Inuyasha © Takahashi Rumiko
4 Seasons © Riztichimaru
Pairing : Kagome Higurashi x Inuyasha
Titile: 4 Seasons
Gomen kalo ceritanya gaje, AU, OOC, karakter beda banget, lebay, masih banyak Typo dan bahasanya ancur.
Review ya!
STOP!
Don't Like, Don Read
Chapter 5
Kakak, Kau Beruntung!
Semi/Haru – Mei
Aku ragu untuk mengatakannya pada Inuyasha, rasanya lidahku keluh untuk mengatakan siapa orang itu. Meskipun semilir angin musim semi dan pemandangan diluar jendela makin menyejukkanku, tapi tidak hatiku. Aku bingung mengatakan rasa yang kupendam ini pada "dia" dan juga bercerita siapa orang itu pada temanku yang bodoh ini. Eh… salah! Aku rasa temanku ini tidak bodoh, dia adalah pelindungku. Arigatou Inuyasha. Arigatou sudah melindungiku dan ingin membantuku….
"Kagome, jadi siapa orang itu?"
"Kau tidak akan marah, kalau aku katakan siapa orangnya?" tanyaku penuh selidik.
"Hn…"
Aku tahu mungkin ini akan menyakitinya, tapi aku lebih tidak sanggup lagi kalau aku membuat dia berharap padaku dan aku belum tentu bisa mengabulkannya. Aku tidak ingin memberikan harapan padanya, itu sama saja akan menyakitinya.
"Aku tidak tahu namanya, orangnya itu… orang yang memegang tanganmu saat kau akan jatuh dari atap rumahmu dulu."
Fuih! Akhirnya aku mengatakan hal ini juga pada Inuyasha. Dia melepaskan tangannya yang tadi melingkar dipundakku dan menundukkan kepalanya, menatap ke lantai kereta api ini.
Hening…
Tidak ada sepatah katapun yang keluar dari bibirnya, tidak ada gerakan dari tubuhnya yang menunduk. Tangannya yang terlihat olehku, mengepal. Apa dia marah? Apa dia akan marah padaku? Aku tidak berani memandangnya. Akhirnya akupun sama, aku ikut menundukkan wajahku memandang lantai kereta api ini. Kurasa ini jauh lebih baik daripada memandang mata kuning gadingnya. Inuyasha, maafkan aku.
"Inuyasha, maaf…"
Hanya kata maaf yang bisa keluar dari bibirku, aku tidak bisa berpikir dan mengatakan apa-apa lagi. Hatiku sungguh pantas dikasihani. Kenapa aku justru jatuh cinta dengan orang yang bahkan tidak tahu perasaanku, atau bahkan tertarik padaku pun tidak. Kasihan sekali kau Kagome! Dan lebih kasihan lagi orang yang ada disampingmu saat ini, dia menyukaimu dan kau menyukai orang yang mungkin memiliki hubungan darah dengannya. Kasihan, kasihan, kasihan! Makiku pada diri sendiri,
"Hhahaha…"
Inuyasha tertawa dan kembali merangkul bahuku, dia menyandarkan tubuhku di dada bidangnya. Lalu mengelus lembut rambut hitam panjangku. Dia memandangku dan tersenyum. Aku sungguh tidak mengerti apa arti senyumannya itu, terlihat nanar, getir atau mungkin terkesan terpaksa. Tetapi dia mencoba untuk sebaik mungkin tidak menunjukkannya padaku.
Aku mendongakkan kepalaku agar bisa melihat wajahnya, dia balas menatapku dan tersenyum lagi.
"Hei, jangan minta maaf terus. Santai saja, aku tidak apa-apa. Tidak usah mengkhawatirkanku. Dasar gadis bodoh!"
"Heh? Siapa yang bodoh! Kau itu yang bodoh, enak saja kau itu," ujarku masih tetap memandang wajahnya. Mata hitamku bertemu lagi dengan mata kuning gading miliknya, terasa hangat saat memandang matanya. Huft… kenapa aku ini?
"Kau memang bodoh! Masa kau tidak tahu, kalau orang yang kau sukai itu kakakku. Namanya Sesshoumaru, dia kakak kandungku tapi kami beda Ibu. Ibunya istri pertama ayahku dan ibuku istri kedua. Tapi sejak kecil aku sudah tinggal bersama mereka, setelah ibuku meninggal tepatnya."
Inuyasha menjelaskan panjang lebar tentang orang yang kusukai itu, sungguh ironis. Ternyata aku menyukai kakak kandung Inuyasha, walaupun beda ibu sih!
"Ja-jadi dia kakakmu?"
"Hn…"
Inuyasha hanya ber 'Hn' ria. Dia lalu mendekatkan wajahnya kearahku dan..
