Ichizuki…

Ini adalah chap terakhir. Maaf apabila ada salah penulisan serta apabila tulisan Ichi menyinggung pihak lain.

Soal Naruto yang akan menyerahkan anaknya sebenarnya hanya pengecoh sebelum menuju cerita angst sesungguhya. Tapi cerita angst ku batalkan mengetahui ini fict terakhir. Jadi tidak ada kata angst disini.

Sebelumnya terimakasih kepada pihk yang telah membaca dan mereview fict ini. Dan maaf apabila update-nya telat lagi.

Lagi-lagi ada kendala. Aku harus studytour ke jogja. Kemarin aku harus piknik lagi. sungguh liburan yang melelahkan. Tapi aku lebih suka di rumah dari pada harus liburan keluar rumah.

Langsung saja. Silahkan membaca fict ini. Apabila ada sesuatu yang kurang silahkan sarankan padaku.

Happy Reading…

Disclaimer : Naruto Masashi Kishimoto

WAY OUT

By Ichizuki_Takumi

Pairing : SasuNaru, SasuSaku, NaruSaku

Rated : T

Genre : Angst/Humor

Warning : AU, OOC, MPREG, Straight, BL, Alur cepat, Bahasa sulit di mengerti

DON'T LIKE! DON'T READ !

Chapter 10

Tiga bulan kemudian…

Sudah sembilan bulan Naruto dan Sakura mengandung, lebih tepatnya sembilan bulan lebih sembilan hari. Kurang satu hari lagi saatnya mereka untuk melahirkan anak pertamanya. Tapi…

"Sasuke, aku sudah tidak tahan lagi," seru sesosok wanita –pria- hamil yang terduduk di sebuah taxi.

"Sabar Naruto, sebentar lagi kita sampai," seru Sasuke panik.

"Cepat Sas, aku juga sudah tidak tahan," seru Sakura yang berada di sebelah kiri Sasuke.

Saat ini Sasuke sedang duduk diantara suami istrinya. Dia mempunyai kewajiban untuk menjaga suaminya, dan sebagai suami yang baik dia juga harus menjaga istri dari suaminya. Kali ini tidak ada kata untuk mementingkan seseorang saja. Karena apabila Sasuke hanya mementingkan Naruto, pasti Naruto akan marah apabila Sakura terlupakan.

"Iya," ujar Sasuke. "Cepat pak nyetirnya, mereka sudah tidak kuat lagi," seru Sasuke pada supir taxi yang bernama Chouji.

Chouji tersenyum tipis di tengah kepanikannya. "Iya pak, saya ini juga sudah ngebut," ujar Chouji. "Kedua istri mau melahirkan ya?" tanya Chouji pada Sasuke. "Pasti repot ya, saat pembuatannya," goda Chouji tanpa mengalihkan pandangannya dari jalanan.

"Jangan banyak bicara, cepat tambah kecepatannya," seru Sasuke.

Tak lama kemudian, akhirnya mereka sampai di RS Konoha, tempat Sakura bekerja.

"Cepat angkat mereka," seru Ino yang sudah berjaga di depan RS dan menyuruh perawat lain untuk mengangkat Naruto dan Sakura di ranjang dorong.

"Bla…bla…bla…"

Sementara mereka sibuk mengangkat Naruto dan Sakura, Sasuke menyempatkan untuk membayar taxi itu. "Asal kau tau, orang yang aku hamili hanya satu yang berambut pirang," ujar Sasuke pada Chouji.

Mendengar perkataan Sasuke barusan membuat Chouji bingung. 'Terus satunya lagi siapa yang menghamili?' batin Chouji yang sudah di tinggalkan Sasuke dan gerombolan perawat masuk ke dalam RS.

Para merawat segera mendorong Naruto dan Sakura menuju lift untuk sampai di lantai atas. Sasuke yang panik hanya dapat melihat raut wajah mereka berdua yang menahan sakit. Ingin sekali Sasuke menggenggam tangan Naruto, tapi sayang Naruto sudah berpesan pada Sasuke untuk memperlakukan mereka dengan sama saat ini.

Mereka pun sampai di lift dan segera menaikinya saat pintu lift terbuka. Lift ini memiliki ruangan yang cukup besar. Memang sengaja di rancang agar muat di pakai untuk dua ranjang sekaligus dan beberapa orang di dalamnya.

"Sasuke," ujar Sakura lirih. Semua pandangan orang yang berada disana langsung tertuju pada Sakura, termasuk Naruto.

"Ada apa Sakura," ujar Sasuke.

"Aku punya satu permintaan," ujar Sakura.

"Ya, katakana saja," balas Sasuke. Kemudian mendekatkan telinganya pada bibir Sakura.

