Yosh, saya sudah kembali X3 entah kenapa perasaan berat untuk melanjutkan fic ini jadi hilang, dan aku jadi merasa santai seketika hahaha jadi pingin ketawa keras-keras! XD *dilempar centong nasi sama tetangga* Lagipula sayang, tinggal chapter terakhir :)

Aku mau ucapin terima kasih sebesar-besarnya pada para senpai G and K, terima kasih. Entah kenapa setelah melihat review para senpai, perasaan beratku hilang, aku akan ikutin saran senpai :D

Mungkin itu saja, selamat membaca sajalah~



Disclaimer : Always Masashi Kishimoto..

Pairing : SasuSaku

DON'T LIKE DON'T READ..!!

Kalau gak suka masih nekat baca, coba kutanya udah lulus SD belum? :P

-

-

-

Apa kau merasakannya? Hari kematianmu sudah mendekat…

xXx

FINAL DESTINATION

(000)

xXx

-

-

-



Sekarang, Kakashi. Kakashi Hatake. Tinggal dia, aku, dan Sakura yang masih selamat setelah kecelakaan itu. Huuf, aku harus merubahnya, kali ini aku harus bisa! Aku harus bisa menyelamatkan barang satu orang saja! Dan tentunya aku juga tidak mungkin melupakan Sakura. Aku terus berlari tanpa menghiraukan apapun, bahkan hampir saja aku tertabrak mobil kalau aku tidak cepat-cepat melompat dari tengah jalan.

"HOI, MATAMU DIMANA!?" teriak sopir truk tersebut sambil memencet klakson yang memekakan telinga setiap orang. Aku hanya menempelkan kedua telapak tanganku dan sedikit menunduk, tanda minta maaf. Tapi aku melakukannya sambil tetap berlari, dan aku mulai menyusul Sakura yang sudah jauh di depanku.

"Hah hah, itu dia, Sasuke!!" teriak Sakura terengah-engah, lalu aku juga ikut terengah-engah di sampingnya. Depan kami sudah, toko majalah milik Kakashi berdiri.

Kami berjalan menghampiri toko majalah itu. Lalu kami pun membuka pintunya. Di dalam, tidak ada siapa-siapa, sehingga aku mengangkat sebelah alisku. Kok bisa sih, toko terbuka tapi tidak ada yang menjaga? Sakura mencari sekeliling sambil meneriakkan nama Kakashi sedangkan aku hanya melihat sekeliling tanpa bergerak sama sekali dari tempatku berdiri. Lalu tiba-tiba aku mendengar suara orang yang berlari dengan tergopoh-gopoh dari dalam. Lalu aku menatap heran orang di depanku yang tak lain Kakashi dengan penampilannya yang sangat berantakan.

"Kau... kenapa Kakashi?" tanyaku sambil melihatnya dari bawah ke atas. Kakashi tampak terengah-engah dan sepertinya kaget melihat kami. Baju kemejanya sangat berantakan dan kusut, bahkan tercium aroma seperti.. emm parfum wanita?

"Hah? A.. Aku tidak apa-apa, ng ada perlu apa ya?" jawab Kakashi gugup, aku ber'oh' ria. Lalu baru saja aku membuka mulut untuk berbicara, tiba-tiba terdengar lagi suara langkah kaki dari dalam menuju kemari. Kali ini seorang wanita berambut hitam dan rambutnya dijepit ke atas.

"Sudah ya Kakashi, terima kasih," gumam wanita itu dan berjalan melewati kami. Dia memakai parfum dan aromanya.. sama seperti yang aku cium dari tubuh Kakashi.

"I.. Iya, sama-sama Anko. Hati-hati ya," jawab Kakashi sambil tersenyum. Entahlah, melihat dari perilakunya, juga bagian atas kaki Kakashi yang tampak kaku bergerak. Sepertinya dia dengan wanita itu habis... ah, sudahlah! Itu tidak penting sekarang.

"Ada apa Sasuke, Sakura?" tanya Kakashi lagi pada kami. Dia juga sambil memberi kursi pada aku dan Sakura.

