Ehhh kok ceritanya sedih seh!? Gue gak mau begini!!! Gue harus cari happy ending! Gue mau yang happy happy, gue gak tega bikin tragedi! Bikin chapter yang lalu aja gue nangis brutal, apalagi kalo ceritanya tragedi…..HUAAA TAK TEGAAAA

DISCLAIMER:

Kuroshitsuji © Yana Toboso, (gue ngantukk, mata sembab gara2 nangis, ga minat perang)

Warning:maybe will go a little sad….and boring and gombal

Summary:

Aku mencintainya! Kenapa malaikat dan iblis tidak bisa saling mengerti sih? Mengapa….padahala kita saling mencintai!


In Ocean Of Love

"Ayo…Cielle….keluarlah…"Ujar Aria dan Finnian, berusaha untuk membujukknya keluar. "Tidak bisa! Aku tidak bisa melupakannya!" ujar Cielle, terdengar suara sesuatu ditusuk. "Aku cinta padanya, aku sayang padanya! Aku tidak akan pernah bisa melupakannya!" ujarnya sedih, Ia menangis lagi "Tuan Putri, kalau anda sedih saya juga jadi sedih…." Ujar Aria dengan nada sedih. "Tinggalkan aku! Aku ingin sendirian!" ujar Cielle.

"Sebastian…Sebastian….aku mencintaimu…aku menginginkanmu! Sebastiaaaan!!!" dia menangis putus asa, tertidur di lantai yang dingin karena menangis….

Aku mencintainya! Kenapa malaikat dan iblis tidak bisa saling mengerti sih? Mengapa….padahala kita saling mencintai


"Sebastian! Tidak bisa dipercaya! Kau gagal dalam melakukan tugas dan bisa –bisanya kau jatuh cinta pada gadis itu!" ujar Lilith marah, menggedor- gedor pintu kamar Sebastian. "Buka pintunya! Sebastian Michaelis!" Ketika ia hendak membuka pintunya (baca:mendobrak) Tangannya dihentikan Lucifer. "Lilith, biarkan dia….sesekali berikan ia waktu untuk berpikir!" ujarnya seraya menarik Lilith

"Cielle….Cielle-ku yang manis….aku mencintaimu….aku menginginkanmu….Cielle malaikat kecilku yang manis….Cielle!" bisiknya, wajahnya terlihat sedih, ia sama sekali tidak bisa menangis.

Aku mencintainya! Kenapa malaikat dan iblis tidak bisa saling mengerti sih? Mengapa….padahala kita saling mencintai


"Jadi, kita akan berperang lagi" jelas Earl yang sedang rapat dengan para kesatria tersebut. Cielle menguping dari balik pintu, berlari ke tempat Aria. "Aria….Aria!" panggilnya cepat –cepat. "Tu-Tuan Putri?! Akhirnya kau mau keluar kamar juga…" Cielle tersenyum padanya, lalu menatapnya serius "Aria. Aku ingin meminjam baju perang "ujarnya. "Tu-Tuan Putri?! Anda tidak boleh ikut berperang…." Ujarnya, Cielle menggeleng dan membungkukkan badannya "Kumohon Aria…biarkan aku balas dendam…."ujarnya sambil meneteskan air mata. Aria mengangguk, menggandeng tangannya "Ayo, kita carikan armor yang pas untuk tuan putri"

Tunggulah, besok semuanya akan selesai…..


"Sebastian, kau harus ikut berperang lagi" ujar Lucifer, memberikan ia baju perangnya. "Kau….harus membalaskan dendammu, jangan terlelap dalam kesedihan nak." Ujar Lucifer, menyerahkan pedangnya.

Tunggulah, besok semuanya akan selesai…..


"Pasukaaan…..Siaaapp!!" komando ayahnya Cielle, Earl. "Siaaap!!" Cielle terkekeh dan melihat ke samping, Finnian. "Jangan khawatir tuan putri, saya akan melindungi anda" ujarnya. "Demi Venna!!" lalu mereka pun berlari maju.

