Assalamualaikuum~ *Lho!? -plak* nggg, males ngebacot euy. Paling hanya ingin mengatakan ini fic pengganti Final Destination tapi bukan thriller, saya hanya dipaksa membuat fic ini oleh seseorang yang err apa yaa?? *ngelirik Intan -plaaak*
Hehe okee, Intan ini aku udah publish. Selamat membaca semuanyaa~
Disclaimer : Always Masashi Kishimoto
Pairing : SasuSaku, SasoSaku
Rate M, DON'T LIKE DON'T READ..!!
Kalo gak suka masih nekat baca, berarti anda emm 'makhluk' apa ya?
CHOOSE ME !!
CHAPTER 1 : TWO HUSBAND ?
Sakura Haruno, nama gadis berambut pink yang berumur 17 tahun ini. Dia bukan anak yang menonjol seperti yang lain. Biasa saja walau kadang dengan orang yang dikenalnya, dia bisa lebih cerewet dari yang terlihat. Dia hanya hidup di dalam keluarga yang sederhana. Sebenarnya hidupnya cukup menyedihkan, karena orang tuanya yang dulu sempat kaya raya langsung jatuh bangkrut karena ada seseorang yang menggelapkan uang perusahaan.
Tapi Sakura anak yang cukup pintar, itu membuatnya bisa bersekolah di negara yang besar bernama Konoha. Padahal sebenarnya dia tinggal di Oto, negara kecil yang kadang terlupakan. Di Konoha ini Sakura tinggal di kos-kosan yang bobrok.
"Ugh, debunya kemana-mana," gumam Sakura sambil mengibas-ngibaskan tangannya dan menutup mulutnya. Saat ini dia baru saja pulang dari sekolah dan masuk ke kos-kosannya itu. Kos yang aneh, baru saja ditinggal beberapa jam langsung berdebu hhh...
"Uhuk uhuk, lama-lama aku bisa kena penyakit gangguan pernafasan nih," keluh Sakura sambil membersihkan perabotan rumahnya. Lalu setelah itu kegiatannya terhenti seketika saat Hpnya berdering.
TRRRT TRRTTT
"Hah? Siapa yang nelpon?" gumam Sakura malas-malasan. Lalu dia mengangkat Hp itu.
"Ya hmm, halo..." gumam Sakura sambil mengucek-ngucek matanya.
"Halo ini Sakura? Bagaimana kabarmu sayang?" tegur seseorang di seberang telpon. Sakura mengangkat sebelah alisnya.
"Kaasan ya, yah aku baik-baik saja kok," gumam Sakura sambil tersenyum. Kaasan di seberang sana, menghela nafas lega.
"Eh sayang, kaasan langsung saja ya, kira-kira Sabtu minggu ini kamu ada acara nggak?" tanya kaasannya tersebut. Sakura menggeleng yang tentu tidak bisa dilihat kaasannya.
"Tidak kok, emang kenapa?" tanya Sakura.
"Nah, baguslah. Pokoknya besok Sabtu segera pulang ke rumah ya," gumam kaasannya. Sakura tertegun.
"Ngapain? Bukannya minggu lalu aku udah ke sana? Kan kata tousan aku pulang setiap sebulan sekali kan?" tanya Sakura bingung.
"Yah, pokoknya datang saja kenapa sih? Calon suamimu sudah ditetapkan, dan hari Sabtu ini dia akan datang ingin melihatmu," jelas kaasannya.
Sakura terdiam sesaat...
"Hah!?"
-
-
-
Keesokan harinya, di sekolah..
Hari ini adalah hari Jum'at, padahal biasanya hari terakhir masuk sekolah, semua orang pasti sangat bersemangat. Atau mungkin memang kadang-kadang ada yang males sih, karena pasti berpikir "Ngapain sih masuk sekolah? Hari terakhir juga," dan pikiran itu persis seperti sang author setiap masuk sekolah di hari Jum'at *plak*.
