Disclaimer: Death Note punya Tsugumi Ohba & Takeshi Obata. Kalau punyaku, aku yakin Light ama L pasti udah jadian! Dan L gak akan mati!!!
Genre: Romance/Humor
Rated: T
Pairing: LightL, RaitoRyuuzaki, YagamiLawliet (sama aja!)
Warning: shounen-ai, OOC, AU (Alternate Universe), pokoknya gak ada Death Note nyebelin yang udah merenggut nyawa L itu! Don't like don't read.
A/N: Fict pertama author di fandom Death Note. Mohon dimaklumi kalau masih banyak kekurangannya. Mengambil plot dari cerita aslinya, tepatnya jilid 3 saat pertama kali L muncul di depan Light, tapi sedikit (baca: banyak) diubah demi kepentingan hiburan. ^^
Well, happy reading!
The Love Note
by
Li Chylee
XoXoXoX
Café itu terletak di antara keramaian orang yang lalu lalang, benar-benar tempat yang strategis untuk berbisnis. Pengunjungnya pun cukup banyak dan di antaranya ada seorang pengunjung tetap bernama Light Yagami. Pemuda berparas tampan dan berambut coklat karamel itu hampir bisa dipastikan akan mengunjungi café itu pada akhir pekan. Ia selalu ditemani oleh kekasihnya, seorang pemuda yang bisa dibilang unik. Kekasihnya mempunyai rambut dan mata yang berwarna sama, yaitu hitam kelam, sangat kontras dengan kulit putih pucatnya. Ditambah dengan kantung mata yang setia bertengger di bawah matanya, baju yang entah kenapa tidak pernah berganti model, cara berjalan dan duduk yang sedikit aneh, serta pesanannya yang tidak pernah jauh dari makanan manis, pemuda bernama L alias Ryuuzaki alias Hideki Ryuuga alias L Lawliet alias Coil alias Deneuve atau apapun kau memanggilnya itu, benar-benar pantas disebut 'unik'. Entah bagaimana dua orang dengan perbedaan yang begitu menyolok itu bisa berpacaran. Hal itu benar-benar misteri. Tapi cinta memang kadang-kadang tidak mengenal logika.
Seperti akhir pekan biasanya, sepasang kekasih itu duduk di meja yang sama, di mana orang-orang tidak bisa mendengar percakapan mereka dan Ryuuzaki bebas duduk dengan gayanya sendiri tanpa perlu mengkhawatirkan orang-orang yang memerhatikannya. Light menyeruput secangkir kopi favoritnya dengan tenang, sementara Ryuuzaki melahap strawberry shortcake-nya.
"Ne, Light-kun?" Ryuuzaki memulai pembicaraan di antara kegiatannya melahap cake-nya.
"Ada apa, Ryuuzaki?" jawab Light. Ia tersenyum sambil meletakkan cangkirnya. Sepertinya mood-nya sedang bagus. Ia menatap Ryuuzaki dengan penuh kasih sayang. Ditatap seperti itu, Ryuuzaki jadi salting sendiri.
"Ano... Ada hal penting yang ingin saya bicarakan dengan Light-kun."
"Soal apa?" Light masih tetap tersenyum manis. Dalam pikirannya, ia sudah merencanakan berbagai hal yang akan dilakukannya dengan Ryuuzaki malam Minggu ini.
"Saya ingin kita 'break' untuk sementara, Light-kun."
Light hampir terkena serangan jantung saat ia mendengar kekasihnya berkata begitu.
"Apa maksudmu?" tanya Light. Ia mencoba bersikap tenang, walaupun dalam hati ia sudah merasakan firasat yang sangat buruk.
Sesaat Ryuuzaki memasang pose berpikir keras. Mata hitamnya menatap Light lurus-lurus, ibu jarinya terselip di antara bibirnya. Ia memeras otaknya, mengumpulkan segala kejeniusannya untuk menemukan kata-kata yang tepat.
"Sebaiknya untuk sementara kita tidak usah bertemu dulu," kata Ryuuzaki akhirnya.
Deg!
Kata-kata itu terasa menikam jantung Light. Lebih tajam dari sembilu, pisau, golok, parang, celurit, samurai, belati, serta berbagai senjata tajam lainnya. Efeknya juga lebih dahsyat daripada disekap selama 50 hari dengan tangan dan kaki terikat. Dalam satu menit, berat badan Light sudah menyusut 5 kg karena shock berat.
Tiga menit berlalu dengan Light yang menganga tidak percaya dan Ryuuzaki yang meminum tehnya, yang bisa dipastikan luar biasa manis itu.
