Akhirnya, fic ini selesai!! Yeah!!! –mukul-mukul punggung adek yang banyak dosa-

Ni fic pertama saia. Jadi, kalo ada fic yang sama kayak saia, banyak kesalahan atau apalah, silakan flame saia saja. Saia terima dengan senang hati. Yei!! –berharap dapat flame-

Di sini, Sasuke bakal sering ditonjokin sama Naruto. NIKMATILAH SIKSAAN HIDUP LOE, SASUKE!!

Sasuke : "Loe pengen gue disiksa, ya? katanya nge-fans ama gue?"

Author : "Lagi pengen, nih. Sekali-kal, nikmatilah siksaan hidup,"

Naurto : "Akhirnya!! Gue bisa nonjokin Teme sampe babak belur!!"

Sasuke : "Kalo yang nonjok Dobe-chan, sih, oke-oke aja," –meluk-meluk Naru-

Naruto : "Gyaa!!! Menyingkir dariku, Teme Sialan!!! –nonjok Sasu sampe bonyok-

Author: "Dasar baka! Jangan lupa, Naru, tuh, lebih kuat satu senti dari loe!"

Sasuke : "Kenapa baru ngomong sekarang?!!" –tepar di lantai-

Yasud, lupakan dialog di atas. Silakan baca fic saia yang sangat nista ini.

Disclaimer: Masashi Kishimoto mewariskan Naruto buat saia –digoreng-

Genre: Romance/Friendship

Rating: T adalah keahlian saia

Pairing: Sasunaru

Warning: Mengandung unsur Yaoi, Shounen Ai, Boys Love, bla, bla, bla

Don't Like Don't Read

Enjoy ^^

xXx Hit 1: Target utama, Sasuke Uchiha xXx

Di depan gerbang sekolah SMP Konoha, terlihat dua orang gadis sedang ngobrol-ngobrol sambil berjalan menuju kelas.

"Sakura, kau lihat keributan di pertigaan menuju sekolah?" tanya gadis berambut pirang ke cewek di sebelahnya. "Iya. Tapi, cuma sekilas," jawab cewek yang tadi di panggil 'Sakura' dan memiliki jidat lebar. "Kau tahu siapa yang melakukan keributan itu? Katanya, sih, si Naruto lagi," lanjut cewwek pirang tsb. "Baru disentuh satu jari saja, sudah mengamuk,"

Sakura menghela nafas, "Kau tahu, 'kan, Ino? Naruto itu gak suka di sentuh. Kalo di sentuh, langsung berubah jadi iblis," jelas Sakura dan Ino langsung ngangguk-ngangguk, ngerti lalu berkata lagi, "Tapi, apa dia nggak kasihan sama yang dihajarnya? Mana, ngehajarnya niat lagi! Dasar gak punya perasaan!!"

"Kalo gue gak punya perasaan, mau loe apa?"

Kedua gadis yang lagi cerawas-ceriwis, langsung berhenti dan menoleh ke belakang. Dan keringat dingin langsung keluar dari dahi kedua gadis tersebut saat mengetahui siapa yang ada di belakangnya.

"Eh, enggak, kok, Naruto," ujar Sakura gelagapan. "I, Ino! Ayo, buruan ke kelas!!" ajaknya seraya menyeret Ino yang keringatnya makin deras.

"Gue bunuh juga, loe berdua!" kata Naruto kesal. "Tahan emosi-mu, Naruto," perintah seorang pemuda berambut merah dan memiliki tato 'Ai' di jidat.

"Fuh! Baiklah!! Ayo, ke kelas, Gaara!" Naruto mengalah dan berjalan di depan, meninggalkan Gaara yang lagi ajep-ajep ngeliat tingkah Naruto yang menurutnya kayak anak kecil.

Di koridor menuju kelas Naruto, banyak yang memperhatikan Naruto. Bukan dengan tatapan kagum, melainkan tatapan takut dan semua siswa yang ada di koridor itu, langsung merapat ke pinggir untuk memberi jalan Naruto, sang Iblis dari kelas IX-A. Ya, itulah julukan yang diberikan seluruh siswa, bahkan guru yang ada di SMP Konoha tsb. Tak seorang pun yang berani menyentuhnya maupun menghalangi jalannya karena, bila menghalangi jalan sang Iblis, orang tersebut akan mendapatkan haiah berupa pukulan. Hanya Gaara yang berani menyentuh dan memerintah Naruto karena, Gaara adalah teman masa kecil Naruto. Naruto juga hanya bisa berhenti berkelahi bila Gaara yang memerintahnya.

