Title : Comma

Disclaimer : Naruto © Masashi Kishimoto

Pairing : SasuNaru (main), SasuSaku

Genre : Romance/Drama

Rating : T, maybe.

Warning : AU, OOC, weird, typo, Shonen-ai, boys love, MxM, Chara-death, Lime,etc.

Summary : Saat Naruto koma, apakah Sasuke dapat menjaga kesetiaannya pada Naruto hingga sang kekasih terbangun dari komanya? Apa jadinya jika banyak orang berusaha menghancurkan hubungan mereka? Sanggupkah Sasuke bertahan demi hubungannya dengan Naruto?

A/N : Uwoo, akhirnya ada rasa niat apdet juga saya. LOL. Ada 2 adegan kissing disini.. :P

Dan sepertinya agak nyerempet Crime.. tapi genre tetap ROMANCE/DRAMA! Banyak yang salah kira ini Hurt/Comfort atau Angst. Ini Drama, kay?

Buat yang udah nagih dari dulu, Uchiha Nata-chan dan yang lainnya, this chap is special for you, all~

Chapter 4

Mara Shikamaru menatap sahabat lamanya ini dengan pandangan tak percaya. Sasuke yang menjadi penyebab terjadinya kecelakaan yang membuat Naruto koma? Astaga. Sungguh dunia sudah sakit.

"Bagaimana-"

"Malam itu aku terlalu terburu-buru sehingga tanpa sengaja menabrak pagar garasi dan membuat gerendelnya rusak."

"Apa? Kau serius?"

"Ya. Kalau pun ada pintu pagar, pasti pintu itu juga rusak."

"Astaga."

Sasuke dan Shikamaru terdiam. Saling bergelut dengan pikiran masing-masing. Shikamaru memijit pelipisnya perlahan, berusaha mengurangi rasa sakit kepalanya. Sasuke menghela nafas berat. Masalah ini mungkin akan menjadi panjang.

Sasuke merasa sebuah penyesalan menggantung di lubuk hatinya. Berat dan menyesakkan. Kalau saja ia tak menabrak pintu garasi. Kalau saja ia tak menyuruh Naruto mengantarkan berkasnya yang tertinggal. Kalau saja.. Ah, apa gunanya berandai waktu akan berputar kembali ke belakang? Itu impian kosong.

"Aku tak tahu harus bilang apa, Sasuke, Tapi kesalahanmu itu menimbulkan kesempatan pelaku untuk menyabotase mobil Naruto."

"Ya, aku tahu.." dan sangat menyesal. Sasuke, menyesal.

oOoOoOoOo

Sasuke membiarkan rambut hitamnya menari ditiup angin. Tangannya menopang dagu, dan matanya menatap hampa ke arah kota. Raut tampannya berkerut menyesali sesuatu. Ia tengah berada di balkon rumahnya, meninggalkan belasan polisi penyelidik di belakang. Mereka tengah sibuk mengidentifikasi, dan memeriksa segala penjuru rumah Sasuke.

Beberapa saat yang lalu ia telah selesai dimintai keterangan oleh Shikamaru. Ia menceritakan apa yang ia tahu, juga kejadian malam itu. Ia tak punya ide, siapa sebenarnya si pelaku itu. Walau pun Sasuke adalah seorang boss perusahaan besar dan memiliki potensi musuh yang sangat banyak, Sasuke merasa ganji. Kenapa pelaku tidak mengincarnya saja? Kenapa harus Naruto? Sungguh sulit dipercaya bahwa Naruto yang ramah dan ceria memiliki musuh yang tega menyabotase mobilnya.

"Sasuke, aku masih butuh bantuanmu. Bisakah kau kemari sebentar?" tanya Shikamaru, sambil menyentuh bahu Sasuke pelan. Sasuke menoleh, lalu mengangguk singkat. Mereka berdua pun memilih untuk berbincang di sofa rumah Sasuke yang ada lantai dua.

"Setelah kami semua periksa, tak ada tanda-tanda adanya penyusup atau sebagainya. Kemungkinan kecelakaan ini direncanakan, tapi hanya dilakukan di luar rumah."

"Hn."

"Dan kuduga, rencana ini dilakukan malam itu, setelah kau dan Naruto pulang. Memanfaatkan pintu pagar dan garasi yang kau rusak, pelaku merusak rem mobil Naruto."

"Hn."

"Aku ingin bertanya, apakah mobil Naruto itu masih baru atau sudah lama?"

"Lama, sekitar tiga tahun yang lalu aku membelikannya mobil itu."

"Berarti, pelaku sudah cukup kenal dengan kalian berdua. Dia kemungkinan tahu bahwa itu mobil Naruto," kata Shikamaru menyimpulkan. Pria berkuncir tinggi itu menoleh ke arah rekan-rekannya, dan mendapati bahwa mereka sudah selesai.

