Based on 'Katekyo Hitman Reborn!' by Amano Akira
Cavallone the 11th
by Karin Risette Cavallone
Chapter : 1 of ~
author alert! : gaje, abal, ga sengaja buatnya, aneh, ga nyambung, pendek, chapter 1 kaya biografi, minim deskrip, dsb.. tapi kalo mau ya baca aja lah ! XD
Kubuka jendela kamarku dan kutatap mentari di luarnya. Kuambil sepotong roti panggang dan kunyalakan Macbook-ku. Pagi hari adalah waktu dimana inspirasi berkumpul. Waktu yang cocok untuk melanjutkan pekerjaanku. Menulis.
Ya. Aku adalah seorang penulis. Aku menulis artikel untuk beberapa majalah dan situs, juga menerbitkan beberapa buku dan novel. Bukan penulis besar memang, tapi pekerjaan itu telah melekat di tubuhku sejak bangku sekolah menengah. Hasilnya pun cukup untuk membawaku ke salah satu tempat duduk di kelas jurusan Sastra Inggris Universitas Oxford. Ya, aku masih mengenyam pendidikan program S2 jurusan Sastra Inggris di Universitas Oxford, dan ini semester terakhirku. Usiaku terbilang muda untuk mengenyam pendidikan S2, usiaku masih 21 tahun. Aku tinggal sendiri di apartemen ini dan membiayai semua kebutuhan hidupku dengan honor hasil menulis. Aku juga sesekali membantu dosen matematika sebagai asisten untuk menambah penghasilan.
*ini fanfic apa otobiografi sih? =.='a*
Hidupku tenang dan damai. Aku termasuk gadis pendiam yang hanya mengobrol seperlunya. Aku lebih aktif berbicara untuk kepentingan umum. Diluar itu aku sebenarnya mempunyai sifat 'tomboy' dalam diriku. Semasa sekolah menengah dan kuliah S1-ku aku aktif dalam aikido, baseball, bahkan american football! Kata Ibu angkatku, aku punya bakat, dan aku akan menjadi penulis yang sakit-sakitan kalau setiap hari hanya menulis di rumah. Aku pun menurut dan hasilnya kini aku menjadi penulis yang sangat sehat! Hehehe.
Kuraih Ipod Nano-ku, memasang earphone-nya di telingaku lalu kembali mengetikkan huruf demi huruf untuk merangkai kata. Sesekali kulirik foto berpigura di samping Macbook-ku. Foto kecilku bersama dengan Ayah dan Ibu angkatku. Benar, sejak kecil aku tinggal dan diasuh oleh orang tua angkatku. Aku sama sekali tidak tahu siapa orang tua kandungku dan mengapa mereka membuangku. Ibu bilang ia dan Ayah menemukanku di Italia saat sedang bekerja. Mereka adalah sukarelawan. Mereka menemukanku di tengah puing-puing bangunan di Roma satu hari setelah gempa berskala sedang mengguncang kota itu. Setelah itu mereka membawaku ke Inggris dan mengadopsiku. Ibu dan Ayah memberiku nama Karin Cecillia.
Masa kecilku biasa-biasa saja. Aku dididik dengan cara yang biasa pula. Orang tuaku selalu membiarkan aku melakukan apa yang kumau. Lalu aku akan mempelajari konsekuensi dari hal yang kulakukan tersebut. Intinya, aku belajar dengan tubuhku lalu mengingatnya dengan otakku.
17 tahun di Inggris cukup membuatku bosan. Dengan kemampuanku, aku berhasil lulus sekolah menengah atas di usia 17 tahun dan mendapatkan beasiswa ke Massachusetts Institute of Technology di Boston, Amerika. Meninggalkan Inggris, aku pun meraih gelar S1 setelah 2,5 tahun mondar-mandir di jurusan Matematika MIT. Setelah itu aku memutuskan untuk kembali ke tempat tumbuhku -bukan kampung halaman karena aku lahir di Italia-, Inggris. Dengan izin dari Ayah dan Ibu, aku pun mendaftarkan diriku untuk program S2 di Oxford University, dan masuk dengan mudah. Karena tidak ingin menyusahkan orang tua, aku memutuskan untuk tinggal sendiri di apartemen dan menulis untuk menghidupi diri. Kini sudah 1,5 tahun aku tinggal di kamar apartemen yang luas ini dan aku sudah begitu mencintai tempat ini. Rasanya aku takkan meninggalkan tempat ini walaupun mafia mengancam akan membunuhku.
Woa. Cukup banyak juga aku berkisah. Mungkin aku harus membuat otobiografi. Hahaha.
Lelah. Kuikat rambut pirang panjangku tinggi-tinggi. Kuhampiri kulkas dan kuambil sekaleng minuman ringan dari sana. Kulirik jam dinding, jarum pendeknya menunjuk angka 11. Ternyata sudah cukup lama aku duduk di depan Macbook-ku. Aku pun merebahkan diri di sofa dan menyalakan TV.
