Title: Selamat Datang di Indonesia
Rate: K+
Genre: Humor
Disclaimer: Hetalia belongs to Hidekaz Himaruya
Summary: Demi meningkatnya persentase kedatangan turis asing ke Indonesia, Boss Indonesia membuat suatu rencana untuk mengundang setiap negara satu-persatu untuk menikmati keindahan panorama Indonesia dan, tentunya dengan Indonesia sendiri. Mari kita sambut, AMERICA-SAN! XDD
Kemarin ada yang request America kan? CursedCrystal-san kalau gak salah. Voila, sudah saya wujudkan requestmu.
Spooky trip khusus buat Alfred, kolkolkol~
Oh, sebelumnya terima kasih atas kritik dan sarannya. Sangat saya hargai, dan saya juga mohon maaf jikalau Bahasa Indonesia saya masih kacau. Saya belum senior sih.
Dan, soal Netherlands, kayaknya jadi gak seru kalau Netherlands munculnya cepat benar, jadi mungkin kemunculan Netherlands bakalan agak lambat. Gak apa-apa yah? Yah? :D
Cess...Cess...Cess...
Hahh...Hahh...Hahh...
Cess...Cess...Cess...
Hahh...Hahh...Hahh...
"Spongebob, udahan belum?" Sebuah suara berat menggema di ruangan berdinding putih yang dihiasi dengan hiasan dinding Burung Elang di atasnya.
"Sebentar lagi... hahh..." Jawab suara yang lain, suara yang ini agak cempreng dari suara sebelumnya.
"Tapi gue udah lapar." Balas suara sebelumnya.
"Ini lagi dibikin, bego! Hahh..."
Alfred F. Jones hanya menatap nanar sambil mengelus perutnya. Benar! Suara awal tadi adalah milik America sendiri, sedangkan suara cempreng tersebut milik sesosok makhluk kuning yang sudah tak asing lagi di dunia per-kartunan. Yap! Spongebob Squarepants!
"Kenapa gue sih yang musti masakin burger buat lo? Mana gue gak dikasih air pula." Gerutu Spongebob sambil memutar-mutar spatula-nya.
"Kan cuma elo yang bisa bikin burger paling enak." Jawab America, datar.
"Seenggaknya kasih gue air dikit nape? Gak bisa nafas gue!"
America pun kembali duduk di kursi (goyang) nya. Matanya menelusuri setiap tumpukan kertas yang menggunung di atas meja kerjanya. Menjadi Adikuasa itu ternyata tidak gampang, pikirnya.
Tentu saja, siapa juga yang berpikir jadi Adikuasa itu gampang? Semua sudah melihat, bagaimana susahnya England mengurusi setiap anak buahnya. Dimulai dari Australia sampai ke Sealand. Tunggu, Sealand bukan anak buah England lagi. Dan bagaimana gila-nya Russia setelah Soviet Union miliknya hancur.
America tenggelam dalam lamunannya, sampai akhirnya ia menyadari begitu beratnya menjadi seorang Adikuasa. America langsung membentur-benturkan kepalanya ke dinding. Menyebabkan Texas tiba-tiba diterjang gempa bumi (lho?)
Ting tong~
"Ah, Tony." Seru America melihat teman alien-nya itu. Makhluk bermata merah itu membawa sepucuk surat dengan stampel garuda di tengahnya. America langsung berasumsi, pasti dari Indonesia.
"Asyik, dari Indonesia!" Batin bocah berkacamata itu.
Mari kita beralih sejenak dari America...
Indonesia, si pengirim surat, sedang duduk di depan meja Presiden alias Boss-nya itu. Wajah cantiknya sudah berkedut-kedut, menandakan ia sedang bad mood. Kenapa tidak? Jepit rambut kesayangannya sudah pergi meninggalkannya. Mana itu jepit rambut dari Yang Mulia Nyi Roro Kidul pula.
"Lagipula, itu barang sakti. Pasti nanti balik lagi." Balas Boss Indonesia, datar. Ini ada apa lagi sama negaranya, pikir pria itu.
"Ntar makin dikutuk pula saya karena menghilangkannya, boss." Seru Indonesia.
"Sudahlah, nanti kusuruh orang-orangku mencarinya. Yang penting, kita teruskan misi kita sebelumnya! Amerika yang akan datang berikutnya!"
"A-Amerika?" Seru Indonesia, tak percaya. Oh god, kenapa Boss-nya ini suka sekali mengundang orang (ralat: negara) tak waras mulu sih?
