Sebelumnya, terima kasih untuk reviewnya. Saya sangat hargai itu.. ^^
I do not own Naruto. I do not own any quotes. Ideas not 100 percent from me.
OOC. AU. Gombal. Alur gak jelas bla.. bla.. Apalah, yang penting baca ya gan!!
FYI; *** berarti future. --- berarti past. ### berarti sekarang. Italic berarti karakter sedang membatin. Italic juga saya gunakan untuk kata yang bukan bahasa Indonesia atau Jepang.
Love Is..
By; Min-Sunye
###
Sakura membuka pintu apartemennya. Ia melepas flat shoesnya setelah menutup pintu. Setelah itu ia meletakkan kantung kresek yang berisi menu makan malamnya itu. Memang jam sudah menunjukkan pukul 22.30 malam, tetapi Sasuke terus memaksanya untuk makan. Sasuke tahu Sakura belum makan sejak kursus tadi. Wajah Sakura terlihat sangat pucat. Oh iya, Sakura jadi ingat tadi ketika ia belanja membeli makanan, ia tidak sendiri. Ia ditemani pemuda Uchiha itu.
Sakura baru kenal dengan Sasuke memang, tetapi Sakura merasa begitu dekat dengannya. Entah perasaan apa yang membuatnya merasa begitu dekat.
Setelah menaruh kantung kresek di atas meja dapur, Sakura tidak langsung memasak. Ia berjalan ke arah kamarnya. Tubuhnya terasa lebitu lelah karena itu ia langsung menjatuhkan tubuhnya di atas kasur. Ia mengedarkan pandangannya ke atas, tetapi pikirannya melayang ke kejadian beberapa waktu lalu—di mana ia bertemu dengan Sasuke.
"Hhh," Sakura mendesah berat. Ia bingung, "perasaan apa ini?"
Sakura tinggal di sebuah apartemen yang tidak cukup terkenal di Kota Konoha ini. Apartemen yang ia tempati ini sederhana, tidak terlalu besar, tidak banyak ruang—hanya terdapat dua ruangan; kamar tidur dan kamar mandi—bahkan dapur menyatu dengan ruang tempat Sakura bersantai, atau tempat yang biasa ia gunakan untuk menjamu tamu. Ukurannya tidak terlalu besar, tetapi cukup untuk dirinya yang tinggal sendiri. Kantong Sakura tidak akan menipis jika tinggal di tempat yang relatif murah ini. Selain itu, apartemen Sakura terletak strategis—baginya—karena dekat dengan Stasiun, Universitas Konoha dan tempat kerjanya. Sayangnya agak jauh dari Akatsuki's English.
Sakura tertegun dari lamunannya kala Nokia miliknya bergetar hebat. Ia langsung meraba-raba tasnya yang terletak tidak jauh darinya itu, "uh.. mana sih?" Sakura mengeluarkan isi tasnya dengam membalikkan posisi tasnya. Mulai dari sisir, notes, pensil, pulpen, penghapus, tipe-x, dompet, bungkus permen, tissue bekas, kertas, semuanya ia keluarkan dari tasnya. Akan tetapi Nokianya belum kunjung keluar. Sakura menghela nafas, betapa pikunnya dirinya. Sakura langsung membuka resleting di dalam tasnya. Ternyata Nokia miliknya ia letakkan di dalam kantong kecil yang terdapat di dalam tas.
"Halo," ucapnya setelah mengtahui bahwa Ino—sahabatnya—menghubunginya.
"Sakuraaaa~"
Sakura mengkerutkan dahi. Kenapa nada bicara Ino jadi sok imut begitu, "hm?"
"I have surprise for you.."
"Apa?" tanya Sakura to the point. Sakura lagi gak mau banyak bicara. Ia lelah sekali. Kepalanya pun terasa pusing sekali.
Ino menggerutu di sebrang sana, "iih.. kok jutek sih? Aku baru jadian juga.."
"Hah?"
"Ehem," Ino berdehem, "aku. Baru. Jadian."
Oh jadi itu surprisenya, "oh.."
"Iiih nyebelin! Kok 'oh' doang?" Ino berdecak kesal.
Sakura mengulum senyum, "Haha maaf. Selamat ya. Sama siapa?"
Lagi-lagi Ino berdecak, "Sakura, pikun ya kamu? Ya ampun, yang kemarin aku kenalin itu lho. Pas itu aku masih HTS*)-an ama dia,"
"Hmm.. siapa?" Sakura sepertinya tidak ingat. Lagipula kemarin kapan?