CUP!
I-Inuyasha mencium pipi kiriku. Apa-apaan dia ini? Berani sekali padaku!
BLETAKK
"Aw… sakit, Kagome! Kau ini kenapa sih?"
"Kau itu bodoh, kenapa sembarangan menciumku? Kau pikir kau siapa, hah!"
Aku kesal padanya, jadi refleks aku memukul kepalanya. Dan tepat! Dia mengaduh karena kepalanya sakit akibat pukulan telak tanganku.
"Maaf, maaf. Aku siapa? Aku pikir aku adik iparmu. Jadi tidak apa kan kalau aku mencium pipi kakak iparku. Hehehe…"
"APA? KAKAK IPAR? Apaan kau ini siapa yang mau punya adik ipar sepertimu."
"Ya, kan kamu suka kakakku berarti aku akan jadi adik iparmu, dong?" ujarnya tanpa dosa, seenaknya saja dia bilang begitu. Tapi benar juga sih! Kalau aku bersama dengan Se-Sesshoumaru berarti dia akan jadi adik iparku nanti. Husss! Apa yang kupikirkan, kenapa jadi ngelantur seperti ini sih?
"Ah… sudah jangan bahas itu lagi. Ayo cepat siap-siap! Sebentar lagi kita akan sampai di stasiun."
Aku mengalihkan pembicaraan ini darinya, lama-lama aku jadi pusing dibuatnya. Lagipula ada perasaan tidak enak hati membicarakan hal ini dengannya. Dia mungkin akan sedih sekali, lagi-lagi maaf Inuyasha. Hanya kata maaf yang bisa kuungkapan padamu. Hanya itu.
"Eh… mau mengalihkan topik ya, kakak ipar?"
"Heh! Jangan panggil aku begitu, baka Inuyasha!" teriakku menggema di dalam gerbong kereta api ini. Inuyasha langsung membekap mulutku dengan tangannya.
"Ssst! Hei diam bodoh! Ini bukan Hutan, teriak-teriak tidak jelas. Iya, iya aku tidak akan memanggilmu seperti itu lagi. Jadi Kakak ipar tidak perlu teriak-teriak."
"Inu..hm.. yasha..mph!"
Aku ingin berteriak lagi, tapi tangannya masih bertengger di mulutku sampai akhirnya aku mencubit tangannya.
"Aw… apa-apan kakak ipar ini. Asal mencubit saja, sakit tahu!"
Inuyasha melepaskan tangannya dari mulutku dan kembali memandang wajahku lalu mengalihkan padangannya keluar jendela kereta api ini. Aku pun sama, aku kembali mengalihkan pandanganku keluar jendela. Aku sedikit lega, setidaknya aku masih bisa berteman seperti ini dengannya. Bisa membuatnya tertawa, akan sedikit membuatku merasa lebih baik.
Ah… andai saja aku bertemu lebih dulu dan punya Chemistry denganmu Inuyasha, aku pasti akan langsung menyukaimu. Tapi aku justru bertemu terlebih dulu dengan kakakmu. Yah… saat itu. Hingga akhirnya, aku menyadari siapa orang yang bersamamu di atap waktu itu. Dan ternyata dialah orang yang kucari-cari selama ini, setelah kejadian satu tahun yang lalu, di pemakaman Ayah di Tokyo.
Flashback
"Aww… pergi kau, jangan menyentuhku. Pergi kau!" teriakku pada dua orang yang memojokkanku di pagar pemakaman.
"Nona, jangan malu-malu begitu. Disini sedang sepi, ayolah bersenang-senag dengan kami berdua," ujar salah satu preman gila yang akan menyentuh tanganku lagi. Saat ini, aku ada diantara tangan kekarnya, wajahnya sudah mendekat ke wajahku. Aku terkunci dalam kekangan salah satu preman yang menjijikkan ini.
"Pergi kau brengsekk, apa yang kau lakukan." Aku berteriak keras pada mereka.
PLAKKK-
Preman ini menamparku dan segera mendekatkan wajahnya padaku sambil menarik paksa tubuhku untuk mendekat padanya. Dia menarik kasar tubuhku. Siapapun tolong aku! Hanya itu yang terlintas di kepalaku. Tuhan tolong aku!
Preman yang satunya juga menarik kasar baju seragamku dan juga berusaha untuk menciumku.
"TOLOOONG!"
Dunia terasa akan kiamat, siapapun tolong aku!
DUKK, PLAKKK, DUKK…
Dua preman menjijikkan itu jatuh terkapar setelah seorang pemuda memukul dan berkelahi dengannya. Darah mengucur deras dari kepala preman itu. Tetapi salah satu preman itu segera bangkit dan tanpa aba-aba menusukkan belatinya ke tangan pemuda yang memukul mereka.