Kepada Yth. Tuan Alfred F(***ing) Jones
Di Washington DC
Selamat Pagi, Siang, Malam. (Terserahlah kapan anda membaca surat ini)
Saya Indonesia mengundang Anda kesebuah Tour yang mempersembahkan keanekaragaman Indonesia. Jika Anda menemukan sebuah kupon emas didalam amplop ini, berarti Anda berhak mengunjungi Indonesia dengan saya, Indonesia sendiri yang akan menjadi Tour Guide Anda.
Kami mengharapkan kedatangan Anda disini. Atas perhatiannya, terima kasih.
Indonesia
"LIBURAN DI INDONESIA?" Teriak America, menyebabkan Tony maupun Spongebob langsung menutup telinga-nya rapat-rapat. Bujuk, ini teriakan America ngalahin suara bom kali ya?
"Bang, inget dosa bang! Tugas masih numpuk udah mikirin liburan aja." Celetuk Spongebob.
"Be-betul juga. Tugas ku masih segini banyak." Pikir America. Sialan, gagal deh gue pedekate sama si Indonesia (lagi).
Tiba-tiba, sebuah bola lampu menyala terang di atas kepala pemuda itu. Menyebabkan Tony dan Spongebob langsung bergaya 'silau-man!'.
Kalau sebentar saja, tidak apa kan? Pikir America.
Tanpa menunggu lagi, ia segera meraih telepon genggam-nya, menekan tombol-tombol angka dengan cepat, dan menunggu dengan tidak sabaran.
"Halo?"
"INDONESIA! INI AKU, AMERICA!"
Gadis berkulit sawo matang itu langsung menjauhkan gagang telepon dari telinga-nya. Benar-benar deh, barusan ia dengar suara America atau suara bom yang meledak sih?
"A-ada apa, Amerika." Jawab Indonesia.
"Umm... Begini, soal yang undangan mu itu. Gue ketemu kupon emas-nya, tapi gue gak bisa lama-lama di Indonesia. Err... tahulah, sekarang dunia sedang krisis. Jadi, gue gak bisa lama-lama di negara lo. Gapapa kan?" Jelas America dengan suara lirih.
Itu justru malah bagus bang, pikir Indonesia.
"Iya, tidak apa. Tapi, berarti tempat yang bakal kita kunjungi jadi berbeda lho." Jelas Indonesia.
"Tidak apa-apa! Yang penting gue bisa ketemu dengan lo lagi, Indonesia. Eh, maksudku... Gue tetap dapat hadiah ke Indonesia, gitu!" Seru America.
"Baiklah, kapan kau akan kesini?"
"Besok pagi."
"Baiklah, saya akan menjemputmu."
Tutt...tutt...
Liburan singkat? Berarti satu-satunya cuma keliling Jakarta, pikir Indonesia. Kalau cuma Jakarta, America juga sudah sering melihat kali, pikrinya lagi.
Tiba-tiba ia teringat satu hal, beberapa tempat yang belum dikunjungi America. Ya! Tempat-tempat itu! Setidaknya, ia tidak perlu masuk ke tempat itu, yang penting ia berhasil melihat America ketakutan setengah mati.
Seringai gila mulai menghiasi wajah cantik Indonesia, diiringi dengan beberapa kikikan yang keluar dari bibir merahnya.
Bandara Soekarno-Hatta.
Setelah perjalanan yang cukup melelahkan (yang dihabiskan America dengan memakan hampir setengah persediaan burger-nya), America akhirnya tiba di Indonesia. Sudah lama ia tidak mengunjungi wanita cantik itu, pikirnya.
Mata biru pemuda itu menelusuri tiap pengunjung yang memasuki bandara itu. Mencoba mencari wanita berambut hitam panjang tersebut, sampai akhirnya ia menangkap sesosok wanita sedang melambai-lambaikan secarik kertas bertuliskan namanya.
America pun langsung berlari ke arah wanita itu. Pasti Indonesia, pikirnya!
Namun, rahang America nyaris lepas melihat pemandangan di depannya. Dengan pakaian kemeja kuning dan rok abu-abu mini, juga sepatu stilleto yang menghiasi kaki ramping-nya. Salah satu kancing kemeja-nya dibuka, seakan-akan menggoda setiap orang yang melihatnya.
Ini pasti bukan Indonesia, pasti!
"Ah, Anda pasti Mr. Alfred F. Jones kan? Saya salah satu anak buah-nya Nona Indonesia. Berhubung beliau masih banyak tugas kenegaraan yang harus diurus, beliau menyuruh saya untuk menjemput Anda." Jelas wanita berbodi bohai tersebut.
Sudah kuduga, bukan Indonesia. Dan sejak kapan Indonesia niat memakai pakaian dengan model seperti wanita-wanita di Texas?