"Baiklah. Kurasa cukup. Kami semua akan kembali lagi besok. Terima kasih, Sasuke." Lalu Shikamaru pun beranjak berdiri, bermaksud untuk kembali ke markas. Namun, suara Sasuke membuatnya berhenti melangkah.

"… Shikamaru."

"Ya?"

"Tangkap dia."

Shikamaru mengerti maksud Sasuke, lalu mengangguk. Ia pun kembali melangkah pelan, menyusul rekan-rekannya yang telah mendahuluinya keluar.

"Pasti. Takkan kubiarkan dia lolos setelah membuat sahabatku terluka."

oOoOoOoOo

Pagi kembali datang.

Pagi yang cerah, sebenarnya. Namun tidak bagi Sasuke. Ini pagi yang suram dan menyedihkan baginya. Sangat suram. Rumah yang minimalis, yang dulunya ia anggap sangat kecil, kini terasa sebesar kastil. Rumah yang hampa, tanpa Naruto.

Sasuke merasa paginya kini berbeda. Sudah lima tahun ia tak merasakan pagi yang tenang. Namun, begitu ia merasakannya lagi, ia malah merasa tak nyaman. Ia merindukan teriakan selamat pagi dari Naruto. Merindukan gerutu kesal Naruto jika ia meminta morning kiss dari sang pemuda pirang. Merindukan tawa renyah Naruto saat menonton acara lawak pagi hari. Sungguh, ia ingin merasakannya lagi sekarang.

Sasuke beranjak dari ranjangnya, membiarkan seprei dan selimut tetap kusut berantakan setelah dipakainya semalam. Menuju kamar mandi, bermaksud ingin menggosok giginya yang tersusun rapi dan mencuci muka. Mencari kesegaran pagi ini.

Ia mengambil sikat gigi warna biru miliknya dekat wastafel. Tak sengaja, matanya tertumbuk pada sikat gigi berwarna jingga yang juga ada disana. Sikat gigi Naruto. Ia memandang lekat benda itu untuk beberapa saat.

Sasuke berusaha mengendalikan dirinya, melanjutkan kegiatannya yang sempat tertunda. Ia melumuri bagian bulu sikat gigi dengan pasta gigi, lalu menggosoknya ke giginya. Tak sampai semenit kemudian, ia berkumur, dan menyalakan keran. Kemudian membasuh wajahnya yang rupawan dengan air keran yang dingin. Sesaat, ia merasa lebih segar.

'Teme!'

Sasuke menoleh. Ia merasa ada yang memanggilnya. Dan suara itu, suara Naruto! Tak mungkin ia salah. Ia sudah hafal akan intonasi suara suaminya tersebut,

"Dobe?"

'Teme! Kau membuatku tak bisa berjalan lagi!'

"Apa?"

'Teme, hentikan! Itu geli..'

Sasuke merasa dirinya gila. Tak mungkin itu suara Naruto, sedangkan suaminya itu kini tengah koma di rumah sakit! Sasuke menarik rambut hitamnya. Ia merasa frustasi sendiri. Ia sakit. Ia gila. Dia merasa sangsi, apakah ia akan mampu melewati ini semua.

Ia jatuh terduduk. Ia memejamkan matanya, menajamkan pendengarannya. Sasuke tak mendengar suara itu lagi. Ia hanya dapat mendengar suara percikan air dari keran yang ia lupa untuk menutupnya. Sasuke membuka matanya yang kini bersinar sendu.

"Naruto, aku merindukanmu..."

oOoOoOoOo

Sasuke kini sudah berada di kentornya, untuk mengikuti meeting dengan para Hyuuga yang kemarin sempat tertunda. Memakai jas dan celana hitam, kemeja putih, juga dasi berwarna biru tua. Kakinya yang dilapisi sepatu pantovel berwarna hitam melangkah dengan gagah, memancarkan feromon yang mampu menaklukan semua wanita.

Ia membenarkan letak dasinya yang agak miring. Sejujurnya ia sedikit kesulitan saat memakai dasi, apalagi ia terbiasa dipakaikan oleh Naruto. Namun, setelah berusaha beberapa kali, ia barhasil. Dan kini, ia tampak sempurna.

Samar terdengar suara pekikan terpesona dari para karyawati yang Sasuke lewati. Sasuke tetap tak berekspresi. Sudah biasa baginya mengalami peristiwa kecil seperti itu. Maka dari itu, ia sakarang sudah tak terlalu terpengaruh dengan hal tersebut.