Darah segar mengucur dari tangan pemuda itu, sementara kedua preman itu berlari terbirit-birit setelah melukai pemuda itu. Aku mendekat kearah pemuda itu dan ingin meraih tangannya. Tapi tanganku justru ditepisnya.
"Jangan pedulikan aku, cepat pergi sana! Cepat sebelum si brengsek itu kembali, cepatlah!"
"Ta-tapi tanganmu!" ujarku terbata, aku terkejut dengan sikap dinginnya. Sungguh diluar perkiraaanku, kupikir dia tidak akan sekasar itu padaku.
"Cepat pergi sana! Jangan pedulikan aku!"
Dia menghardikku dan menatap tajam mataku, memaksaku untuk segera pergi. Aku tampak takut melihat aura yang dikeluarkannya, aura membunuh tepatnya. Aku segera berjalan menjauhinya, namun aku tidak tega padanya. Dia sudah menolongku, tapi aku pergi begitu saja. Tidak! Tidak bisa begitu. Aku lalu segera berbalik menuju arahnya lagi.
"Kenapa kembali? Sudah kubilang pergi, ya pergi! Kau ini sungguh menyusahkan saja."
"A-aku cuma ingin memberikan syall ini. Entah akan berguna untuk membalut lukamu atau tidak. Entah kau suka apa tidak, cepat balut lukamu!"
Setelah mengatakan kata itu padanya, aku melihat sekilas matanya dan langsung berlari menjauhinya. Aku tidak menoleh lagi, tapi satu hal yang justru singgah dihatiku. Aku ingin bertemu dengannya sekali lagi, jika itu mungkin. Aku ingin berterimakasih padanya, karena aku tadi lupa mengatakan padanya. Terimakasih… terimakasih telah menolongku.
End Of Flashback
"Hei, kakak ipar! Ayo cepat turun! KAKAK IPAR!" Inuyasha membuyarkan lamunanku tentang sosok Sesshoumaru yang saat itu menolongku dan saat ini aku telah menemukannya. Yah, sekarang aku baru menyadari kalau Sesshoumaru adalah pemuda itu, pemuda yang sudah menolongku.
"Eh! Sudah sampai, ya!"
"Iya bodoh, sudah cepatlah! Jangan melamun lagi. Ayo cepat kakak ipar!"
Inuyasha menarik tanganku dan berlalu keluar pintu kereta api. Aku menurut saja, menuruti gengaman tangannya keluar kereta api menuju areal stasiun.
"Inuyasha, sekarang kita naik apa ke mall itu?" tanyaku sambil melihat-lihat sekeliling stasiun. Inuyasha masih menggenggam tanganku dan kurasa dia tidak mau melepaskan tangannya dariku. Sebab tadi aku sudah berusaha melepaskan tanganku darinya, tapi dia makin mempererat genggamannya. Mau apa dia ini sebenarnya?
"Kita naik taksi saja. Ayo itu taksinya!" ajak Inuyasha masih dengan pola menyeret tanganku. Dia menyuruhku masuk duluan lalu berikutnya dia. Walaupun begitu dia masih belum melepaskan tangannya dari tanganku. Sampai saat ini kami duduk di dalam taksi dan taksinya sudah perlahan melaju dia masih menggenggam tanganku.
"Inuyasha, bisa kau lepaskan tanganmu. Aku rasa tanganku bisa patah kalau kau menggenggam seerat ini." Sontak dia kaget dan langsung melepaskan tangannya dan mendengsus kesal.
"Siapa juga yang mau mematahkan tanganmu, dasar gadis bodoh. Eh salah, kakak ipar ding!"
Inuyasha menoleh kearah jendela, menghindari kontak mata denganku. Huft, ada apa dengannya. Apa yang dipikirkannya.
"Inuyasha…"
"Hn, ada apa?" tanyanya pelan, masih memandang keluar jendela.
"Bisa tidak kau tidak memanggilku seperti itu?"
"Bisa. Saat aku dan kau ada di dekat kakakku, aku janji tidak akan memanggilmu begitu. Saat kau di dekatnya aku tidak akan memanggilmu kakak ipar, karena saat itu aku akan membantumu agar bisa bersamanya."
Inuyasha menoleh padaku, mata kami bertemu lagi. Mata kuning gadingnya menatap serius padaku, mencoba mencari sesuatu dari pancaran mataku saat aku memandang matanya. Beberapa saat kami berpandangan, dia kemudian melengos menjauhi pandanganku padanya.
"Inuyasha… terimakasih."