"Sebelum aku melahirkan, aku ingin melihat kalian berdua…berciuman," ujar Sakura dengan puppy eyes-nya.

Semua orang yang berada disana terpaku oleh perkataan Sakura.

'Ini orang, mau melahirkan malah penyakit fujoshinya kambuh,' batin Ino yang berdiri di samping Sakura. 'Tapi tidak apalah, ada tontonan gratis,' batin Ino dengan seringai yang terlukis di wajahnya.

Sasuke memandang Naruto sejenak. Setelah mendapat anggukan dari Naruto akhirnya Sasuke menyetujuinya. "Baiklah," ujar Sasuke sambil menganggukkan kepala. 'Lumayan, sudah beberapa bulan ini aku tidak ngapa-ngapain Naruto,' batin Sasuke lengkap dengan seringaiannya.

Sasuke mendekati Naruto dan segera memberikan kecupan hangat di bibir Naruto. Semua orang yang melihatnya memerah karena adegan tersebut. Tapi sayang adegan tersebut hanya berdurasi beberapa detik saja. Hal itu karena Sasuke merasa takut apabila terlalu lama dia mencium Naruto, nantinya akan menyebabkan Naruto sesak napas, mengetahui Naruto akan melahirkan.

"Terimakasih, Sasuke," ujar Sakura setelah Sasuke menyelesaikan ciuamannya. 'Andai saja aku bawa ponsel,' inner Sakura dengan tangan yang mengepal menandakan penyesalan.

Thiiing

Suara lift yang terbuka. Segera mereka membawa Naruto dan Sakura ke ruang bersalin.

"Bawa Naruto ke ruang operasi," ujar Ino pada salah satu perawat lelaki. Sebelumnya Ino sudah meminta izin pada Sasuke kalau Naruto harus di operasi.

"Kenapa harus ke ruang operasi?" tanya perawat itu.

"Dia itu laki-laki dan tidak mempunyai rahim, jadi kita harus mengeluarkan bayinya dengan operasi sesar," jelas Ino.

Tanpa berkata banyak perawat itu segera membawa Naruto ke ruang operasi, meski mereka sempat terkejut bahwa Naruto itu laki-laki.

"Sasuke, kau tunggu disini saja," ujar Ino pada Sasuke untuk tetap menunggu di luar.

"Hn," ujar Sauske datar, tapi di dalam hatinya, dia sangat panik sampai tidak bisa duduk dengan tenang.

Saat ini suami dan istri yang sekaligus istri dari suaminya sedang bertarung antara hidup dan mati di dalam sana, jadi mana mungkin Sasuke bisa tenang begitu saja mengetahui hal itu. Sasuke menggigit bibir bawahnya tanda bahwa dia sangat khawatir.

Di sela kekhawatirannya, dia teringat bahwa dia harus mengabari keluarganya yang lain. Kemudian dia mengambil ponsel dalam sakunya. Tak sampai satu jam datanglah Itachi dan Deidara yang berjalan dengan tergesa.

"Sasuke!" seru Deidara. Deidara mempercepat langkahnya untuk menemui Sasuke.

Sasuke menolehkan kepalanya, memandang Itachi dan Deidara yang mendekat ke arahnya. Dia menegakkan badannya untuk menyambut kedatangan mereka.

"Bagaimana?" tanya Deidara lagi.

"Mereka masih di dalam," jawab Sasuke sekenanya.

"Sabarlah," ujar Itachi sambil mengelus bahu adiknya. Sungguh perbuatan yang jarang ia lakukan semenjak dirinya mempunyai pacar.

"Hn," ujar Sasuke kemudian menundukkan kepalanya.

"Sebenarnya aku mempunyai berita gembira, kalau kau mau mendengarnya," ujar Itachi sambil duduk di samping Sasuke, yang diikuti oleh Deidara yang duduk di sisi lain dekat Sasuke.

"Hn?" tanya Sasuke sembari memandang wajah kakaknya.

"Kami juga akan mempunyai bayi," jelas Itachi.

Mendengar hal itu mata Sasuke melebar, pandangannya terarah pada Itachi yang tersenyum. Dia sangat senang mendengar berita itu. Karena akhirnya Deidara bisa mempunyai anak juga, setelah sekian lama mereka membina hubungan rumah tangga.

"Aku ikut senang," ujar Sasuke dengan senyum tulusnya.

"Dan yang paling penting, kalian tidak perlu menyerahkan anak kalian pada kami," lanjut Deidara sambil mengusap bahu Sasuke.

Senyum Sasuke merekah. Dia baru menyadari kalau dia tidak harus menyerahkan putranya pada orang lain. "Terimakasih," ujar Sasuke.

.

.

.