"Mari, saya antarkan Anda ke penginapan yang sudah disiapkan Nona Indonesia." Ujar wanita muda itu.
Seakan disihir, America meng-iyakan saja dan langsung mengikuti wanita itu.
Sebenarnya sudah sedari tadi America merasakan ini, bulu kuduknya merinding semenjak pertama kali ia bertemu dengan wanita ini. Makin dekat jarak antara dia dan wanita ini, makin merindinglah bulu kuduknya. Sensasi ini berbeda dengan ketika ia duduk didekat England (yang notabene punya makhluk halus), sensasi ini lebih dahsyat! Lebih mengerikan, pastinya.
Mobil pun berhenti di sebuah rumah sederhana bergaya Jawa-Eropa. Benar! Ini adalah rumah Indonesia. Setelah mengambil beberapa koper dan barang-barangnya, America segera membawa barang-barangnya menuju rumah itu.
"Kau tidak ikut masuk?" Tanya America pada orang suruhan (ngakunya sih) Indonesia itu.
"Ti-tidak perlu, saya sampai di sini saja." Ujar wanita itu, pelan.
America pun berbalik menghadap pintu, dan menekan tombol bel yang ada di sisi kanan pintu depan.
"Ah, tunggu. Aku belum tahu na…"
America berbalik menghadap ke arah wanita tadi berdiri. Matanya terbelalak, wanita itu sudah hilang! Siapa wanita tadi?
"Amerika, siapa yang mengantarmu kesini? Saya baru saja akan pergi menjemputmu." Indonesia terkejut melihat tamu yang seharusnya dijemputnya itu tiba-tiba telah tiba dengan sendirinya di depan rumahnya.
"Lho, bukankah tadi kau menyuruh salah satu anak buahmu untuk menjemputku di Airport?" Tanya America.
Indonesia langsung berpose ala detektif di film-film sedang berpikir, rasanya aku tidak menyuruh anak buahku buat menjemput America deh. Punya anak buah aja gue nggak, pikirnya.
"Ah, sudahlah. Yang penting kau tiba di sini dengan selamat. Mari, aku bantu antarkan barang-barangmu."
America pun membawa barang-barangnya masuk ke dalam rumah Indonesia. Raut wajah Indonesia tadi seperti meng-isyaratkan padanya bahwa wanita itu sama sekali tidak menyuruh seseorang untuk menjemputnya di Airport.
Jadi, wanita bohai tadi siapa?
America pun segera menghapus rasa penasaran dari benaknya. Ah, sudahlah! Yang penting gue tiba di Indonesia, pikirnya.
Sinar matahari menyeruak masuk ke dalam kamar tidur yang ditempati America. Pemuda pirang itu membuka matanya dengan malas. Namun, ketika ingat bahwa sekarang ia sedang ada di Indonesia dan semua rencana pedekate dengan wanita manis itu.
Bak kucing yang sudah dikasih whiskas ia langsung bangkit dari tempat tidurnya. Berlari ke kamar mandi, dan mengenakan salah satu pakaian terbaik yang ia punya. Di beli di Los Angeles lho!
Sambil memperbaiki kacamatanya, ia menyemprotkan perfume ke seluruh tubuhnya dengan penuh gaya. Kalah deh para pemain iklan perfume di TV itu.
Dengan senyum 'hero'-nya, America menyambut pagi dengan membuka jendela kamarnya. Tersenyum manis kepada pohon-pohon yang (sayangnya) tidak memedulikannya sama sekali. Tentu saja, pohon gak punya mata kali.
America pun keluar dari kamarnya. Indonesia, dengan pakaian official-nya (kaos dengan lambang Burung Garuda) tersenyum ke arah America. Wajah pemuda itu langsung bersemu merah. Kalau ia sebuah ice cream, ia tentunya sudah meleleh menjadi air saat ini. (halah)
"Amerika, selamat pagi. Aku sudah siapkan sarapan." Sapa Indonesia sambil tersenyum.
"Selamat pagi, Indonesia." Balas America. Sebenarnya, ia ingin menambahkan 'Kau tetap cantik seperti biasa.' Tapi dibatalkannya, mengingat ia sudah punya Vietnam. Inget dosa kok baru sekarang, bang?
Di meja makan sudah tersedia dua gelas teh hangat, semangkok besar nasi, juga beberapa masakan yang masih asing bagi America.
"Sebelum kita keliling lebih baik kita isi tenaga dahulu." Saran Indonesia sambil duduk di salah satu kursi meja makan. America pun melakukan hal serupa.
"Indonesia, masakan apa itu?" Tanya America sambil menunjuk salah satu masakan yang terhidang di atas meja.