"Hn…"
Hening diantara kami, tidak ada suara diantara kami berdua. Kulirik Inuyasha yang tampaknya melamunkan sesuatu sambil memandang keluar jendela mobil taksi ini. Ada rasa teriris di hatiku saat dia mengatakan akan membantuku, aku… aku harus bagaimana padanya?
Inuyasha's POV
Sakit! Sakit rasanya mengetahui kalau orang yang kusukai. Tidak! Bukan hanya kusukai tapi lebih tepatnya orang yang kusayangi dan mungkin juga telah kucintai, mencintai kakakku sendiri. Menyukai pangeran es itu, si doggy kutub itu. Hmm… tapi seberapa rasa sakit ini menyayatku, semuanya tidak akan mengubah apapun.
Dia masih akan tetap mencintai kakakku, dan aku akan menjadi adik iparnya. Pantas! Kau pantas menjadi adik ipar orang yang kau sayangi Inuyasha. Hanya itu mungkin status yang tepat untukku dengannya. Aku hanya cowok bodoh yang jatuh cinta pada gadis bodoh yang justru mencintai kakakku.
Kakak, kau beruntung! Kau beruntung karena kau dicintai oleh Kagome, cinta pertamaku. Dia memang cinta pertamaku dan mungkin orang pertama yang mendapatkan posisi lebih dihatiku, walaupun dulu aku sempat menyukai gadis lain yang sekarang ini entah ada dimana. Tapi gadis itu belum sempat mendapatkan seperempat posisi di hatiku, dan saat ini dihatiku mungkin sudah penuh semua dengan gadis bodoh yang duduk di sebelahku saat ini.
Gadis disampingku ini, Kagome Higurashi, tetanggaku. Dia telah mengisi semua posisi hatiku. Saat pertama kali melihatnya dari depan jendela kamarku, aku yang saat itu melamun dan melakukan kebiasaanku. Meratapi orang-orang yang meninggalkanku untuk selamanya, mereka yang meninggalkanku perlahan lahan. Hingga akhirnya tinggal aku dan kakakku yang ada didunia ini. Kagome telah menarik perhatianku dari lamunan panjangku. Dia telah mengalihkan duniaku, entah karena apa. Tanpa sadar aku mengaguminya, menyukainya dan perlahan-lahan aku menyayanginya dan mencintainya. Beberapa hari mengikutinya, membuatku jadi semakin tertarik padanya. Hingga akhirnya aku kehilangan kesadaran sampai mencium paksa bibirnya di saat dia belum mengenalku sedikitpun. Aku kehilangan kesadaran karena aku tidak tahu bagaimana caranya mendekatinya, atau PDKT itu. Yang terlintas dibenakku saat itu adalah menciumnya, karena dengan menciumnya aku pasti akan dimaki-maki olehnya. Makian itu kuharap bisa membuat dia mengalihkan perhatiannya padaku dan aku bisa dekat dengannya. Dan ternyata benar, dia mengalihkan perhatiannya padaku. Aku juga sering memaksa-maksa dia, itu kulakukan agar dia semakin dekat denganku. Sebab jika aku tidak memaksanya dia tidak akan mau berbicara padaku lagi. Itu mungkin saja terjadi, sebab aku sudah melakukan hal yang buruk padanya. Aku telah membuatnya kesal, marah dan menangis. Ya, aku telah membuat bulir-bulir air mata jatuh di pipinya. Walaupun aku tahu cara ini salah, tapi aku senang akhirnya aku bisa dekat dengannya. Ya... walaupun pada akhirnya aku tahu bahwa orang yang disukainya adalah kakakku sendiri, bukan aku.
Kakakku hanya kakakku yang kumiliki saat ini, dia yang mengurusku sejak kematian mereka bertiga,orang-orang yang kusayangi. Hanya kakak yang peduli padaku meskipun dia tidak pernah menunjukkannya dihadapanku. Hanya gertakkan dan cacian pedas serta tampang es yang ditunjukkannya padaku. Tetapi dibalik itu semua kurasa dia sangat peduli padaku, sudah berapa kali dia menyelamatkanku dari kematian karena keputusasaan ini.
Kakak, kalau kau juga menyukainya. Aku akan merelakannya untukmu, bagaimanapun kau lebih pantas dengannya daripada aku. Lagipula Kagome mencintaimu, yang penting bagiku saat ini adalah bisa melihat kalian berdua bahagia. Aku akan senang kalau kalian bisa bahagia meskipun hatiku sakit, sakit seperti saat ini.
Saat aku memandangi bola mata hitamnya tadi, aku seakan tidak ingin melepaskannya dari pandanganku. Gadis yang saat ini duduk disampingku ini begitu kuinginkan, aku ingin terus bersamanya. Sampai-sampai tadi aku tidak sadar kalau aku terus saja menggenggam tangannya erat.