Sasuke memandang wajah suaminya yang masih terpejam. Tangannya dengan setia mengusap rambut pirang nan lembut. Sesekali dikecupnya puncak kepala suaminya. Tangan kanannya dengan erat menggenggam tangan kanan suaminya.

'Naruto, bangunlah,' batin Sasuke. Dia tak mengindahkan pandangannya dari sang pemuda pirang yang tertidur di depannya.

Operasi sudah selesai dengan sukses beberapa jam yang lalu. Sudah cukup lama, tapi pemuda pirang itu belum juga membuka matanya.

Sasuke merasakan gerakan pada tangan Naruto. Dia memandang apa yang ada di genggamannya dan segera beralih pada kelopak mata yang masih terpejam.

"Naruto," ujarnya lirih.

Naruto mulai membuka matanya secara perlahan. Ruangan yang remang, ditemani oleh cahaya dari lampu tidur, tidak membuat Sasuke kehilangan pandangannya untuk melihat mata biru yang kini mulai terbuka.

"Naruto, kau sudah sadar?" tanya Sasuke lagi.

"Sasuke," ujar Naruto lirih. Suranya serak karena tidak minum seharian.

"Biar kupanggilkan dokter," ujar Sasuke mau beranjak pergi. Tapi hal itu segera di cegah Naruto dengan menarik tangan Sasuke. Sasuke menolehkan kepalanya untuk mendapati Naruto yang memandang sayu.

"Tidak usah, kau disini saja. Aku ingin bersamamu," ujar Naruto. Sasuke tersenyum lembut dan kembali duduk di kursi yang ada disamping tempat tidur Naruto.

"Baiklah kalau itu maumu," ujar Sasuke sembari mencium bibir Naruto singkat.

"Sakura…mana?" tanya Naruto.

Sasuke tersenyum dan menggeser sedikit posisi tubuhnya. "Dia sedang tertidur," ujar Sasuke sambil menunjuk Sakura yang terlelap di ranjang yang berada di sebelah Naruto, dengan sebuah meja yang berada diantaranya. "Tenanglah, dia baik-baik saja," jelas Sasuke.

Naruto tersenyum memandang Sakura. "Apa tadi dia sudah sadar?" tanya Naruto.

"Ya. Bahkan dia tadi sudah makan dan minum," terang Sasuke. "Apa kau juga mau kuambilkan?"

Naruto menggelengkan kepalanya. "Tidak usah. Tapi aku sedikit haus sih."

"Kau ini," Sasuke tersenyum lembut melihat cengiran yang bertengger di wajah orang yang dicintainya. Kemudian dia mengambil air putih yang berada di meja. Sasuke berdiri dan membetulkan bantal Naruto agar Naruto dapat duduk. "Minumlah," ujar Sasuke sembari menyodorkan gelas yang berisi air putih tadi.

Naruto meminum air putih itu sampai sampai habis, kemudian menyodorkannya kembali pada Sasuke. "Terimakasih," ujarnya sambil mengelap pinggiran bibirnya. Sasuke menaruh gelas kosong itu, kemudian kembali duduk dan memandang Naruto.

Naruto mengarahkan pandangannya pada benda yang menghiasi ruangan itu. Sampai dia melihat sebuah tempat tidur mungil yang sejajar di ujung tempat tidurnya.

"Itu…" Naruto menunjuk benda itu. Sasuke menolehkan kepalanya untuk melihat apa yang ditunjuk Naruto. "Bayi kita?" tanya Naruto sambil memegang perutnya yang sudah kembali normal, namun sedikit sakit. Sasuke tersenyum tipis, kemudian beranjak mendekati ranjang bayi itu.

"Ya, ini bayi kita," ujar Sasuke sambil menggendong bayi yang ada didalamnya. kemudian membawa bayi itu ke dekapan Naruto. "Dia mirip akukan?" ujar Sasuke setelah menyerahkannya di gendongan Naruto.

"Ya, dia setampan ayahnya," ujar Naruto sambil membelai pipi bayinya. Mereka memandang bayi itu dengan senyuman lembut. Rambut tipis berwarna hitam dan kulit putih nan lembut, dapat menunjukkan bahwa bayi itu memang keturunan Uchiha. Tapi entahlah dengan matanya. Apakah nantinya berwarna hitam atau biru.

"Bagaimana kau tau kalau anak kita laki-laki?"

"Em? Entahlah, karena dia mirip denganmu, jadi tanpa sadar aku mengatakannya," ujar Naruto.

"Termakasih," Naruto mendongak untuk memandang Sasuke. "Terimakasih sudah memberikan keluarga yang utuh padaku," ujar Sasuke sambil memandang mata biru Naruto. Sasuke duduk di pinggir ranjang dengan tangan kiri yang melingkar di pundak Naruto dan tangan kanannya membelai pipi bayi mereka.