"Oh ngg, sebenarnya... kau ingat tentang kecelakaan pesawat di apartemen itu?" tanya Sakura pada Kakashi. Laki-laki berambut perak itu mengangguk.

"Tentu saja, mana mungkin aku lupa," jawab Kakashi, "Kenapa memangnya?" tanya Kakahi lagi. Aku menarik nafas dalam-dalam.

"Sejak itu, semua yang selamat dari sana meninggal. Sampai sekarang, yang tersisa tinggal kita bertiga Kakashi," jawabku. Kakashi tersentak.

"Apa? Bagaimana mungkin?" tanya Kakashi bingung. Sakura menggeleng pelan, dari wajahnya aku bisa melihat ketakutan yang amat besar. Aku mengusap rambutnya pelan.

"Entahlah, tapi yang pasti kitalah korban selanjutnya," jawabku. "Dan kita harus mencoba menggagalkannya," lanjutku lagi. Kakashi mengangguk mengerti.

"Lalu? Bagaimana cara menggagalkannya?" tanya Kakashi padaku. Aku tampak berpikir.

"Kita—Aaakh," kepalaku kembali berdenyut. Ini, ini dia petunjuknya. Kali ini tidak seperti dulu, aku menunggu angka selanjutnya tapi...

Kosong..

Kosong, kosong, tidak ada apa-apa. Tidak ada bayangan sama sekali walaupun kutunggu angka mana yang selanjutnya muncul, tapi tetap saja tidak muncul. Sakura dan Kakashi terlihat panik memegangi tubuhku. Tapi aku tidak bisa mendnegar apa yang mereka katakan, aku terlalu sibuk untuk merasakan kesakitan yang paling menyiksa ini, paling sakit dari yang sebelumnya pernah kurasakan.

"UAAAAAAGGGGH!!!" teriakku kencang, dan aku langsung membanting diriku di atas lantai. Tanganku mencengkeram erat kepalaku.

Lalu perlahan aku mulai kehilangan semua panca indraku. Aku seperti berada di tempat yang sangat gelap, tidak ada siapa-siapa, tidak ada suara, apapun. Saat aku sedang melihat sekelilingku, aku mendengar sesuatu. Awalnya samar-samar, lalu perlahan semakin jelas. Suara itu...

DRRRRNG DRRRK DRRK

Suara apa itu? Seperti suara mobil besar yang sedang berjalan. Suara mesinnya sangat kencang. Aku terengah-engah, lalu perlahan mulai kubuka mataku. Aku melihat Sakura dan Kakashi yang menatapku khawatir, mereka menghembuskan nafas lega bergitu melihat aku siuman. Sepertinya tadi aku sempat pingsan sesaat.

"Huff, untunglah kau sudah sadar Sasuke, aku kaget sekali," gumam Sakura, dia tersenyum padaku. Aku mengangguk.

"Maaf," jawabku singkat. Lalu Sakura menatapku serius.

"Apa.. yang kau rasakan Sasuke?" tanyanya. Aku terdiam dan menggeleng.

"Aku hanya mendengar suara mesin besar yang berjalan, setelah itu tidak ada lagi." jawabku. Kakashi menatapku bingung.

"Suara mesin besar? Apa itu berhubungan dengan kematianku?" tanya Kakashi. Aku mengangkat bahu.

"Bisa jadi," jawabku. Lalu tiba-tiba Kakashi tertawa terbahak-bahak. Spontan aku dan Sakura bingung melihatnya.

"Ada.. apa Kakashi?" tanya Sakura bingung. Lalu tiba-tiba...

DRRRRNG DRRRK DRRK

Aku tersentak, suara itu persis seperti yang ada di pikiranku sebelumnya. Aku langsung menoleh ke luar toko. Dan baru kusadari, ada perbaikan jalan atau mungkin pengaspalan jalan di depan toko ini. Lalu kudengar Kakashi menghentikan tawanya, dan memegang bahuku.

