Saya kembali lagi dengan membawa sebuah fic baru, yang sebenarnya ide nich fic dah lama berenang-renang dalam otak Saya. Hanya saja Saya baru ada pencerahan kembali untuk membuat pmbukanya…

Yosh langsng saja…

Disclaimer : Masashi Kishimoto

Genre : Romance/Hurt/Comfort/Angst/Mistery

##Sacrifice##

Sakura Haruno, seorang wanita berumur 24 tahun ini adalah salah seorang dokter bedah yang bekerja dirumah sakit Konoha. Walalupun umurnya masih muda, tetapi keahliannya sebagai dokter tidak diragukan lagi.

Paras wajahnya sangat cantik, memiliki sepasang mata emerald yang sangat indah. Siapapun saja yang melihatnya pasti akan jatuh hati pada tatapan matanya, lembut dan ceria. Rambutnya yang berwarna merah muda panjang sepunggung digelung dan ditusuk dengan tusuk konde berwarna merah bermotif bunga sakura, yang dari ujung tusuk konde itu terdapat 3 buah lonceng kecil. Dan menyisakan sedikit anak rambutnya yang terurai disamping kedua wajahnya. Dan tak lupa sebuah poni untuk menutupi keningnya yang sedikit lebar. Warna rambutnya yang berwarna merah muda yang bisa dibilang sangat langka. Karena jarang ada orang yang mempunyai rambut berwarna merah muda. Namun, warna merah muda mengingatkan pada sebuah bunga Sakura yang bersemi indah dimusim semi. Membawa kesejukan pada setiap orang.

Tubuhnya terbilang ramping dan mungil. Kulitnya yang putih bersih seperti intan, juga sikapnya yang ramah terhadap setiap orang, membuat Dokter satu ini disenangi dan dikagumi oleh banyak pasien yang sudah datang padanya. Dan tak lupa dia juga sangat murah senyum. Setiap orang dirumah sakit Konoha itu pasti mengenalnya. Tidak ada yang tidak mengenal Sakura. Putri dari pemilik rumah sakit terbesar di Konoha.

Sakura berdiri dari duduknya dikursi besar itu, membuka jas dokter berwarna putih yang dia pakai. Menyampirkannya dikursi besar itu serta sebuah stetoskop yang senantiasa melingkar dilehernya. Merenggangakan sedikit otot-otot ditubuhnya. Setelahnya berjalan pelan kekamar mandi yang terletak diujung kanan dekat pintu masuk runangan prakteknya. Suara langkah kakinya yang pendek menggema diruangan itu terdengar sangat kontras. Menandakan bahwa sedang sepinya ruangan itu dan juga rumah sakit itu. Terang saja, karena ini sudah lewat dari tengah malam. Dengan langkah gontai Sakura masuk kekamar mandi, membuka pintunya. Setelah itu dia berjalan menuju wastafel, memutar kerannya dan dia menegadahkan tangannya untuk menampung sejumlah air. Memabasuh wajahnya yang lelah dengan air segar itu. Kemudian mengeringkannya dengan sebuah handuk kecil yang sudah disediakan dikamar mandi itu. Setelahnya, dia tatap sendiri bayangan wajahnya dicermin.

"Kau berantakan sekali, Sakura,"ucap Sakura pada dirinya sendiri. "Sebaiknya setelah ini kau harus cuti beberapa hari."

Sakura melangkahkan kaki jenjangnya meninggalkan kamar mandi, ketika tiba diluar Sakura dikejutkan oleh seseorang yang membelakangi dirinya didekat meja. Seorang perempuan berambut indigo panjang yang sama digelung rambutnya dengan tubuh ramping dan mungil seperti Sakura. Merasa diperhatikan oleh Sakura, seseorang itu membalikkan tubunya dan menghadap Sakura, sehingga terlihat sosok seorang wanita cantik bermata lavender, yang siapa saja melihatnya dapat terpikat dengan sorot matanya yang lembut dan mempesona. Wanita itu tersenyum ramah pada Sakura. Dan dibalas senyuman ramah kembali oleh Sakura.

"Maaf datang tanpa memberitahumu dulu, Sakura,"ucap sosok itu dan mendekat pada Sakura, memeluknya erat. Sakura pun membalas pelukannya.

"Ada apa, Kak Hinata??"tanya Sakura lembut dan melepaskan pelukannya. Memandang kepada kedua mata lavender Hinata seolah mencari jawaban.