Naruto kembali mengalihkan pandangannya pada bayi mereka. "Tapi sayang ya, kita harus melepaskan bayi kita," ujar Naruto sendu.

Sasuke tersenyum melihat kekhawatiran Naruto. "Kau tidak perlu menyerahkannya pada orang lain."

Naruto terkejut dan langsung memandang Sasuke. "Tapi aku sudah janji."

"Tidak apa-apa. Karena neesan sudah mengandung anaknya sendiri."

Air mata Naruto meleleh, menciptakan aliran sungai kecil diwajahnya. "Aku ikut senang mendangar berita itu."

"Hn," ujar Sasuke sembari menghapus air mata Naruto.

"Sasuke, anakku dan Sakura mana?" tanya Naruto sambil menggenggam tangan Sasuke yang masih berada di wajahnya.

"Sebentar," Sasuke beranjak menuju ranjang yang sejajar dengan ranjang Sakura. Dia mencondongkan badannya sedikit lalu meggendong bayi yang ada didalamnya. kemudian membawanya mendekati Naruto dan menaruhnya disisi lain lengan Naruto. "Dia laki-laki, sangat mirip denganmu," ujar Sasuke dan mendapat anggukan dari Naruto.

"Terimakasih Sasuke," ujar Naruto tanpa mengalihkan perhatiannya pada bayi yang kini ada di dekapannya.

"Hn," ujar Sasuke kemudian mengecup puncak kepala Naruto. "Akan kau beri nama siapa?" tanya Sasuke kemudian.

"Uzumaki Natsumi," jawab Naruto.

"Nama yang bagus," puji Sasuke.

"Hehe, terimakasih," Naruto nyengir mendapat pujian seperti itu. "Lalu anak kita akan kau bari nama siapa?" tanya Naruto pada Sasuke.

"Kenapa tidak kau sekalian yang memberi nama?" tanya Sasuke heran.

"Aku ingin ayahnya yang memberikan nama pada anak kita," ujar Naruto sambil tersenyum memandang Sasuke.

"Hn, tapi jangan menyesal ya," ujar Sasuke dan mendapat anggukan dari Naruto. "Izumi. Aku akan memberinya nama Uchiha Izumi. Bagaimana menurutmu?"

"Tidak terlalu buruk. Nama yang keren. Pasti orangnya akan sekeren namanya. Tidak, dia pasti akan lebih keren dari bayanganku," ujar Naruto dan mendapat kikikan geli dari Sasuke. "Kenapa kau tertawa?" tanya Naruto yang sedikit bingug dengan tingkah suaminya.

"Aku hanya tidak mengira fantasimu akan sejauh itu."

"Kau tidak senang kalau anak kita keren nantinya?" tanya Naruto menyelidik. "Atau kau cemburu kalau anak kita akan jauh lebih keren dari pada kau?" goda Naruto.

"Bukan begitu, Dobe," mulailah ejekan terlontar dari bibir Uchiha bungsu itu.

"Apa?" geram Naruto.

'Bodoh, kenapa di saat romantis seperti ini aku harus mengucapkan kata seperti itu?' batin Sasuke.

"Tidak ada siaran ulang," balas Sasuke. 'Baka…kenapa aku tidak bisa menjaga perkataanku,' sesalnya.

Naruto memandang tajam pada pria yang ada di depannya. "Grrrrr…" geramnya. "Ya sudah, aku akan menjaga anak ini sendirian. Tidak apa walau tanpa ayah," ujar Naruto ketus sambil mengalihkan pandangannya kearah lain.

'Tamat sudah momen bahagiaku…' seru Sasuke dalam hati.

Naruto memandang jam dinding saat ia mengalihkan pandangannya dari Sasuke. waktu sudah menunjukkan pukul 03.45. Ternyata sudah pagi. Naruto pun menyadari sesuatu.

"Sas..." kata Naruto sambil mengalihkan kepalanya pada Sasuke. "Jangan-jangan semalam kau tidak tidur?" tanya Naruto memastikan.

Sasuke memunculkan sebuah senyuman dibibirnya. "Bagaiman aku bisa tidur kalau orang yang ku cintai belum juga sadar," ujarnya.

Mendengar hal itu membuat hati Naruto luluh. Ingin dia memeluk pria yang ada di depannya, namun karena di gendongannya masih ada bayi mereka, jadi dia mengurungkan niatnya. Melihat hal itu, Sasuke tidak tinggal diam. Kemudian Sasuke mendekatkan wajahnya dan mengcup bibir mungil Naruto. Naruto membalas ciuman itu, melimpahkan semua kerinduan akan kehangatan suaminya.

.

.

.

Di ruangan putih itu, mereka saling bercengkrama, menceritakan semua yang sudah mereka alami. Bau obat tidak menghentikan aktifitas mereka untuk lebih mengakrabkan diri dengan lawan bicaranya.