"Hahaha dasar kau Sasuke. Mungkin tadi sebelum kau pingsan, kau samar-samar mendengar suara bulldoser yang meratakan jalan itu kan?" gumam Kakashi enteng. Aku hanya terdiam.

"Tapi... bisa saja kan, bulldoser itu penyebab kematianmu?" tanya Sakura, dia berusaha membelaku. Kakashi hanya menggeleng dan mengibaskan tangannya.

"Hahahaha mana mungkin, lagipula mungkin teman-teman kalian itu kebetulan tewas. Aku tidak percaya takhayul," jelas Kakashi. Aku menatapnya dengan sedikit kesal.

"Kalau kebetulan itu, bukan takhayul!! Dan mana mungkin kebetulan terjadi berturut-turut hah!?" balasku sedikit teriak dan emosi. Sakura memegang bahuku, menahanku supaya sabar. Kakashi terlihat mendelik melihat aku membentaknya.

"Lalu? Itu berarti aku harus percaya padamu? Ku beri tahu saja, jam segini para pekerja pasti sudah pulang! Tidak akan ada yang menaiki bulldoser itu, lagipula jarang sekali yang lewat di gang sempit ini saat senja," tanya Kakashi balik. Aku terdiam, hanya menggertakan gigiku.

"Aku.. tidak bilang begitu, mau percaya atau tidak itu terserah kau. Yang penting aku sudah memperingatkanmu!" jawabku lagi. Dan Kakashi tiba-tiba meludah ke kakiku.

"Huh, mau coba buktikan?" tanya Kakashi pada kami. Aku dan Sakura mengangkat sebelah alisku heran. Lalu tiba-tiba Kakashi berjalan ke luar dan mendekati bulldoser itu.

-

-

-

Normal POV

Di bagian para sopir bulldoser...

"Hei, hari ini cukup sampai sini dulu saja, lagipula hari sudah senja," gumam salah seorang yang mendekati sopir bulldoser itu. Sopir itu tampak habis meminum sebotol aqua, lalu dia menaruh botol tersebut di atas kursi di sampingnya.

"Ya ya," jawab sang sopir sambil menarik rem bulldoser itu hingga berdiri tegak, lalu dia turun dari bulldoser itu. Saking terburu-burunya, dia lupa dengan kunci yang masih menggantung di mesin kemudi.

Angin berhembus semakin kencang, perlahan-lahan gantungan kunci di kaca spion tengah bulldoser bergerak-gerak seperti menari. Batu-batu kerikil kecil yang ada di sekitarnya, pun bergerak-gerak berisik. Sedangkan tak lama berselang setelah itu, Kakashi datang dan mendekati bulldoser tersebut sambil memegang ban besi besar yang berfungsi sebagai perata jalan. Kakashi memegang itu sambil menatap Sasuke dan Sakura yang berjalan ke arahnya dengan tatapan mengejek.

"Lihat, tidak terjadi apa-apa kan?" tanya Kakashi dengan nada mengejek. Sasuke dan Sakura yang menatapnya terdiam, lalu Kakashi tertawa lagi dan berjalan hingga dia dan ban besar itu berhadapan. Kakashi merentangkan tangannya.

"Hm? Tidak ada apa-apa, bulldoser ini tidak menyerang atau menggilasku," gumam Kakashi. Sasuke mendelik tajam padanya.

"Kau.. jangan nekat!!" teriak Sasuke. Kakashi tidak mengindahkan peringatan Sasuke itu. Malah dia memberanikan diri memukul ban besi itu.

Kakashi terus-terusan memukulnya dengan kencang hingga bulldoser itu nampak sedikit bergetar. Lama kelamaan getaran itu semakin kuat, membuat botol yang tadi ditinggal sopir itu perlahan bergerak. Terus bergerak, sampai akhirnya berhenti di ujung kursi rata tersebut. Kakashi menyudahi pukulannya, karena tangannya sudah sedikit mengeluarkan darah. Angin bertiup kencang, saat Kakashi dengan sombongnya menatap Sasuke sambil tersenyum. Sang botol tak bisa lagi menahan bebannya dan terjatuh membuat rem yang tadi berdiri tegak, kini jadi turun. Dengan posisi jalan yang seperti turunan ini, membuat sang bulldoser maju.