Tiba-tiba, langkah Naruto terhenti. Semua yang ada di koridor tersebut langsung berkeringat. Semua orang tahu, bila Naruto berhenti melangkah saat menuju kelasnya, berarti ada yang menghalangi jalannya. Naruto menatap seseorang yang berdiri di depannya sambil pasang muka angker.

"Minggir!!" perintah Naruto, berusaha nahan amarahnya. "Loe, 'kan bisa minggir ke pinggir," kata pemuda berambut pantat ayam yang berdiri di depan Naruto. "Gue gak suka di pinggir!! Minggir atau loe gue bunuh?!" perintah Naruto pada pemuda yang tidak pernah absen untuk menghalangi jalannya.

"Hh!! Baiklah! Aku memang tak bisa menang darimu, Dobe-chan," pemuda itu mengalah dan membelai rambut pirang Naruto, pelan.

Perlakuan pemuda itu membuat mata safir Naruto membulat dan semua yang melihatnya menelan ludah. Mereka sudah tahu apa yang akan terjadi setelah ini.

'BUAK'

Sebuah pukulan mendarat di pipi pemuda bermata onyx tersebut tanpa halangan.

"Brengsek!!" bentak Naruto tanpa memperdulikan Gaara yang berusaha menghentikannya. "Kau memang kuat, Naru-koi," ujar pemuda tersebut sambil menyeka sedikit darah yang keluar dari sudut bibirnya pake punggung tangan kanan.

"Jangan panggil gue pake panggilan menjijikan macam 'Dobe-chan' atau 'Naru-koi'!! Gue punya nama, Teme sialan!!" bentak Naruto, lebih keras lagi. "Naruto, hentikan! Hampir bel pelajaran pertama!" perintah Gaara tapi, selalu ditepis Naruto.

"Lagi, ya? Ini bakal jadi kebiasaan rutin, sepertinya,"

"Neji?! Biasanya loe berangkat lebih pagi?" tanya Gaara pada pemuda yang berada di belaangnya. "Di pertigaan menuju sekolah, baru dapat 'salam' dari Naruto," jawab Neji sambil mengusap pipi kanannya pake tangan kanan. "Dasar bodoh! Nekat-mu sama saja dengan Sasuke!" komentar Gaara lalu mengeluarkan sapu tangannya. "Nih!" Gaara menyerahkan sapu tangannya ke Neji..

"Thanks, Gaara. Nanti gue balikin, kok," Neji lalu meniggalkan Gaara dan berjalan ke arah pemuda yang jadi korban tonjokan Naruto. "Gak usah dikembaliin juga gak apa-apa," kata Gaara dan hanya di balas Neji dengan senyuman.

"Woi! Sas! Bangun loe!!" perintah Neji seraya mengulurkan tangan untuk membantu pemuda yang terduduk di lantai koridor tsb. "Thanks, Hyuuga," kata pemuda tesebut setelah berdiri, dibantu oleh Neji.

"Minggir, Gaara!! Gue belum puas ngehajar, tuh, Pantat Ayam Brengsek!!" ujar Naruto, setengah membentak. "Gue dah bilang, hampir bel jam pelajaran pertama!" Gaara berusaha nahan Naruto yang jiwa 'iblis'nya mulai bangkit. "Biarin!! Kalo, tuh, guru gak ngijinin gue masuk, gue bakal ngebunuh itu guru!!" jawab Naruto , gak peduli sama guru yang bakal ngajar jam pelajaran pertama di kelasnya, merindng disko.

"Heh! Mau kusentuh lagi, ya? Biasa aja dong," kata pemuda pantat ayam tsb, menggoda. Muncul kedutan di dahi Naruto. "GUE GAK MAU DISENTUH TANGAN NSTA LOE, TEME SIALAN!! BAKA! ERO!! HENTAI!! MES-MMPH!!" Naruto berhenti berteriak karena, mulutnya dibekap Gaara dari belakang pake kedua telapak tangan.

"Jangan ganggu gue, Gaara!! Lepasin gue!!" perintah Naruto sambil memberontak karena, tangannya di tahan Gaara pake dua tangan tapi, tak digubris Gaara. "Maaf, Sasuke! Neji!" kata Gaara sebelum meninggalkan Nej dan pemuda tsb.