Terlihat Naruto sedang bermanja-manja dengan Sasuke. Disisi lain, Sakura dan Ino sedang melayang dengan imajinasinya yang melambung tinggi, terkadang mereka terkikik sambil memandang pasangan suami-suami di hadapan mereka.

-Cklek-

Suara pintu mengalihkan perhatian makhluk yang ada di dalamnya. Terlihat sepasang suami istri yang memasuki ruangan mereka, dengan istri yang bergelayut manja di lengan kekar sang suami.

"Aniki, dia kenapa?" tanya Sasuke yang mulai berani memanggil Deidara dengan sebutan 'Dia'.

Itachi sedikit bingung. "Kenapa apanya?" tanyanya.

"Kenapa dia jadi kelihatan manja seperti itu?" tanya Sasuke lagi.

"Oh, Dei-chan. Katanya dia sedang ngidam," jelas Itachi sembari tersenyum *menyeringai*.

Sasuke sedikit bingung dengan jawaban Itachi. 'Mana mungkin orang ngidam bisa manja seperti kucing seperti itu,' batin Sasuke yang sudah merasakan bagaimana mengurusi orang yang sedang ngidam.

'Hahahaha…aku memang laki-laki paling beruntung di dunia. Entah karena apa, semenjak Dei-chan mengandung, tingkah lakunya jadi lembut dan tidak meminta yang aneh-aneh. Seperti istri-istrimu, baka otouto," batin Itachi sambil nyengir bangga.

"Aku ingin menggendong anak kalian," seru Deidara memecah pikiran Itachi.

Deidara berjalan menuju ranjang terdekat, yaitu pada ranjang mungil milik Natsumi. "Natsumi," ujarnya saat membaca papan nama diranjangnya. "Nama yang indah, sangat cocok dengan warna rambutnya," lanjutnya.

"Terimakasih," seru Naruto dengan cengirannya.

"Itachi, coba kau gendong bayi ini," ujar Deidara sambil menyerahkan Natsumi pada Itachi. Itachi menerimanya dengan senang hati. 'Sekalian belajar menjadi ayah,' batinnya. "Kau sudah pantas jadi ayah, Ita-chan," ujar Deidara dan membuat semburat tipis di wajah putih Itachi.

Deidara berjalan mendekati ranjang Izumi yang masih lelap tertidur. "Wah, mirip sekali denganmu, Sasu-chan," ujar Deidara dan mendapat jawaban 'Hn' dari Sasuke. Deidara mencoba menggendongnya dengan hati-hati agar tidak membangunkan Izumi.

Tok! Tok! –Cklek-

Pintu terbuka kembali. Menampilkan sosok berambut hitam yang sedang membawa serangkai bunga lily dan sekeranjang buah di tangannya. "Aku dengar Naru-chan melahirkan, ternyata benar ya?" ujar pemuda itu sambil berjalan memasuki ruangan.

"SAI," pekik Naruto.

"Wah-wah Naru-chan, saking kengennya kau sampai teriak seperti itu," ujar pemuda yang ternyata bernama Sai.

"Kenapa kau datang kemari?" tanya Naruto.

Sai mendekat kearah meja yang berada diantara ranjang Naruto dan Sakura, kemudian menaruh bunga lily itu di vas bunga yang sudah berisi lily putih dan menaruh keranjang buah di lantai, karena tidak muat kalau di taruh di meja. "Aku kan juga ingin menjenguk kalian. Hai, Sakura," ujar Sai yang kemudian meyapa Sakura.

"Hai Sai, lama tidak keliahatan," canda Sakura.

"Yah, ini karena aku patah hati dengan laki-laki yang ada disana," Sai menunjuk Naruto dengan ibu jarinya tanpa menolehkan pandangannya.

Naruto sedikit kesal dengan ucapan Sai, sementara Sasuke, dia sudah mengumpat dengan mengatakan kata-kata kotor didalam hatinya.

"Oh, kalau itu sepertinya kau memang harus mengurungkan niatmu," ujar Sakura.

"Sayang sekali, padahal aku bersedia menjadi selingkuhannya dan merawat anaknya," balas Sai. "Anak kalian yang mana?" tanya Sai pada Sakura. Sai berjalan mendekati Deidara dan Itachi yang berdiri berdampingan. "Pasti yang berambut pirang," lanjutnya sambil mencubit pelan pipi kedua bayi itu secara bergantian. "Mereka sangat manis. Semoga saja umurku panjang."

"Tidak akan ku biarkan kau mendekatinya," seru Sasuke dan Naruto bersamaan.

"Hahaha…kalaian kompak ya, padahal aku hanya bercanda. Aku ini bukan pedhopil kok," jelas Sai.