"Hahaha…tidak apa-apa, Sakura. Aku kesini bukan karena aku sedang ada masalah. Aku datang kesini hanya ingin meliat keadaan mu saja. Karena Naruto bilang dia sangat khawatir dengan keadaan adik kesayangannya ini. Jadi, dia memintaku untuk memastikannya saja,"ucap Hinata panjang lebar dan mendahului Sakura berjalan, duduk dikursi didepan meja. Sakura mengikutinya dari belakang. Dan langsung duduk disebrang Hinata, dikursi yang baru saja Sakura tinggalkan untuk pergi kekamar mandi.

"Dan aku sudah memastikannya…"Hinata menggantung ucapannya dan memandang wajah dan serta penampilan Sakura. "Kau memang sangat berantakan, Sakura."

"Ya, aku tahu…"

"Cobalah untuk mengambil cuti beberapa hari dan pergi liburan!!!"tawar Hinata dan menggenggam tangan kanan Sakura diatas meja.

"Akan aku coba,"jawab Sakura lemah dan menenggelamkan wajahnya dilipatan kedua tangannya diatas meja setelah tanganya yang satu lagi lepas dari genggaman Hinata.

"O, ya, ini…aku bawakan secangkir teh hangat,"ucap Hinata dan menyodorkan secangkir teh kehadapan Sakura. Sakura meliriknya dan kemudian mengangkat gagang cangkir itu. Menempelkannya dibibirnya. Setelah itu menghirup terlebih dahulu wangi yang dikeluarkan asap teh itu. Teh herbal. Sakura dapat langsung mengetahuinya dari baunya. Dia terseyum tipis dan langsung mengecap sedikit demi sedikit teh itu.

"Maaf 'kan aku Sakura. Aku tidak bisa menemanimu lama-lama disini. Banyak pekerjaan yang harus aku urus…aku pamit sekarang,"ucap Hinata dan beranjak berdiri dari duduknya.

Sakura pun ikut berdiri setelah menaruh cangkir teh itu diatas meja. Mengitari meja itu dan memeluk Hinata. Sekilas dia mencium pipi Hinata terlebih dahulu. Hinata tersenyum lembut. Dan setelah Sakura melepaskan pelukannya, Hinata segera berjalan kearah pintu, membukanya.

"Aku sudah susah payah membuat teh itu, jadi habiskan!!!"perintah Hinata lembut, namun sorot matanya berkata lain. Setelah itu dia berjalan keluar dan hendak menutup pintunya. Namun, gerakannya terhenti dan menatap Sakura sendu. "Apa akhir minggu nanti kau akan mengunjugi 'dia'??"

"Tentu saja…"ucap Sakura sambil terseyum, namun pandangan matanya berkata lain. Terlihat sendu dan merindukan sesuatu, atau lebih tepatnya seseoarang.

"Oh, begitu…baiklah sampai jumpa, Sakura,"ucap Hinata dan menutup pintu. Bisa terdengar langkahnya makin lama semakin menjauh.

Sakura memutuskan untuk kembali duduk. Menopang dagunya dengan sebelah tangannya, dan tangannya yang lain mengangkat gagang cangkir teh. Meminum kembali teh itu sampai tandas. Setelahnya meletakan kembali cangkir teh yang sudah kosong itu diatas meja. Mengelap bibir merah mudanya dengan sebuah sapu tangan yang dia ambil dari dalam tas. Sebuah sapu tangan berwarna merah, dan diujungnya terdapat huruf singkatan kecil 'S.G' berwarna hitam. Setelahnya Sakura memasukan kembali sapu tangan itu kedalam tasnya.

Sekarang gantian, tangannya yang bergerak menuju leher. Atau lebih tepatnya sebuah liontin putih. Yang bandul dari liontin itu berbentuk hati. Sakura amati baik-baik liontin itu. Kemudian membuka bandul berbentuk hati itu sehingga menjadi dua bagian. Didalamnya terdapat dua buah poto kecil. Poto disebelah kanan terlihat seorang gadis berambut merah muda pendek sebahu bermata emerald dengan sorang pria. Usia dari Sakura pada saat itu masih sangat muda-sekitar umus 16 tahun. Dan lengan dari pria itu melingkar dilehernya dari belakang dan dagu sang pria tersebut ada dipuncuk kepala Sakura. Kedua terseyum gembira.

Sedangkan dibagian sebelah kirinya. Terlihat sosok seorang wanita beramabut merah muda, namun sekarang rambutnya tidak pendek sebahu lagi melainkan panjang sepunggung, sedang dipeluk dari belakang oleh seorang pria berambut hitam. Pandangan mata pria itu nampak dingin, namun dia terseyum tipis pada seorang wanita yang sedang berada dalam pelukannya itu.

