Ulquiorra terbangun dari tidurnya di ruang pengobatan Las Noches. Dia merasakan ngilu yang luar biasa di sekujur tubuhnya meskipun luka-lukanya sudah diobati dan dibalut rapi oleh perban.
Tak berapa lama kemudian, dirinya kembali teringat akan Orihime.
Apakah mereka sudah membawa gadis itu pergi?
Dirinya tersentak ketika dirinya masih merasakan reiatsu Orihime, hal itu membuktikan bahwa gadis itu masih berada di Las Noches. Tanpa berpikir panjang, dengan bertelanjang dada berbalut perban, dia segera bangkit dari tempat tidur menuju ke ruangan Orihime.
"tu…tuan…sebaiknya anda jangan bergerak dulu luka-luka anda belum sembuh benar!!" ucap petugas kesehatan memperingatkan Ulquiorra. Kata-kata sang pelayan tidak diperdulikannya, yang ada di pikirannya saat itu hanya bertemu Orihime sesegera mungkin dan memastikan gadis itu baik-baik saja.
Sudah dua hari sejak perkelahian Ichigo dan Ulquiorra berlangsung. Orihime hanya terdiam duduk di sofa kamarnya sambil bertanya-tanya apa yang terjadi pada keduanya, rasa khawatir seakan-akan membunuhnya. Orihime mencoba bertanya pada Harribel atau pelayan namun hasilnya nihil, mereka semua bungkam dan tidak perduli.
"apakah mereka berdua tewas dalam pertarungan itu? atau mereka sedang bertarung di tempat yang sangat jauh sehingga reiatsu mereka tidak terasa? tidak…tidak mereka pasti baik-baik saja…" berbagai macam pertanyaan dan kemungkinan muncul dalam pikiran Orihime kemudian dia tersadar ketika tiba-tiba terdengar suara pintu dibuka.
Orihime benar-benar kaget dan bibirnya tertutup rapat tidak mampu berkata sepatah katapun melihat sosok pria yang bertelanjang dada berbalut perban yang berdiri tepat di pintu masuk kamarnya. Ya, laki-laki itu adalah Ulquiorra, sosok pria yang menjadi objek kehkawatirannya dan beban pikirannya selama ini. Laki-laki itu hanya terdiam menatap Orihime dengan mata hijau terangnya yang menawan.
Orihime merasakan pipinya hangat oleh tetesan airmata. Dia tidak dapat menggambarkan betapa senangnya perasaannya saat itu melihat sang espada masih hidup. Tanpa berpikir panjang dan memikirkan apa yang dilakukannya, Orihime langsung berlari ke arah Ulquiorra dan memeluknya dengan erat.
"Ulquiorra…syukurlah kau selamat, aku benar-benar menghkawatirkanmu…" ucap Orihime di sela-sela pelukannya.
Ulquiorra sangat terkejut dan terbelalak karena dirinya sama sekali tidak menyangka Orihime akan memeluknya. Tubuhnya terasa hangat dan nyaman oleh pelukan itu.
Dag…dug…dag…dug…dag…dug…
Apa ini?? Aku merasakan sesuatu dalam dadaku berdegup kencang, a…apakah ini yang disebut dengan hati?
Keduanya masih saling berpelukan ketika kemudian jari Ulquiorra mengangkat dagu Orihime dengan lembut sehingga wajah mereka saling berhadapan. Jarak mereka sangat dekat hingga Orihime dapat merasakan wangi nafas pria itu.
"matanya terlihat lebih indah dari jarak dekat…alisnya sangat tebal, dan hidungnya mancung sempurna. Aroma tubuhnya benar-benar maskulin…" ucap Orihime dalam hati.
Ulquiorra bertindak hanya berdasarkan nalurinya matanya tak henti menatap wajah cantik dihadapannya dan kemudian tatapannya terhenti ke bibir Orihime yang berwarna pink penuh dan menggiurkan. Wajah Orihime bersemu merah ketika sang espada semakin mendekatkan wajahnya dan kemudian mendekatkan bibirnya hingga kedua bibir mereka bertemu.
