Halloo…saya kembali datang buat membawa fic SasuSaku lagi. Mohon readers semua jangan bosan untuk membacanya…dan tentu saja untuk meriview fic ini…

Disclaimer : Masashi Kishimoto

Genre : Fantasy/Romance/Hurt/Comfort/Angst/Mistery*borong semua*

Rated : T

Warning : OOC, AU,

##My Lovely Angel##

Senja memerah. Sesaat lagi malam akan menebarkan keremangan yang membaur bersama nafas kesunyian. Perlahan, alam mulai melepaskan diri dari jeratan hari. Seakan jemu menimbun lelah, bumi mulai meredupkan kehidupannya. Siang pun menjelma menjadi gelapnya malam. Angin yang berhembus terasa menusuk-nusuk kulit seperti sebuah jarum. Bulan purnama penuh muncul dengan indahnya dikegelapan malam, menerangi setiap kehidupan dibumi.

Seorang gadis bermata emerald memandang kebawah, kesebuah jalan yang ramai akan kendaraan-kendaraan yang tak kunjung berhenti dari atas langit. Bintang bertaburan dilangit laksana permata yang berserakan dalam pemadani biru. Sepasang sayap putih ada dipunggungnya. Sepasang sayap yang lembut penuh dengan bulu-bulu halus bak sebuah kapas. Suara kepakan sayap terdengar sangat halus mengiringi suara hembusan angin pada malam itu. Pakaian yang dikenakan gadis itu berkibar-kibar terbawa angin. Sebuah pakaian berwarna putih tipis yang hanya sampai pertengahan pahanya saja. Sebuah senyuman terukir manis dibibir mungilnya.

"Aku sudah pergi jauh dari sana. Tidak akan ada yang menemukan ku ditempat ini,"ucap gadis itu dan mulai turun dari langit kesebuah jalan atau lebih tepatnya kesebuah gang kecil yang sepi. Sangat sepi karena tidak ada orang sekalipun yang lala lalang dijalan itu. Kedua kaki mungil putihnya yang bertelanjang kaki menapaki jalan itu, dan mulai berjalan. Tak tau arah tujuan mana gadis itu. Dia hanya berjalan dan terus berjalan. Namun, tiba-tiba saja langkahnya terhenti. Dan memandang sesosok tubuh manusia yang tergeletak begitu saja dijalanan aspal yang dingin. Sosok itu tak dapat diketahui apakah seorang wanita atau seorang pria, karena posisi tubuh itu tengkurap dan juga karena wajahnya yang tertutupi oleh jaket hitam yang sosok itu kenakan.

Akhirnya, gadis bermata emerald itu berjalan mendekat karena dihinggapi rasa penasaran. Setelah sampai disamping sosok itu, kemudian dia berjongkok dan membalikkan tubuh itu. Alangkah terkejutnya ia karena rupa wajah dari sosok itu. Sebuah wajah yang sangat sempurna, tak cacat sedikitpun. Kulit wajahnya yang putih seputih salju, sangat kontras dengan rambutnya yang berwarna hitam legam.

"Sempurna sekali wajahnya…apa dia juga seorang malaikat sama sepertiku?"tanya gadis itu dalam hati.

Gadis itu melihat sosok itu dengan seksama. Dari wajah, kebagian dada, perut…dan mata emerald itu berhenti dibagian itu. Tepat dibagian perut yang mengeluarkan cairan merah kental. Darah. Dan tak jauh dari sosok itu tergeletak sebuah benda tajam yang sudah berlumuran darah. Sebuah benda tajam bernama pisau. Sebuah benda yang dapat menyayat bahkan merobek kulit.

"Jadi kau terluka…berarti kau manusia bukan malaikat,"ucap gadis itu.