Kepalaku sedikit sakit. Jujur, skripsi sedikit membebani pikiranku. Skripsiku sebenarnya sudah selesai, hanya butuh 'finishing' saja. Tapi itu membuatku semakin tegang. Akhir-akhir ini juga banyak pria berpakaian serba hitam mondar-mandir di sekitar sini. Aku curiga mereka bukan orang baik. Menambah beban pikiranku saja. Kalaupun mereka berbuat sesuatu, aku menolak terlibat.
TING TONG TING TONG
Kudengar bel berbunyi. Hm, siapakah gerangan yang berkunjung? Aku bukan tipe orang yang sering dikunjungi orang lain. Lalu siapa ya? Rasa penasaran pun mendorongku untuk segera membukakan pintu.
CKLEK
"Eh?"
"Maaf mengganggu, Nona, tapi bolehkah kami bicara sebentar?"
Aku terdiam mematung. Baru saja kukatakan aku menolak terlibat, dan kini beberapa pria berpakaian hitam berdiri di depan pintu kamarku. Dan salah seorang dari mereka -yang terlihat tua karena rambutnya sudah memutih- mengatakan bahwa ia ingin bicara denganku. Baik, aku bingung, siapa mereka? Kenapa mereka mencariku?
"Maaf, Nona pasti bingung, jika Nona tidak memperkenankan kami masuk, kami tidak keberatan untuk bicara di luar." kata pak tua itu lagi. Aku masih tidak mengerti, namun dengan ramah kupersilakan mereka masuk.
"Maaf, anda ingin minum apa?" tanyaku pada pria tua itu. Pria tua itu tersenyum. Halus. Bukan senyum licik orang jahat. Kurasa aku tak perlu khawatir tentang mereka.
"Tak perlu, kami hanya sebentar," jawab pria tua itu. Hm, otakku berkata tidak sopan kalau tidak memperkenalkan diri.
"Uhm, nama saya Karin Cecillia, dan boleh saya tahu nama anda?" tanyaku ramah pada pria berambut putih tersebut.
"Karin Cecillia? Ternyata memang benar kau.. Ah, namaku Romario, dan kurasa kau tidak perlu tahu nama mereka, hahaha!" jawab pria tua itu sambil menunjuk ketiga pria berpakaian hitam di belakangnya.
Aku tertawa kecut. Memang benar dia? Apa maksudnya?
"Ehm, jadi, ada perlu apa anda kemari?" tanyaku lagi. Rasa penasaranku takkan hilang sebelum aku tahu kenapa mereka mencariku. Romario tersenyum simpul.
"Kami sedang mencari seseorang, dan sepertinya seseorang itu adalah anda, Nona Cecillia,"
Eh?
"Tunggu, apa maksudnya itu? Dan untuk apa kalian mencariku?" tanyaku heran.
"Untuk membawamu pulang," jawab Romario datar namun meyakinkan. Aku melongo.
"Pulang?"
"Ya, karena anda telah terpilih menjadi kepala keluarga ke-11 Cavallone Family,"
SIII~NGG
Ruangan hening sejenak. Aku speechless dan Romario hanya tersenyum senang.
"Kepala keluarga apa? Tunggu, apa yang sedang terjadi? Kalian pasti mendatangi Karin Cecillia yang salah! Sejak kecil aku sudah tinggal di sini!" responku dengan sedikit membentak. Aku yakin mereka salah orang.
"Sejak kecil? Tapi tidak sejak lahir, kan?" jawab Romario seakan memojokkanku.
Kenapa dia bisa tahu?
"Aku yakin, saat orang tua angkatmu menemukanmu, mereka juga menemukan sebuah cincin yang tergantung di lehermu. Boleh kulihat cincin itu?" ucap Romario tegas. Aku kembali berdecak. Kenapa ia bisa tahu tentang cincin itu? Padahal tak seorang pun mengetahuinya kecuali aku dan keluargaku. Perlahan kubuka dua kancing kemejaku yang paling atas. Memperlihatkan sebuah cincin yang tergantung pada rantai yang membelit leherku. Romario pun mengambil sebuah cincin dari kotak yang dipegang salah satu anak buahnya. Perlahan ia mendekatiku dan memperhatikan dengan seksama cincin di leherku. Sepertinya ia sedang membandingkannya dengan cincin di tangannya.
"Sama persis."
Author's cuap-cuap :D
nahaaa! akhirnya ff pertama saia di fandom KHR jadinya yg ini. .
ff gaje yg ga sengaja dibuat, diaplod di fb pake hp lagi ! XD
ceilaa, jadi kaya ff setengah hati nih. . . XP
ga apa, disaat-saat terakhir menjelang UN ff ini patut mendapat penghargaan ! XDD
tak banyak bacot, yg baca mesti review, kalo ga review, KAMI KOROSU!! XDD
yg mau kenal lebih jauh bisa lewat :
-fb : Iron Maiden Bonnie
-twitter : ladyhirurin
sekian saja, maaf cerewet! XD
Ciao!