"Itu namanya Soto Betawi. Salah satu masakan khas daerah sini, dicoba deh." Tawar Indonesia sambil tersenyum.
Sambil menaruh nasi keatas piring America, Indonesia menatap cowok itu. Sebenarnya dari tadi malam, ada satu hal yang ingin ditanyakannya pada pemuda itu.
"Anu, Amerika. Tentang orang yang mengantarkanmu kemarin... Umm... Bagaimana penampilan wanita itu?" Tanya Indonesia sambil menyuapi sesendok nasi ke mulutnya.
"Hmm... ia munchmunchmunch... bo...munch...hai...munch... terus cantik munchmunch... gitu deh... munch..." Jawab America, dengan SANGAT tidak jelas.
Indonesia sweatdropped, "Dihabiskan dulu makanan yang di mulut. Baru jawab." Saran Indonesia sambil menyodorkan segelas teh hangat.
"Gluk... jadi gini. Dia cantik, bohai, pakai kemeja kuning dan rok abu-abu, pakai stilleto, terus agak... mengerikan." Jawab America setelah menghabiskan makanan yang ada di mulutnya.
Indonesia tersedak. Mu-mungkinkah? Ciri-ciri yang disebutkan America barusan memang benar-benar match dengan dia! Tapi, sejak kapan ia pake stilleto? Tunggu, stilleto merah Indonesia kan hilang entah kemana.
"Hei, kau tak apa-apa? Minum dulu." America langsung menyodorkan segelas teh hangat ke Indonesia yang tersedak nasi plus soto yang tadi dimakannya.
"Uhuk...uhuk... Keselek soto gak enak juga ternyata." Bisik Indonesia pelan, sambil meminum teh hangatnya.
"Mana ada keselek yang enak, Indonesia. Kau lucu deh!" Seru America sambil menepuk (baca: menghajar) punggung Indonesia. Menyebabkan cewek itu menyemburkan teh yang tadi baru diminumnya. Gila! Si America tenaganya kuat banget? Ya iyalah, raksasa kayak dia gitu.
"Ngomong-ngomong, Indonesia. Aku sedang mencari sedikit resensi buat film horror ku selanjutnya, kau bisa memberi sedikit saran? Mungkin jalan ceritanya atau setting tempatnya?"
Indonesia menyemburkan teh-nya (lagi). Ini kebetulan atau apa sih? Ia sudah berencana untuk membawa America tour keliling tempat-tempat paling spooky di Jakarta.
"Tentu! Dan itulah salah satu tema tour kita hari ini, Amerika. Saya akan antarkan kau ke beberapa tempat seram di Jakarta dan kau bisa mencari beberapa ide buat filmmu dari tempat-tempat itu." Seru Indonesia semangat.
"Be-benarkah? Bagus kalau begitu. Apa di sana ada zombie? Monsters?" Seru America semangat, dasar gak normal. –author digampar America-
"Bukan zombie. Mereka spirit beneran, roh halus gitu."
"Tembus pandang yah?"
"Iya."
"Err... G-gak usah deh kalo gitu." America langsung memotong perkataan Indonesia barusan. Ya, ia memang berani dengan yang namanya zombie, monsters, dan lain-lain. Tapi, ia juga tak bisa menyangkal bahwa ia sendiri takut dengan spirit atau roh halus. Zombie dan Monster kan bukan hantu asli (wong dia yang bikin kok) tapi kalau roh halus? Aduh, itu sudah termasuk nyata. Mau orang yang gak percaya sihir pun pasti tetap percaya dengan yang namanya roh. Tunggu, siapa juga sih yang tak percaya?
"Maaf, Amerika. Hal ini tak bisa dibatalkan, karena salahmu sendiri yang meminta tour singkat." batin Indonesia sambil menyeringai.
"Ya sudah, lekas kita bersiap. Hari ini kita akan ke Museum Fatahillah." Kata Indonesia sambil bangkit dari tempat duduknya.
"Disana tidak ada hantu kan?"
"Tidak ada, Amerika. Sebegitu penakutnya kah kau sama hantu?" Balas Indonesia. Ya iyalah, sama hantu dia takut. Sama Russia yang lebih serem beraninya minta ampun, batin Indonesia. Ia masih ingat zaman-zaman Cold War, dimana ia berkompetisi dengan Russia untuk mencari uke eh- pengikut terbanyak. Yah, tapi mereka sama-sama raksasa sih, pantes aja gak takut. Tunggu! Kok jadi bahasin Cold War sih?
"Aku bukannya takut. Aku hanya... scared..."