Tes…Tes…

Tetesan air mata jatuh keatas meja. Membuat meja itu sedikit basah. Pemilik sang air mata itu kini memejamkan matanya, sehingga semakin banyak saja tetesan air mata diatas meja. Bibirnya bergetar dan mengumam nama kedua pria itu.

Tok…Tok…

Sebuah ketukan dipintu berhasil membuatnya berhenti mengeluarkan air mata. Dengan segera Sakura menyeka air mata yang jatuh dipipinya dengan punggung tangan kanannya. Dan menutup kembali liontin itu, memakainya kembali dilehernya.

"Masuk…" Suara Sakura sedikit parau ketika keluar dari tenggorokannya.

"Ah…Dokter…maaf mengganggu. Baru saja datang korban kecelakan. Dan salah satu dari mereka terluka parah. Perlu diadakannya operasi besar sekarang juga,"beri tahu seorang suster berambut merah. Suster itu masih berada diambang pintu dan membawa sebuah map berwarna merah ditangannya yang dia dekap didadanya.

"Perlihatkan padaku data-data pasien itu!!perintah Sakura. Dan segera saja suster itu melangkah masuk dengan serta menutup pintunya.

"Ini data pasien itu, Dok,"ucap suster itu dan menyerahkan map merah itu pada Sakura. Dan segera saja Sakura membuka map merah itu dan menelusuri baris kata yang dicetak dilembaran kertas itu.

Seorang pasien dari keluarga Uchiha.

Deg…

Jantung Sakura berdetak lebih cepat dari biasanya. Keringat dingin mulai mengucur didahinya yang tertutup poni. Wajahnya tampak pucat pasi. Tangannya yang memegang map itu sedikit bergetar. Suster yang dari tadi memperhatikan sikap aneh pada Sakura akhirnya bertanya.

"Apa ada yang aneh dengan data pasien itu, Dok??"

"Ah…tidak apa-apa. Tolong segera siapkan ruang operasi dan segala sesuatunya!!!"perintah Sakura dan langsung menutup map yang berisi data pasien yang akan dioperasinya itu tanpa membaca lebih lanjut. Suster yang mendapat jawaban yang tidak memuaskan dari Sakura hanya mengerucutkan bibirnya. Dan sedetik kemudian dia keluar dari ruangan kerja Sakura setelah pamit dan melemparkan senyuman pada Sakura.

"Uchiha…Uchiha…kenapa nama itu datang lagi dikehidupankku??"ucap Sakura dan menutup wajahnya dengan kedua tangannya.

"Ini bukan waktu yang tepat untuk mengenang masa lalu. Yang terpenting sekarang aku harus menyelamatkan nyawa Uchiha itu,"ucap Sakura dan memakai kembali jas putihnya dan tak lupa memakaikan stetoskop dilehernya. Dengan langkah tergesa-gesa dia keluar dari ruangan kerjanya.

Blamm…

Suara pintu tertutup itu menandakan bahwa sang pemilik rungan sudah meninggalkan ruangannya.

##Sacrifice##

Suara sepatu hak tinggi seorang dokter muda wanita ini menggema diseluruh koridor rumah sakit. Melantunkan melodi yang aneh jika didengar. Suara detak jam yang terpampang di dinding bercat putih itu menunjukan pukul 02.00 pagi. Setiap orang pun pasti sudah terlelap dalam tidurnya dan berkhayal dalam pikiran masing-masing. Tapi, tidak dengan rumah sakit ini. Rumah sakit yang selalu ramai dengan pasien-pasien yang terbilang cukup unik. Dokter muda ini tidak mengenal kata lelah. Dia suda bertugas dari sangat pagi, bahkan sang surya pun masih malu-malu untuk menggantikan sahabatnya, sang bulan.

Kantung mata yang terbentuk di bawah matanya, manandakan seberapa parahnya keadaanya. Sahabat, kakaknya, atau pun keluarganya sudah menghalalkan segala cara meghentikannya dari aksi yang melukai diri sendirinya ini. Namun, hasilnya nihil. Dia bersikukuh dengan sikap yang dia lakukan ini. Anehnya…walaupun sudah dalam keadaan seperti itu. Staminanya tidak pernah habis. Jika dihitung…dia sudah melakukan 3 operasi besar hari ini. Dan akan menjadi 4 operasi besar sekarang, karena dia akan mengoperasi seorang Uchiha.