Tapi tidak bagi Sakura Haruno yang saat ini sedang duduk dengan murungnya di pojokan kelasnya. Terlihat dari kantung matanya, dia tidak bisa tidur semalaman memikirkan kata-kata terakhir kaasannya di telepon kemarin. Calon suami? Yang benar saja, umurnya kan masih 17 tahun, kenapa sudah dipertemukan sih? Begitu pikirnya dari tadi. Sakura meremas rambut pinknya frustasi. Dia memang tahu akan dijodohkan oleh anak yang memiliki perusahaan besar, anak dari sahabat tousan atau kaasannya. Tapi yang tidak pernah dia sangka adalah, kenapa secepat ini?
"Uhuhu, stress aku," gumam Sakura sambil menunduk dan tiba-tiba..
BHUAAAG
"Jidat-chaaan~ kok murung sih?" sapa seorang gadis berambut pirang panjang dikuncir seperti buntut kuda, dia memukul punggung Sakura sangat keras sampai-sampai gadis pink itu terlonjak kaget.
"Ino, apa-apaan sih?" ketus Sakura pelan. Dia sedang tidak bersemangat untuk teriak hari ini. Ino mengangkat sebelah alisnya heran.
"Kamu kenapa sih?" tanya Ino sambil menarik kursi dan duduk di samping meja Sakura. Gadis pink itu mendesah pelan. Dia mulai menceritakan kisahnya panjang lebar. Sampai akhirnya Ino berteriak kencang.
"HAAAH..!? CALON SUAMI..!?" teriak Ino. Spontan yang lain langsung menoleh ke arah mereka, dan Sakura langsung menutup mulut Ino dan tersenyum pada semua yang melihat ke arah mereka.
"Engg hehe, biasa.. gosip gosip.." gumam Sakura sambil menjulurkan lidahnya. Yang lain mengangguk mengerti lalu kembali pada kegiatan mereka. Setelah itu Sakura melepaskan tangannya dari mulut Ino.
"Ssst, tenang sedikit kenapa sih?" ketus Sakura sedikit kesal. Ino mengangguk menahan tawa.
"Jangan ketawa..!! Ini masalah serius tahu..!!!" gumam Sakura. Ino menarik nafas.
"Kalau memang nggak suka, kabur aja, gampang kan?" usul Ino. Sakura menggeleng.
"Tidak mungkin, aku bisa dibunuh orang tuaku," gumam Sakura pasrah. "Sedari tadi yang kupikirkan adalah bagaimana rupa dan sifat wajah calon suamiku, itu saja kok..." gumam Sakura dan mendesah pelan. Ino mengangguk mengerti. Lalu..
"Hoi, di sini ada Sasuke nggak..!?" teriak seorang laki-laki berwajah baby face dan berambut merah yang langsung mendobrak pintu kelas mereka. Sedangkan laki-laki berambut pantat ayam berwarna biru donker menoleh ke arahnya.
"Hn, ada apa Sasori?" tanya laki-laki yang bernama Sasuke itu dengan malas. Sasori mendengus.
"Lain kali panggil aku Sasori-senpai, Sasuke..!!" ketus Sasori, "Gini-gini aku kan kakak kelasmu, ingat itu..!!" lanjut Sasori lagi. Sasuke mendengus tak suka.
"Hn, aku nggak mau punya senpai kayak kamu kok," jawab Sasuke sambil mengacuhkan wajahnya. Sasori menggertakan giginya kesal lalu dia mendekati kursi Sasuke. Sedangkan Ino langsung menarik Sakura untuk mengungsi.
"I.. Ino, kenapa?" tanya Sakura bingung, Ino menyuntrung kepala Sakura saat mereka sudah sampai di pintu kelas.
"Kamu ini gimana sih? Dasar jidat..!! Kau tahu sendiri kalau Sasuke dan Sasori-senpai di satukan—"
DRUAAAAK
Seketika juga saat Ino bicara, Sakura terbengong-bengong dengan melihat pemandangan di belakang Ino, yaitu dalam kelasnya. Karena saat itu juga, kursi melayang dan menabrak papan tulis. Ino langsung menoleh.