"Itu sama saja, Amerika." Balas Indonesia sambil sweatdropped.
Museum Fatahillah.
America dan Indonesia sekarang berdiri dihadapan museum yang dibangun serupa dengan Istana Dam di Amsterdam, Belanda. Bangunan yang dibangun sekitar tahun 1707 itu masih berdiri kokoh dan memamerkan keindahan yang tak bisa dilukiskan.
"Museum ini juga dikenal dengan nama Museum Sejarah Jakarta atau Museum Batavia. Dibangun pada tahun 1707-1710 atas perintah Gubernur Jenderal Johan Von Hoorn. Beberapa fasilitas yang bisa ditemukan di sini adalah Perpustakaan, Kafe Museum, Souvenir Shop, Musholla, Ruang Pertemuan dan Pameran, dan Taman Dalam. Nah, mari. Kita keliling tempat ini sebentar." Jelas Indonesia panjang lebar.
America hanya terpana menatap Museum tersebut. Arsitektur bangunannya yang bergaya abad ke-17 sangat mempesona.
Pemuda itu pun mengikuti Indonesia memasuki Museum tersebut. Berkali-kali ia dibuat terpana. Kepalanya menoleh kesana kemari, melihat-lihat beberapa koleksi yang ada di Museum tersebut.
Tunggu, rasanya tadi America merasakan ada sesuatu yang bergerak di sana. Apa mungkin, hanya perasaannya saja?
"Amerika, ada apa?" Tanya Indonesia yang melihat gerak-gerik aneh America.
"Tidak ada, aku hanya merasa... sepertinya ada sesuatu yang bergerak... di sana." Ujar America sambil menunjuk kearah dimana ia melihat sesuatu yang bergerak tadi.
"Mungkin hanya cicak atau apalah, Amerika. Jadi, bisa kita lanjut?" Sambung Indonesia.
"Si-silahkan." Jawab pemuda itu.
Setelah mengunjungi Museum Fatahillah, Indonesia dan America pun memutuskan untuk pulang.
"Oh iya, soal resensi yang kau bilang kemarin..."
"Nggak, gak usah! Gue takut sama roh halus!" Potong America.
"Bukan, Amerika. Yang ini bukan roh halus kok." Jelas Indonesia.
"Bukan? Jadi apaan? Zombie?"
"Sejenis itu lah." Ujar Indonesia sambil menggaruk-garuk kepalanya, gaya orang tidak yakin gitu.
"Ya sudahlah, kita berangkat saja kesana!" Seru America sambil mengacungkan jari (untungnya) telunjuknya.
Sedangkan Indonesia sudah terkikik-kikik sendiri sambil menyeringai di tempat duduknya.
Mobil sedan milik Indonesia pun berhenti di sebuah tempat. America yang sudah tak sabaran langsung melompat keluar dari mobil tersebut. Sedangkan Indonesia hanya bisa geleng-geleng kepala melihat makhluk hiperaktif satu ini.
"Indonesia, kita di Rumah Sakit? Mau jenguk orang?" Tanya America, yang seketika itu juga langsung hilang semangatnya.
"Ah, Amerika ini. Sense of horror kau masih kurang. Tidak kah kau tahu, Rumah Sakit itu salah satu objek horror paling terkenal di dunia?" Jelas Indonesia sambil bergaya bak 'aku-lah ratu horror di dunia ini!'.
"Pernah dengar sih dari Iggy. Yah, maklum. Akhir-akhir ini aku berkutat dengan urusan dunia melulu jadi agak gak up-to-date, HERO gitu lho." Seru America dengan bangganya, sedangkan Indonesia di belakang sana berusaha menahan hasratnya untuk muntah setelah mendengar statement America barusan.
"Ya sudah, kita masuk saja bagaimana?" Tanya Indonesia.
"Baiklah, bersiaplah para hantu! Sang HERO mau lewat!" Teriak America.
"Sok berani lo, Amerika. Lihat saja! Kau akan kubuat ketakutan sampai terkencing-kencing, Hahahahahahahakolkolkolkol...~" Batin Indonesia.
Tunggu, kenapa ada 'kolkolkol' segala?
America dan Indonesia tiba di sebuah Rumah Sakit yang terletak di Jalan Salemba. America sudah merinding-merinding ria, sedangkan Indonesia disampingnya masih dengan tampang datarnya.
Aura di sekeliling Rumah Sakit langsung berubah menjadi menyeramkan, ditambah dengan efek sambaran kilat dan gulungan-gulungan angin di atasnya. Oke, lebay. Sebenarnya cuma langitnya saja yang semakin menggelap.