Langkah Dokter wanita muda itu berhenti tatkala melihat sosok dua orang paruh baya yang sedang duduk di kursi disamping ruang operasi. Wajah kedua orang itu tampak sendu. Sosok pertama yaitu seorang lelaki paruh baya berambut hitam. Wajah itu biasanya terlihat tegas dan penuh wibawa. Namun, keadaaannya sekarang berbanding terbalik. Raut wajahnya tampak sendu, layu dan…putus asa. Lalu sosok yang kedua, seorng wanita cantik paruh baya berambut hitam kebiruan. Wajahnya juga sama seperti keadaan sosok yang pertama. Yang membedakan kini hanya aliran air mata saja yang mengalir dari pipi mulusnya. Isakan tangisnya terdengar sayup-sayup di koridor rumah sakit ini.

Sakura segera menghampiri kedua sosok itu dan dengan ragu-ragu meyapanya.

"Selamat malam, Ibu…Ayah…"ucap Sakura canggung dan sedikit membungkukkan kepalanya. Seyum tipis terlukis di bibir mungilnya.

Kedua sosok itu sedikit terkejut dengan panggilan yang diberikan orang yang menyapanya mereka. Secepatnya kedua sosok itu menengadahkan kepalanya untuk melihat sosok orang yang menyapa mereka tadi. Seketika sosok wanita paruh baya itu langsung menghambur kepelukan Sakura. Memeluknya dengan sangat erat. Sakura yang mendapat perlakuan tiba-tiba itu hanya balas memeluknya. Mengusap lembut punggung orang itu.

"Tenang saja, Bu. Aku pasti akan menyelamatkannya,"ucap Sakura setelah melepaskan pelukannya. Lalu, pandangannya beralih pada sosok lelaki paruh baya. Dengan canggung Sakura terseyum pada lelaki itu. Dan disambut seyuman hangat oleh sosok lelaki paruh baya itu.

"Ibu percayakan semuanya di tanganmu, Nak,"ucap wanita paruh baya itu dan sedikit terseyum sambil menggenggam kedua tangan Sakura lembut.

"Uhmm…serahkan semuanya padaku. Tapi, jangan lupa bantulah dengan doa dari kalian. Aku permisi dulu,"ucap Sakura lalu meninggalkan mereka diluar ruang operasi. Bisa terdengar suara isakan Mikoto, nama wanita paruh baya itu dari luar ruang operasi sebelum Sakura menutup pintunya.

-

-

Suasana dalam ruang operasi itu sangat mencekam dan sunyi, sepi. Yang dapat terengar dari ruangan itu hanyalah sebuah suara mesin yang nantinya akan sangat berguna. Selang infuse dan alat untuk mengetahui denyut jantung pun sudah terpasang rapih ditangan kanan pasien itu. Sakura segera mamakai baju khusus untuk operasi. Para susuter pun sudah siap. Kira-kira ada tiga suster yang membantu Sakura melakukan operasi besar itu. Yang pertama seorang suster berambut merah yang tadi memberikan map bernama, Tayuya. Lalu, suster yang kedua berambut coklat dicepol dua bernama, TenTen. Dan yang terkahir seorang suster berambut coklat pendek bernama Matsuri.

"Bukan 'dia'…lalu ini siapa?"batin Sakura setelah melihat sosok pasien yang akan dioperasinya. "Mungkin kah dia ini adalah…"

Bersambung…..

Yeeyy….akhirnya q bisa pub nie fic… fis ini kusembahkan untuk Sakura.H chara kesayangan ku dinaruto karena hari ini dia ulang tahun.

Readers semua tahu ga? Sebenarnya fic nie yg ingin aku pertama publish, bukannya Fire and Ice…

Dikarenakan karena pada waktu itu Saya belum cukup percaya diri dengan genre dari fic ini…Angst.

Namun….sekarang Saya sudah cukup percaya diri. Dan mudah-mudahan tidak mengecewakan Readers semua.

O, ya, disini umur semua pemain sudah pada dewasa semua. Tapi tenang z para Chara utama disini tidak akan terlalu tua…berkisar 27 tahun kebawah. Masih muda 'kan??

Dan satu lagi…ini kan bercerita tentang keadaan rumah sakit dan segala macam tentang kedokteran…jadi jika ada yang salah atau kurang tentang penjelasannya, Saya minta maaf dan mohon dimaklumi. Saya hanya tahu bagaimana suasana ruang operasi tapi tidak tahu menahu tentang alat-alat yang waktu itu dipasang ditubuh Saya…hiks…hiks*curhat mode on*…

Ok, lah akhir kata…

R

E

V

I

E

W

S

Salam manis, Miko-chan…^^