Judul: Intoxicating

Fandom: Naruto

Disclaimer: Masashi Kishimoto

Genre: General

Rating: MA

Exchange fic for: Ame no Suzushii

Birthday fic for: Ayahaunt

WARNING: Yaoi, Hard Lemon, Kinky

Pairing: NejiSasu ; SuiSasu

Dedicated to: Madame la Pluie, Dark Amethyst, Lady Bellatrix, Windy Schiffer, and especially for Ame no Suzushii & Ayahaunt

NOTE: Exchange fic dengan Ame no Suzushii. Tadinya mau dibuat Threesome, tapi dengan berbagai pertimbangan, ngga jadi.. ^^;;

Happy Belated Birthday for Ayahaunt. NejiSasu romance-nya tolong ditunggu sebentar lagi ya.. ^^

Dan untuk Ame no Suzushii, semoga fic-nya cukup memuaskan. KakaIta-nya ditunggu :p

Read the Warnings carefully. Ask yourself whether you still have an urge to read this ficlet or not. Flames won't work to me.

Enough with the ramblings, on to the (sorta PWP) story..


Intoxicating

.

Uap panas mengepul menimbulkan bayang-bayang kabut keputihan. Neji melangkahkan kakinya melenggang memasuki wilayah pemandian umum dengan santai. Di tangan kanannya ia menjinjing sebuah ember kayu kecil berisi botol-botol sabun dan shampoo.

Langkah kakinya diiringi oleh belasan pasang mata yang berkilat penuh hasrat ke arahnya. Neji menarik sudut bibirnya, ia tahu betul bahwa dirinya begitu mempesona dan membuat laki-laki manapun di pemandian umum itu rela menjilat kakinya untuk membuatnya melirikkan mata pada mereka.

Postur tubuhnya yang tegap, tulang yang kokoh terbalut otot yang terbentuk dengan sempurna, warna kulitnya yang terang, garis wajahnya yang tegas, gestur tubuhnya yang mempesona, dan terlebih lagi kini ia melenggang dengan penuh keagungan dalam keadaan hampir telanjang dan hanya membelitkan handuk kecil di pinggulnya, tak ayal lagi mampu menyihir siapa saja yang melihat ke arahnya.

Dengan langkah penuh kepuasan telah menyedot perhatian para pengunjung pemandian umum itu, kini Neji telah sampai di bak besar di sayap kanan ruang besar pemandian itu. Ditolehkannya kepalanya ke kanan dan ke kiri. Kedua bola mata keperakannya mencari-cari sesuatu.

Di ujung sudut mata kirinya, dapat ditangkapnya sosok samar di antara kepulan uap panas. Sosok berambut hitam dengan kulit putih susunya yang lembut bagaikan porselen. Neji menyeringai dan kembali berbalik, menghampiri deretan kran air yang berjejer di dinding bersama dengan bangku plastik kecil di hadapan setiap kran.

Mendudukkan dirinya di salah satu bangku plastik hijau itu, Neji meletakkan ember kayunya di samping kirinya dan mulai memutar kran air di hadapannya.

Membenamkan kepalanya di antara kucuran air hangat yang mengalir deras dari kran itu, Neji mengusap wajahnya dan mengatupkan kedua kelopak matanya, menikmati siraman hangat yang membasahi kepala hingga lehernya. Memijit dan menimbulkan kesan nyaman dari relaksasi air hangat. Sebelah tangannya menggapai-gapai ke sebelah kirinya, pada ember kayu kecilnya.

"Shampoo?" sebuah suara mengejutkannya.

Neji membuka matanya dan melirik pada sumber suara di sampingnya dengan ekor matanya.

Seorang pemuda berambut perak sebahu, tengah tersenyum lebar ke arahnya dan mengacungkan sebotol shampoo di tangannya.

Memperhatikan botol shampoo itu sejenak, Neji mengerutkan keningnya, "Kalau kau tidak keberatan, kembalikan benda itu pada tempatnya," ujarnya penuh penekanan pada kata-katanya.

Pemuda berambut perak itu terkekeh pelan, helaian rambut peraknya terayun seirama, "Aku suka yang begini," sahutnya mengedipkan sebelah matanya.

Alih-alih menimpali, Neji menyambar botol shampoo di tangan pemuda itu dengan kasar. Sang pemuda berambut perak membelalakkan matanya dan bersiul ringan.

Membuka tutup botol shampoo yang kini berada di tangannya, Neji menuangkan cairan kental kebiruan dari dalam mulut botol itu ke telapak tangannya dengan hati-hati. Meletakkan botol shampoo itu di samping bangku plastik tempatnya duduk, Neji menggosok cairan shampoo di telapak tangannya dan mengusapkannya pada rambut panjangnya yang berwarna cokelat gelap.

"Tak mengacuhkanku?" Pemuda berambut perak di sampingnya kembali membuka suaranya.

Neji mengangkat bahunya, "Kalau kau begitu senang menonton orang keramas, silahkan saja," ujarnya tak acuh.

Pemuda berambut perak mengulurkan tangannya, menutup botol shampoo Neji yang masih terbuka, dan berbisik pelan, "Aku punya tawaran menarik."

Neji menarik sudut bibirnya. Bukan hal yang asing lagi mendapati dirinya menjadi target laki-laki muda yang terbelenggu nafsu untuk mendekatinya dan membawanya ke ranjang tidur.

"Sayang sekali aku tidak sudi menjadi uke," Neji menahan tawanya dari ucapannya sendiri. "Lain soal jika kau yang membentangkan pahamu lebar-lebar dan memohon padaku untuk membawamu melihat surga," tambahnya masih dengan seringai di bibirnya.

"Itu akan sangat menyenangkan," pemuda di sampingnya balas menyeringai, "tapi sayangnya aku sedang ingin bermain sebagai seme," lanjutnya dengan sedikit nada penyesalan.

Neji mengangkat bahunya tak acuh, "Cari orang lain," timpalnya.

Pemuda berambut perak di sampingnya mencondongkan tubuhnya pada Neji dan berbisik pelan, "Bagaimana dengan yang di sana?" pemuda itu menunjuk sosok lain yang terpisah beberapa meter dari mereka, dengan dagunya.

Neji menahan diri untuk tidak tertawa, "Sudah kau ajak?"

Pemuda berambut perak itu melenguh, "Sudah, ditolak."

Neji tertawa. Pemuda berambut perak itu menatapnya heran.

"Siapa namamu?" tanya Neji di sela tawanya.

"Suigetsu," pemuda berambut perak itu menjawab dengan sedikit bingung.

Neji menyeringai dari bawah siraman air kran yang kini tengah membilas shampoo di rambut panjangnya, "Well, Suigetsu. Kau sial karena aku tidak senang berbagi. Sama halnya dengan pacarku itu yang tidak akan membiarkan orang lain menjamahnya selain aku."

Suigetsu melongo.


Sasuke membilas tubuhnya dengan sedikit malas. Sudah hampir setengah jam ia menunggu, namun kekasihnya tak kunjung datang.

Mandi di tempat pemandian umum seperti ini sungguh bukanlah hal yang menarik baginya. Kalau bukan karena shower di apartemennya sedang diperbaiki, tentu ia tak akan menyetujui ajakan kekasihnya untuk mandi di pemandian umum begini.