"Ngg…si…siapa?". Sosok itu mengeluarkan sebuah suara yang sangat kecil, namun masih dapat terdengar dengan jelas oleh telinga gadis itu. Lalu sosok itu membuka kedua kelopak matanya dengan perlahan. Dan terlihatlah sepasang bola mata onyx yang terlihat putus asa. Seperti sorot mata seseorang yang pasrah ketika nyawanya diambil oleh malaikat pencabut nyawa.

"Eh…kau masih hidup?"tanya gadis itu sambil tersenyum senang. "Aku suka dengan warna mata dan suaramu. Karena itu akan kusembuhkan lukamu." Lalu, kedua tangan mungil itu bergerak menuju bagian perut yang terluka itu. Menaruh kedua tangannya diatasnya. Dan tak lama kemudian munculah sebuah sinar berwarna kehijauan dikedua tangannya. Perlahan-lahan luka robek dibagian kiri perut itu mulai menutup, dan keadaan kulit yang robek itu kembali seperti semula. Seperti tidak pernah dirobek oleh benda tajam sebelumnya. Mengembalikannya seperti sedia kala. Sang pemilik tangan mungil itu mulai menjauhkan tangannya dari perut itu. Dan menatap kedua mata onyx itu dengan lembut, juga disertai senyuman.

"Sekarang kau sudah tidak terluka lagi,"ucap gadis itu.

Dan sosok itu pun hanya membalasnya dengan sebuah senyuman. Kemudian tangannya terjulur ingin menyentuh wajah sang hadis. Namun, tangan itu dihentikan oleh tangan mungil milik sang gadis. Seakan-akan sang gadis tak mau wajahnya disentuh.

"Aku pergi…sampai jumpa,"ucap sang gadis dan meninggalkan sosok itu setelah melepaskan tangannya. Gadis itu mulai membentangkan sayap putihnya, bersiap untuk terbang dilangit yang bertabur jutaan bintang.

"Malaikat…"ucap sosok itu sambil tersenyum tipis dan memandang sosok sang gadis yang tengah membentangkan sayapnya. Dan sekali lagi telinga gadis itu mendengar suara sosok itu, dan berbalik memandangnya. Kedua kaki mungilnya kini sudah tidak menapak dijalan aspal yang dingin itu. Melainkan melayang. Sebuah senyuman terlukis dibibir keduanya.

"Cantik sekali…"ucap sosok itu lagi. Lalu sang gadis mulai terbang kelangit dan meninggalkan sosok yang telah ditolongnya itu.

"Apakah aku bisa bertemu denganmu lagi, malaikatku. Jika bisa, aku pasti akan mengenalimu dengan mudah. Karena sebuah liontin indah yang aku lihat melilit dileher putihmu itu sebelum benar-benar aku tutup kedua mataku ini,"gumam sosok itu dan kemudian menutup rapat kedua matanya.

"Aku pasti akan menemukanmu dengan petunjuk liontin yang kau pakai itu,"batin sosok itu-lagi.

-

-

"Haaahh…hidup sendiri itu melelahkan dan juga tidak enak. Harus melakukan serba sesuatu sendirian. Ayah…Ibu…aku merindukan kalian,"ucap seorang gadis cantik berambut merah sambil menenteng beberapa belanjaan dikedua tangannya. Kaki jenjangnya yang dibalut oleh legging berwarna hitam menapaki gang sempit itu dengan tergesa-gesa. Sebuah asap mengepul dari hidung dan mulutnya ketika dia bernafas. "Dingin sekali malam ini". Suara hembusan angin yang menyeruak diudara membuat badan gadis itu mengigil kedinginan. Namun, langkahya terhenti dan memperhatikan sebuah benda bercahaya yang tergeletak dijalanan aspal yang dingin itu. Dengan dilipitu rasa penasaran, akhirnya dia mendekati benda itu dan berjongkok untuk melihat lebih jelas. Setelah melihatnya dia berdecak kagum. Dia mengambil benda itu...sebuah liontin berwarna putih yang bandul dari liontin itu adalah sebuah sepasang sayap putih yang berkilauan dikeadaan gelap seperti ini.