"Tuh kan, baru aja dibilangin," gumam Ino, lalu dia dan Sakura mengintip kelas. Benar saja Sasuke dan Sasori lagi berkelahi sambil melempar-lempar apa saja yang bisa dilempar.
"Duuh, serem banget sih 2 orang ini, tampang oke, sifat kok begini sih?" ketus Ino. Sakura mendengus menahan tawa.
"Apalagi dua-duanya jago bela diri, haah moga-moga kelas kita nggak ancur deh, aku kan piket hari ini," keluh Ino lagi. Sakura terkekeh kecil. Dan entah kebetulan atau apa, Sasuke dan Sasori menengok ke arah Ino dan Sakura.
"Apa yang kau tertawakan, cewek!?" ketus Sasori dan Sasuke bersamaan. Ino tersentak, dan begitu dia melihat ke belakangnya, Sakura masih tertawa kecil yang dengan kata lain belum sadar. Sampai akhirnya Ino menyenggol Sakura.
"Aduh, apa—"
Sakura tidak dapat melanjutkan kata-katanya. Sasuke dan Sasori sudah berjalan mendekatinya dengan tatapan membunuh. Ino langsung mundur, sehingga sekarang Sakura harus menelan ludah berhadapan dengan dua laki-laki ini. Sasori berdiri di depan Sakura, sedangkan Sasuke memutar dan akhirnya berdiri di belakang Sakura.
"A.. Ada apa ya?" tanya Sakura bingung. Sasori dan Sasuke mendelik.
"Ada apa katamu? Kau senang melihat kami bertengkar, jidat lebar? Lucu ya?" ketus Sasori. Seketika juga Sakura mendelik.
"Hmph, jidat lebar. Nama yang bagus," gumam Sasuke dengan gaya coolnya.
"Namaku Sakura Haruno, dan yang boleh memanggilku jidat lebar hanyalah sahabat gendutku, Ino..!!" balas Sakura. Seketika juga Sasori dan Sasuke tertegun melihat Sakura yang berani menantang mereka.
"Oh, jadi berani ya? Jidat lebar.." gumam Sasori sambil menyentuh jidat Sakura dengan telunjuknya. Seketika juga Sakura langsung mendorong Sasori sampai laki-laki rambut merah itu jatuh terduduk.
"Tidak boleh ada yang memanggilku jidat lebar..!!" teriak Sakura. Sasuke ber'oh' ria.
"Wow, kekuatan jidat lebar he—ukh," Sasuke langsung memegang perutnya yang habis dipukul Sakura dengan sikunya. Dia mendelik tajam dengan mata onyxnya, yang dibalas Sakura dengan tatapan tajam mata emeraldnya.
"AKU BUKAN JIDAT LEBAR, AKU SAKURA HARUNO..!!" teriak Sakura marah. Sasuke dan Sasori mendelik bersamaan. Baru saja Sasori berdiri...
TEEEETT
"Cih, sayang sekali bel masuk, ingat-ingat saja kau jidat lebar! Kau juga Sasuke!!" gumam Sasori yang langsung keluar setelah menyenggol Sakura dengan bahu lebarnya. Hingga Sakura terdorong ke belakang.
"Huh, aku juga ada, jidat lebar," gumam Sasuke yang berbisik di telinga Sakura, kemudian dia ikut menyenggol Sakura dengan bahunya. Semua orang yang ada di kelas itu menatap Sakura dengan tatapan tidak percaya.
"Sakura, hebat juga kau bisa melawan dua orang pentolan itu," bisik Ino agar tidak terdengar Sasuke yang sedang membaca buku. Sakura mendengus kesal.
"Huh, mereka menyebalkan, semoga aku gak punya suami kayak mereka..!!" ketus Sakura kesal, lalu dia berjalan dan mulai duduk di tempatnya. Ino menggelengkan kepala melihat Sakura dan tertawa kecil.