"Sai lho, Sak. Saiiii~" meskipun tidak terlihat namun Sakura bisa membayangkan ekspressi Ino sekarang. Ino sedang memanyunkan bibirnya.
Sakura terkekeh pelan, "oh.. Sai? Aha ha ha maaf aku lupa," Sakura tertawa hambar. Sungguh ia tidak ingat dengan Sai. Rupanya saj aia tidak tahu. Tiba-tiba saja Sakura teringat Shikamaru. Lho? Shikamaru? Bukannya Shikamaru itu pacarnya Ino ya? Hmm.. "Shikamaru udah putus sama kamu?" tanya Sakura akhirnya. Perasaan mereka belum putus deh?
Ino menepuk jidatnya, "Ya ampuuuun, udah lama banget kali, Sak! Empat hari sebelum aku kenalin Sai ke kamu, hhh," ucapnya sambil mendengus kesal.
Sakura sweatdropped, "itu namanya belum lama, Baka! Lagipula cepat sekali? Empat hari setelah putus kamu udah dapet HTS-an," Ino hanya terkekeh di sebrang sana.
Ino memang berbeda dengan Sakura. Bagi Ino mendapatkan kekasih baru itu mudah. Ia punya banyak teman yang berlawanan jenis dengannya. Sayangnya hubungannya dengan para kekasihnya tidak pernah bertahan lama. Sedangkan bagi Sakura? Mencari pasangan untuk dirinya itu bukan untuk bermain-main. Sakura tipe orang yang selektif. Butuh waktu yang lama untuk menyukai orang lain dan menemukan orang yang tepat. Sakura bisa mempertahankan hubungannya dengan kekasihnya sampai bertahun-tahun, tetapi untuk Ino? Jarang sekali.
"Sakura?"
"Hm?"
"Gaara gimana? Bagaimana keadaannya?" Ino mengganti topik. Nada bicara Ino yang semulanya penuh tawa, dan canda kini berubah menjadi muram.
Begitu pula Sakura. Perasaannya tiba-tiba saja muram mengingat nama mantan kekasihnya itu, "oh.. Gaara.." Sakura tampak lesu sekali untuk membahasanya. Ya Tuhan, kenapa tiba-tiba Ino membahas dia, sih? Sakura terdiam. Entah jawaban apa yang akan ia berikan nantinya.
Bagaimana keadaan Gaara sekarang?
Cih, entahlah. Bahkan Gaara tidak pernah menghubunginya lagi. Bagaimana bisa Sakura tahu keadaannya sekarang? Apa ia baik-baik saja? Apa ia sehat? Apa ia sedang sakit? Apa ia sedang tidak baik, sakit, dan memikirkan diri Sakura? Atau ia baik-baik saja, sehat, dan kini sedang bersenang-senang dengan Matsuri, tunangannya? Hhh, kepala Sakura kembali pusing ketika mengingatnya. Pertanyaan Ino aneh-aneh saja.
"Sakura?"
"Eh," Sakura buru-buru membuyarkan lamunannya, "a-ano, Ino. Maaf aku tidak ingin membahas tentang dia sekarang," Sakura mendengus kesal.
"Maaf," nada Ino terdengar kecewa.
Sakura buru-buru menyunggingkan seulas senyuman, "tak apa.. kamu bersenang-senanglah dengan Sai. Jangan putus begitu saja nanti," Sakura menasehati.
Ino tertawa pelan, "yee.. tentu saja! Aku yakin hubunganku dengan Sai akan berakhir di pelaminan,"
"Ehem.. yakin?" Sakura berdehem sambil tertawa pelan.
"Yakin seyakin-yakinnya!"
###
Esok harinya Sakura tidak masuk kampus. Bahkan ia tidak bekerja. Meskipun sakit, Anko tetap memaksa Sakura untuk bekerja.
"Ayolah Sakura, aku mohon.. aku butuh pegawai hari ini," Anko memohon-mohon dari sebrang sana. Telinga Sakura terasa sangat panas kala mendengar suara bosnya ini. Kerja pas lagi sakit? Yang benar saja!
Belajar saja absen, masa' kerja gak absen sih? Masalahnya kepala Sakura benar-benar sakit. Ia lupa makan semalam. Jika Sasuke adalah ibunya, pasti Sasuke sudah marah-marah sekarang. Entah kenapa Sakura kini membayangkan Sasuke yang sedang mengenakan celemek berwarna putih dan memarahi dirinya. Pasti lucu. Sakura tersenyum simpul.