Sasuke tersentak melihat ban besar bulldoser yang sedikit bergerak. Akhirnya Sasuke berteriak.

"KAKASHI!!" teriak Sasuke. Kakashi tersentak mendengar teriakan Sasuke dan dia langsung menoleh.

"Eh? HWAAA!?" teriak Kakashi. Entah kebetulan entah apa, Kakashi menginjak jalan yang memang masih lapuk itu, hingga kakinya terperangkap. Kakashi meronta, berusaha mengeluarkan kakinya.

"APA!? APA INI!? HUWAAAAA, TOLONG!! TOLONG!!!" teriak Kakashi histeris. Perlahan tapi pasti, Sasuke sudah bisa melihat ban besar itu mulai mendorong jatuh Kakashi yang kehilangan keseimbangan.

"Sasuke! Sasuke! Kita harus menolong Kakashi!!" gumam Sakura panik. Tapi sebelum itu, Sasuke sudah berlari lebih dulu dan berusaha menarik Kakashi.

"AAAAAAAA!!!!" teriak Kakashi saat ban besi perata jalan itu, mulai menggilas betis kiri Kakashi.

Sasuke berusaha menahan ban besar itu untuk terus berjalan, tentunya sambil berusaha menarik Kakashi tentunya. Sasuke melakukan dua pekerjaan yang tidak mungkin dilakukannya dengan tenaga sendiri. Memang, setelah itu Sakura berusaha membantu Sasuke, dengan menarik Kakashi. Tapi tetap saja, menahan bulldoser di jalan turunan seperti ini, sama saja dengan mencari mati. Sasuke masih berusaha walau jujur saja, keringat sudah mengalir di pelipis juga bagian tubuhnya yang lain. Tapi tidak ada niat untuk berhenti, sebab Sasuke sudah bersumpah pada dirinya sendiri.

"Sa.. Sasuke..." gumam Sakura melihat kekasihnya juga yang sepertinya sudah sampai pada batasnya.

"Ugh ugh, UAAAAAGGH!!" Sasuke berteriak, berusaha mengeluarkan segenap tenaganya. Tapi, jalan turunan memang hanya memberi sedikit gesekan, alhasil Sasuke langsung jatuh terguling mundur dengan nafas terengah-engah menatap Kakashi di depannya nanar. Tangannya bergetar saat dia berusaha bangun.

"Ka.. Kakashi..." gumam Sasuke, sambil mengedarkan pandangannya berusaha mencari seseorang. Tapi benar kata Kakashi, nihil.

"AGH AAAGH!" teriak Kakashi, kini ban itu sudah mulai melindas paha kakinya. Darah segar bermuncratan di sekitar jalan bulldoser tersebut, bahkan terlihat mulut Kakashi sudah mengeluarkan darah dari dalam. Tangannya mencengkram erat-erat kerikil-kerikil yang ada di sekitarnya. Sedangkan tangan satunya lagi masih dicengkeram erat Sakura.

"Sasuke.. aku.. tidak kuat lagi.." gumam Sakura, dia merasakan tangannya berkeringat hingga akhirnya dia terlepas dari cengkeraman Kakashi. Sakura jatuh terduduk, mata emeraldnya sudah mengeluarkan tangis.

Kakashi masih meronta-ronta, walau gerakannya mulai berkurang seiring ban bulldoser yang semakin maju melindas dirinya. Mulai dari kemaluan, perut, dada, hingga sekarang leher menuju kepala. Saat ban sudah menyentuh dada, gerakan Kakashi langsung terhenti. Sasuke bisa mendengar suara retakan tulang rusuk Kakashi yang dilindas itu. Sakura sendiri bisa melihat beberapa potongan daging kecil Kakashi yang seperti habis digiling, melihat itu Sakura langsung muntah sejadinya. Sasuke sudah menelpon polisi atau ambulance, tapi percuma paling juga terlambat.