Aku tidak tahu apa yang ada dikepalaku, apa yang ada diotakku. Aku hanya ingin dia ada di dekatku dan tidak ingin ada yang menggaggunya seperti di kereta tadi. Karena aku, aku ingin melindunginya. Ingin melindungi gadis bodoh ini, gadis yang bisa membuat kesadaranku diluar batas, membuatku sedikit lebih gembira dari sebelumnya. Gadis yang membuatku tertawa, ya… hal yang selama ini sudah tidak pernah lagi kulakukan dan saat bersamanya aku jadi bisa tertawa. Karena itulah aku merasa aku bertindak diluar batasku, sedikit demi sedikit dia telah merubahku menjadi lebih manusiawi. Kagome aku sangat mencintaimu…
End Of Inuyasha's POV
"Inuyasha… Kau melamun?"
"Inuyasha!"
"Inuyasha kau dengar tidak sih?"
Ada apa dengan mahluk baka ini kenapa dia diam saja, melamun tidak ya?
"INUYASHA!"
"Eh… Ada apa sih teriak-teriak di dekat kuping orang?" tanyanya setengah berteriak, "Kau ini bodoh, ya. Bisa-bisa kupingku tuli nanti kalau kau berteriak-teriak terus seperti itu," lanjutnya kesal padaku.
"Kau itu yang bodoh! Aku sudah memanggilmu pelan tapi kau malah tidak bergerak sama sekali. Sebenarnya kau sedang melamunkan apa, Inuyasha?"
Aku bertanya sambil memperhatikan raut wajah kesalnya. Sepertinya dia benar-beanr kesal padaku. Hening…
Beberapa saat kemudian Inuyasha menghentikan taksinya. Yupss! Kami sudah sampai di depan pintu masuk mall. Wah mallnya mewah dan megah juga, ya! Ya, walaupun tidak semegah yang ada di Tokyo. Tapi cukuplah untuk kota Sendai ini.
Inuyasha segera keluar dari taksi, setelah sebelumnya membayar ongkos taksi tentunya. Inuyasha kemudian berjalan cepat melewati kerumunan orang yang sedang berada di lobi mall. Aku mengikutinya, tapi karena terlalu padatnya orang -mungkin karena ada diskon besar-besaran di beberapa toko pakaian jadi pengunnjung tampak membludak-, aku kehilangan jejak Inuyasha. Kemana dia tadi? Inuyasha kau dimana?
Tidak tampak jejak Inuyasha di kerumunan orang itu. Jaketnya yang berwarna Hitam-merah pun tidak berhasil kutemukan. Aku terus mencari-carinya, tidak ketemu-ketemu juga. Sudah jauh sekali aku berjalan lurus dan menanyakan pada petugas mall dimana letak bioskop. kupikir Inuyasha akanada disana, tapi setelah kesana pun aku tidak menemukan Inuyasha.
Inuyasha kenapa kau meninggalkan aku disini? Aku tidak kenal tempat ini, baru kali ini aku ke mall ini. Inuyasha kau jahat sekali, cuma seperti itu saja sudah semarah ini. Inuyasha kau dimana? Inuyasha…
"Inuyasha!"
.
.
"Inuyasha!"
.
.
"Inuyasha!"
.
Aku terus berjalan dan memutari mall ini berulang-ulang, tapi tetap saja tidak kutemukan sosoknya. Aku mulai lelah dan aku sangat takut disini. Aku tidak kenal siapa-siapa bagaimana aku pulang nanti! Aku mencoba menghubungi ponselnya, tetapi tidak diangkat. Aku terus mencobanya, tapi hasilnya nihil. Aku pun makin panik. Tetapi aku masih terus berusaha untuk mencarinya!
Akhirnya akupun memutuskan duduk duduk di salah satu bangku pengunjung dan menundukkan wajahku. Aku sangat lelah sudah berapa putaran aku memutari mall ini, tapi Inuyasha tidak kutemukan juga. Rasanya aku ingin menangis, aku… aku ingin pulang tapi bagaimana caranya. Aku tidak tahu jalan pulangnya. Inuyasha, kau dimana? Maaf aku tidak sengaja membuatmu marah. Inuyasha tolong aku, aku harus bagaimana. Inuyasha cepatlah kemari! Inuyasha kau dimana? Inuyasha kau ada dimana? Aku takut Inuyasha.
Inuyasha's POV
"Kagome!"
"Kagome, kau dimana?" Aku berteriak-teriak memanggil namanya. Dia kemana sih? Kenapa bisa menghilang begini? Bodoh! Kenapa tadi aku tidak memegang tangannya! Kenapa aku membiarkannya berjalan sendiri, dia kan tidak tahu tempat ini. Bodoh! Kenapa aku tersulut emosi? Kenapa aku meninggalkannya? Bodoh!