Sasuke tahu benar bahwa ia telah bermain-main dengan bahaya, ketika ia memutuskan untuk berpacaran dengan seorang Hyuuga Neji. Bukan hanya penampilannya yang menimbulkan kesan berbahaya, namun pola pikir dan seleranya juga sama berbahayanya.

Bukan sekali-dua kali Neji memintanya bersetubuh di tempat umum, karena baginya rasa cemas akan dipergoki orang lain begitu mengesankan dan membuatnya semakin bergairah.

Kadang Sasuke tak mengerti mengapa bisa seorang Uchiha sepertinya, mau saja menuruti keinginan sang Hyuuga bermata perak amethyst itu.

"Memikirkan seseorang?" sebuah suara menyeruak dari samping tempatnya berendam.

Sasuke menolehkan kepalanya cepat, hapal betul dengan suara itu, "Kau lama!" desisnya dengan kesal.

Neji tertawa kecil dan mengusap air yang membasahi pipi lembut Sasuke, "Maafkan aku," sebelah tangan lainnya menyusup ke bawah air dan mengusap paha Sasuke lembut, "apa kau merindukanku?"

Sasuke mengerling sebal, "Singkirkan tanganmu. Karena kau telat, sebagai hukuman maka hari ini tidak ada seks."

Kedua kelopak mata Neji melebar, "Aku tidak tahu kau tidak suka menunggu. Biasanya juga kau tidak membesarkan masalah begini," tukas Neji membela diri.

"Yang benar saja. Gara-gara kau terlambat, sedari tadi ada saja orang yang menghampiriku dan menatapku dengan pandangan mesum," desis Sasuke di antara barisan giginya yang dirapatkan, menahan amarah.

Neji menahan tawanya, "Itu sih bukan salahku," ujarnya tersenyum simpul, "salahkan tubuh lembut seputih susu yang terbentuk dengan indah ini," sahutnya dengan sedikit merendahkan suaranya, mengusap paha Sasuke di bawah air dengan seduktif.

Sasuke mati-matian menahan rona merah yang mulai menjalar di pipinya. Dagunya dicondongkan pada sekumpulan pria dewasa di ujung bak pemandian yang tengah menatap ke arahnya sambil berbisik-bisik, "Kau lihat babi-babi gemuk itu? Dari tadi mereka tak henti-hentinya memandangku dengan tatapan panas dan menjijikkan, aku muak," ujarnya tak menyembunyikan rasa kesalnya sama sekali.

Neji memutar lehernya dan mengamati kumpulan pria itu sejenak, sebelum kemudian kembali menatap Sasuke dengan segaris seringai terpoles di bibir merah seksinya, "Mau kubuat mereka pergi?"

Sasuke mengerutkan keningnya, "Jangan berbuat keonaran di tempat umum, aku tidak mau melihatmu masuk penjara," sungutnya dengan nada satir.

Tangan kanan Neji terjulur dan kembali bertengger di pipi lembut Sasuke, "Tentu saja tidak," ujarnya setengah berbisik, "akan kuperlihatkan pada mereka, milik siapa kau ini."

Tepat setelah menyelsaikan kalimat terakhirnya, Neji melumat bibir lembut Sasuke yang kemerahan itu dengan cepat. Tangan kanannya melingkar di leher Sasuke dan mendongakkan dagu Sasuke, menekannya semakin merapat padanya. Tangan kirinya menyusup di celah paha Sasuke dan meremas paha lembut itu berulang kali hingga Sasuke mengerang dan membuka mulutnya.

Dengan cepat Neji memasukkan lidahnya ke dalam mulut Sasuke yang kini terbuka lebar. Lidah terlatihnya mengusap bagian dalam mulut Sasuke, dari gigi hingga ke langit-langit mulutnya. Sasuke melenguh dan menggerakkan lidahnya, berusaha mendapat kontak dengan lidah panjang Neji yang kini tengah menggerayangi pangkal kerongkongannya yang lembut.

Sasuke hampir tersedak dengan air liurnya sendiri, ketika otot refleks kerongkongannya merasakan sentuhan benda asing merah muda yang lembut, dan menyebabkannya kesulitan menelan air liurnya sendiri. Dengan cekatan Neji mengisap mulut Sasuke dan menyesap air liurnya dengan desahan yang penuh seduksi.

Lidah Sasuke kini bertaut dengan pasrah bersama lidah Neji yang bergerak dan menggeliat cekatan dalam rongga mulutnya, menyusuri setiap jengkal mulutnya, dan mengecap kenikmatan bersama . Kedua lidah itu saling mengecap, menyesap, mengusap dan menjilat. Kedua mulut itu saling mengisap dan menekan, menarik keluar semua gelora tak tertahankan dari setiap kecupan dan cumbuan mereka yang menimbulkan bunyi decakan dan lenguhan pelan penuh gairah.

Selang beberapa saat, kedua sejoli itu melepaskan kuncian mulut mereka dengan napas terengah. Kebutuhan akan oksigen sungguh menjadi satu-satunya hal yang membuat mereka saling melepaskan satu sama lain. Karena di saat seperti ini bukan logika yang berbicara, melainkan nafsu dan gairah seksual yang tak tertahankan.

Neji melirik sedikit pada tempat pria-pria tadi berkumpul dengan sudut matanya, dan dilihatnya tempat itu kini kosong. Seringai tipis tersungging di bibirnya, "Lihat," ujarnya penuh kepuasan, "mereka sudah mengerti."

Sasuke melirik ke arah yang ditunjukkan Neji dari balik celah bahu Neji, dan balas tersenyum puas, "Baguslah. Itu berarti aku tidak perlu mematahkan satu atau dua jari mereka."

"Aku tidak akan membiarkanmu masuk penjara," Neji menyandarkan punggungnya pada dinding keramik di pinggiran bak pemandian dengan santai.

"Entahlah, siapapun akan merasa muak ditatap penuh hasrat begitu oleh sekumpulan laki-laki penuh peluh dan bau," Sasuke mendengus dengan jijik.

Neji tertawa kecil, "Yah, seks dalam jeruji besi penjara mungkin cukup menarik untuk dicoba?" guraunya dengan nada canda. Sasuke memukul lengannya pelan. Tawa Neji semakin menggema.

"Hmm," seketika dalam pikiran Neji kembali terbersit sosok pemuda berambut perak yang ditemuinya beberapa saat yang lalu.

Ia tahu benar, dalam sekali pandang saja siapapun akan mengakui bahwa pemuda berambut perak tadi itu cukup menarik, ralat, sangat menarik. Struktur tulangnya yang bagus, otot tubuhnya yang terlatih dan terbentuk dengan baik, kulitnya yang sedikit kecokelatan terbakar sinar matahari, dan terutama bola matanya. Kedua bola mata penuh gairah masa muda, dengan kedua pupil violet dengan iris mata kehitaman, sungguh membuat siapapun akan merasa tersedot dalam gelombang pesona ungu violet yang memikat itu.

Neji kembali menarik sudut bibirnya, "Bagaimana dengan si rambut perak?" tanyanya tanpa basa-basi pada Sasuke, yang tersentak dan memandangnya heran.

"Si rambut perak?" Sasuke mengulang, dengan kening yang berkerut.

"Rambut perak dengan pupil mata violet. Jangan bilang kau tidak tahu," Neji memicingkan kedua matanya.