Cielle yang tomboy, sudah biasa menggunakan kuda. Tapi mahluk yang dia lawan kali ini bukanlah mahluk biasa, tapi seekor Gajah yang besarnya keterlaluan. Ia dan kudanya berlari zig –zag mengitari gajah tersebut. Finnian membelalakkan matanya dan menunjuk ke arah ayah Cielle. "Putri! Saya akan mengurus yang satu ini! Anda bantulah ayah anda!" ujarnya. Cielle mengangguk dan berlari menjauh dari Finnian.


Sebastian berlari dengan kudanya, mengitari seluruh pasukan, berusaha mencari ayah Cielle. Ia ingin membunuhnnya. Ia juga berharap ayahnya sendiri sudah mati dibunuh oleh siapalah. Ia menemukannya, Ayah Cielle dalam perisai biru tua mengkilap dan ayahnya dalam perisai hitam legam. Tepat ketika ayahnya akan melempar senjatanya, sabit besar, Ia terlindungi oleh seorang prajurit. Sebastian mendecak dongkol, mendekat dan ikutan dalam perang tersebut

"Hmph, Prajurit gadungan, kau pikir kau bisa mengalahkanku?" ujarnya sambil menganyunkan sabitnya, prajurit bermata biru itu mundur, "Hihi, tidak akan tahu sampai….dicoba!" ujarnya sambil menghunuskan pedang panjangnya. Serangannya berhasil ditangkis Sebastian. "Jangan menghalangi, brengsek!" teriak prajutir itu (Cielle) dengan suara kesal. "Diam saja kau, malaikat tak berguna" balas Sebastian dingin. Cielle matanya menatap kesal, mendecak sebal "Brengsek! Minggir saja kau!" Gadis itu mendorongnya dengan kasar, Sebastian jatuh telungkup, untuk sementara waktu ia tak akan bisa bangun, ia tebaring di rumput dengan lemah. Cielle tersenyum puas melihatnya.

"Sekarang, hanya di antara kita" ujar Cielle, menghunuskan pedangnya ke Lucifer. Meskipun berhasil menghindar, Cielle tangannya terkena sabitannya, untunglah Aria memilihkan perisai yang tebal, tangannya hanya memar. Tetapi ia terjatuh, tepat diatas ayahnya, Ia mendesah, ketika mendongak Lucifer sudah siap membunuh mereka"Selama perang, tidak ada lelaki yang bisa mengalahkanku;". Mendengar itu, Cielle tersenyum licik, mengambil pedangnya yang putih bersih, menusukkanya ke Lucifer. "Sayang sekali, saya adalah…..Wanita" ujarnya seraya membuka pelindung kepalanya, menusukkan pedangnya ke Lucifer.

Sebastian tidak percaya dengan apa yang dilihatya, Cielle yang di cintainya itu ada di depan matanya. Pasukannya yang terdiri dari zombie hilang menjadi debu. Selama pemimpin mereka hidup, mereka akan terus hidup, makanya kerajaan Venna tidak bisa menang. Ketika semuanya selesai, Cielle menoleh ke ayahnya yang terluka parah.

"Ayah! Ayah!" panggilnya, rambut panjangnya menutupi wajahnya yang menangis. "Ci…Cielle? A-Aku tidak percaya….K-Kau mengakhiri perang ini…."ujarnya terbata-bata, Cielle memeluknya erat –erat "Ayah! Maafkan aku sudah ikut perang tanpa minta izin ayah! Ayah kumohon…jangan meninggal…."ujarnya putus asa, Sebastian mendekat, menggeser Cielle sedikit "Mundur, aku akan menolongnya" ujarnya seraya mengeluarkan botol merah.

Ia meneteskan beberapa tetes cairan tersebut tepat di mulut Earl. Saat itu juga, ia membuka matanya, seolah –olah tidak ada yang terjadi. "Cielle….." panggilnya lemah. Cielle tersenyum senang dan memeluk ayahnya itu. "Ayah!"