-
-
-
Sabtu, di Oto rumah Sakura..
"Naah~ Sakura kau kelihatan cantik sekarang," puji Reiya Haruno, kaasan Sakura.
Sakura mendesah pelan, sungguh dia sangat tidak bersemangat hari ini. Orang lain senang bisa bertemu dengan calon suaminya, tapi tidak bagi Sakura. Dia menganggap ini masih terlalu cepat. Sakura menatap dirinya pada kaca di depannya. Dia memakai baju terusan berwarna putih bersih dengan tank top bagian atas, dan belahan dadanya sedikit terlihat. Sakura sebenarnya tidak suka baju seperti ini, tapi kalau dipaksa mau bagaimana lagi?
"Haaah kaasan, apa gak ada baju lain?" keluh Sakura. Reiya menggeleng.
"Ini udah paling simple, gak usah banyak protes oke?" gumam Reiya. Sakura mengangguk pasrah. Lalu tiba-tiba..
TIN TIN TIN TIN
Sakura dan Reiya mengangkat sebelah alisnya heran. Kenapa suara klakson mobilnya ada dua? Akhirnya Reiya keluar duluan. Sakura menunggu di dalam rumah, degup jantungnya berdegup sangat kencang. Sakura terus menunggu, tapi orang tua dan calon suaminya tak kunjung datang. Akhirnya Sakura menyusul setelah mendengar...
"Lho? Tapi aku kan sudah bilang kalau aku duluan yang menjodohkan anakku?"
"Kata siapa? Aku duluan juga, Reiya Kaito, sebenarnya yang mana?"
Sakura yang semakin penasaran akhirnya mulai keluar dan membuka pintu. Dia tertegun seketika saat melihat ada dua orang tua yang sedang berdebat dengan orang tuanya. Begitu melihat Sakura, para orang tua itupun terdiam.
"Oh jadi kamu anaknya?" tanya salah satu dari mereka. Sakura mengangguk canggung.
"I.. Iya sebenarnya ada apa ya?" tanya Sakura bingung. Lalu para orang tua itu mengetuk mobil mereka.
"Keluarlah, itu calon istrimu," gumam para orang tua itu.
Sakura menelan ludah. Kedua mobil itu terbuka pintu belakangnya secara bersamaan, dan keluarlah dua laki-laki yang sepertinya umurnya kurang lebih sama dengan Sakura. Gadis pink itu tercengang, seketika juga mulutnya tak bisa menutup. Begitu pula dua laki-laki itu, mereka sama-sama terbengong melihat calon istri mereka begitu pula satu sama lain.
"Sasuke.. Sasori..??" gumam Sakura sambil menelan ludah. Begitu pula dua laki-laki itu yang tak lain adalah Sasuke dan Sasori, keduanya sama-sama memakai jas.
"Kau.. jidat lebar adalah calon istriku? Lalu.. Lalu kenapa kau di sini, pantat ayam!?" tanya Sasori bingung. Sasuke mendelik padanya.
"Harusnya aku juga ngomong begitu, kenapa ada kau dan dia!?" gumam Sasuke sambil menunjuk Sasori dan Sakura. Para orang tua itupun bingung melihat mereka.
"Eh? Kalian semua sudah saling kenal?" tanya orang tua mereka. Sasuke, Sasori, dan Sakura mengangguk bersamaan.
"Dan aku tidak mau sama dia!!" ketus mereka bertiga bersamaan sambil menunjuk satu sama lain.
"Ngg, kalau begitu kalian masuk dulu bagaimana? Kami semua mau berunding dulu," gumam Reiya. Akhirnya ketiganya menurut.
-
-
-
Di bagian SasuSakuSaso...
"Kau kok bisa di sini sih?" tanya Sasori memulai pembicaraan di antara ketiganya. Kali ini mereka sedang duduk di ruang tamu, sementara orang tua mereka berunding di luar.