"Sakura?! Halo? Kau ada di sana?"
Sakura sontak sadar dari lamunannya, "eh? Ano.."
"Hmm?"
"Maaf senpai, kepalaku sakit sekali. Senpai ingin aku mati di tempat kerja senpai?"
"Aduh, kamu cuma sakit kepala ini. Tidak ada kasus orang mati karena sakit kepala, Sakura. Ayolah, aku butuh kamu sekarang," Anko memelas.
Bosnya benar-benar keterlaluan. Sakura ini sedang sakit, kenapa dipaksa untuk kerja? Ingin rasanya ia mengomeli Anko, tetapi pasti yang ia dapat bukannya kebebasan melainkan diomeli balik. Sejak kapan Anko kalah dalam berdebat? Jika ia mengikuti lomba debat, ia pasti menang! Sakura berani taruhan akan hal itu.
Sakura menghela nafas. Ia pasrah, "ya,"
Satu kata itu cukup membuat anko girang, "yee! Bagus. Gajimu akan aku tambah deh, asalkan kamu masuk hari ini. 15 menit lagi di butik, ok?"
"45 menit lagi!" Sakura menutup telpon. 15 menit? Ya ampun, sudah bagus Sakura mau masuk hari ini. Memang hari ini bukan hari liburnya, tetapi Sakura itu sakit. Mestinya orang sakit mendapat hak untuk istirahat dong?
Sakura bangun dari tidurnya. Ia melirik ke arah jam weker yang sengaja tidak ia pasang. Sudah jam 14.08 siang. Jika dihitung-hitung, sudah sejak malam kemarin ia berbaring di tempat tidur. Kepalanya terasa sakit sekali. Rasanya berat untuk bangun. Sakura memaksakan dirinya untuk berdiri.
Anko-senpai benar-benar menyusahkanku!
Sakura berjalan lemas ke arah kamar mandi. Terlalu malas untuk mandi, akhirnya ia lebih memilih untuk membilas wajahnya yang kusam dan menggosok gigi. Setelah itu ia mengganti pakaiannya. Sakura mengenakan rok motif kotak-kotak berwarna pink-merah-hitam, dan t-shirt putih polos. Tanpa beres-beres terlebih dahulu, ia mengambil tas berukuran mininya itu. Setelah mengantongkan hand phone, mengambil beberapa yen dari atas meja rias, dan mengenakan jaket kulit hitamnya, Sakura mengunci pintu apartemennya.
Hari ini akan menjadi hari yang memberatkan, hhh. Sakura menghela nafasnya panjang.
###
"Tujuan selanjutnya; Tohaku Shinkansen,"*)
Pintu kereta mulai tertutup. Selanjutnya kereta bawah tanah seri E4*) ini berjalan perlahan hingga kecepatannya meninggi hingga menjadi express. Stasiun Tohaku Shinkansen adalah tujuan Sakura. Dimana stasiun itulah yang paling dekat dengan tempat kerjanya. Sebenarnya Sakura bisa saja jalan, hanya saja ia terlalu lemah untuk berjalan, dan kantongnya tidak cukup untuk menyewa taksi. Alternatif satu-satunya hanya menggunakan kereta.
Sakura tidak begitu beruntung. Ia tidak mendapatkan tempat duduk sehingga ia berdiri. Sebelah tangannya memegang erat tiang yang disediakan khusus bagi penumpang yang berdiri. Sakura sudah tidak kuat lagi menahan tubuhnya.
"Sakura?" tiba-tiba saja sebuah suara yang familiar baginya itu mengalihkan perhatian.
Sakura sontak mencari sumber suara itu yang ternyata berada tidak jauh darinya. Sakura menolehkan kepala ke belakang, di mana Sasuke—orang yang tadi menyapanya—berdiri.
"Sa-Sasuke?"
Sasuke tampak cemas melihat Sakura. Wajahnya sangat pucat. Sakura juga terlihat sedang sakit. Memang Sakura sedang sakit, aduuh.
"Mukamu.." Sasuke menunjuk wajah Sakura yang terlihat amat pucat itu. Sedangkan sebelah tangannya ia gantungkan di pegangan kereta bagian di atas.
Sakura menggeleng, "aku baik-baik saja, Sasuke," ia tidak ingin dikhawatirkan orang lain. Sakura lebih memilih berbohong.