Gadis itu menoleh ke prajurit berperisai merah yang telah membantunya. "A-anu….terima kasih sudah menolong ayahku…" ujarnya "Tidak apa –apa….Cielle-ku yang manis" ujarnya, melepas pelindung kepalanya dan mencium Cielle "Aku merindukanmu….putri kecilku yang manis….tidak kusangka kita akan bertemu disini" ujarnya sambil memeluk Cielle. "Se-Sebastian!? I-Ini benar –benar kau?!" ujarnya keheranan. "Ya-Ya ampun! Maaf ya! Tadi aku kasar sekali…masih sakit tidak ?" ujarnya khawatir, Sebastian tersenyum lembut padanya. "Tidak kok, aku juga minta maaf sudah memanggilmu tidak berguna…" Keduanya berciuman dengan lembut dalam kesunyian dan kebahagiaan.

"Cielle! Beraninya kau ikut perang tanpa minta izinku dan lagi, beraninya kau melakukan hal 'itu' didepanku!" ujar Ayahnya sambil mencubit pipinya gemas. Cielle tertawa bahagia, memeluk ayahnya "Maaf ya, Ayah. Tapi kan aku yag mengakhiri perang ini" ujarnya, "Baiklah, putri kecilku yang manja" ujarnya masih mencubit pipinya. "Kalau begitu….apa maumu akan kuturuti" mendengar itu Cielle malah banyak tanya. "Apapun?" Earl mengangguk "Ya, apapun…." Cielle tersenyum licik, melirik ke Sebastian "Kalau begitu…ayah sudah tahu dong, aku maunya apa" ujarnya iseng, Ayahnya mengangguk "Kuizinkan….dan…"Earl berdiri, bersamaan dengan Cielle menghormat kepada Sebastian "Saya berterima kasih, sudah menolong saya." Ujarnya, membuat wajah Sebastian agak memerah "Ti-tidak, bukan apa –apa, anda tidak perlu formal"

"Finnian! Ya ampun aku hampir lupa dengan dia!" Ujar Cielle berlari ke arah dia berpisah dengan Finnian tadi, diikuti oleh Sebastian. "Finnian!" panggilnya dari kejauhan. "Tuan Putri, kau selamat!" ujarnya, memeluk si putri dengan rasa lega. Ia terkejut melihat Sebastian berdiri di samping Cielle. Ia hampir menghunuskan pedangnya, kalau Cielle tidak menangkisnya. "Tuan Putri! Orang ini kan—" sebelum ia selesai bicara, Cielle sudah memotongnya. "Biarkan saja! Begini –begini ia sudah menolong ayah!" ujarnya keras kepala, Finnian menghela napas pasrah.

Kerajaan Venna dan Arther damai selamanya, atau begitulah kira- kira, tidak akan pernah bertengkar lagi, karena….

Siapa sih, yang tega untuk memisahkan si iblis dan malaikat yang saling mencintai ini?

Lilith? Jangan ditanya, ia sudah dibuang ke dunia manusia.

Layaknya sebuah dongeng sebelum tidur yang manis….semua dongeng diakhiri dengan satu kata.

And then, they live happily ever after.

The End.


OKE!!! Selesai!!!

Carmilla: wat the hellz?! Selesai nih?!

(Ya ealah, lu sendiri barusan bilang)

Tapi aku masih pengen tambahin side story….boleh yaa….aku mau cari sesuatu yang manis….*teh manis aja mbak* mungkin fluff aja kali ya, yah meneketehe. Gue cari sesuatu yang keren aja deh….hmm….apa ya supernatural aja deh blablabla yadda yadda suka suka gue ya. Oke ntar gue bikinin side storynya

Mohon maaf jika ada salah ketik, ini jam…..23:40?

Watz de hEllzz?!?!? GUE MUSTI TIDUR SEBELUM DIOMELIN BONYOK!!! OKE GUE PUBLISH BESOK AJA DAH!!!