-Cklek-

Pintu kembali terbuka. Seseorang melongokan kepalanya ke dalam.

"Hem…ruangannya cukup luas. Sepertinya muat," gumamnya. "Teman-teman, ayo masuk," seru sosok itu di luar ruangan.

"Permisi…" seru gerombolan itu bersamaan.

"Wah-wah, tak kusangka kau sudah melahirkan," ujar pria yang mempunyai tato segitiga terbalik di wajahnya.

"Kau datang Kiba? Dan teman-teman juga," cengir Naruto sambil menyapa teman gengnya. Sepertinya Naruto sudah dinobatkan sebagai ratu digeng itu.

"Yo," ujar Kiba. Sementara gerombolannya yang lain melontarkan senyuman mereka.

Satu persatu mereka menyalami Naruto dan Sakura. Mereka juga memberikan sebucket bunga pada Naruto dan Sakura, serta beberapa keranjang buah-buahan. Kemudian mereka mendekati Itachi dan Deidara yang masih menggendong bayi. Sai yang masih mencubit pipi bayi UUH di depak dari sana. Dengan terpaksa dia duduk di sofa yang ada disana.

"Naruto, aku punya hadiah untukmu," ujar Kiba setelah menghentikan acara mencubitnya.

"Apa?" tanya Naruto.

"Hehe.." Kiba memunculkan seringaiannya sambil menunjukkan sebuah kaset DVD. Naruto mengernyit tak mengerti. "Mari kita lihat bersama," lanjutnya.

Mereka mulai mengambil posisi untuk melihat kaset itu. Itachi meyerahkan Izumi pada Naruto, sementara Deidara menyerahkan Natsumi pada Sakura. Mereka juga mengambil tempat di sofa dengan wajah yang sedikit bingung. Sementara Kiba dkk duduk di karpet. Mereka senyum-senyum karena sudah mengetahui apa yang akan di tanyangkan.

Kiba mulai menekan tombol play pada remote DVD yang dipegangnya. Sasuke merasa kesal saat melihat isi kaset itu. Ternyata kaset itu berisis kejadian saat Sasuke menaiki Akamaru.

"Hentikan film ini," seru Sasuke di tengah gelak tawa yang ada disana.

"Kau kenapa Otouto..hahaha…" ujar Itachi sambil memegang perutnya.

"Kurang ajar kau, Kib," ujar Sasuke. Dia mulai berjalan menuju DVD itu berada dan segera menekan tombol off.

"Yaahhhh…" protes mereka yang berada disana.

Sasuke mengambil kaset itu dan mematahkannya menjadi dua. Dan mendapat protes lagi.

"Tenang, itu hanya copy-annya kok," terang Kiba.

"Hahahahaha…" semua tertawa melihat Sasuke yang dipojokkan. Sekali-kali Uchiha juga perlu dierjai. Begitulah pemikiran mereka.

-Cklek-

Muncul dua sosok pria yang dibelakangnya diikuti dua wanita yang mungkin adalah istri mereka. Gelak tawa yang ada diruangan itu pun berhenti.

"Tousan, kaasan?" seru Naruto.

"Naru-chan," ujar seorang berambut pirang yang perawakannya mirip dengan Naruto.

Sepasang suami istri itu mendekat kearah Naruto dan memeluk singkat putranya.

Sementara sepasang suami istri berambut hitam yang di ketahui keluarga Uchiha mendekat kearah Sakura.

Di sisi Naruto

"Naruto, kenapa kau tidak bilang kalau kau sudah menikah?" tanya Kushina ibu Naruto. "Bahkan kau sudahmempunyai anak," lanjutnya.

"Tousan tau kau lari dari rumah karena tidak mau di jodohkan dengan orang yang kau sukai, tapi setidaknya beri tau kami tentang masalah ini," ujar Minato.

"Maaf. Karena aku tidak sanggup mengatakannya. Aku tidak mau melihat kalian sedih," ujar Naruto.

"Mana mungkin kami sedih. Kami akan merestui pernikahan kalian. Apalagi kau sudah memberikan cucu kepada kami," ujar Minato dan mendapat anggukan setuju dari Kushina.

"Lucunya…" ujar Kushina sambil menggendong Izumi. "Mana istrimu?" tanyanya pada Naruto. Narutopun menunjuk ranjang lain lain yang berada diruangan itu.

Di sisi Sakura

"Sakura, kenapa kalian tidak mengabari kalau kau sudah melahirkan?" tanya Mikoto pada Sakura.

"Maaf," ujar Sakura singkat.

"Sudahlah, tidak apa. Aku tidak menyangka akhirnya kau memberikan kami cucu juga," lanjut Mikoto.

