I am back! Dengan fic gaje nan abal lainnya. sebelumnya maaf, karena saia dengan sembarangan mem-publish fic lain di tengah fic pertama saia yang belum tiba-tiba aja dapet ide fic ini. Yah, daripada menuhin memory otak saia, akhirnya saia tulis aja. Just info, saia ngetik fic ini malem buta pake HP, habis itu tangan saia radang gara-gara ngetik 2 jam nonstop plus HP saia nge-hang. Jadi maklum aja kalo misalnya banyak typo dan ada EYD yang kacau.

Enjoy it!


SKYLINE

Disclaimer : Punyaku!! *dirajam Bleach Fans*

Iya.. Iya ngaku, Bleach punya Tite Kubo, bukan punyaku.

Author : Hikaru Kurochiki

Warning: Gje, maybe OOC, AU, author absession.

DON'T LIKE, DON'T READ



Pria berambut cokelat itu duduk di kursi kerjanya. Dia tampak berpikir. Ditandai dengan kerutan yang muncul di dahinya, tapi samasekali tidak mengurangi ketampanannya.

Dia berdiri dari kursinya, lalu berjalan ke arah jendela terdekat. Dia membuka jendela itu, memandang keluar. Tampak jelas kemacetan kota Karakura dari lantai 15 tempat dia berada.

Tak ada hal yang cukup menarik untuk dilihat. Tapi dia tidak beranjak dari tempatnya. Angin mempermainkan rambutnya, membuatnya semakin mirip superman gagal.

TOK... TOK...

Suara ketukan pintu sukses membuatnya terkejut. Dia menutup jendela kantornya, lalu kembali duduk di kursi kerjanya.

"Masuk," ucapnya.

Pintu mahogany itu terbuka. Seorang gadis mungil bermantel hitam dan memakai fedora berwarna hitam pula masuk ke ruangan berukuran 8x5 itu.

"Konnichiwa, Aizen-sama," sapanya kepada satu-satunya orang di ruangan itu, si pria berambut cokelat.

"Konnichiwa," balas lelaki yang dipanggil Aizen itu.

"Kau memanggilku?" tanya gadis itu basa-basi, sambil melepas topi fedoranya. Rambut hitamnya tergerai sebahu, matanya berwarna violet indah.

"Ya," jawab Aizen singkat. "Duduklah, Rukia."

Gadis yang bernama Rukia itu melepas mantel perjalanannya. Lalu duduk di kursi di depan Aizen. "Jadi, ada apa sebenarnya?"

"Aku punya misi untukmu," Aizen memberikan map kertas berwarna merah pada Rukia.

Rukia memeriksa isi map itu, ada foto seorang gadis beserta data-datanya dalam map itu.

"Apa masalahnya?" tanya Rukia tiba-tiba.

"Masalah apa?" Aizen balas bertanya.

"Apa masalahnya sehingga kau memintaku menghabisi gadis kecil 17 tahun ini?" Rukia menunjuk foto dan data di dalam map itu.

"Aku tidak memintamu menghabisinya," jawaban Aizen membuat alis Rukia berkerut. "Tapi membawanya hidup-hidup padaku."

Mata Rukia membesar. "Aku pembunuh, bukan penculik!" desisnya kesal.

"Tapi, aku yakin kau bisa melakukannya," jawab Aizen ringan.

"Ini tidak sesuai profesiku!" bantah Rukia. "Kenapa kau tidak menggunakan Nelliel? Atau Halibel? Kenapa harus aku?!"

"Karena beberapa anggota FBI sudah mengetahui wajah mereka," jawab Aizen. "Sedangkan kau, masih misterius. Bahkan tak ada yang tahu siapa kau sebenarnya, benar kan White Moon?"

"Jangan panggil aku dengan sebutan itu!" Rukia membentak Aizen.

"Oh, maaf. Aku lupa kau tak suka julukan yang diberikan FBI padamu," ucap Aizen ringan. "Jadi, bagaimana Rukia? Apa kau menerimanya?"

"Cuma membawanya hidup-hidup kan? Tinggal culik saja dia sepulang sekolah saat dia sendirian," jawab Rukia, sedikit tidak sinkron dengan pertanyaan yang diajukan Aizen.

Aizen tesenyum licik, "Tidak semudah itu."

Rukia menyipitkan matanya mendengar ucapan Aizen. "Maksudmu?"

"Kau harus menyusup ke Karakura Gakuen, menyamar sebagai murid. Lalu, saat waktunya tiba, bawa dia hidup-hidup padaku," Aizen menjelaskan garis besar tugas Rukia.

"Jadi, aku harus menyamar?" Rukia mencibir. "Sepertinya menarik, tapi tetap saja tidak cocok untukku."

Aizen tidak mengacuhkan Rukia, "Ini bukan tugas mudah. Karena itu aku sudah memilih beberapa orang untuk membantumu..."

Tepat saat Aizen selesai bicara, terdengar suara ketukan pintu. Hal ini membuat Rukia melirik kesal ke arah pintu mahogany itu. Dia kurang suka diganggu saat sedang berbicara mengenai tugasnya.

"Sepertinya tepat waktu," gumam Aizen, lalu berkata, "Masuk."

Pintu setinggi dua meter itu terbuka. 3 orang pria berpakaian serba putih masuk ke ruangan itu.

Rukia mengamati mereka.

Seorang pria dengan rambut perak dan mata sipit, laki-laki berambut hitam dengan mata emerald dan wajah pucat serta laki-laki berambut biru langit.

"Kalian?" tanya Rukia, tampak terkejut dengan kehadiran 3 orang itu.

"Mereka yang akan membantumu, Rukia," Aizen berkata sebelum salah satu dari tiga orang itu sempat menjawab.

"Kenapa harus mereka?" tuntut Rukia.

"Ya, dia benar. Kenapa harus aku yang membantunya? Bukankah banyak orang lain?" laki-laki berambut biru langit itu membenarkan ucapan Rukia.

"Diamlah, Grimmjow!" perintah laki-laki pucat bermata emerald yang berdiri di sebelahnya. Suaranya tenang, namun bernada persuasif.

Grimmjow memandang sinis laki-laki di sebelahnya. "Bukan urusanmu, Ulquiorra!"

"Aku tak tahu ada masalah apa diantara kalian," Aizen menengahi. "Tapi kuharap kalian bisa bekerjasama."

"Ta... Tapi-" Rukia sudah akan membantah, tapi tatapan Aizen cukup membuatnya bungkam.

"Ada masalah, Rukia?" tanya pria berambut silver dan bermata sipit sambil tersenyum. Ichimaru Gin.

Rukia tidak menjawab, jadi Gin melanjutkan. "Ini, bisa jadi misi yang sangat sulit, Shirayuki Rukia..."


TO BE CONTINUED


Pendek? Maklum masih prolog. Orang ngetik segini pake HP aja tangan saia udah radang, gimana kalo panjang?

Ntar bakal dijelasin kok, kenapa Rukia kerja buat Aizen. Trus kenapa namanya Shirayuki Rukia, bukan Kuchiki Rukia. Ntar pasti saia kasih penjelasan di chap pertengahan.

Nggak usah banyak ngomong, langsung saja semua unek-unek anda sampaikan lewat review!

Oya, satu lagi, targetnya Rukia bagusnya Inoue atau Senna? Saia masih bingung, makanya ciri-ciri targetnya belum dijelasin secara detil di chap ini.

ARIGATOU GOZAIMASU

.

.

.

.

.

REVIEW?