Sasuke menghela napasnya, "Oh. Ya."

"Ya?" Neji tersenyum simpul

"Ya, aku ingat," ulang Sasuke. Seketika ditolehakannya kepalanya pada Neji yang kini bersandar pada dinding keramik di sampingnya, "Darimana kau bisa tahu tentang dia?" tanyanya cepat.

Neji tak menyahut, menikmati air muka Sasuke yang penuh dengan emosi. Antara bingung, heran, dan penasaran.

"Neji, apa kau melihatnya? Melihat saat dia merayuku??" Sasuke mencecar tak sabar.

Neji hanya menyeringai lebar.

"Kau lihat dan kau membiarkannya??" suara Sasuke meninggi. Jelas tampak rasa tak senangnya.

"Tidak, tidak," Neji cepat menimpali. "Dia mendatangiku saat aku membilas tubuhku dengan air kran sebelum masuk bak pemandian tadi," jelasnya dengan tenang.

Sasuke mengerutkan keningnya, namun membiarkan Neji melanjutkan.

"Sepertinya dia sedang mecari pasangan, dan dia senang laki-laki tampan yang dingin. Dengan nekad dia datang padaku setelah kau tolak," Neji berujar ringan, dengan seringai yang masih terpampang di wajahnya.

Sasuke mengerutkan keningnya lagi, "Kupikir dia mencari uke?"

Neji mengibaskan rambut panjangnya, "Melihat ini mungkin membuatnya berpikir aku mau disetubuhi. Dia tidak tahu saja betapa aku dapat menjadi seme paling mengerikan yang pernah ia temui," Neji menyeringai.

"Kau menolaknya, kan?" Sasuke tak menyembunyikan rasa penasaran dan gejolak cemburu yang bergolak di dadanya.

Neji menahan tawanya, "Hmm bagaimana yaa," ujarnya menggoda Sasuke. Ia senang betul melihat reaksi Sasuke yang tampak berang. Kedua bola mata onyx-nya berkilat ,dan bibir lembut kemerahannya mencibir dan merengut, membuatnya tampak begitu lucu di mata Neji.

"Kemari kubisiki," Neji menggerakkan ujung jari telunjuknya, meminta Sasuke untuk mendekat padanya.

Tanpa pikir panjang Sasuke langsung mendekat dan menyorongkan cuping telinganya pada bibir Neji yang tak lepas dari seringai.

"Kukatakan kalau aku tidak berminat jadi uke, karena aku sudah punya uke yang luar biasa mempesona di sisiku," Neji mengakhiri kalimatnya dengan kecupan di cuping telinga Sasuke.

Sasuke bergumam perlahan, "Entah kenapa firasatku mengatakan masih ada yang kau sembunyikan."

Neji melingkarkan tangan kirinya pada pinggang Sasuke dan membawanya merapat ke tubuhnya, "Hmm? Misalnya?" bisiknya tepat di bibir Sasuke.

Sasuke menatap kekasihnya itu dalam-dalam. Tak banyak yang ditemukannya. Ia paham betul bahwa kekasihnya itu begitu mirip dengannya, pandai menyembunyikan sesuatu di balik ekspresi acuh tak acuhnya yang tampak dingin. Dan Sasuke tahu benar, bahwa kekasihnya itu selalu menyimpan ide gila dalam benaknya, termasuk urusan seks.

Dan itulah yang ia khawatirkan.

"Jangan berpikir terlalu banyak," suara rendah Neji membuyarkan lamunannya, diiringi dengan lembutnya telapak tangan Neji yang mengusap pipinya dan turun sedikit demi sedikit ke bagian bawah tubuhnya.

Sasuke mendesah. Diedarkannya pandangannya ke seluruh penjuru tempat pemandian, namun didapatinya bahwa tempat itu kini telah lengang dan kosong, hanya tinggal mereka berdua saja. Jam dinding di atas pintu masuk besar yang terbuat dari kayu mahoni bercat merah itu menunjukkan pukul sembilan lewat lima. Tak heran semua orang sudah meninggalkan tempat pemandian, karena hanya orang bodoh saja yang mandi lewat pukul sembilan malam.

Ralat. Orang bodoh atau orang yang sedang terburu nafsu seksual.

Sasuke mendesah semakin keras, ketika dirasakannya lidah Neji menjilati dadanya perlahan, dengan remasan keras di pangkal pahanya dan di pinggangnya. Lidah Neji perlahan mulai menjilati puting dadanya dan membuat puting kecokelatan itu menegang dan mengeras. Erangan Sasuke membuatnya mengulum puting kecokelatan itu dan menggigitnya perlahan dengan barisan giginya, yang tak ayal menimbulkan lenguhan dan desahan keras dari sosok bertubuh indah di hadapannya itu.

Neji menyandarkan tubuh Sasuke yang terkulai lemas dengan gairah tak tertahankan sebagai akibat dari aksi panasnya dengan lidah terampilnya itu, pada sandaran keramik di pinggir bak pemandian. Perlahan namun pasti lidahnya bergerak semakin jauh ke bawah, dengan meninggalkan bekas jilatan dan isapan dalam jalur pencariannya menuju bagian bawah tubuh Sasuke.

Kedua bola matanya awas memperhatikan raut muka Sasuke yang mengerut dan menegang, merona merah dalam gairah, dan kedua bibir lembutnya yang terbuka dan mengeluarkan desahan-desahan seksi yang membuat Neji semakin bergairah.

Sasuke mengerang keras ketika dirasakannya lidah terampil Neji mengusap bagian bawah perutnya di dalam air. Dalam sekejap Neji kembali ke permukaan air, "Sayang sekali manusia tidak diberkahi insang untuk berdiam lama di dalam air," ujarnya dengan nada sedikit menyesal. Namun Sasuke tahu benar bahwa kekasihnya itu memiliki hal lain dalam pikirannya.

"Jadi mari kita langsung saja pada menu utama," lanjut Neji dengan seringai di bibirnya.

Sasuke tak menimpali, napasnya memburu dengan nafsu yang bergejolak tak tertahankan.

"Balikkan tubuhmu," perintah Neji sesaat kemudian.

Sasuke menurut tanpa menyahut, membalikkan tubuhnya menghadap pinggiran bak pemandian. Seketika logikanya yang dikuasai nafsu mengolah situasi, "Tunggu! Kau tidak bermaksud melakukannya dalam air—"

Belum sempat Sasuke mengakhiri kalimatnya, Neji telah membenamkan kejantanannya ke dalam tubuhnya tanpa peringatan apapun. Kebrutalan itu diakhiri dengan teriakan Sasuke yang membahana di seluruh ruangan.

Neji melingkarkan tangannya di pinggang Sasuke dan menggapai puting tegang Sasuke yang haus akan sentuhan. Tangan satunya lagi menyelusup ke sela pangkal paha Sasuke, seraya mengusap dengan keras hingga menemukan buah zakar Sasuke, dan mengelusnya dari pangkal kepala hingga batang kemaluannya itu. Sasuke, tak ayal lagi, menjerit dalam nikmat.