Lima menit berlalu. Light kini mulai menunjukkan tanda-tanda terkena serangan jantung, sementara si pelaku penyiksaan fisik dan mental Light a.k.a Ryuuzaki malah memakan donatnya dengan santai.
Sepuluh menit berlalu. Light mulai berpikir tidak ada gunanya kalau dia mati karena serangan jantung di sini. Akhirnya dengan mengumpulkan segenap kesabarannya, Light menghela nafas panjang dan mencoba bersikap tenang seperti biasanya.
"Hari ini April Mop ya?" tanya Light.
"Bukan."
"Kalau begitu, hari ulang tahunku?"
"Bukan juga."
"Hari Natal?"
"Sekarang bulan Maret, Light-kun."
"Hari Lebaran?"
"Sejak kapan Light-kun merayakan Lebaran?"
"Hari setengah tahun kita jadian?"
"Sebenarnya saya tidak begitu ingat kapan kita jadian."
Jleb!
Hati Light terasa kembali ditikam oleh ucapan Ryuuzaki yang blak-blakan.
Light frustasi. Dia berpikir keras, mengerahkan segenap kemampuan analisisnya untuk mengungkap ada apa dengan hari ini. Ia sangat yakin, pasti tadi Ryuuzaki hanya sedang bercanda. Pasti ada sesuatu di balik kata-katanya tadi. Tidak mungkin Ryuuzaki memintanya untuk tidak bertemu dulu, walau hanya untuk sementara.
'Dia tidak akan tahan kalau tidak melihat wajah tampanku sehari saja,' pikir Light narsis. 'Pasti ada sesuatu!' Light mulai memasang pose berpikir ala detektif dengan ekspresi serius. Satu alisnya naik, satunya lagi turun, matanya menyipit, hidungnya mengembang, mulutnya maju beberapa senti.
"Light-kun, kenapa cemberut?" tanya Ryuuzaki melihat ekspresi aneh Light, yang dikiranya sebagai ekspresi cemberut.
Light mendongakkan wajahnya.
"Siapa yang tidak cemberut kalau mendengar pacarnya minta putus?" gerutu Light kesal. "Kukira kau jenius, ternyata kau bodoh sekali, Ryuuzaki."
Pemuda bermata hitam kelam itu memainkan jemari kakinya. Ia menunduk, mengalihkan pandangannya dari Light.
"Maaf, Light-kun... Lagipula saya tidak bilang kita putus, hanya 'break' saja," ujarnya dengan nada datar.
"Sebenarnya ada apa? Kenapa tiba-tiba kau minta 'break'? Apa aku punya salah padamu, Ryuuzaki?"
"Tidak."
"Lalu apa alasannya?"
Ryuuzaki terdiam sejenak.
"Saya merasa... bosan."
Light terperanjat dengan efek halilintar menggelegar di belakang punggungnya.
"WTF?! BOSAN?!" teriak Light kencang. Ia tidak memedulikan pandangan orang lain yang merasa terganggu dengan suara-toa-masjidnya itu.
"Iya, Light-kun..."
"Maksudmu, pacaran denganku itu membosankan?" tanya Light dengan suara bergetar.
"Ya..."
Seketika itu juga, harga diri Light yang tinggi terluka sangat dalam. Ia, yang dari dulu sampai sekarang adalah pria idaman wanita, yang selalu dikejar-kejar, dipuja-dipuja, ditatap dengan pandangan mupeng, dan 'ditembak' baik oleh pria maupun wanita itu, dibilang membosankan?!
Sungguh terlalu!
"Ryuuzaki, kau bercanda 'kan?" tanya Light. Pemuda di hadapannya hanya menggeleng pelan tanpa menjawab sepatah kata pun.
"Kau serius dengan kata-katamu tadi?" tanya Light lagi. Kali ini Ryuuzaki mengangguk. Bersamaan dengan itu, Light merasa sangat terpukul. Berbagai perasaan berkecamuk dalam hatinya. Kesal, bingung, marah, tidak terima, semuanya campur aduk jadi satu.
"Kau pasti sedang berbohong!" tukas Light. Ia menggoncang-goncangkan pundak Ryuuzaki dan tidak sadar kalau sejak ia berteriak kencang tadi semua orang sudah menonton adegan ala Drama Asia itu. Ryuuzaki sendiri hanya diam saja sambil menundukkan wajahnya. Tentu saja hal ini membuat Light makin dongkol.
"Baiklah, Ryuuzaki. Terserah kau saja. Aku pergi! Jangan menyesali kata-katamu tadi." Light berjalan menjauhi mejanya. Semua pengunjung cafe yang tadi jadi penonton dadakan langsung melanjutkan acara makan mereka, seolah tidak terjadi apa-apa sebelumnya. Ada juga yang berbisik-bisik sambil melirik Light.