"Eh…cantik sekali…mulik siapa yach. Baiklah, aku ambil saja…akan kucari peiuliknya siapa nanti,"ucap gadis itu dan beranjak pergi setelah memakaikan liontin itu dileher putihnya. Dia kembali berjalan, namun tak beberapa lama. Langkahnya kembali terhenti. Gadis itu menyipitkan kedua matanya untuk melihat pemandangan yanga ada diadapannya. Sesosok tubuh tergeletak tak berdaya dijalan aspal yang menuju rumahnya itu. Sedetik kemudian gadis itu memekik kaget.

"Ya Tuhan…apa dia sudah mati?"batin gadis itu dan mendekati sosok yang sedang terbaring dijalan itu. Diamati baik-baik wajah orang itu. Sedetik kemudian wajah gadis itu memerah. Namun, tiba-tiba dia berteriak panik.

"Tolong…siapa saja…ada yang sedang membutuhkan pertolongan disini,"teriak gadis itu. Namun, sepertinya hanya angin dan kegelapan malam saja yang mendengar suaranya.

"Apa…kau…kembali?"

Sebuah suara yang sangat pelan dan pilu terdengar diteliga gadis itu. Sontak mata gadis itu membulat. Dan mendekati datangnya suara itu. Sebuah suara yang dikeluarkan oleh sosok yang tengah terbaring tak berdaya itu.

"Eh…kau masih hidup?"tanya gadis itu setengah tidak percaya dan tersenyum lega. "Akan kupanggil bantuan…bertahanlah!!"

Sosok yang tengah terbaring itu hanya terseyum tipis. Dan dibalas senyuman kembali oleh gadis itu.

"Kau benar-benar kembali…malaikatku,"batin sosok itu dan menutup kembali kedua matanya sambil tersenyum tipis.

-

-

"Aku harus kemana sekarang. Aku sudah pergi jauh-jauh dari tempat itu. Aku tidak ingin kembali ketempat itu lagi,"ucap seorang gadis bermata emerald. Dia terbang tak tentu arah. Dari wajahnya yang putih mulus itu terlihat penuh dengan keringat. Mengalir dari dahinya, menuju leher putihnya. "aku terlalu lelah jika harus terus terbang seperti ini." Kemudian gadis itu kembali turun ditengah jalan. Dia tak melihat kalau ada sebuah mobil yang sedang melaju. Gadis itu terlalu lelah untuk terbang menghindar. Sebaliknya tubuh gadis itu merosot jatuh dijalanan aspal yang dingin itu. Suara klakson mobil itu menggema dijalan yang terbilang sepi itu. Gadis itu sudah tidak bisa menghindar, perlahan-lahan kedua matanya tertutup. Tinggal beberapa meter lagi tubuh mungil gadis itu akan tertabrak. Namun, untung saja…pemilik mobil itu berhenti tepat ketika ban mobil depannya hampir menyentuh kepala gadis itu. Pengendara mobil itu- seorang pemuda tampan berambut coklat- mengehala nafas lega dan segera turun menghampiri sosok gadis itu.

"Nona…apa kau tidak apa…a…Astaga…kenapa kau berpakaian seperti ini disaat cuaca sedingin ini,"ucap pemuda itu dan membuka jaket yang dia kenakan. Dengan hati-hati dia kenakan jaketnya pada tubuh gadis itu, dan kemudian mengangkat tubuhnya menuju mobil. Membaringkannya di kursi samping kemudi. Setelahnya pemuda itu langsung melesat meninggalkan jalan itu.

-

-

Bersambung…

Ok, ini adalah fic multichap ku yg kedua setelah Fire and Ice…

Fic ini q buat atas permintaan sahabatku yg bernama Rara…dia yg sudah menyumbangkan idenya…sedangkan Saya yg membuat alurnya bagaimana…

Mudah-mudahan sesuai dengan keinginannya…dan tentunya juga membuat readers semua senang…

Salam manis…Miko-chan…

Last Word…

REVIEWS