Beberapa detik dalam keadaan seperti itu, hingga Sasuke mulai terbiasa dengan keberadaan benda asing dalam tubuh bagian bawanya. Gerakan maju-mundur tangan Neji yang melingkari batang kemaluannya sungguh membuatnya tak dapat menahan hasrat yang bergejolak hebat di sekujur tubuhnya. Sasuke menekan bagian bawah tubuhnya hingga Neji membenamkan kejantanannya semakin dalam, dan ia pun mengerang semakin kencang.

Neji mengerti sinyal yang dikirimkan Sasuke, dan dalam detik berikutnya yang terdengar adalah erangan dan desahan Sasuke, seirama dengan gerakan cepat maju-mundur kejantanan Neji yang tanpa ampun menerobos tubuh Sasuke berulang kali dalam tempo tak beraturan.

Sasuke kembali memekik hebat ketika dirasakannya kejantanan Neji menekan titik ekstasinya dengan tepat. Napasnya terengah, temperatur tubuhnya naik, dan peluh mulai mengucur dari dahinya. Dengan setengah terengah Sasuke memaksakan pita suaranya bergetar dan mengeluarkan suara koheren, "A-Airnya…m-massuk..!!"

Neji tak mengindahkan hal ini. Tanpa ampun ia terus membenamkan dirinya ke dalam tubuh Sasuke yang menggeliat di bawahnya. Air hangat pemandian yang menyelusup masuk di celah kejantanannya dan rubuh Sasuke membuat gerakannya semakin mudah. Berhubungan seks tanpa mempersiapkan Sasuke dengan minyak seks terlebih dahulu membuat gerakannya sedikit sulit, namun air yang merembes masuk melalui celah sempit itu memberinya sedikit bantuan untuk melicinkan bagian dalam tubuh Sasuke yang kini tengah menggeliat penuh nikmat di bawahnya.

Selang beberapa saat, Neji memusatkan tusukannya pada tempo yang teratur dan posisi yang terfokus pada titik ekstasi Sasuke. Kedua tubuh telanjang mereka yang terhubung dalam kuncian erat itu bergoyang seirama dengan tiap tusukan Neji yang tepat dan cepat. Sasuke mati-matian menahan tubuhnya supaya tidak limbung ke dalam air, melalui kedua sikutnya yang ia kaitkan di pegangan besi sepanjang pinggiran bak mandi raksasa itu.

Kedua kelopak matanya terpejam erat, dan air mata tampak menggenang di pelupuk matanya, dengan rona merah tersirat di pipinya hingga ke daun telinga. Kedua bibirnya terbuka lebar, dan lidahnya sedikit terjulur keluar, melontarkan kata-kata tak koheren dengan air liur yang menetes di sudut bibir ranumnya yang kemerahan.

Neji mungkin adalah seroang remaja laki-laki yang tak pernah mampu membendung gairah seksualnya, namun lebih dari pada itu, Sasuke adalah remaja laki-laki yang begitu menggilai seks. Ya, Uchiha Sasuke yang terkenal angkuh dan dingin itu selalu mampu menyembunyikan nafsu seksualnya dengan baik, dan hanya pada saat-saat bersama kekasihnya ini saja ia akan berubah dari seoarng pandai yang berkomposur menjadi seorang penggugat seks yang tak kunjung puas hanya dengan satu atau dua kali bersetubuh.

Antara laki-laki yang memiliki hasrat besar, dengan laki-laki yang begitu menggilai seks, keduanya bertemu dalam gempita pesta tahun baru beberapa bulan yang lalu. Dan di sinilah mereka sekarang, menjelma menjadi sepasang kekasih yang haus akan seks dan tenggelam dalam candu seksual tak berujung.

Dalam beberapa tusukan, Neji telah mencapai klimaksnya dan disusul dengan Sasuke yang menyemprotkan cairan spermanya pada dinding keramik bak pemandian.

Sasuke terengah dan membiarkan tubuh lunglainya terkulai lemas di pinggiran bak, sementara Neji mengeluarkan kejantanannya perlahan dari dalam tubuh Sasuke.

Cairan hangat mengalir dari dalam tubuh Sasuke, bercampur dengan air hangat pemandian. Sasuke mengerang, menikmati sensasi bercampurnya sprema Neji dengan air hangat pemandian di mulut lubang tubuhnya.

"Kau tidak berpikir ini sudah selesai, kan?" suara baritone Neji mengusik gendang telinganya, mengirimkan getaran di sekujur tubuhnya.

Sasuke menatap Neji dari balik celah bahunya, dan menarik sudut bibirnya, "Biarkan aku beristirahat sebentar," ujarnya di sela-sela hembusan napasnya yang tak beraturan.

Neji menggelengkan kepalanya, membuat rambut cokelat panjangnya terayun, "Sayangnya dia tidak bisa menunggu," ujarnya dengan seringai terpoles di bibirnya yang seksi.

Sasuke melirik pada kejantanan Neji, yang tampak mulai kembali menegang. Ia memutar bola matanya secara imajinatif, dan beranjak berdiri dengan sisa tenaganya, "Di atas. Aku tidak mau tubuhku kram di bawah air," sahutnya pada akhirnya.

Ketika Sasuke menarik dirinya dari dalam air dan keluar dari bak mandi, dapat dilihat jelas oleh Neji, bagaimana cairan spermanya mengalir perlahan keluar dari tubuh Sasuke. Neji menyeringai puas dengan hasil kerjanya.

Sasuke merangkak ke atas lantai ruang pemandian yang lengang, dan membalikkan tubuhnya menghadap langit-langit dan menghempaskan dirinya di lantai keramik yang dingin itu. Kedua lututnya terlipat dan teracung ke atas, dan dengan sigap ia merentangkan kedua pahanya lebar-lebar, membiarkan tubuh bagian bawahnya terekspos dengan jelas di hadapan Neji yang mematung di pinggir bak mandi.

Jemari lentik Sasuke meraih batang kemaluannya sendiri, dan meremas kedua bola kemaluannya dengan telapak tangannya, seraya jemari telunjuk dan jari tengahnya mengelus-ngelus lubang tubuhnya yang masih tampak kesulitan mengeluarkan sisa sperma Neji dari dalam tubuhnya.

Sebelah tangannya lagi menggerayangi dadanya sendiri, dan berhenti tepat di puting kecokelatannya, memijit perlahan di sana. Sasuke mengerang dan mendesah. menatap Neji dengan tatapan penuh harap dan hasrat untuk kembali menjamah tubuh sempurnanya itu.

Neji menarik sudut bibirnya dan beranjak keluar dari bak pemandian. Tak dihiraukannya genangan air dalam bak yang tercemar dengan cairan spermanya yang mengambang di permukaan air.

Dalam beberapa langkah, kini Neji telah sampai tepat di hadapan tubuh molek Sasuke yang terkulai tak berdaya, atau lebih tepatnya, pasrah mengundangnya untuk menggerayanginya.

Neji menurunkan badannya dan merangkak di atas tubuh Sasuke yang basah, menikmati stiap jengkal tubuh Sasuke yang dapat dijamah oleh lidahnya, dari perut hingga dada, sampai ke leher. Neji mengisap leher Sasuke dan menggigitnya perlahan, membuat sang uke mengerang dan kembali mengatupkan kedua kelopak matanya dalam kepuasan tak tertahankan.

"Kau tahu…" Neji berbisik di sela isapannya. Sasuke tak begitu mendengarkan kata-kata Neji. Tang ada dalam benaknya adalah ia ingin Neji saat itu juga-di sana juga, menusuk jauh ke dalam tubuhnya.

