Masalah Ino

Halo ini Angel ^_^. Yah saya masih dalam tahap menulis bab selanjutnya dari "Captured In His Eyes", tetapi dua bab dari "Free Strawberries" sudah selesai. Cerita ini masih akan berlanjut. Pairingnya adalah Gaara dan Ino! Haha kita lihat saja bagaimana pasangan ini akan bertahan. Selamat menikmati.

Disclaimer: Naruto milik M. Kishimoto.

Pairing: GaaIno

Warning: XD mood jeleknya Gaara kali.


Ino dengan sangat pelan membuka pintu toilet dimana ia telah bersembunyi selama 1 jam. Kedengarannya sangat kelewatan kalau bersembunyi di toilet cewek selama satu jam hanya untuk menghindari seseorang yang datang menjemputnya…

"Tapi demi Tuhan, ini Gaara yang kita bicarakan," bisik Ino kepada dirinya sendiri. Ino mencuci tangannya setenang mungkin. Saat melihat pantulan wajahnya di cermin ia memang terlihat agak pucat.

"Kenapa aku bisa sebodoh ini… Pikir dulu kek, cari tahu dulu kek sebelum kamu pacaran sama seseorang…" Ino merapikan rambut pirang panjangnya. Satu hari di sekolah sudah cukup untuk meyakinkan dirinya tentang seperti apa sifatnya Gaara itu. Seisi kelas meledakkan segunung pertanyaan kepadanya seperti paparazzi yang menemukan seorang selebriti terkenal di jalan. Setelah Ino mengiyakan pertanyaan mereka, mereka semua terlihat takut dan gugup. Setelah berbicara dengan teman-temannya yang ia dengar hanyalah kalau Gaara itu sadis, kejam, tidak berperasaan, pokoknya killer habis. Ia selalu sendirian, kecuali ditemani kedua kakakknya yang sekolah di sekolah yang sama.

Ino tidak bisa percaya. Ia memang ingin seseorang yang membuatnya lupa akan Sasuke, tapi bukan orang yang bisa membuatnya lupa akan bagaimana rasanya hidup tenang.

"Sempurna sekali. Keadaanku nggak bisa lebih parah daripada ini," ujar Ino dengan kesal kepada dirinya. Ia merapikan poninya hanya untuk menenangkan dirinya yang masih ketakutan bertemu Gaara yang katanya akan datang menjemputnya setelah sekolah selesai. Ia mulai bertanya-tanya bagaimana para siswa lainnya harus menghadapi bahaya melewati pintu gerbang…

Ino sebenarnya ingin sekali menghampiri Gaara setelah sekolah, dan memutuskannya. Ia benar-benar ketakutan. Tipe cowoknya itu yang keren, yang lembut, yang perhatian. Gaara malah adalah yang sebaliknya. Ino bisa mati ketakutan kalau pergi kencan. Bagaimana ia bisa menikmati masa remajanya yang datang cuma sekali?

Ino menghela napas. Ia sebaiknya pulang atau ayahnya akan cemas sekali. Ia nggak bisa terus-terusan berada di toilet cewek ini kecuali ia mau pindah kesini untuk seterusnya. Ia yakin, inilah satu-satunya tempat dimana Gaara tidak akan berani masuk… yaitu toilet cewek.

Ino mengambil tas ungunya yang memiliki gantungan dua strawberry. Ia keluar lalu melangkah dengan pelan ke arah pintu luar sekolah. Ia melihat ke sekeliling, lalu ke arah pintu gerbang memastikan tidak ada seorang cowok tinggi berambut merah di sekitar. Terutama yang punya tattoo dengan kata ‚ai' di dahinya…

Tidak ada seorang pun di sekitar, bahkan penjaga sekolah juga sepertinya menghilang. Ino menghela napas dengan tenang. Ia berjalan ke arah pintu gerbang. Tiba-tiba seseorang mencengkramnya dari samping saat melewati sudut gedung sekolah. Ia menjerit kaget, tetapi ia kemudian mengenali orang yang menahannya ke dinding.

Ino menjadi pucat, tetapi kemudian ia memaksakan sebuah senyum. „H-halo… Gaara."