"Kagome!"
Kemana dia, apa dia tersesat? Aku panik dan pikiranku pun mulai khawatir padanya. Kurasakan aku makin tidak tenang. Bagaimana kalau ada yang mengganggunya, bagaimana kalau ada orang gila seperti di kereta tadi. Bagaimana kalau ada yang berbuat buruk padanya. Aku ini kenapa meninggalkanya? Kagome kau dimana?
"Kagome!"
Aku terus berputar-putar mengelilingi mall diantara kerumunan orang yang membludak. Aku naik turn lift, memutar dan mencari di semua tempat termasuk ke bioskop tempat rencana kami akan nonton. Tapi tidak kutemukan dia, kemana kau Kagome. Saat aku mulai kelelahan mencarinya, aku melihat sesosok gadis yang sedang menelungkupkan wajahnya di pahanya. Sepertinya dia sedang sesenggukkan. Setelah kuperhatikan kembali, dia memakai baju yang sama dengan yang dipakai oleh Kagome. Eh! Jangan-jangan itu Kagome! Aku lalu segera berlari kearahnya.
"KAGOME!"
End of Inuyasha's POV
Aku masih menelungkupkan wajahku di pahaku, sesenggukanlah yang akhirnya kualami. Aku benar-benar panik, Inuyasha menghilang dan aku sendirian di tempat yang tidak kukenal ini. Saat aku masih berpikiran tentang hal buruk yang akan terjadi padaku, berpikiran buruk saat aku tidak bersama Inuyasha disini. Bagaimana jadinya aku nanti, bagaimana kalau ada yang akan berbuat jahat padaku. Aku mungkin bisa melawannya, tapi jika mereka bergerombol. Aku mungkin akan kalah telak. Inuyasha kau dimana? Tolong kemarilah, Inuyasha…
"KAGOME!"
Aku mendengar ada yang berteriak memanggil namaku. Aku tersentak dan langsung menoleh kearah suara. Apa yang kulihat? INUYASHA. Dia menemukanku dan aku menemukan dia. Aku segera berdiri dan berlari kearahnya lalu memukul kepalanya.
"AWW… SAKIT, Kagome!" teriaknya setelah aku memukul kepalanya.
"Kemana saja kau? Kenapa meninggalkanku? Inuyasha Baka!"
"Kagome, maaf. Maaf aku tidak sengaja meninggalkanmu. Kupikir kau tadi mengikutiku, tapi setelah aku sampai di depan bioskop aku menoleh dan ternyata kau hilang."
"Bodoh! Bagaimana aku bisa mengikutimu, kau saja sudah lenyap. Aku kehilangan jejakmu," ujarku sambil cemberut padanya.
"Maaf. Setelah aku sadar kau tidak ada dibelakangku aku mencarimu kesana-kemari. Aku takut kau tersesat. Aku takut ada yang menggangumu. Aku tahut kau hilang."
"Aku juga sama, Baka! Aku mencarimu kemana-mana sampai lututku terasa mau copot. Aku bertanya kesana-kemari. Bertanya pada siapapun yang mungkin melihatmu. Aku juga menghubungi ponselmu, tapi tidak ada jawaban. Aku panik! Aku takut, Inuyasha. Aku tidak kenal daerah ini, bagaimana aku bisa pulang kalau kau tidak ada. Aku takut kau meninggalkan aku dan pulang. Aku takut kau meninggalkanku. Kupikir kau marah padaku tadi dan meninggalkanku pulang. Aku takut, Inuyasha!"
Entah kenapa aku begitu jujur padanya, aku memang takut dia meninggalkanku disini. Aku takut dia pergi dan aku sendiri di tampat ini. Inuyasha tidak berbicara lagi, dia langsung menarikku kedalam dekapannya. Memeluk erat tubuhku dan mengelus lembut rambutku.
"Maaf, aku tidak sengaja meninggalkanmu. Aku juga panik, aku takut kau tersesat. Aku takut ada orang gila lagi yang akan melukaimu. Aku takut kau tersesat dan tidak bisa pulang. Aku takut kehilanganmu, Kagome. Tolong peringatkan aku untuk tidak melepaskan tanganmu lagi. Aku tidak ingin kau hilang, aku tidak ingin itu terjadi padamu. Gengam erat tanganku! Jangan pernah lepaskan tanganku. Dan aku janji tidak akan melepaskan tanganmu seperti tadi. Aku janji, aku kan selalu memegang tanganmu dan akan selalu melindungimu dari siapapun yang akan melukaimu. Dari siapapun yang akan membuatmu menangis. Aku tidak akan memaafkan diriku kalau aku membuatmu menangis seperti ini. Tolong jangan menangis lagi. Aku tidak akan membiarkan kau sendiri, aku kan selalu bersamamu, aku akan menjagamu. Aku akan melindungimu!"