"Sejak tadi ada yang memperhatikan kita dengan tatapan lapar," lanjut Neji lagi, membuat kedua kelopak mata Sasuek sontak terbuka lebar.

"Pertunjukkan yang menarik," sebuah suara menyeruak dari seberang sudut ruangan dan membuat jantung Sasuke berdegup kencang. "Sungguh menarik hingga membuatku klimaks hanya dengan menjadi penonton," tambah sang pemilik suara yang kini tampak melenggangkan kaki jenjangnya menghampiri Sasuke dan Neji.

Kedua pupil mata Sasuke mengecil, dan kelopak matanya membelalak lebar. Ia tak berani menoleh pada sumber suara yang telah menyela aktiftas panasnya dengan Neji itu, dan yang dapat dilihatnya hanyalah sosok samar berambut perak yang berkelebat di sudut matanya.

"Ne-Neji!!" Sasuke hendak berontak dan menarik kedua tangannya, ketika dirasakannya kedua tangaannya tak dapat digerakkan.

Didongakkannya kepalanya, dan dilihatnya bahwa kedua pergelangan tangannya telah tersimpul erat dengan handuk putih kecil yang tanpa disadarinya telah ada di sana. Rupanya Neji telah mengikat kedua pergelangan tangannya itu ketika ia hanyut dalam gejolak kenikmatan dari jilatan dan isapan mulut Neji di lehernya.

"Aku tahu kau senang dengan tantangan," Neji menyeringai, "dan baru kusadari kalau dibandingkan dengan seks di tempat umum, seks yang melibatkan pihak ketiga justru jauh lebih menarik."

Sasuke semakin membelalakkan matanya. Mulutnya terkunci rapat dengan rasa terkejut yang luar biasa.

"Halo Sasuke, aku Suigetsu," suara riang dan terkesan main-main yang asing baginya itu kembali terdengar semakin mendekat.

"N-Neji… K-Kenapa??!" Sasuke mendesis, air matanya mulai mengalir di pipinya yang lembut.

Neji mengusap air mata itu perlahan, "Hei, hei, seorang Uchiha tidak boleh menangis kan?" ujarnya tak mengindahkan kata-kata Sasuke.

"Tenang saja Sasuke, aku bisa memuaskanmu sama seperti pacarmu ini," sang pemuda berambut perak yang baru muncul dan mengaku bernama Suigetsu itu kembali membuka suaranya. Seringai lebar terpampang di wajahnya.

Sasuke tak mampu berkata-kata. Seluruh tubuhnya bergetar karena amarah dan rasa takut. Sungguhpun ia seorang homoseksual, namun yang menyetubuhinya selama ini hanyalah Neji—pacarnya—seorang. Tidak pernah yang lainnya. Kemunculan orang tak dikenal yang beberapa saat yang lalu terang-terangan mengajaknya berhubungan seks tanpa basa-basi dan langsung ditolaknya, dan kini sang orang asing itu berdiri di sampingnya yang dalam keadaan telanjang bulat dan terikat tanpa perlawanan, sungguh suatu hal yang ironis.

"N-Neji..!!" suara Sasuke tercekat. Air matanya semakin banyak menggenang di pelupuk matanya.

Neji menatap kekasihnya yang menatapnya dengan pandangan mengiba dan meminta belas kasihan itu. Ia mendegsus seraya beralih dari tubuh Sasuke, "Uchiha Sasuke tidak boleh memelas," ujarnya ketus dan dingin, meninggalkan Sasuke yang terkulai tanpa daya di lantai keramik yang dingin.

Sasuke memandang Neji yang pergi meninggalkannya begitu saja dengan tatapnn horror. Tak pernah sekalipun seumur hidupnya ia pikir bahwa kekasihnya itu akan mengkhianatinya seperti ini. Mempermalukannya seperti ini.

"Nah, Sasuke, ayo kita main," Suigetsu menyeringai lebar, dengan kedua bola mata violetnya yang berkilat dengan gairah yang membara.


Suigetsu merangkak di atas tubuh indah berkulit putih susu di atas keramik kebiruan itu, dan merendahkan tubuhnya. Berkali-kali lidahnya menjilat bibirnya sendiri, terpesona pada tubuh molek sehalus porselen yang terkulai pasrah di bawah tubuhnya. Batang kemaluannya sudah menegang sedari tadi, bahkan sesaat setelah ia klimaks menonton sang malaikat berkulit putih disetubuhi kekasihnya.

Menonton dan merasakannya langsung sungguh dua hal yang berbeda. Dan kini ketika pada akhirnya ia mendapat gilirannya, yang dapat Suigetsu lakukan adalah berdecak kagum atas ciptaan Tuhan yang begitu indah dan membawa dosa dari tubuh sempurna sang Uchiha muda.

Menurunkan kepalanya di celah bahu Sasuke, Suigetsu menjulurkan lidahnya dan menjilat leher lembut itu dengan tak sabar. Mengisap setiap tanda merah yang dihasilkan Neji, dan membuat tanda merah baru dan menjelajah puas di setiap jengkal leher putih susu itu.

Sasuke sudah hendak menarik tangannya untuk memukul sang penjamah, ketika dirasakannya kedua tangannya tertahan oleh suatu cengkeraman kuat. Betapa terkejutnya ia melihat Neji—kekasihnya sendiri—mencekal pergelangan tangannya erat-erat, menahannya supaya tidak bergerak.

Sasuke sudah membuka mulutnya, siap mencaci maki Neji, ketika lidah cekatan Suigetsu menjamah dadanya dan menghampiri puting dadanya. Hingga yang keluar dari mulutnya hanyalah erangan dan desahan kenikmatan.

Sasuke merutuki dirinya sendiri yang terbuai dalam kenikmatan, tatkala lidah terampil Suigetsu menjamah tubuhnya semakin jauh ke bagian bawah tubuhnya yang melemas karena desakan hasrat tak terbendung. Walau logikanya menentang mati-matian, namun ia tahu benar bahwa tubuhnya begitu membutuhkan hal ini. Kejantanannya yang sedari tadi menegang mulai teracung kaku ke atas, menunjuk Suigetsu yang semakin mendekatkan lidahnya ke sana.

Cairan pra-sperma mulai merembes dari mulut kemaluannya yang bergetar perlahan, bersamaan dengan kulit kemaluannya yang semakin menggelap merah dan basah.

Tanpa buang waktu, Suigetsu membawa lidahnya pada batang kemaluan Sasuke dan menjilatinya, layaknya batang permen manis kesukaannya. Lidah panjangnya mengusap di sepanjang batang kemaluan Sasuke dengan gerakan yang lambat, membuat Sasuke mengerang, dan mendorong maju bokongnya untuk mendapat jamahan lebih banyak dari lidah merah muda Suigetsu yang menggodanya.

"Kau menikmatinya dengan baik," Neji bergumam.

Sasuke menatap Neji dengan tajam. Amarah dan frustasi seksual menguasainya tanpa sanggup ia tahan, "Kalau memang ini maumu, aku akan menikmatinya!" pekiknya penuh gejolak emosi. Air mata di pelupuk matanya yang menggenang mulai berjatuhan kembali.