"Anu, Indonesia. Hantu apa yang ada di sini?" Tanya America, sambil memeluk dirinya sendiri. Kok tiba-tiba jadi dingin gini sih suasananya? Pikir pemuda itu.
"Suster ngesot…" Jawab Indonesia, singkat dan kelam. (?)
"SUSTER NGESOT?" Teriak America.
"Iya, suster ngesot. Saya yakin, di Amerika sana tidak ada yang begituan, jadi hantu ini bisa menciptakan film horror baru dengan hantu yang baru kan?" Kata Indonesia.
"Betul juga sih…" Bisik America.
"Dan mana tahu, Ngesot-chan bisa jadi lebih terkenal dari Freddy Krueger." Batin Indonesia.
"Baiklah, kita masuk sekarang."
Sebuah Rumah Sakit di Jalan Salemba. Rumah Sakit yang disebut-sebut tempat awalnya Suster Ngesot menampakkan diri.
Salah satu pekerja di Rumah Sakit ini mengaku pernah mendengar suara seperti orang yang memainkan air, padahal tidak ada siapa-siapa disana.
Yang paling seram adalah, salah seorang satpam pernah bertemu sesosok perempuan. Ketika melihat sosoknya, seakan tersihir, ia tidak bisa berteriak maupun lari sampai wanita itu lewat.
"Siap, Amerika?" tanya Indonesia.
"Hah! HERO selalu siap kapan saja, Indonesia." Teriak America dengan bangganya.
"Sok amat sih lo, Amerika. Gue buat terkencing-kencing tau rasa lo." Batin Indonesia sambil nyeringai.
"Siapa namanya? Suster Ngesot yah? Duh, jadi penasaran deh orangnya gimana." America langsung jingkrak-jingkrak gak jelas.
"Ralat, dia bukan orang. Tapi Hantu, Ame-"
Belum selesai Indonesia menyelesaikan kata-katanya, America sudah menghilang entah kemana.
"Hohoho... rencanaku berjalan sempurna!" Batin gadis itu.
America tidak tahu sudah sejauh mana ia berjalan...
Yang ia tahu hanyalah, dari tadi seperti ada seseorang yang menyuruhnya berjalan ke suatu tempat. Indonesia bahkan tidak mengikutinya sama sekali, mungkinkah wanita itu sedang berusaha mencarinya?
"Hey, kau yang di sana!"
America menoleh, ia mendengar sebuah suara memanggilnya. Suara wanita, tentunya.
Ia melihat sesosok wanita, dengan baju putih berlumur darah, rok putih pendek khas para perawat, juga wajah pucat. Tak lupa pula, NGESOT!
"Kau... Suster Ngesot?"
Wanita itu mengangguk pelan, dan bergerak (baca: NGESOT) ke arah America.
America lupa menanyakan kepada Indonesia apakah hantu ini Hostile atau tidak.
Baru saat ia berusaha menggerakkan tubuhnya, ia tersadar. Tubuhnya seakan kaku, tidak bisa bergerak. Sedangkan si Suster Ngesot terus mengesot ke arah pemuda itu.
"Ba...babababbababababa..." Gumam America, tak jelas. Pemuda itu bisa merasakan kedua kakinya gemetaran, keringat menetes diseluruh tubuhnya, matanya terbelalak.
"Ah, bule ternyata... kikikiki..." Bisik hantu tersebut.
"M-mmmamammamamammamamamamama..." Gumam America makin tak jelas.
"Main sama saya yuk? Kikikiki~" Tawar si hantu, sedangkan yang dituju sudah makin lemas.
"Brfgdjgdjjjksadhkshkd..." Gumaman America sudah sangat tidak jelas sekarang.
"Hahahaha... Jarang-jarang gue dapat mangsa bule, kolkolkol~" Tawa si Hantu.
"Brfgggrhhrh... Tunggu, dia bilang kolkolkol?" Pikir America. Ya, pikir. Suara-nya besar nan membahana yang dibanggakannya tak bisa keluar lagi. Entah karena terlalu ketakutan, atau si hantu punya sihir. Tunggu, ia tak percaya sihir.
"WAAAAAAAAAAA! ENGLAND, TOLONG GUE!"
Indonesia menoleh ke sumber suara. Sudah mulai ternyata, pikirnya. Ia segera berlari menuju arah suara sambil berpikir, "Ternyata gitu-gitu America masih suka sama England, hohoho."
"Amerika!" Teriak Indonesia, ketika melihat pemuda pirang itu sedang digrepe-grepe sekelompok Suster Ngesot. Sudah mati aja masih kegatelan sama bule.