"Sasuke-kun, kau tidak apa-apa?" tanya seorang gadis berambut merah dan berkacamata sambil berusaha menuyentuh pipi kanan pemuda tersebut yang jad sasaran tonjokan Naruto. "Gak perlu loe sentuh, luka ini bakal sembuh," jawab Sasuke lalu menepis tangan gadis tsb yang hampir menyentuh pipinya lalu berjalan sambl berkata, "Hyuuga, temani aku membersihkan wajah,"

"Baklah," jawab Neji, berjalan menyusul pemuda bermata onyx tsb. Di seluruh koridor yang mereka telusuri, mereka selalu mengaluhkan pandangan orang-orang ke arah mereka. Bila Naruto ditakuti oleh seluruh sekolah, Sasuke Uchiha justru disegani. Kejeniusannya membuat Sasuke dengan mudah mendapatkan peringkat pertama di kelas. Ketampanannya mrembuatnya memliki banya fans. Dan, kekuatannya yang setara dengan sang Iblis, membuatnya berani berhadapan dengan Naruto walau selalu berakhir dengan kekalahannya. Bukannya Sasuke lemah tapi, Sasuke tak bisa memukul orang yang paling disukainya, Naruto sang Iblis. Itulah penyebab utama banyaknya fujoshi di sekolah itu. Ini bukan kali pertama Sasuke menunjukan kalau dia menyukai sesame jenis. Sasuke pernah mencium Neji di depan seluruh sekolah dan itu membuat para FansGirl-nya shock lalu beralih jadi fujoshi saja. Neji, sih, biasa saja mendapat perlakuan Sasuke yang seperti itu. Dia tahu, Sasuke melakukan itu untuk menghindari fans-nya yang menurutnya mengganggu.

"Lebih baik kau ke UKS saja, Sasuke," saran seorang guru berambut perak dan memakai masker. Sasuke tersenyum sekilas, "Itu tak perlu. Nanti juga sembuh sendiri," jawabnya lalu pergi. Wajahnya yang tadi tersenyum, langsung berubah jadi angker.

"Minggir!!" perintahnya pada seorang pemuda yang menghalangi jalannya. Pemuda tersebut langsung menyingkir. Sasuke berjalan lagi lalu berhenti di depan pemuda tersebut, "Kalau kau menghalangi jalanku lagi, jangan harap kau selamat," peringatnya sambil tersenyum namun, sorot matanya terlihat serius. Pemuda tersebut hanya menganggu, paham.

"Bagus. Hyuuga, cepat!" perntah Sasuke dan melanjutkan perjalanannya. Berbeda dengan Naruto, Sasuke masih bisa mengatur emosinya. Bila ada yang menurutnya mengganggu, Sasuke selalu mengeluarkan jurus 'senyuman malaikat pencabut nyawa'. Itu dikarenakan, walau Sasuke tersenyum, di dalam batinnya dia siap membunuh lebih sadis dari Naruto. Kalau kemarahan Sasuke tak bsa ditahan lagi, sang kakak yang jadi korbannya. Untunglah kakaknya, Itachi Uchiha bisa menangani adiknya kalau jiwa 'pembunuh'nya keluar.

"Sasuke, luka pukulan Naruto kemarin belum sembuh, 'kan? Lebih baik loe jangan mengusilin Naruto dulu kalau luka loe belum sembuh," Neji membuka topik pembicaraan. "Gak perlu loe khawatirin luka gue ini," jawab Sasuke enteng pake muka datar. Neji cuma menghela nafas. Sasuke memang benci di perintah dan jika di perintah, selalu mengandung unsur 'gak perlu' dalam jawabannya.

"Ya, udah! Kalo itu mau loe,"

- Belakang kantin, tempat Gaara membawa kabur Naruto -

"Teme brengsek!!! Bakal gue patahin lengannya!! Bakal gue jedotin kepalanya ke tembok sampe geger otak!! Bakal gue tinju mukanya yang selalu dibangga-banggain sama dia!! Gue pengen ngebunuh dia!!!" teriak Naruto sambil meremas kaleng mnuman yang dipegannya sampe gak berbentuk lagi. Gaara yang ngeliat, cuma bisa geleng-geleng kepala aja.

"Atur emosimu, Naruto! Contoh si Sasuke! Walau dia juga punya jiwa pembunuh sama kayak loe tapi, dia masih bisa nahan emosinya," nasihat Gaara dan membuat dahi Naruto berkedut, kesal. "Jangan sebut nama menjijikan itu di depan gue!!" bentanya dan melempar kaleng yang tadi diremsnya ke arah Gaara.

"Dia itu nyebelin!!! Apa itu caranya memanggil nama orang dengan benar?!! Dobe-chan?! Naru-koi?!! Menjijikan!!" gerutu Naruto sambil menundukan wajahnya dengan kesal.

"Mungkin, dia suka pada loe?" kata Gaara, asal.

"Gue gak butuh yang namanya 'cinta'!!" bentak Naruto, langsung berdiri dari duduknya dan mencengkram kerah seragam Gaara. "Gue gak mau 'mencintai' dan 'dicintai' lagi," katanya, lirih sambil menundukan kepalanya dengan tangan yang masih mencengkram kerah seragam Gaara.