Sasuke mengerang kencang ketika jemari Suigetsu meremas sepasang bola kemaluannya, sembari mengulum batangnya. Tanpa menghabiskan banyak waktu, Suigetsu memajukan kepalanya, memasukkan habis batang kemaluan Sasuke ke dalam mulutnya, dengan bibirnya yang terkatup erat dan lidahnya yang menjilat dan mengisap lekat sepanjang batang kemaluannya.

Mulut Suigetsu yang mengatup erat di sekeliling kemaluannya, membuat Sasuke terengah dalam gairah. Isapan kuatnya yang terkesan malas dan asal-asalan, tidak membuat suasana menjadi lebih baik, karena kini Sasuke menggeliat liar di bawah tubuh kokoh penjamahnya itu dengan erangan dan desahan kencang.

Tanpa ampun, Suigetsu menelan kemaluan Suigetsu semakin dalam, membuatnya menyentuh pangkal kerongkongan Suigetsu yang lembut dan elastis. Sasuke terpekik kencang. Isapan Suigetsu yang mengeras dan gerakan maju-mundur mulutnya sungguh tak tertahankan lagi baginya, hingga ia pun mencapai klimaksnya, menyemprotkan cairan spermanya ke dalam mulut panas dan lembut yang terbenam di antara pangkal pahanya itu.

Dapat dirasakannya mulut lembut itu mengisap spermanya cepat dan tanpa jeda, hingga habis semuanya. Bahkan ketika Sasuke sudah berhenti menyembur, mulut panas itu masih mengisap-isap kepala batang kemaluannya, berharap masih terisa sari-sari nikmat yang kecut dan asin dari kulit dan daging tebal itu.

"Luar biasa," suara Neji kembali terdengar, "baru kali ini aku melihatmu klimaks untuk orang lain, betul-betul pemandangan yang luar biasa," ujarnya lagi dengan bola matanya yang berkilat.

Sasuke ama sekali tak mengacuhkan kalimatnya, mengatur napasnya yang terengah dan mengusir kilatan cahaya putih menyilaukan yang membutakan matanya setelah klimaks. Kenikmatan tiada tara yang selama ini hanya diperolehnya dari kekasihnya, sungguh membuatnya sedikit terkejut dapat diperolehnya dari orang lain seperti itu.

Suigetsu mendongakkan kepalanya dan menatapanya dengan senyum lebar teroles di wajahnya, "Terima kasih, Sasuke," sahutnya, masih dengan nada suaranya yang terkesan seperti main-main itu.

Suigetsu beranjak dari sela paha Sasuke yang mengangkang lebar, dan bersiap berdiri, "Thanks sudah meminjamkan pacarmu ini sebentar, Neji. Kurasa sebaiknya aku cari orang untuk mengurus kepunyaanku sendiri yang sedari tadi menjerit minta klimaks," ujarnya dengan sedikit nada canda, menunjuk kejantanannya yang tegang dan mengeluarkan cairan pra-sperma perlahan.

Neji melepaskan cekalannya dari pergelangan tangan Sasuke yang kini tampak memerah, dan melepaskan ikatannya, "Tak masalah. Aku suka orang yang menarik sepertimu," ujarnya dengan segaris seringai di sudut bibirnya.

Tepat ketika Suigetsu melambaikan tangannya dan hendak melangkah pergi, Sasuke membuka suaranya dan setengah berteriak, "Tunggu!"

Suigetsu dan Neji tersentak. Keduanya menatap Sasuke dengan pandangan heran.

"Setelah berbuat seenaknya, lalu mau pergi begitu saja??" Sasuke mendesis dan menggeram kesal.

Suigetsu memiringkan kepalanya seidkit, bingung dengan ucapan Sasuke.

Sasuke tampak berpikir, dan sejenak kemudian ia menelan ludahnya dan berkata dengan mantap, "Kembali ke sini,"

"Eh??" Neji dan Suigetsu menyahut berbarengan. Terkejut sekaligus bingung dengan ucapan Sasuke.

Sasuke tak mempedulikan tatapan terkejut Neji di sampingnya, alih-alih ia menatap lurus pada kedua bola mata ungu violet Suigetsu yang berdiri hampir dua meter di hadapannya, "Kembali kemari dan puaskan aku," tandasnya tegas.

Suigetsu membelalakkan matanya lebar-lebar, tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. Begitu pula dengan Neji yang menatap Sasuke dengan tatapan horror, mulutnya menganga lebar.

"Hei, Sasu—"

"Kau sudah mempermainkanku semaumu," Sasuke menyela Neji cepat. "Jangan larang aku berbuat semauku sekarang," tegasnya tanpa celah keraguan sedikitpun.

Neji sungguh terkejut bukan main. Dari awal niatnya hanyalah sedikit main-main, tertarik dengan ide kawan barunya yang berambut perak itu bahwa menakut-nakuti kekasihnya yang selalu nampak cool itu tentu suatu hal yang menyenangkan.

Neji setuju dan mengusulkan rencana untuk membuat Suigetsu memberi kekasihnya itu oral sex hingga ia klimaks. Namun tak pernah ia sangka sebelumnya bahwa kekasihnya itu malah akan berbalik menyerangnya. Jika di dunia ini ada yang namanya karma, mungkin ini salah satunya—pikirnya dengan masih mengawang setengah tak percaya pada kenyataan di depan matanya.

"Apa yang kau tunggu?" Sasuke mendesis tajam pada Suigetsu, yang masih menatapnya tanpa berkedip.

Suigetsu mengerjapkan matanya dan melirik pada Neji sekilas. Sasuke mengerti maksud Suigetsu, dan menoleh pada kekasihnya yang tengah tergagap itu, "Aku mau dia. Mau Suigetsu. Jangan mencoba melarangku," ujarnya ketus dan penuh penegasan. Kilatan kemarahan dan niat balas dendam terpancar dari sorot matanya, bercampur dengan nafsu seksualnya yang kembali menggerayangi sekujur tubuhnya.

Bagai mendapat buah simalakama, Neji hanya mampu mematung pasrah di lantai tempatnya terduduk lemas.

Sasuke menyorongkan sudut bibirnya membentuk kurva, puas dengan reaksi Neji. Ditolehkannya kepalanya pada Suigetsu yang masih berdiri mematung, "Jangan seperti orang bodoh begitu, kemarilah," ujarnya dengan lantang, namun sedikit lebih lembut kini.

Seolah terhipnotis oleh tubuh jenjang nan bugil di hadapannya, Suigetsu mengayuh kakinya cepat dan membungkukkan badannya, menarik dagu Sasuke dan mengecupnya dalam hitungan detik.

Sasuke melingkarkan tangannya di leher Suigetsu dan menariknya semakin dalam ke pangkuannya, hingga mereka terjatuh di lantai keramik pemandian, dengan posisi Suigetsu menghimpit di atas tubuh telanjang Sasuke.

Sasuke membentangkan kedua pahanya lebar-lebar, menikmati friksi nikmat yang ditimbulkan dari kontak antara pangkal pahanya dengan kejantanan Suigetsu yang menegang hebat.