Sasuke menarik nafas melihat kepala Kakashi yang kini dilindas bulldoser yang terkesan ganas itu. Suara retakan tulang tengkoraknya terdengar sangat jelas. Wajah Kakashi yang nanar tadi, hilang dan lenyap seketika. Ban besar itu kini terlihat habis dicat dengan warna merah darah yang pekat. Sakura gemetar dan tidak mau melihat apa-apa, kini dia membenamkan wajahnya di dekapan Sasuke. Seolah puas dan mengejek, beberapa centi setelah menggilas kepala Kakashi, bulldoser itu kini berhenti. Sasuke menatap geram pada bulldoser itu, lalu dia memukulnya sekuat tenaga..

DHAAAANG

"KUSOOOO!!!" teriak Sasuke marah. Sakura kaget melihatnya, apalagi setelah dilihatnya darah segar mengalir di kepalan tangan Sasuke.

"Sa.. Sasuke.." gumam Sakura khawatir.

Sasuke terengah-engah, nafasnya memburu kencang. Sakura mengelus bahu kekasihnya perlahan. Setelah melirik darah Kakashi yang berada di kakinya, Sasuke menarik nafas. Dia berusaha menenangkan dirinya, namun...

"Akh.. uaaaakh!" rintih Sasuke lagi. Sakura tersentak.

"Sasuke!? Kau kenapa lagi!?" tanya Sakura kaget, "Sasuke!? Jawablah!!" gumam Sakura dengan penekanan dalam katanya.

Sasuke merasa dirinya melayang kembali, kali ini air. Suara gemericik air, perlahan tapi pasti suara gemericik itu berubah menjadi suara gemuruh. Ibaratnya seperti suara air yang hampir habis menetes dari ujung botol semakin lama menjadi seperti suara air terjun yang mengamuk. Sasuke berusaha menajamkan semua panca indranya, tapi yang berfungsi hanyalah pendengaran saja. Alhasil, sekitarnya berubah menjadi gelap hanya terdengar suara air, air, dan air. Seketika Sasuke kembali lagi pada kesadarannya saat Sakura berteriak di telinganya.

"SASUKE!?" teriak Sakura, membuat Sasuke tersentak. Saat melihat sekeliling, rupanya polisi dan ambulance sudah datang. Mereka mengamankan bulldoser itu.

"Maaf, apa kalian yang melihat kejadiannya?" tanya seorang polisi yang terlihat membawa catatan kecil. Sasuke dan Sakura mengangguk pelan.

"Kalau begitu, aku boleh bertanya pada kalian?"

-

-

-

Sasuke POV

"Orang itu... bertanya banyak sekali..." keluh Sakura setelah sekian lamanya dia dan aku berjalan menjauhi jalan tadi. Aku hanya mengangguk saja, tidak tahu apa yang mau kukatakan.

"Tapi..." gumam Sakura. Aku menoleh dan menatapnya heran saat dia menghentikan kata-katanya, "Kematian Kakashi sangat mengerikan, apa.. kita akan mati seperti itu juga?" tanya Sakura pelan. Aku terdiam melihatnya.

"Aku.. tidak tahu.." jawabku. Saat itulah, Sakura menoleh dan mendapati adanya kincir air raksasa di sungai dalam kota.

"Sasuke, kincir air yang baru dibuat itu keren sekali," gumam Sakura, terdengar dari suaranya dia berusaha tenang.

"Hn," jawabku.

"Aku ingin melihatnya lebih dekat," gumam Sakura. Tadinya aku berniat membiarkannya saja, biar dia tenang. Tapi aku baru teringat, berdasarkan urutan kematian, setelah ini adalah Sakura. Dan yang aku lihat, hubungan dengan kematiannya adalah...

Air..

"Sakura! Jangan! Ki.. Kita, pulang saja!" ajakku. Sakura menatapku heran.

"Eh? Ke.. Kenapa?" tanya Sakura. Aku tidak menjawab, melainkan hanya memasang tatapan 'kau-pasti-tahu-maksudku' padanya. Sakura terdiam dan terlihat berpikir.