Menempelkan bibirnya saja rasanya belum cukup, Ulquiorra memberanikan diri menjelajahi dan mengecap manisnya bibir itu dengan lidahnya. Lidahnya berputar mengelilingi bibir Orihime menanti dengan penuh harap agar gadis itu membuka bibirnya dan mengijinkan dirinya untuk menjelajah lebih jauh lagi.
Orihime benar-benar tersentak dan tidak menyangka bahwa Ulquiorra akan menciumnya. Jantungnya berdegup kencang, kakinya serasa tak sanggup lagi menopang tubuhnya, untungnya Ulquiorra memeluk pinggangnya dengan erat mencegah dirinya terjatuh. Akal sehatnya menyuruhnya untuk menolak, mendorong, atau menampar sang espada tapi perasaannya yang lain lebih menguasai dirinya yang sangat menginginkan ciuman itu.
Tanpa berpikir panjang akhirnya Orihime membalas ciuman itu. Bibir Ulquiorra terasa sejuk dan dingin tetapi sangat lembut namun dia merasakan bibir itu semakin hangat seiring dengan semakin panasnya ciuman mereka. Lidah mereka saling bertautan saling menghisap dan menjelajahi tiap sudut merasakan manisnya ciuman mereka.
Keduanya sangat menikmati ciuman itu tanpa satupun diantaranya berinisiatif untuk mengakhiri ciuman tersebut. Kemudian akal sehat Orihime kembali menguasai dirinya hingga dirinya menarik diri dan menghentikan ciuman mereka.
a…apa yang kulakukan? tidak seharusnya aku mencium seorang musuh dimana teman-temanku tidak jelas nasibnya seperti sekarang…
dirinya kembali teringat akan Ichigo, melihat keadaan Ulquiorra yang baik-baik saja, tentunya keadaan Ichigo justru sebaliknya. Pikiran yang buruk mulai merasuki otaknya dan merusak suasana diantara mereka.
"Ulquiorra, bagaimana dengan Kurosaki-kun? kenapa aku tidak merasakan reiatsunya? a…apakah kau membunuhnya? Kau benar-benar kejam Ulquiorra!!!" ucap Orihime
Ulquiorra tidak menyangka bahwa kata-kata Orihime membuat dadanya terasa sesak dan sakit. Di saat dirinya merasa bahwa dengan membalas ciumannya, Orihime sungguh-sungguh menyukainya. Namun dengan tiba-tiba Orihime mengucap nama seseorang yang amat dibenci sekaligus rival utamanya yaitu Ichigo. Hal itu tentu saja membuatnya marah dan kecewa.
Tanpa disadari olehnya, dia menarik pergelangan tangan Orihime.
"kenapa??? kenapaaaa??? kenapa kau terus saja memanggil namanya?? apakah kau sama sekali tidak memikirkan perasaanku? Tidak sadarkah kau kalau kata-katamu menyakitiku?" ucap Ulquiorra sambil menatap tajam ke arah Orihime.
"bocah itu baik-baik saja, Kuchiki Byakuya, Kurotsuchi Mayuri dan Zaraki Kenpachi membawa semua teman-temanmu kembali ke dunia manusia, termasuk Kurosaki Ichigo. Mereka pergi dengan garganta yang diciptakan oleh Mayuri sebelum pasukan Aizen-sama datang!!" tambah Ulquiorra menjelaskan panjang lebar agar gadis itu tidak khawatir lagi.
"apa kau puas sekarang??" tanya Ulquiorra sambil terus menatap Orihime.
"jawab aku wanita!! kenapa kau diam saja??? tatap aku!!"
Karena merasa bersalah Orihime tidak merani menatap wajah sang espada, dirinya hanya terdiam membisu tanpa mampu mengucap sepatah katapun.