Mulutnya terkunci rapat dengan multu Suigetsu, yang melumatnya tanpa ampun. Dari jilatan, isapan, kecupan, dan usapan lidahnya, Sasuke menyimpan informasi dalam kepalanya bahwa Suigetsu sedikit lebih brutal daripada Neji soal ciuman. Hal ini semakin meningkatkan gairah seksualnya, membayangkan bagaimana rasanya bila kejantanan Suigetsu yang besar dan panjang itu menerobos masuk ke dalam tubuhnya. Apakah akan sama rasanya seperti dengan Neji, atau mungkin lebih nikmat.

Neji menatap kekasihnya yang tengah bergumul dan menggeliat liar di bawah himpitan tubuh laki-laki lain dengan nikmat itu, tanpa berkedip. Pikirannya kosong seketika, setelah ia mendengar erangan dan desahan yang meluncur dari ujung lidah Sasuke, disela-sela cumbuan panasnya dengan Suigetsu.

Kini yang Neji reasakan bukan lagi rasa kaget, malu, kecewa, atau marah lagi, melainkan justru hasrat seksual. Tanpa mampu dibendungnya, ia rasakan tubuhnya bereaksi mendengar desahan dan erangan pelan Sasuke. Kejantanannya kembali menegang kaku, melihat sang kekasih menggeliat penuh nikmat di bawah dekapan laki-laki lain.

Entah siapa yang gila di sini, Neji tidak tahu. Apakah Suigetsu yang dengan bodoh mau saja memuaskan hasrat kekasihnya itu, atau mungkin kekasihnya itu sendiri yang tidak waras dengan membiarkan dirinya digauli laki-laki tak dikenal di hadapan pacarnya sendiri! Atau mungkin justru Neji sendirilah yang kehilangan logikanya, karena gairah seksualnya malah terpancing melihat kekasihnya sendiri dicumbu laki-laki lain di hadapannya sendiri.

Neji meremas kejantannannya sendiri dan mengocoknya, menatap pemandangan erotis di hadapannya dengan napas tersengal.

Sasuke bukannya tak menyadari hal itu. Dari bawah kelopak matanya, dilihatnya Neji bermastrubasi dan menikmati dirinya sendiri dengan napas tersengal. Sasuke menarik sudut bibirnya puas, dan menggerakkan kuncian tubuhnya dengan Suigetsu, mencengkeram bahu dan punggung Suigetsu lebih erat kini. Lidahnya masih berdansa seirama dengan lidah Suigetsu yang tanpa henti menjilat dan mengisap rongga mulutnya.

Oksigen selalu menjadi batasan manusia dalam bercumbu. Dengan napas tersengal, Suigetsu mengambil jarak dengan Sasuke dan menghirup oksigen sebanyak mungkin. Kedua bola mata violet-nya menatap Sasuke lurus-lurus, masih terhipnotis dalam gelora kenikmatan atas apa yang baru saja mereka lakukan.

Semuanya menjadi jelas ketika Sasuke menarik sebelah lutunya dan membuat pangkal pahanya semakin melebar, membuat kejantanan Suiegtsu menyentuh mulut lubangnya.

Suigetsu mengerang kencang, bagaikan binatang buas yang tengah frustasi di musim kawin. Sasuke tersenyum simpul, dan berbisik di telinganya dengan penuh provokasi seksi, "Masukkan… Suigetsu…"

Dalam satu hentakan keras, batang kemaluan Suigetsu tertanam kedalam tubuh Sasuke dengan tusukan tajam. Sasuke dan Suigetsu berteriak bersamaan, tergugah dengan kenikmatan tiada tara dari kontak baru yang begitu memikat tubuh mereka yang haus akan sentuhan kenikmatan itu.

"A-Aggh, se-sempit s-sekali!!" Suigetsu mengerang. Dirasakannya dinding perut Sasuke meremas batang kemaluannya dengan erat, dan mengisapnya semakin dalam. Dinding daging yang seolah hidup itu menggelayut kencang di sekeliling batang kemaluannya yang tertanam dalam tubuh sempurna di bawah tubuhnya itu, dan mengisapnya ke dalam, dengan kuat dan dalam hawa yang panas. Suigetsu mengerang tiada henti.

Sasuke menjerit kencang, tak kuasa menahan kenikmatan merasakan batang kemaluan Suigetsu yang besar dan panjang menerobos masuk ke dalam tubuhnya perlahan namun pasti. Entah karena tak pernah ia rasakan benda lain menjamah dirinya seperti itu selain milik Neji, atau karena hal lainnya, ia tak tahu. Namun dirasakannya bahwa tubuhnya bereaksi begitu liar pada jamahan Suigetsu—orang yang baru saja dikenalnya di hari itu.

Suigetsu menusuk semakin dalam, merasakan kuku-kuku jemari Sasuke mencengkeram punggungnya erat, hingga ia tak akan heran jika nanti didapatinya punggungnya itu penuh luka goresan kuku. Kedua tangan Suigetsu melingkar erat di pinggang Sasuke dan di pinggulnya, mendoronganya ke atas dan semakin memudahkannya memasukkan dirinya ke dalam tubuh Sasuke semakin cepat.

Jeritan kencang menggema di seluruh penjuru ruangan, ketika ujung kemaluan Suigetsu menekan sebuah tonjolan kecil dan kaku namun lembut, jauh di dalam tubuh Sasuke.

Sasuke mengerang keras, kedua kakinya menggeliat dan tubuhnya terangkat. Kedua matanya terpejam erat, rona merah menjalari bukan hanya wajahnya, namun seluruh tubuhnya yang membara dalam rasa nikmat yang panas membara.

Sekali lagi Suigetsu menekan tonjolan kecil itu, dan kembali disambut pekikan tajam yang melengking tajam dari mulut Sasuke yang terbuka lebar dan terengah. Kedua bibirnya basah oleh ciuman Suigetsu sebelumnya, dan lidahnya sedikit terjulur keluar, menjilat sudut bibirnya sendiri dan membairkan air liurnya mengalir dari ujung bibirnya. Menandakan betapa ia sedang berada dalam kenikmatan yang tak terhingga.

Menyeringai puas dalam rasa nikmatnya sendiri, Suigetsu berulang kali menusuk titik ekstasi Sasuke itu dengan tajam. Semakin cepat, semakin keras, semakin dalam. Sperma Neji yang masih tersisa di dalam tubuh Ssuke memudahkannya bergerak dengan leluasa dan cepat.

Dibukanya paha Sasuke semakin lebar, dan diangkatnya tubuhnya menjauh dari dada Sasuke. Dengan gerakan yang semakin kencang dan keras, ditusuknya tubuh Sasuke semakin dalam dan bertubi-tubi.

Teriakan Sasuke semakin kencang menggema, semakin membuatnya terlena dalam ekstasi. Bola-bola kemaluannya membentur pangkal paha Sasuke dengan keras, menimbulkan bunyi gemericik kental yang berpantulan dengan cairan sperma Neji dan Suigetsu yang merembes dari sela lubang Sasuke.

Isapan erat Sasuke, desahannya, teriakannya, lenguhannya, dan erangannya, membuat Suigetsu tak tahan lagi. Dengan dorongan kuat ia hentakkan tubuhnya ke dalam tubuh Sasuke lebih keras, dan dalam sekejap Sasuke meneriakkan namanya sembari menyemburkan cairan spermanya dengan kencang.