"Sudahlah.. Ayo, buruan ke kelas!" ajak Gaara sambil mengendorkan cengkraman tangan Naruto. Naruto diam tak bergerak. "Naruto?" Gaara memanggil lagi tapi, Naruto tetap tak merespon. Gaara mulai khawatir, takut Naruto kenapa-napa. "Na, Naruto?!"

"Khu, khu, khu…,"

"Hah?!" Gaara bingung. Dilihatnya Naruto yang masih menundukan wajahnya. "Sudah kuputuskan, Gaara…!!" kata Naruto sambl mengangkat wajahnya. Terlihat wajah Naruto memancarkan keseriusan. Seringaian iblis terlihat jelas di wajahnya. "Apa maksudmu, Naruto?" tanya Gaara lagi.

"Sudah kuputuskan, Sasuke Uchiha sebagai target utamaku!!" teriak Naruto dan berlari meninggalkan Gaara yang masih bengong. "Kita buat rencana pembunuhan paling sempurna untuk Sasuke 'Teme' Uchiha 'Pantat Ayam'!!!!" lanjutnya dan membuat Gaara sadar.

"Na, Naruto!!! Tunggu!!! Loe serius??!!"

- Toilet cowok, tempat Neji dan Sasuke -

"Fuh!" Sasuke membasahi wajahnya lagi, entah sudah yang keberapa kali-nya.

"Udah selesai belom?" tanya Neji. Sudah 8 menit ia menunggui Sasuke membasuh wajah lalu menatap cermin. "Loe ke kelas duluan aja atau temuin, tuh, Uke loe yang jadi 'pengawal' Naru-koi," jawab Sasuke, asal, tanpa menoleh Neji.

"Kalo loe ngomong kayak gitu lagi di depan Naruto, loe beneran bisa dibunuh," Neji memperingatkan. Yang diperingati hanya tersenyum. "Gak perlu loe khawatirin keselamatan gue," jawab Sasuke, masih melihat ke cermin.

Neji menghela nafas, "Loe gak ngeliat mata Naruto yang serius seolah ngomong 'gue-serius-mau-bunuh-loe-Teme' ?!" tanya Neji serius. Sasuke diam sambil terus melihat cermin.

"Sas?" tanya Neji lagi tapi, Sasuke tetap menatap cermin. Neji jadi bingung.

"Ayo, Hyuuga! Kita ke kelas," ajak Sasuke, meninggalkan Neji yang masih terbengong-bengong. Neji cuma angkat bahu dan berjalan mengikuti Sasuke.

'Naruto Uzumaki, kau target utama-ku!' batin Sasuke sambil menyeringai.

TBC dulu, dah…

TIDAK!! FIC APA INI??!!!! HUWAAA!!! -nangis guling-guling-

Bagaimana? Banyak salahnya? Banyak gaje-nya? Banyak salah ketiknya? Itu karena jari author yang udah kelewat pegel jadi, sering kepeleset. Akan ada adegan sadis yang muncul karena, itulah karakter Naruto yang selalu niat membunuh lahir batin.

Di chapter berikutnya, Sasuke bakal nge-piiiip- (masih rahasia. Jadi, jangan mikir aneh-aneh) Naruto disaat Naruto mau ngelakuin rencana pembunuhannya.

Sasuke : "Di chapter berikutnya, gue bakal lebih menderita dari ini, ya?"

Author : "Ho'oh. Siksaan hidup loe baru mulai chapter depan,"

Naruto : "Gue yang bikin Sasu-teme menderita di chapter depan, 'kan?"

Author : "Benar!! Semoga berhasil, Naruto!!" –nyalam-nyalamin Naru-

Naruto : "Oke!! Gue bakal berjuang!!"

Sasuke : "Gak apa-apa, deh! Yang penting, gue bisa nge'itu'in Naru-koi sebelum digebukin,"

Author : "Jangan dibocorin, geblek!!" –nonjok Sasu-

Naruto : "Boleh gue bantuin nonjoknya?"

Author : "Boleh banget! Itung-itung, latihan loe buat gebukin Sasu di chapter depan!! Tapi, sebelum ntu…,"

All : "Tolong reviewnya! Kalo mau nge-flame, silakan! Jangan sungkan-sungkan!!"

Author : "Oke, Naruto! Kita mulai!!"

Naruto : "Oceh!!"

Sasuke : "Gyaaa!! Tolong, Jashin-sama!!!!

-Nun jauh di sana (mana?), Hidan ditabrak kereta dan terpental-