"Mana aku tahu, aku di paksa bertemu calon istriku, tapi begitu tahu ternyata calon istriku si jidat lebar, mending tadi aku kabur ke rumah si dobe," gumam Sasuke sambil memegang kepalanya dan menyandar. Sakura mendengus.
"Aku juga, tahu calon suamiku kalian, mending aku gak usah jauh-jauh pulang ke sini," dengus Sakura sambil membuang mukanya. Sasori mendelik padanya.
"Heh, jidat lebar..! Emang kalau kamu di suruh milih antara kita, kamu milih siapa?" tanya Sasori. Sakura tersentak, spontan wajah Sakura memerah.
"Ha.. hah? Maksudmu apa? Mana mungkin aku mau memilih..!!" jawab Sakura cepat.
"Nggak mungkin..!! Cepat atau lambat kau pasti di suruh memilih, karena nggak mungkin kalau kamu punya dua suami kan? Apalagi ini hasil dari perjodohan. Aku yakin orang tuamu pasti akan menuntutmu untuk memilih, kalau dia sangat ingin kau menikah sekarang," jelas Sasori dengan wajah malas. Sakura mendelik.
"Tapi kenapa? Emang kalian dijodohin karena apa?" tanya Sakura.
"Aku sih karena kata ayahku, dia umurnya sudah tua dan sering sakit-sakitan jadi dia pingin melihat istriku sebelum meninggal dan lagi aku memang sudah dijodohin dengan kamu, anak ibumu yang merupakan teman dekat ayahku, begitu katanya," jawab Sasori, "Kalau kau Sasuke?" tanya Sasori lagi.
"Aku? Ayah ingin pensiun menjadi pemilik perusahaan, Itachi menolak meneruskan kerja ayahku, dia memilih jadi penulis novel. Akhirnya aku yang dipilih, tapi aku harus sudah mempunyai istri. Akhirnya aku dijodohkan dengan anak Kaito-sama yang merupakan teman baik ayahku," jawab Sasuke cepat. Ketiganya ber'oh' ria.
"Oooh, jadi orang tua Sasori teman dekat ibuku dan orang tua Sasuke teman dekat ayahku, ya?" tanya Sakura, Sasuke dan Sasori hanya mengangkat bahu.
"Daripada memikirkan itu, lebih baik kita berdoa saja semoga perjodohan ini dibatalkan," gumam Sasuke, dan mereka semua mengangguk.
Lama mereka menunggu dalam keheningan sampai akhirnya pintu rumah terbuka. Di sana para orang tua sudah berkumpul, Sakura, Sasori, dan Sasuke menatap orang tua mereka heran. Sampai akhirnya Reiya dan Kaito menarik nafas.
"Sebelumnya, kami ingin minta maaf padamu, Sakura," gumam Reiya. Sakura mengangkat sebelah alisnya.
"Ke.. Kenapa kaasan?" tanya Sakura bingung. Begitu pula Sasuke dan Sasori.
"Sebenarnya... kamu akan menikah dengan dua laki-laki itu," gumam Kaito, "Kau akan mempunyai dua suami," lanjutnya lagi.
Hening sesaat...
"HAAAHH!?"
To Be Continued
Haduuuh, aku ini sebenarnya antara iri dan kasihan ngelihat Sakura di fic ini, maaf ya Sakura-chaaan~ kalo mau marah ke Intan aja ya, dia yang nyuruh aku bikin fic ini (=,=)v *digebukin Sakura dan Intan*
Alasan kenapa Sakura harus menikah dengan 2 laki-laki ganteng (?) ini, ada di chap selanjutnya. Baca yaaa..!! XD Oh ya, satu lagi! Aku masih bingung nentuin pairingnya, jadi yaa tolong vote pairingnya ampe final chap ya! Ntar yang paling banyak dapet vote, aku jadiin pairing tersebut hohoho. Pilih antara SasuSaku dan SasoSaku oke? (^^)v
Oke, itu aja kok. Boleh minta review for this STORY? X3