"Tapi.. kau lihat kan, airnya tenang-tenang saja?" tanya Sakura. Aku menggeleng. Kulihat dia berbalik menatapku, tangannya dia tunjukkan pada air tenang di belakangnya. Memang.. benar sih..

Sakura berlari ke arah laut yang tenang itu dan mendekati kincir besar yang baru saja dibuat itu. Aku terdiam melihatnya, kusadari ujung bibirku sedikit tertarik melihat senyum polosnya. Sakura masih asyik memainkan air di sekitar kincir air itu. Tapi aku membayangkan ada orang baru di tempat pengaturan kincir. Orang itu membawakan air untuk para seniornya, tapi kaki orang itu tersandung kabel sehingga air tumpah di kotak listrik pengatur kekuatan kincir. Hal itu menyebabkan kontrol-kontrol rusak tidak terkendali. Sehingga kekuatan kincir menjadi jauh dalam kekuatan maksimum.

Aku tersadar dari lamunanku, kulihat Sakura memegang kincir yang berjalan lambat itu. Spontan aku berteriak...

"JANGAN SENTUH..!!" teriakku dan langsung berlari ke arah Sakura.

"Eh?" Sakura menoleh padaku. Tapi sial, tangannya masih memegang kincir yang memang dekat tepi sungai itu. Alhasil kincir itu sudah mulai berputar dengan kekuatan penuh, Sakura yang memang tidak siap langsung terbawa.

"SAKURAAAA!!" teriakku histeris. Tapi Sakura sudah terlanjur dibawa di dalam putaran maksimum kincir tersebut.

Sakura terus-terusan diputar sambil berpegangan kincir air yang cepat itu. Dia tidak berani melepasnya barang sebentar saja. Sampai tiba-tiba, mesin itu kembali error sehingga kincir berhenti tiba-tiba, membuat Sakura terlempar dan terjatuh di tengah jalan. Aku segera berlari menghampirinya, Sakura berusaha berdiri dengan susah payah. Saat dia mendongak, truk pembawa bensin datang melindasnya.

"SASUKEEEE..!!" teriak Sakura histeris. Seketika juga mataku melotot.

Setelah melindas Sakura tapi mungkin bisa dibilang karena ban truk itu yang juga kempes, truk itu oleng dan jatuh terbalik. Truk bensin itu terserempet dengan jalan hingga menimbulkan percikan api. Sedangkan penampung bensin itu bocor, sehingga kau tahu. Apabila bensin sedikit saja terkena percikan api...

BLAAAAARR

Aku terdiam melihat kobaran api yang melambai-lambai seolah mengejekku. Api itu seolah berkata "Haha, aku sudah mengambil kekasihmu, kau tidak punya apa-apa lagi sekarang!" aku menelan ludah, ini benar-benar api yang besar bahkan aku bisa melihat beberapa orang terkena amukannya. Aku jatuh berlutut, menatap sosok yang sudah dilumat oleh sang api. Sampai-sampai aku tidak mengenali lagi, apa benar itu Sakura kekasihku atau bukan? Hanyalah mayat yang berwarna hitam karena api memanggangnya...

"TIDAAAAAAKKK..!!!"

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

"Sasuke, kincir air yang baru dibuat itu keren sekali,"

DEG!

Aku menoleh ke sampingku melihat Sakura yang menatapku heran. Ini.. sama seperti aku pertama kali merasakan kecelakaan pesawat itu, ya benar!

"Sasuke? Kau dengar tidak sih?" tanya Sakura bingung menatapku, aku memasang tampang bengong, "Aku bilang, aku ingin melihatnya lebih dekat," sambungnya lagi. Aku tersentak setelah berpikir cukup lama.

"Jangan! Aku bilang jangan dekati kincir itu!" perintahku.

"Eh? Kena-"

"TURUTI SAJA KATAKU, KENAPA SIH?" bentakku penuh emosi. Sakura tersentak kaget melihatku. Tatapannya jadi berubah takut, dan dia menunduk.