Gaara memakai seragam sekolah Suna. Kerahnya sedikit terbuka dan Ino benar-benar harus mengakui dalam dirinya kalau Gaara itu terlihat keren. Memang itulah yang membuatnya memilih cowok itu di disko pada malam itu…

"Darimana saja kamu?"

"Uhm…" Ino cepat-cepat mencoba memikirkan sebuah alasan logis yang masuk akal. „A-aku.. gini… d-dari k-kamar kecil…"

"Selama satu jam?" Gaara menyipitkan kedua matanya dengan tatapan tajam.

"Eh… g-gini… soalnya aku…"

Ayolah Ino! Pikirkanlah sebuah alasan yang logis! Yang masuk akal! Apa sajaaaa!!!!

"Aku tadi sakit perut keras sekali, aku benar-benar perlu ke kamar kecil. Rasanya nggak tahan. Jalan ke rumah agak lama aku pikir mungkin kalau aku ke kamar kecil aku akan merasa lebih baik…" Ino mau mati saja. Disinilah ia, berhadapan dengan ketua geng paling kasar di kabupaten, dihimpit kedua lengannya yang ehem… kelihatannya gagah, membicarakan soal hal-hal yang bahkan Ino tidak bicarakan dengan Sakura. Pasti sekarang yang Gaara pikirkan adalah bagaimana lamanya Ino membutuhkan waktu untuk buang air besar. Wajah Ino menjadi merah saking malunya. Dan sepertinya Gaara menyadarinya.

"Kamu datang bulan ya?"

Sesaat Ino kaget. Tapi memang ia sih… tapi itu sudah sejak dua hari. Tapi nggak apalah kalau hal ini bisa membuatnya keluar dari keadaan yang menakutkan ini.

"I-iya…" Ino menelan ludah.

Gaara melepaskan Ino. Ia memandang Ino dengan saksama. Baru sekarang Ino menyadari kalau Gaara terlihat kepanasan dan seragamnya penuh debu. Jadi ia selama ini menunggunya di depan pintu gerbang tidak mempedulikan perasaannya…

"Kenapa tidak bilang sebelumnya? Kenapa tidak SMS? Aku sudah pikir kamu diapa-apakan."

Ino tidak bisa percaya apa yang barusan ia dengar. Gaara cemas memikirkan dirinya? Mungkin ia tidak semenakutkan seperti yang dibicarakan yang lainnya…

"Ayo. Kita pergi makan siang. Kamu butuh makanan atau kamu akan anemia."

Ino tambah malu, tetapi ia mengikuti Gaara dengan patuh. Ia berjalan pelan di belakang Gaara. Saat cowok berambut merah itu menyadarinya ia menghampiri Ino dan memeluk bahu Ino. Jantung gadis itu berdegup kencang.

Ino tidak bisa percaya saat Gaara menaiki sebuah sepeda motor kawasaki 1400 GTR berwarna hitam. (CP: hehe mau dooooong motor keren XD) Ino terkesan.

"Ini punyamu?" Ino memandang sepeda motor itu dengan saksama, merasa tidak pantas menaiki kendaraan sekeren itu.

"Ya," jawab Gaara saat memasukkan kuncinya. „Aku beli dari hasil kerja sambilan selama setahun. Aku suka naik sepeda motor. Membuatku melupakan semua masalah saat melaju dengan cepat…" Ia memandang Ino lalu melemparkan helmnya kepadanya.

Ino menangkapnya, lalu melihat Gaara dengan heran.

"Pakailah. Aku hanya punya satu. Lebih baik kamu yang pakai helmnya."

"Tapi… aku… Gaara kan…" Ino melihat gugup ke arah Gaara yang sekarang tidak punya helm.

Pandangan Gaara kembali menjadi tajam. Mungkin itu tandanya ia mulai tidak senang dan Ino memekik ketakutan lalu cepat-cepat memakai helm itu, kemudian ia duduk di belakang Gaara.

"Berpeganganlah padaku. Aku biasanya melaju cepat," kata Gaara dengan tenang.

Ino malah gugup mendengarnya dan dengan hati-hati ia memeluk Gaara dari belakang. Punggungnya begitu nyaman… rasanya tidak semenakutkan itu dekat dengan ketua geng yang paling ganas setempat.


Sekarang bab selanjutnya! :D review kalau kalian berkenan.