"Wajahmu pucat. Kau sakit? Oh.. jangan bilang tadi malam kau tidak makan, huh?" tebak Sasuke. Sakura lekas menggeleng.
Sakura belum makan. Setelah ditelpon Ino kemarin malam, ia langsung tidur. Hingga paginya ia bagun, kepalanya terasa berat. Hal itu memaksa Sakura untuk tetap terbaring di atas tempat tidurnya. Lagi-lagi ia tidak sarapan. Sakura tidur hingga jam setengah dua siang sampai Nokianya bergetar, membangunkan dirinya. Jam makan siang sudah lewat. Ia tidak makan lagi.
"U-udah," Sakura berbohong—lagi.
Sasuke tampak tidak percaya, "Sakura, jangan bohong. Wajahmu itu—eh?" ucapannya terhenti kala Sakura jatuh ke pelukannya.
Ia pingsan.
###
Sakura membuka kelopak matanya. Perlahan-lahan penglihatannya mulai jelas. Yang pertama kali ia lihat adalah seorang perempuan berambut kuning yang dikuncir ke atas. Oh, Ino, batin Sakura setelah penglihatannya mulai terlihat jelas.
Ino tampak lega kala melihat Sakura bangun dari pingsannya, "Sakura! Kau ini membuatku khawatir saja," Ino mendesah lega.
Kepala Sakura masih terasa sakit. Kemudian ia memaksakan dirinya untuk melihat sekelilingnya. Putih. Semuanya putih. Tangannya pun diinfus. Apa ia berada di rumah sakit sekarang?
"A-aku di mana?"
"Di rumah sakit. Kau pingsan di kereta," jelas Ino. Raut wajahnya yang khawatir masih terlihat jelas.
Sakura mengkerutkan dahinya, "pingsan?"
"Ya. Kau pingsan. Untung ada pangeran tampan yang langsung membawamu ke rumah sakit," Ino tersenyum jahil.
Pangeran tampan? Tapi siapa?
"Pa-pangeran tampan?" tanya Sakura mengulang apa yang ada di benaknya dengan suara yang begitu serak. Tidak hanya kepala, tenggorokannya pun sakit.
"Iya, Sasuke,"
"Sasuke?" Sakura berusaha mengingat-ingat kembali. Oh, Kami-sama.. Ia baru ingat. Ia pingsan dan jatuh ke pelukkan Sasuke. Setelah itu ia sama sekali tidak ingat lagi. Semuanya gelap. Tiba-tiba wajahnya memerah. Bukan karena demam, melainkan malu. Ia pasti malu sekali karena jatuh ke pelukkan Sasuke. Selain itu, ia pasti jadi tontonan para penumpang kereta. Merepotkan..
"Jangan bilang kamu amnesia, Sakura," kata-kata Ino berhasil membuat Sakura bangun dari lamunannya.
"Eh? Tidak. Ya, aku kenal dia, hmm.." Sakura memijit-mijit keningnya yang terasa sakit, "lalu, kenapa kamu ada di sini?"
"Oh itu.. aku menerima telpon. Aku kira dari kamu, tetapi waktu kuangkat yang kudengar bukan suara perempuan, melainkan laki-laki. Terus dia menjelaskan semua kejadian, dan menyuruhku untuk menyusul ke rumah sakit," jelas Ino.
Sakura tertegun. Jadi Sasuke menelpon dengan ponsel milik Sakura? "Lalu, kenapa ia menghubungimu, ti-tidak hanya kamu saja 'kan yang ada di kontakku?" uuh, tenggorokannya yang sakit ini begitu menyiksa, sampai-sampai ia berbicara pun terbata-bata. Kondisi Sakura tidak stabil.
Ino mengangkat bahu, "entahlah. Mungkin ia melihat history callmu,"
Sakura berpikir sejenak. Ia juga. Yang terakhir ia telpon adalah Ino—sekedar memberitahukan bahwa Sakura sedang tidak enak badan saat itu.
"Nanti Hinata akan mengunjungimu ke sini. Aku ada urusan malam ini, hmm.." Ino berkata.
Beruntung sekali Sakura memiliki teman sebaik Ino, juga Hinata—teman satu kampusnya itu. Mereka rela bergantian untuk menjaga Sakura. Bahkan samar-samar tadi Sakura mendengar bahwa Hinata bersedia untuk menginap, menemaninya. Sakura merasa tidak enak akannya.
"A-ano, tidak usah—"
"Sshht, sudahlah. Kami tidak keberatan kok," potong Ino langsung.