"Tapi," sekarang diliran Fugaku yang angkat bicara. "Kenapa rambutnya pirang?" tanyanya tak mengerti.

"Benar juga. Padahal di keluarga kita tidak ada yang berambut pirang. Apa dikeluargamu ada, Sakura?" tanya Mikoto. Sakura menggelengkan kepalanya.

"Siapa ayah anak ini sebenarnya?" tuntut Fugaku. Sakura menuding dengan ragu-garu ranjang yang berada di sebelahnya.

Sisi Normal

Suami istri Namikaze memandang ranjang lain disana. Disaat yang sama keluarga Uchiha juga memandang ranjang milik Naruto. mereka sama-sama memandang orang yang berada di ranjang itu kemudian beralih memandang bayi yang ada disana.

"Oh, bayinya pasti tertukar," ujar Kushina yang memecah keheningan saat itu. Dan mendapat anggukan dari suaminya dan suami istri uchiha.

"Tidak," ujar Sasuke. Dia berjalan mendekat. "Aku akan menjelaskan semuanya," lanjutnya.

Sasuke menjelaskan dari awal, bahwa sebenarnya mereka bertiga adalah suami-suami-istri. Sakura yang mempunyai anak dari Naruto dan Naruto yang mungkin mempunyai kelainan karena juga mempunyai anak dari Sasuke. Mereka juga mnenjelaskan alasan kenapa mereka tidak memberitahukannya pada orang tua mereka.

Mendengar kisah mereka, kedua keluarga Uchiha dan Namikaze dapat memakluminya. Mereka menerima dengan senang keadaan keluarga anaknya. Mereka paham bahwa cinta memang tidak bisa di bantah. Mereka tersenyum bangga karena anak mereka telah menemukan jalan keluar dair semua masalah yang mereka hadapi.

.

"Nama anak kalian siapa?" tanya Minato pada Naruto dan Sasuke yang duduk disisi lain ranjang naruto.

"Uchiha Izumi," jawab Sasuke agak bergetar karena Minato memandangnya dengan mata yang berkaca-kaca.

"Nama yang bagus," sahut Kushina.

"Lalu yang ini namanya siapa?" tanya Mikoto.

"Itu, Uzumaki Natsumi," ujar Naruto.

Mendengar jawaban Naruto, Minato menaikkan alisnya. "Uzumaki Natsumi?" tanyanya.

"Maaf tousan. Tapi bolehkah aku memakai nama Uzumaki? Bukan maksudku membenci nama Namikaze, tapi karena aku sudah membangun keluarga Uzumaki ku sendiri," ujar Naruto.

Minato mengacak rambut Naruto yang panjangnya sepundak. "Tak masalah kalau itu bisa membahagiakanmu," ujarnya. Naruto nyengir mendapat persetujuan ayahnya.

Semua yang melihat dua keluarga itu terharu. Diam-diam mereka menyeka air mata yang mengalir di pipi. Terutama Kiba dkk. Sungguh tak usah dibayangkan, karena wajah mereka yang tidak bisa disebut terharu lagi. Air mata mereka mengalir dengan deras, dengan ingus yang juga mengalir di kedua hidung mereka.

"Baiklah. Mari kita adakan pesta," ujar Fugaku yang memecah suasana haru itu.

"…"

Hening. Smeua terdiam sambil memandang Fugaku. Mereka tidak percaya, kalau kepala keluarga Uchiha ini mengusulkan sesuatu yang jelas-jelas bukan sifatnya. Bahkan Sasuke dan Itachi pun sampai cengok.

"Ada masalah?" tanya Fugaku dengan deathglare-nya. Semua menggelengkan kepalanya. "Lalu jawaban kalian?"

"Yooosssshhhh…." Seru mereka bersamaan.

.

.

.

-OWARI-

.

.

.

OMAKE

"Sasuke, sebagai ayah yang baik seharusnya kau membantu istri-istrimu. Kalau mereka sedang mengurus bayi, berarti kau harus mengurusi rumah. Kau juga harus membelikan makanan bergizi pada istri dan anakmu. Selain itu belikan produk makanan bayi dengan kualitas terbaik. Meski mereka belum bisa makan sendiri, setidaknya kau jaga-jaga saja. Oya, peralatan mandi bayinya sudah habis, jadi kau nanti harus pergi ke supermarket. Jangan lupa pesanku, pilih kualitas terbaik, jangan seperti kemarin, kami harus membuang semua barang yang kau beli karena kualitasnya di bawah standar. Takutnya kulit bayi bisa iritasi. Kau harus lebih berhati-hati dalam memilih untuk keluargamu. Bla…bla…bla…," ujar Kushina. Sasuke yang di ceramahi seperti itu hanya mengangguk dengan wajah yang tidak bisa dikatakan stoick lagi.