"baiklah, aku tidak akan mengganggumu lagi…" ucap Ulquiorra sambil berlalu pergi.
"u..Ulquiorra…tunggu!!" Orihime berusaha mencegat sang espada dan meminta maaf tapi hal itu sia-sia saja karena sang espada sudah berlalu pergi.
Tinggallah Orihime sendirian dikamarnya dan menyesali kata-kata kasarnya kepada Ulquiorra. Jari jemarinya menyentuh bibirnya yang masih terasa seperti Ulquiorra. Wajahnya merah merona, begitu mengingat kembali ciuman panas mereka.
"aku sungguh tidak menyangka bahwa ciuman pertamaku terasa sangat menyenangkan dan berkesan…" ucapnya dalam hati.
Ciuman pertamaku, dan aku memberikannya kepada seorang musuh…
Entah mengapa dirinya merasa tidak menyesal memberikan ciuman pertamanya kepada Ulquiorra dimana seharusnya ciuman pertamanya itu ia berikan kepada Ichigo. Hatinya tidak menyangkal bahwa dirinya menyukai Ulquiorra dan tidak seharusnya dia berkata-kata kasar padanya dan seharusnya dirinya lebih menjaga perasaan Ulquiorra dengan tidak menyebut nama Ichigo apalagi disaat yang tidak tepat seperti kejadian tadi.
Akan tetapi jauh di lubuk hatinya dia masih mencintai dan mengharapkan Ichigo menyukai dan membalas perasaannya. Dirinya benar-benar bingung dan tidak bisa memilih antara Ulquiorra dan Ichigo.
Sementara itu di ruangannya, Aizen dan Gin terlibat percakapan yang serius.
"hmm…semakin buruk kapten Aizen!! bahkan dia berani membantah perintahmu…hal yang kita anggap sangat mustahil bagi seorang Ulquiorra!!" ucap Gin.
"kau lupa akan rencana B? kita akan membebaskan Orihime dan membuatnya terpisah dari Ulquiorra. Sehingga keduanya tidak akan bertemu lagi, otomatis hubungan keduanya tidak akan berkembang bukan? dan Ulquiorra tetap setia kepadaku!!" jawab Aizen dengan sangat percaya diri.
"sebaiknya kita mengadakan rapat sekarang juga dan merencanakan penyerangan besok ke kota Karakura!!"
"baik kapten Aizen!!" ucap Gin puas.
Ulquiorra mencoba memejamkan matanya, tapi hal itu sia-sia saja dirinya tidak dapat memejamkan matanya wajah Orihime terbayang-bayang dalam pikirannya. Ia masih bertanya-tanya dalam hati apa yang dilakukannya dengan Orihime benar-benar diluar kontrol dan dia tidak seharusnya mencium gadis itu.
"ternyata itulah yang disebut manusia dengan "ciuman"…tak kusangka terasa sangat menyenangkan dan aku merasakan sesuatu yang baru…sesuatu yang hidup dalam diriku, sesuatu yang tidak pernah aku rasakan sebelumnya…"
Apakah ini pertanda aku sudah menyatu dengan manusia?? dan perasaanku terhadap gadis itu…apakah ini yang disebut cinta?? jika benar, maka aku sangat mencintai wanita itu…dia sangat berarti bagiku…
Tiba-tiba lamunannya terhenti ketika dirinya mendengar ketukan pintu.
"masuk!!" ujarnya. Seorang pelayan memasuki kamarnya dan membungkukkan badannya.
" maaf tuan…Aizen-sama menyuruh semua para espada berkumpul untuk rapat sekarang juga!!" ucap sang pelayan.
"baiklah, aku akan segera berangkat, kau boleh pergi sekarang!!" jawab Ulquiorra.
"rapat tentang apa? kenapa terkesan sangat mendadak? ucap Ulquiorra dalam hati.
Tanpa membuang-buang waktu lagi, Ulquiorra segera mengganti pakaian dan beranjak pergi meninggalkan kamarnya.