukai gadis itu. Ia harus yakinkan diri Rukia bahwa ia amat sangat menyukai Rukia, bahwa Rukia adalah gadis pertama yang ia sukai dalam hidupnya.

Yah , akhirnya selesai juga chapter 1 ini.. singkat, padat dan belum ada konflik. Review ya Readers... review kalian akan memberiku semangat hehehehe...Ganbatte!