Inuyasha membisikan kata-kata yang membuat jantungku berdegup kencang, tubuhku terasa hangat saat dia mengatakan hal ini. Air mataku jatuh lagi, entah aku tidak tahu mengapa sampai aku menangis mendengar bisikan hangatnya di telingaku. Rasa hangat ini, aku ingin membalasnya. Aku ingin membalas pelukkannya, tapi aku ragu. Tapi kenapa aku ragu? Kenapa aku harus ragu padanya?
Lama Inuyasha memelukku lebih kurang 15 menit dia memelukku erat. Lalu setelah itu dia melepaskan pelukannya dan memegang pundakku kemudian menatapku lembut. Tangan kanannya menyentuh pipiku dan menghapus air mata yang ada di pipiku. Dia tersenyum padaku, bukan senyum getir atau nanar. Tapi senyum yang lembut dan hangat.
"Jangan menangis lagi, Kagome. Aku tidak akan meninggalkanmu. Aku akan selalu ada untukkmu, sampai kapanpun."
"I-Inuyasha…"
Aku tidak sanggup menatap matanya. Aku merasa nyaman dan hangat mendengar kata-katanya. Sentuhan tangannya pun begitu hangat di pipiku. Sentuhan yang sanggup membuatku merasa hangat. Perasaan hangat yang menjalar ke seluruh tubuhku, sampai ke sudut hatiku. Inuyasha, aku tidak akan menangis lagi. Tidak akan menangis, panik dan takut lagi. Karena aku tahu, kau akan melindungiku, kau selalu akan ada untukku.
Inuyasha kembali memelukku, perasaan hangat itupun kembali menjalar memasuki relung-relung hatiku. Mengusik rasa hangat dari seseorang yang kurindukan selama setahun ini. Inuyasha kenapa kau begitu baik padaku, padahal aku telah menolakkmu. Aku telah menyakitimu dan melukaimu. Inuyasha maafkan aku…
"Inuyasha!"
Saat Inuyasha masih memelukku, tiba-tiba kami mendengar sesorang memanggil nama Inuyasha. Dan suara orang itu, suara yang sudah tidak asing lagi bagiku.
-TO BE CONTINUED-
FuIH! *ngelap keringat*
Akhirnya, selesai juga chapter 5 ini. Chapter angka favoritku angka '5'. Kurasa chpter kali ini lebay plus panjang, mungkin. Cz 3rb words, lebih penjang dari chpter2 sebelumnya. Ya, kubuat panjang karena aku berencana untuk hiatus selama 2 bulan lebih dari aktifitas menulis fict. Sebenarnya ini terpaksa kulakukan cz kesibukan tugas yg menuntutku ke Ujung Kulon selama 2 bulan, dan kesempatan untuk mengupdate fict minim banget. Tapi kalau ada kesempatan akan kuusahakan untuk mengupdate 4 Seasons ini. Hontou ni Gomenasai, minna.
-0—-
"Sesi balas Review bersama All stars 4 Seasons"
Inuyasha : "Woi Rizt! Cepat bales Review chapter sebelumnya. Curhat aja loh! Cepat balas!"
Rizt : "Oke cuy!"
Kagome : "Khusus untuk Review pertama akan dibacain pertanyaanya dan lansung dijawab sama author Riztnya sendiri. Review pertama dari Yuri Chan 47 nih, Rizt! Dia ngeripiuw cepet banget loh, abis bangun tidur. Hhehe.. Dia bilang cptr 4 gt toh? Yuri-chan ngira kalo aku nerima di Doggy baka itu? Dan, kapan Autum sm Winternya?"
Rizt : "Oh dy review gt ya, Kagome! Hmm… Makasih dh jd orang pertama yg cepat negripiuw fict gaje kita ini. Ya, chpter 4 mang gt, masalah Kagome nolak Inuyasha tanya ndiri ama orangnya. Dan kapan winter n Autum itu, ntr pasti saatnya akan tiba."
Kagome : " Rizt kenapa aku yg harus ngejawabnya, aku kan udah ngasih tau di fict itu. Kenapa harus diulang lagi sih?"
Inuyasha : "Karena kau gadis bodoh Kagome!"
Kagome : "Inuyasha, ITSUWARY!"
Inuyasha : BRUKK *jatuh ke tanah!*
Rizt : "LANJUT!"