Dinding perut Sasuke mengencang menimpali kondisi klimaksnya, membuat Suigetsu semakin terjepit dan terbuai dalam nikmat tiada tara, dan menusuk tajam untuk yang terakhir kalinya, seraya menyemburkan cairan spermanya banyak-banayk jauh di dalam tubuh Sasuke.

Setelah semburan kencang yang ketiga kalinya selesai, Suigetsu menurunkan tubuhnya dan tubuh Sasuke kembali ke lantai keramik, dengan napas yang terburu hebat. Dikeluarkannya batang kemaluannya dari dalam tubuh Sasuke perlahan, tak ingin menyakiti sang malaikat sempurna yang membawa dosa penuh kenikmatan itu.

Suigetsu menjatuhkan dirinya di samping Sasuke dan merebah terlentang, berusaha mengatur napasnya yang terengah.

Sasuke mendongakkan kepalanya dan melihat Neji mengusap batang kemaluannya sendiri sembari terengah. Dilihatnya cairan kental putih tak jauh di hadapan Neji di atas lantai keramik.

Sasuke menarik sudut bibirnya, dan berujar di sela napasnya yang juga terengah, "Senang dengan apa yang kau lihat, Neji?"

Neji yang masih dalam napasnya yang memburu, balas menyeringai, "Tak kusangka aku akan klimaks begitu hebat, melihat tubuh pacarku sendiri dihantam kejantanan laki-laki lain tanpa henti."

Suigetsu yang melihat kedua sejoli ini saling berpandangan dan tersenyum, kembali mengingat posisinya sebagai orang luar. Berusaha mengumpulkan tenaganya, ia bangkit perlahan, "Luar biasa," ujarnya dengan napas yang mulai teratur, "sudah lama sekali, sejak terakhir aku klimaks sekencang itu. Betul-betul hebat."

Neji dan Sasuke menatap Suigetsu bersamaan.

Suigetsu menunjuk Sasuke dengan dagunya, menatap lekat pada Neji, "Kau beruntung sekali memilikinya sebagai pacarmu. Jaga malaikat berharga ini baik-baik," ujarnya kembali pada gaya bicaranya yang seperti main-main.

Sasuke dan Neji tak menyahut.

Suigetsu menghela napas panjang dan beranjak berdiri, "Ini betul-betul hari baikku. Gara-gara si bodoh Juugo berserk dan menghancurkan tangki air di apartemenku, terpaksa mandi di pemandian umum begini. Tak tahunya malah dapat hal yang luar biasa menyenangkan. Mungkin besok bakal kutraktir makan siang saja dia," ujarnya masih dengan nada candanya.

"Selamat tinggal, Neji dan Sasuke," ujarnya dengan riang, melambaikan tangannya pada Sasuke dan Neji yang masih terbujur lemas di lantai, dan menghilang ke balik pintu keluar tanpa menoleh lagi sama sekali.

Dalam sekejap ruangan luas itu sunyi senyap. Hanya bunyi hembusan napas Neji dan Sasuke yang menandakan adanya kehidupan. Baik Neji maupun Sasuke, tak membuka suaranya sama sekali. Larut dalam pikirannya masing-masing.

"P-Permisi… Pemandiannya mau tutup…" seorang wanita setengah baya—sang pengurus pemandian—muncul dari pintu masuk. Kapas kemerahan menancap di kedua lubang hidung wanita berkimono biru dengan sulaman benang wol itu. Perpaduan yang aneh.

Neji dan Sasuke bangkit tanpa berkata sepatah katapun, mengemasi handuk dan ember mandi masing-masing yang telah terlupakan, dan melenggang ke luar pemandian. Sekilas ekor mata Neji menangkap tulisan dari sulaman wol di kimono biru wanita itu berbunyi: 'Fujoshi'.


Satu minggu kemudian…

.

Dengan satu erangan kencang, Sasuke klimaks dan diikuti oleh Neji di belakang tubuhnya. Kedua insan yang terpikat oleh candu seks itu terengah dalam sisa-sisa gejolak birahi mereka yang entah mengapa, sejak kejadian di pemandian umum itu, tak dapat terpuaskan dengan sempurna. Seolah ada yang kurang dalam setiap hubungan intim yang mereka berdua lakukan semenjak saat itu.

"Neji! Sasuke!" sebuah suara memecah keheningan dan menarik perhatian sepasang kekasih itu. Kontan keduanya menoleh pada sumber suara.

"Kalian ini, bolos dari pelajaran pertama hingga jam istirahat siang begini demi seks?! Ya Tuhan!!" pemuda berambut emas yang baru muncul dari balik pintu masuk atap gedung sekolah itu meremas kepalanya sendiri dengan gemas.

"Apa urusanmu, Dobe?" Sasuke menimpali dengan dingin.

"Ya, apa urusanmu?" timpal Neji mendukung Sasuke.

Pemuda berambut emas yang dipanggil Naurto itu memutar bola matanya, namun tak menimpali provokasi mereka, "Ada murid baru yang diperkenalkan hari ini tadi pagi. Iruka-sensei ingin KAU mengantarnya berkeliling sekolahan, karena KAU adalah Ketua Kelas, teme!" ujar Naruto, memberi penekanan pada setiap kata 'kau'.

Sasuke mengerutkan keningnya, sementara Neji tak acuh. Keduanya sudah menarik resleting celana mereka masing-masing dan membetulkan seragam mereka yang sedikit berantakan sesaat sebelumnya.

"Hei, murid baru! Kemari! Nih kuperkenalkan dengan ketua kelas dan wakilnya!" Naruto berseru ke arah pintu masuk atap gedung sekolah tempat ia, Sasuke, dan Neji berdiri itu.

Angin kencang berhembus, memainkan helaian rambut ketiga pemuda itu, seolah menyambut kedatangan sang murid baru.

"Hai. Aku Hozuki Suigetsu," pemuda berambut perak yang dalam beberapa hari ini selalu membayangi Neji dan Sasuke dalam mimpi basah itu menyeringai lebar, dan melambaikan tangannya pada Neji dan Sasuke yang melotot tak percaya.

.

TBC


End Note:

Akhirnyaaa tantangan dari Ame setelah sekian lama, "Bikin fic lemon dong"—terlaksana.. ^^;; (lap keringet)

Endingnya saya sajikan berupa open ending, dimana cukup tersirat bahwa Neji dan Sasuke sama-sama tak dapat melupakan sosok Suigetsu dan kejadian di hari itu di pemandian umum. Kini setelah Suigetsu muncul kembali di hadapan mereka, semua tergantung mereka sendiri, apakah mereka akan mengajak Suigetsu dalam hubungan Threesome yang serius, atau mungkin akan menolaknya. Saya serahkan keputusannya pada Neji & Sasuke.. ^^ (author digebukin readers)

ETA:

Saya putuskan untuk membuat fic ini berseri, alias multichap, dengan berbagai perkembangan cerita dan plot menanti anda~ ^^

.

Seperti yang saya utarakan, ini adalah kali pertama saya bikin fic lemony. Dengan kata lain, Prototype saya dalam jenis fiksi lemon.

Bila ada saran/kritik/kesan mengenai ficlet ini, sangat diharapkan. Berhubung ini kali pertama saya bikin lemon, sebagai acuan apa saya memang ada bakat menulis lemon atau tidak.. ^^;;

.

(NB: Typo-error akan dikoreksi secepatnya bila ada)