"Benar apa yang dikatakan mertuamu, Sasuke. kau harus banyak belajar darinya.

.

.

"Sepertinya Sasuke gampang akrab dengan istriku," ujar Minato yang duduk di beranda.

"Hn," jawab Fugaku yang kemudian meminum tehnya.

.

.

"Oweeek…Oweekkk…"

"Sakura, sepertinya Izumi lapar," ujar Naruto yang mencoba menghentikan tangis Izumi.

"Biar ku susui di kamar dulu. Kau jaga Natsumi ya," ujar Sakura sambilmenunjuk Natsumi yang sedang tertidur.

"Ya," jawab Naruto.

.

.

"Jangan lupa kau juga harus membeli susu khusus ibu menyusui untuk Sakura. Kasihan dia kalau harus menyusui dua anak sekaligus. Kau juga harus beli kasur buat bayi, biar Izumi dan Natsumi dapat tidur dengan nyaman. Bla...Bla…Bla…" ujar Kushina lagi.

'Kalau terus diceramahi seperti ini, kapan aku berangkatnya? Lagi pula kapan selesainya sih, dari tadi tidak ada ujungnya,' batin Sasuke.

Ternyata kesengsaraan Sasuke tidak cukup sampai saat suami-istrinya mengandung saja. Ternyata masih ada kesengsaraan lain yang sudah ada di depan matanya.

"Gyaaaaaa…aku bisa gilaaaa…..'

.

.

.

-THE END-

.

.

.

.

.

Sebelumnya akan kuperkenalkan dua tokoh baru dalam fick ku, yaitu Izumi dan Natsumi. Aku mengambil dua tokoh ini dari manga yang berjudul 'My Heavenly Hockey Club' karya 'Ai Morinaga'. Aku memakai tokoh ini karena kurasa cocok dengan keturunan UUH family.

Di komiknya Izumi berambut hitam dengan sifatnya yang konyol. Dia terlihat seperti pemimpin bodoh yang mengundang tawa. Dia juga suka membeli barang-barang yang tidak penting, serta sering melakukan sesuatu yang tidak penting pula. Tapi di fict ini dia akan kubuat OOC. Jadi sifatnya tidak seperti aslinya.

Sementara Natsumi, dia berambut pirang dan mempunyai sifat yang tenang, dia juga memiliki wajah yang mirip perempuan. Bahkan tokoh perempuan dalam komik ini kalah cantik dengan dia. Dia adalah tokoh yang tidak mau disebut perempuan. Setiap ada yang menyebutnya mirip perempuan, dia pasti akan menunjukkan apa yang ada di balik celananya. Entahlah apa yang ada dibalik celananya, tapi orang yang sudah melihatnya akan terkejut dan tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Sepertinya itu adalah satu-satunya kebanggaan Natsumi. Mungkin karakternya di fict ini tidak terlalu jauh dengan sifat aslinya.

Itu adalah sedikitnya pengenalan tentang tokoh yang ada di komik tersebut. Mungkin kalian sudah membaca dan mengetahuinya, jadi kalian sudah mengetahui detail karakternya.

.

Ku ucapkan terimakasih kepada siapa saja yang sudah mendukung fict yang telah ku buat ini. Tanpa dukungan kalian fict ini tidak akan terselesaikan.

Terimakasih sudah memberi kritik dan saran melalui review. Terimakasih kepada siapa saja yang sudah membaca. Dan terimakasih yang sudah menge-fave fict ini.

Tidak banyak yang bisa kulakukan untuk bisa menghibur kalian. Aku akan mencoba lebih baik lagi untuk fict ku yang lain.

Tertanda : Ichi.

.

Special Thanks:

Zizi Kirahira Hibiki 69

Princess teme

Namikaze lin-chan

Sennin pein

Yufa Ichibi's

Uzukaze touru

aMiciZia Vi miRac0Li

Mayyurie Zala

CCloveRuki

D' Dark Angel is Girl

Kuronekoru

YuuRi Uchiha-Namikaze

Rui Uchikaze

Reika-Kaname Ototsuki

Fujioka Saori

SukeRuto Childishu

Ketsueki Kira Fahardika

Peace smile

Aizawa Narui

Meyra Uzumaki

Fujoshi Nyasar

Sasu Suki Naru

Ao-Mido

AZuno-chan

Matthew77

Diamondlight96

Shika NK

Fujoshinki-akut

Safira Love SasuNaru

.

.

.

Gomennasai, apabila ada yang belum mendapat balasan review dari Ichi. Silahkan protes dengan mengirimkan PM pada Ichi.

Terimakasih atas dukungan dan partisipasinya selama ini. Dan terimakasih karena sudah bekerja sama dengan Ichi.

Terimakasih and Thank you….