Setelah mengucap beberapa mantra (America ber-asumsi demikian, ia tak paham sebenarnya), tubuhnya bisa digerakkan lagi dan Indonesia pun mengusir semua hantu-hantu itu.
"Amerika, kau tak apa?" Tanya Indonesia, datar.
"Bagaimana mungkin tak apa, Indonesia. Mereka... me-mereka... Ahhh... VIETNAM, JANGAN MARAHI GUE! MEREKA YANG GREPE-GREPE GUE!"
"Ya...ya... lebih baik kita tutup saja jalan-jalan kita hari ini." Ujar Indonesia sambil membopoh America yang masih shock akan kejadian barusan.
Diam-diam, Indonesia menyunggingkan seringai di wajahnya. Layaknya di film-film, Indonesia berkedip ke arah pembaca sekalian.
Esok harinya...
Dengan perasaan puas setelah berhasil mengerjai America kemarin, Indonesia bangun dengan perasaan senang. Dia berharap, minimal America menjadi tidak berisik seperti biasa.
Tapi...
"INDONESIA! SELAMAT PAGI! AKU SIAP DENGAN PETUALANGAN BARU DI JAKARTA!"
Indonesia langsung menutup kedua telinganya. "Ini lebih parah! Lebih parah dari Bom Nuklir!" Pikir Indonesia, sambil ber-hyperbola dengan kalimatnya barusan.
"Se-selamat pagi Amerika." Balas Indonesia.
"Kemarin itu benar-benar pengalaman yang menyeramkan. Benar-benar memacu adrenalin (?)! Sepertinya sekarang aku harus mulai percaya bahwa hantu itu memang ada." Ujar America sambil mengangkat tangannya keatas. Sedikit peregangan di pagi hari buat pria gendut. –digampar-
"Ja-jadi kau tak takut?" Tanya Indonesia, sedikit tercengang.
"Tentu saja tidak! HERO tidak takut apapun, Indonesia!" Seru America.
Halah, padahal kemarin sudah tereak-tereak gitu. Pake manggil-manggil England pula.
"Baiklah, hari ini kita akan ke Ancol. Ya, buat ngilangin stress kemarin." Ujar Indonesia, pelan.
"Ancol? Sebenarnya, gue dah pernah kesana sih. Tapi, tak apalah! Yang penting bisa sama kamu... eh- bisa libur sebentar dari kerjaan." Sambung America.
Indonesia dan America sudah menghabiskan waktu mereka seharian di Ancol. Bermain sana-sini, makan, dan lain lain.
"Amerika, aku akan beli minuman dahulu di sana. Tunggu di sini yah." Kata Indonesia sambil berlalu.
"Oh, baiklah." Jawab America.
Indonesia pun pergi meninggalkan America yang berdiri sendirian. Matahari mulai menyembunyikan sinarnya, orang-orang mulai beranjak pulang ke rumah masing-masing.
America pun berdiri sendirian di sekitar sana, sampai akhirnya seorang pria tua menghampirinya.
"Tuan, tidak baik berdiri sendirian. Mau hampir malam atuh." Bisik pria tua itu.
"Ah, tak apa-apa kok. Aku sedang menunggu seseorang. Lagian, kau tidak perlu mengkhawatirkan seorang HERO!" Ujar America sambil memberi tanda 'peace'.
"Bukan begitu, nanti tuan digangguin Si Manis Jembatan Ancol."
"Siapa?"
"Si Manis Jembatan Ancol."
"Siapa tuh?" Tanya America.
Baru si pria tua hendak menjawab, tiba-tiba seseorang memanggil pria tua itu. Sepertinya mengisyaratkan-nya untuk segera pulang. Si pria tua pun mohon pamit dan langsung pergi menyusul orang tadi.
Dan sekarang, America benar-benar sendirian!
"Indonesia lama sekali sih..." Pikir pemuda itu.
Tiba-tiba, angin berhembus kencang. Rambut pirang milik America terlambai-lambai disapu angin. America langsung memperbaiki rambut (indah)nya yang tersapu angin.
Sampai matanya menangkap sosok yang sepertinya dikenalnya. Wanita dengan kemeja kuning dan rok abu-abu beserta stilleto merah.
"Hai, kita ketemu lagi." Bisik wanita itu.
America langsung menelan ludahnya. Hawa-nya kok jadi dingin gini sih?
"H-hai juga..." Balas America, pelan. Entah kenapa kali ini suara membahana yang dibanggakannya itu tak keluar seperti biasa.
Wanita itu berjalan mendekat kearah pemuda pirang itu dengan tampang menggoda. Membuat America kembali menelan ludahnya. Bukan, bukan berarti nih cewek seksi banget tapi karena wajah si wanita yang semakin memucat.