Sakura tidak dapat membalas kata-kata Ino lagi. Tenggorokannya terlanjur sakit. Sakura mendesah panjang. Rasanya ia sibuk sekali minggu ini. Kondisi tubuhnya langsung drop begitu saja bahkan sampai dirawat di rumah sakit.
Sakura memandang jendela yang terletak di sebelah kanannya—yang dibiarkan terbuka itu.
Hari sudah gelap. Bulan sabit menampakkan wujudnya, ditemani bintang-bintang. Benaknya tiba-tiba terlintas sesuatu. Sesuatu yang tidak bisa hilang dari pikirannya.
Gaara..
Bagaimana keadaannya sekarang?
Apa ia mengkhawatirkan keadaan Sakura saat ini?
Apakah ia tahu bahwa Sakura sedang berbaring di atas ranjang rumah sakit saat ini?
Jika ia tahu, apakah Gaara peduli?
Entahlah. Hanya Tuhannya yang tahu.
Sakura hanya dapat menghela nafas pasrah.
Membiarkan bintang-bintang bersinar di atas, menemani sang rembulan.
---
"Hei, Sakura. Coba lihat!"
Sakura menoleh ke arah pemuda berambut merah di sebelahnya, "hm?"
Gaara menunjuk ke atas, di mana bintang-bintang bertebaran, "ada berapa bintang di atas?"
Sakura mendongakkan kepalanya. Konyol memang, tetapi ia menghitung jumlah bintangnya. Ada empat bintang, "empat?" kepalanya masih fokus memandang bintang di atas.
Begitu juga Gaara, "seharusnya ada lima,"
"Souka?"
"Hu-uh,"
"Mana yang satu lagi," Sakura mengalihkan pandangannya ke pemuda di sebelahnya.
Begitu juga Gaara. Gaara mengulum senyum, "yang satu lagi ada tepat di sebelahku,"
Sakura sedikit geli mendengarnya. Sungguh gombal, tetapi perasaan tidak bisa berbohong; Sakura sangat bahagia mendengarnya, "kamu bisa saja," Sakura terkekeh. Tiba-tiba saja ia merapatkan duduknya menyandarkan kepalanya di pundak Gaara.
Sebuah perasaan hangat menyelimuti Sakura sekarang.
Berada di dekapan Gaara memang sangatlah nyaman.
Sakura selalu merasa bahagia kala ditemani Gaara.
Seperti saat itu, Gaara mengajak Sakura ke sebuah bukit. Mereka tidak tahu apa nama bukit itu, tetapi mereka sering berkunjung ke sana.
Rasanya dunia hanya milik mereka berdua saja ketika dirinya dan Gaara berkunjung ke bukit tersebut.
Hanya sekedar duduk dan melihat bintang.
To Be Continued..
*) HTS: hubungan tanpa status
*) Tohaku Shinkansen: nama stasiun atau apa gituu. ada di Jepang, tapi gak tau di kota apa. di sini saya bikin jadi stasiun dalam kota. jadi keretanya masih di dalam kota, belum keluar Konoha. namanya juga fiksi, ngarang boleh dong?
*) seri E4: itu juga main asal ambil aja seri keretanya, hehe. imajinasikan sesuai imajinasi anda saja bentuk keretanya.
Author: nah, saya kasih tuh beberapa potongan masa lalu Sakura dan Gaara. saya juga menjelaskan sedikit tentang pandangan Sakura dalam mencari pasangan hidup. memang tidak mudah baginya, jadi wajar saja Sakura sudah menjalin hubungan dengan Gaara selama kurang lebih tiga tahun. makanya Sakura sayang banget sama Gaara. sekarang ada Sasuke, Anko, dan Ino, juga Shikamaru dan Sai yang numpang nama doang, haha. karakter lain next chap, ok? mungkin chapter depan sudah mulai menjelajahi kehidupan kampus Sakura.
Review replay dulu buat yang anon;
Naru-mania: Sasuke memang OOC. sengaja dibikin untuk pengembangan cerita. yeah, meskipun saya gak suka dia OOC. sejak kapan Sasuke perhatian? haha. kapan aja boleeh deh ya. untungnya ini ffn ya .__. tetapi saya akan tetap jaga ke-IC-annya kok.
Uchiha Cesa: terima kasih pujiannya ya, aduuh padahal diksi amburadul beg-begitu. next chap is here, review, ok?
.
.
Sorry for all mistaken,
Review, and critics, please?