Inuyasha : "Galak amat nih author! Oke-oke berikut review dari Hwarang Ichikurasaki. Ehmm... Hwarang, maaf ya aq gak bisa sama kamu, walaupun aq ditolak sama yayangku Kagome, aku tidak bisa menerimamu. Hatiku Cuma buat Kikyou, eh salah maksudnya Kagome. Makasih dah terpesona dengan ketampananku ini. Thanks berat ya. O ya, Kagome suka sm si Pangeran ES. Doggy Kutub itu."
Sessoumaru : " INUYASHA!" *Menatap Horor adik kesayangannya itu*
Kagome : "INUYASHA, ITSUWARY!"
Inuyasha : BRUKKK "Kagome berhenti ngucapin itu, sakit tau! Maaf bukan Kikyou 'kok tapi kamu, yang!"
Kagome: "Bodoh! Ya sudahlah aku lanjut ke jawaban dari Aurorafyfy. Salam Kenal jg Aurora. Yosh 'dia' itu, kakak iparku Sesshoumaru."
Sesshoumaru : "Kujawab yang ke 4 dari Yusha'chan Higurashi. Hmm… Yusha-chan, 'dia' itu aku. Mana mungkin si serigala itu. Gak level dia sama adik iparku. Adekku mang patut dikasihani dan patut dibantai. Tapi gt2 aku sayang kok sm dia. Jangan dibeliin cewek baru, mw ditaroh dimana Kagome nanti. Dan, mana mungkin Inu baka itu pake Tesaiga, bisa-bisa gerbon KA itu ancur, nah pemerintah Kota Sendai bisa ngamuk. Kan aku juga yang harus ngurusnya, nyusahin aja."
Kouga : *cemberut krn dikatain serigala & gak level*
Kikyou : "Walaupun aku blm muncul, aku special akan menjawab pertanyaan dari aya-na rifa'i. Aya sayang, 'Dia' itu Si Sesshoumaru, bukan abang Naruku-ku. Abang Naraku lg sama aku sekarang. Kamu suka kami kan? Ntar pasti ada kami berdua, ditunggui aja ya. Makasih dah suka sama kami."
Shota : "Aku jawab yang ke 7 yah, Rizt-nee. Review dr YouicHi HiKaRi. Dia itu abang Sesshoumaru, calon kakak ipar Kagome-neechan. Ditunggu lg ya!"
Kakek Kagome : "ke 8 ya, dari Zheone Quin. Hamm…. Ditolak ama cucu kami emang pantes kok. Genit sih!"
Ibu Kagome : "Dari Occhanya? Maksih dah bilang fict ini bagus, nak! "dia" itu si Sesshoumaru, tetangga kami. Eh salah maksudnya entar jadi anakku juga."
Kouga : "Ikut nimburng jawab ya author. Dari aRaRaNcHa. Untuk Cha yg manis, author kita ini Aneh. Anehnya itu, suka buat orang penasaran. Ya kurang lebih udah jadi penyakit sarafnya. 'Dia' itu bukan aku, tapi Sesshoumaru, si Pangeran ES, Doggy Kutub."
Sesshoumaru : "Kouga, kemari kau!" *Kouga, kabur-lari cepat- 'kan ada Shikon no tama di kakiknya.*
Rin : "Walau belum mucul jawab juga ah! Dari Momo Saitou. Ya, dia ditolak sama Kogome-chan. Ya pantes aja ditolak br kenal udah nembak. Abis itu sembarangan lagi, asal cium orang ya jelaslah kaget. 'Dia' itu, Sesshoumaru-kun." *Blushing*
Sango : "Aku muncul gak ya, tp aku ngikutin terus loh. Aku jawab ya reviewnya Icha Beside Door. Ya, makasih juga dah berteman sama author di jejaring itu. 'Dia' itu Sesshoumaru-kun, kakaknya Inuyasha. Penjelasannya ada di chpter ini 'kan!"
Miroku : "Author aku gak kebagian jawab Review, ya?"
Rizt : "Next chpter ya Pendeta Genit!" *Miroku, cengo.*
Shippo : "Author, aku kapan mucnulnya. Di fict dulu, aku gak ada sama sekali. Di fict ini gmn? Gak ada juga. Doggy Merah itu terus yg banyak muncul, aku kapan?"
Inuyasha : "Gak akan muncul! Wekkk!" *Inuyasha dan Shippo kejar-kejaran*
Rizt : "Maaf Shippo, tenang ntar dimasukin kok cz fict ini mungkin akan panjang. Judulnya aja 4 Seasons, berarti 1 tahun kan. Tenang! Yang blm muncul ntr dimunculin kok, tp ditungguin ya. Oh ya, makasih banyak buat stars yg udah ngebales reviews readers. Dan buat yg udah review makasih banyak ya. Review lg ya?"