"Kemarin... kau bertanya soal... namaku kan?" Bisik wanita itu, lagi.
America hanya mengangguk pelan, wanita itu tersenyum.
"Namaku adalah..."
"Oy, Amerika! Maaf kelamaan!"
Suara Indonesia barusan membuat America menolehkan wajahnya kearah Indonesia (dengan kata lain, membelakangi si wanita tadi). Baru ketika America hendak kembali menoleh kearah wanita tadi...
Hilang! Wanita itu hilang lagi!
"Amerika, ada apa?" Tanya Indonesia, di tangannya membawa dua buah botol air minum mineral yang masih bersegel rapi.
"T-ti-tidak a-ada apa-apa..." Bisik pemuda itu.
Apa yang dikatakan pemuda itu tidak bersesuaian dengan apa yang dilihat Indonesia saat ini. Keringat dingin di dahi America, cara bicara America yang gelagapan, juga tubuh pemuda itu yang setengah bergetar.
"Kau yakin tidak apa-apa?" Tanya Indonesia, lagi.
"Be-bener kok! Ya sudah, kemarikan minumannya. A-aku sangat haus." Jawab America.
"Kau tidak sedang mencoba menyamar menjadi Kanada kan?"
"Tentu tidak, Indonesia! Kau pikir aku menganggapmu sebodoh apa sih?" Balas America sambil mengambil air mineral tersebut dari tangan Indonesia.
Indonesia melihat pemuda itu bersusah payah membuka tutup botol minuman tersebut. Tangannya masih gemetaran.
"Sini, biar aku yang buka." Ujar Indonesia sambil merebut botol tersebut.
Indonesia berpikir, ini di luar rencananya. Sekarang siapa pula yang dijumpai si America?
"Hiks...Indonesia, hari ini aku akan pulang ke Washington..." Tangis America, berlebay-lebay ria.
"Iya...iya, tidak apa-apa. Kau tak usah terisak begitu kenapa sih? Kayak kita gak bakal ketemu lagi aja." Ujar Indonesia sambi sweatdropped.
"Indonesia, jangan lupakan aku!"
"Siapa yang bisa melupakanmu, bego." pikir Indonesia.
"Indonesia, aku pulang dulu." Isak America, sambil melambai kearah teman Asia Tenggara-nya itu. Indonesia pun membalas lambaian temannya tersebut, sampai sosok America memasuki pesawat yang akan membawanya kembali ke Washington.
"Ah, sudah pergi ya?"
Indonesia menoleh, di belakangnya terlihatlah sesosok wanita ber-kemeja kuning dan rok abu-abu. Tersenyum manis kearah wanita berambut panjang itu.
"Maryam... Jadi kau yang menjemput Amerika kemarin?" Tanya Indonesia sambil menatap tajam kearah wanita itu.
"Yah, aku hanya membantumu, negaraku. Lagian, mana tahu setelah perjumpaanku dengannya kemarin, bule itu akan membuat sebuah film dengan aku sebagai sosok hantunya. Bisa saja kan? Dan aku akan terkenal lebih dari itu. Mungkin namaku pun bukan dipanggil Maryam lagi." Kikik wanita itu, sambil berlalu.
Indonesia masih menatap tajam kearah wanita itu.
"Sebelum pergi, setidaknya kembalikan dulu stilleto merahku!" Teriaknya.
Wanita itu menoleh, sambil melepaskan stilleto merahnya. Ia lemparkan stilleto itu kearah Indonesia. (Untung saja Indonesia cepat tanggap, langsung menangkap sepatu tersebut) yang ternyata di dalamnya terdapat sebuah jepit kesayangannya. Jepit bunga kamboja yang menghilang saat rafting bersama England kemarin.
"Itu, jepit lo. Sebagai ucapan terima kasih." Kata wanita itu sampai berlalu. Meninggalkan Indonesia yang menyunggingkan senyum bahagianya dan langsung menyematkan jepit rambut itu lagi.
Oke, tempat wisata di sini cuma Museum Fatahillah dan Ancol. Huhuhu... gomen readers, sedang mumet ide dan malas nyari info. Dx
Awalnya saya juga ingin memasukkan Lobang Buaya, tapi... Kayaknya ini untuk orang lain saja deh~
Request masih dibuka. Ah, dan saya membutuhkan sedikit saran untuk tempat yang akan dikunjungi oleh:
1. China
2. Russia
3. Germany
Dan, terima kasih atas reviewnya! Kritik dan saran kalian sangat membantu saya! XDD
Review lagi dong~ -plak-
Created on: Tuesday, June 8th 2010. 20:15