"Kasihan ya, pemuda itu. Padahal cakep, tapi diputusin pacarnya..." bisik seorang gadis SMA pada temannya.
"Iya. Mungkin itu karena kesalahannya di masa lalu? Mungkin saja di kehidupan sebelumnya dia adalah seorang pembunuh berdarah dingin..." timpal teman si Gadis.
"Hihihi... Mana ada pembunuh berdarah dingin yang seganteng itu?" teman si Gadis yang satu lagi ikut menimpali.
Light memelototi ketiga gadis SMA tukang gosip dan ikut campur urusan orang lain itu. Ketiganya langsung terdiam. Light kembali berjalan menuju pintu café. Dalam hati ia masih berharap kalau Ryuuzaki akan mengejarnya dan minta maaf. Tapi itu sama sekali tidak terjadi. Light kecewa sampai akhirnya ia mendengar suara bariton kekasihnya memanggilnya saat ia sudah hampir membuka pintu keluar café itu.
"Tunggu, Light-kun!"
Senyum kemenangan terpasang di wajah Light Yagami. Ia yakin seyakin-yakinnya, Ryuuzaki pasti akan bilang tadi ia cuma bercanda dan minta maaf padanya. Tapi demi menjaga image, ia berusaha memasang tampang datar sebelum membalikkan badannya.
"Apa?"
"Ano... Kalau Light-kun tidak mau membawa pulang kue ini, boleh saya memakannya?" tanya Ryuuzaki sambil menunjuk sepotong kue yang sama sekali belum disentuh Light. Kepercayaan diri Light kembali runtuh mendengar kata-kata Ryuuzaki yang jauh dari harapannya.
"Grrr... Whatever!" bentak Light kesal.
"Arigato, Light-kun," ucap Ryuuzaki, kemudian segera mengambil kue itu dengan ibu jari dan jari telunjuknya. Hap! Potongan cake yang cukup besar itu langsung habis hanya dalam sekali telan.
Light menatap pemandangan itu dengan kesal. Dia akhirnya memutuskan untuk segera pergi dari café itu sebelum ia terlanjur terkena serangan jantung betulan melihat ulah orang yang telah jadi kekasihnya selama setengah tahun itu. Ryuuzaki menatap kepergian Light dengan tatapan sendu.
"Sumimasen, Light-kun..." bisiknya pelan, hampir tak terdengar.
***
"Aku pulang, Kaa-san," ucap Light ketika ia sampai di rumahnya. Sachiko Yagami, ibu Light, menyambut kepulangan putranya dengan senyum mengembang.
"Selamat datang, Light."
"Niisan sudah pulang! Nanti ajari aku Matematika lagi ya!" ujar Sayu riang. Tapi Light sama sekali tidak menjawab, ia langsung naik ke lantai dua dan mengurung dirinya di kamar. Sachiko dan Sayu menatap kepergian Light dengan heran.
"Kaa-san, Niisan kenapa sih? Tadi waktu berangkat, dia terlihat bersemangat kan? Kok pas pulang cemberut begitu?" suara Sayu terdengar sayup-sayup dari lantai satu.
Light menduduki kursi yang ada di kamarnya. Ia terdiam sejenak sebelum berteriak kesal sembil meremas rambutnya sendiri.
"Sial! Aku dipermainkan! Apa-apaan sih, si Ryuuzaki itu? Kenapa mendadak berkata seperti itu? Bosan, katanya? Aku membosankan?! Tidak bisa dipercaya! Baru kali ini ada yang berkata seperti itu padaku!" ucap Light emosi.
Tangan Light mengepal. Matanya berkilat-kilat marah.
"Fufu..." Tiba-tiba Light terkekeh pelan. Ia menyandarkan tubuhnya pada kursinya.
"Ha ha ha ha ha ha ha ha...!"
Sekarang ia tertawa histeris seperti orang gila. Sepertinya otaknya sedikit mengalami gangguan, pemirsa.
"Aku tidak perlu pesimis. Akan kubuat dia kembali jatuh ke pelukanku. Lalu setelah itu, akan kujalankan rencana malam mingguku yang tertunda!" ujarnya. Seringai pervert muncul di wajah Light. Sudah bisa ditebak apa yang direncanakannya pasti tidak jauh dari hal-hal berbau rated M.
~TBC~
Nah, chapter 1 sampai sini dulu. Mohon maaf kalau sedikit gaje... Lagipula ini masih permulaan. :D
Sebisa mungkin, aku ingin chara-chara-nya nggak OOC. Tapi susaaaah... Jadi jangan heran kalau Light aku bikin narsis dan pervert gini.
Ok. I need your review! Please give me review! X3