"Ma.. Maaf," gumam Sakura, kulihat bibirnya bergetar. Huff, sepertinya aku sudah cukup keterlaluan. Aku menarik kepalanya, dan kubelai rambut pinknya.

"Maaf, aku tidak bermaksud-"

Aku tidak bisa melanjutkan kata-kataku. Aku melihat truk yang membawa bensin itu. Lalu kuperhatikan bannya di bagian kanan. Benar saja, ban itu kempes dan truk itu bisa oleng kapan saja. Aku menelan ludah dan langsung berlari ke arah truk itu.

"Sasuke, kau mau kemana!?" tanya Sakura.

"TUNGGU SAJA DI SITU!" perintahku lagi, lalu aku mengambil batu. Dengan kontrolku yang baik, aku langsung melempar kaca depan truk tersebut. Tentu saja sesuai harapanku, sopirnya marah dan langsung mengangkat kerah bajuku.

"Apa maumu, dasar anak kecil!?" tanya orang itu dengan tatapan membunuh. Aku menatapnya datar.

"Maaf, emm mungkin anda harus melihat tangki dan ban anda?" tanyaku sambil menunjuk ke arah belakangnya.

"Hoi, ban ini bentar lagi bisa copot. Bahaya! Tangki ini juga bocor," gumam teman sang sopir. Orang yang mengangkat kerah bajuku tadi langsung menghampiri temannya dan sepertinya mereka berusaha menelpon teman dari sana. Aku bernafas lega.

"Huff akhirnya," gumamku lega. Sakura menyusul di belakangku.

"Sasuke, ada apa?" tanya Sakura polos. Aku menatapnya, senyum kecil tersungging di bibirku dan aku mulai mengecupnya pelan hingga wajahnya memerah.

"Semua sudah selesai,"

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

1 bulan kemudian..

Aku benar-benar lega, sejak waktu itu tidak terjadi keanehan apa-apa lagi. Tidak ada ancaman, tidak ada kesakitan, walau aku sedih karena pada akhirnya yang tersisa cuma aku dan Sakura. Aku benar-benar lega, sangat lega. Saat ini pun aku berjanji kencan dengannya di pinggir jalan di bawah bukit. Dan dari sini kau bisa melihat ke atas bukit, ada kereta yang melewati relnya, begitulah..

"Sasuke..!! Lama menunggu ya?" tanya Sakura yang terengah-engah menghampiriku. Aku mengangguk dan tersenyum kecil.

"Hn, lumayan," jawabku apa adanya.

"Eh Sasuke, kita mau ke mana hari ini?" tanya Sakura polos. Aku mengangkat bahu.

"Aku sih terserah saja," jawabku santai. Sakura tertawa renyah, dia memasukkan tangannya pada kedua saku jaketnya dan tiba-tiba dia seperti panik. Dia meraba-raba kantung jaketnya itu, lalu celana, dan tasnya.

"Kenapa Sakura?" tanyaku sambil mengangkat sebelah alisku.

"Dompet.. Dompetku tidak adaaa..!" gumam Sakura panik, "Duh, gimana ini Sasuke!?" sambungnya panik. Aku mendesah pelan.

"Sudahlah, tidak apa. Hari ini biar aku traktir," jawabku sambil tersenyum. Sakura tersenyum lebar.

"Waaaah, makasih Sasuke-kuun!!" gumam Sakura polos. Spontan wajahku memerah melihatnya. Huh, dasar.

Baru saja aku melangkahkan kakiku, tiba-tiba aku terdiam. Degup jantungku berdegup kencang. Aku tidak tahu kenapa, tapi rasanya ada yang aneh. Aku menelan ludah, lalu aku memegang tangan Sakura erat. Sangat erat. Angin bertiup kencang membuatku bergidik.

"Ada apa, Sasuke?" tanya Sakura padaku dengan tatapan khawatir. Aku menggeleng pelan.

"Sakura.. apa.. mungkin yang waktu itu belum selesai?" tanyaku. Sakura mengernyitkan alisnya. "Kecelakaan mengerikan itu.. belum selesai?" tanyaku. Sakura menggeleng.

"Tidak.. tidak tahu. Dan aku berharap tidak.. tidak ada lagi..!!" gumam Sakura takut.

Aku mengerti melihatnya, aku juga punya perasaan yang sama sepertinya. Lalu aku terdiam, sekelebat bayangan melewati kepalaku. Itu.. seperti penyambung antar gerbong dalam kereta api. Penyambung itu mulai berkarat, dan akhirnya patah melepas gerbong besar paling belakang. Gerbong itu.. seperti berada di atas bukit, sehingga dia jatuh terguling-guling menuju ke bawah.

Eh, tunggu dulu. Bukit?

Aku langsung mendongak cepat, melihat ke atas bukit di samping kami. Benar saja gerbong itu jatuh terguling-guling dari atas menuju kami. Mataku langsung membelalak.

"KYAAAAA!!" teriakan Sakura yang melengking, itu yang terakhir kudengar...

DRAAAAAAKK

Gerbong besar itu menghantam kami...

Aku tidak mendengar teriakan Sakura di sampingku lagi..

Aku tidak.. merasakan apa-apa lagi...

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

Aku...

THE END



Hem, ending apa nih? (=,=)a Maaf, kalau ternyata gak sesuai sama yang diharapkan yaa.. Aslinya aku gak rela kok SasuSaku mati, bener deh (-,-)v *dihajar massa*

Oh ya, special thanks for :

"Black Rose" Cyne_chan, Smile, Smiley, Faatin-hime, Aika Umezawa, G n K, Naru-mania, Nne Kishida, Uchiha Cesa, Haruchi Nigiyama, AkatsukiImaginaryBlue, Dark Sky-Naranarana Kasumi, Ginbzz, Fusae 'LeeBumYeHyun' Deguchi, Je_jess, Intan SasuSaku, Eldysa Aulia, Ria_NaMiKaZe, sasu_saku?, reader9, Mila Rikudo Sakura, Nakamura Miharu-chan, Kuroneko Hime-un, Smiley, NikuChi~~, Aira Mitsuhiko, pick-a-doo, konanlovers_chan, KuroShiro6yh, Aya Haruka, Ryuu Arasa, harunaru chan muach, chiu-chi Hatake, dilabcd, Kaze-chan, Angga Uchiha Haruno, Kiran-Angel-Lost, Tsukimori Raisa, beby-chan, Akira Kanata, Su Zuna Ame, Hyouru, Fharf, You Ichi, Black Butler, Yueyue, AburAmee, Silver Bullet 1412, Sakura Mikazuki, Silent Reader, miss hakuba, innocent half, Uchiha Ryu Mizu, UthareY Namizuka, icha beside door, minamicchi

Huwoo, banyak juga ya yang review (=,=)a *PLAAAK* Hehe, tapi yang Kira perhatikan cuma review buat kemajuan story Kira aja sih~ XD *DHUUK* Oh ya, mungkin ini fic rate M suspense terakhir Kira, dan lagi Final Destination tingkat kesusahannya lebih berat dari yang kukira (=,=)v Habis gimana ya, kalau menurutku FD lebih enak ditonton langsung, kalau dideskripsikan dengan sebuah fic entah serasa ada yang kurang, bener gak sih? (O,O)a *siapa juga yang nekat bikin? -kicked*

Oh ya, sekalian promosi (?) baca fic rate M suspense "Queliet Kuro Shiroyama" yaa ada di fandom Bleach. Masalahnya, dia lebih jago dari saya kalo masalah suspense, dan dia juga author baru (^^)v

Kira adalah manusia biasa, karena itu pasti punya kesalahan. Jadi mohon maaf dari awal sampai akhir fic ini kalau Kira ada salah. Mau memaafkan atau tidak itu terserah anda. Terima kasih bagi yang mau memaafkan. Dan terima kasih bagi yang sudah mau baca fic ini dari awal sampai akhir (^_^)

Ok, see you on the next fic Kira..!! Jaa nee..! :D