"Sasuke!" Terdengar seruan memanggil Sasuke. Pemuda berambut hitam itu menoleh ke sumber suara. Terlihat pemuda berambut cokelat spiky berlari ke arahnya sambil membawa beberapa berkas di dalam map. Senyum cerah tampak di wajahnya yang terdapat segitiga merah terbalik di masing-masing pipi.

"Inuzuka."

Sang Inuzuka, nyengir kuda. Ia memperlihatkan berkas yang ia bawa tepat di hadapan mata Sasuke. Kemudian, ia berkata,"Kita memenangkan tender dengan Umino Group. Jadwal meeting akan diberitahukan oleh sekretarismu nanti siang. Dan ini berkas tentang tender itu dan segala tetek-bengeknya. Mereka memintaku untuk menyerahkannya padamu. Nih."

Sasuke menerimanya, lalu kembali berjalan. Sang Inuzuka, menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Apakah terlalu sulit untuk mengucapkan 'terima kasih' pada Inuzuka Kiba ini? Yah, itulah bedanya antara General Managar dan boss besar."

Lalu, Kiba pun segera ikut berlalu ke arah yang berlawanan. Ia masih punya janji dengan karyawati baru yang cantik itu. Daripada memusingkan sikap atasannya yang dingin dan cuek itu, lebih baik ia memikirkan sang gadis, kan?

oOoOoOoOo

"Ada pertanyaan?"

Sasuke memandang ke sekeliling dengan mata hitamnya. Orang-orang disana tampak mengangguk mengerti. Sasuke pun membereskan alat –alat presentasinya dan menutup meeting tersebut,

"Kalau begitu, kita tutup meeting kali ini, dan meeting selanjutnya akan dilaksanakan minggu depan di tempat dan jam yang sama. Terima kasih."

Peserta meeting kemudian mulai beranjak dari ruangan dan pergi. Sasuke melirik jam tangan perak yang melingkar di tangannya. Sudah waktunya makan siang rupanya. Pantas wajah-wajah peserta meeting tadi begitu tersiksa.

Sasuke pun sedikit mempecepat gerakannya. Waktu istirahat siang ini ingin ia habiskan di rumah sakit menunggui Naruto. Tak dipungkiri olehnya ia kembali khawatir dengan keadaan suaminya tersebut, Memang kemarin Tsunade sempat menjelaskan bahwa keadaan Naruto sangat mudah untuk kritis. Intinya, keadaan Naruto sangat membahayakan.

"Terburu-buru?" Terdengar suara berat di belakang Sasuke. Sasuke memutar wajahnya, dan mendapati mata lavender tanpa pupil tengah menatapnya lekat. Sasuke sempat terperanjat kaget, namun ia dapat langsung mengendalikan dirinya kembali.

"Hyuuga Neji," kata Sasuke, menyebut nama sang pria di hadapannya. Neji tersenyum tipis.

"Presentasi yang sangat bagus, Uchiha. Maukah menemaniku makan siang untuk memberiku penjelasan yang lebih rinci tentang kerjasama kita kali ini?"

"Aku sudah memberi kesempatan untuk bertanya, dan semuanya sudah jelas dengan presentasiku dan perjanjian kita. Sekarang, aku harus pergi. Tolong menyingkir dari jalanku," kata Sasuke dengan tajam. Neji menyeringai. Terlihat Sasuke agak gugup dengan keadaan mereka kini. Jarak mereka hanyalah satu meter saja. Cukup dekat, namun terlalu dekat bagi Sasuke.

"Ayolah. Secangkir kopi saja."

"Tidak. Aku permisi," kata Sasuke cepat. Ia langsung menerobos ke depan. Namun, tangan porselen Neji tak membiarkannya begitu saja. Neji langsung meraih tangan Sasuke, memutarnya, hingga mereka berdiri berhadapan. Neji menyeringai tipis, lalu mencuri kecupan kecil dari bibir Sasuke. Pemuda berambut hitam itu mematung, sedikit shock.

"Brengsek kau-"

"Sampai jumpa, Uchiha."

Sasuke tak membuang waktu. Ia langsung melangkah cepat meninggalkan pemuda berambut cokelat panjang itu sendiri. Tak menyadari, bahwa Neji tengah menyeringai.

"Takkan kubiarkan kau lolos dariku, Sasuke."

oOoOoOoOo

Sasuke berjalan agak terburu ke basement gedung kantornya. Aura gelap menguar dari sekeliling tubuhnya. Ia muak dengan kejadian beberapa saat yang lalu, saat Hyuuga brengsek itu mengecupnya cepat. Kecupan yang mengantarnya ke ingatan masa lalu, sebelum ia bertemu dengan Naruto.

Begitu memasuki mobilnya, ia segera menyalakan mesin mobil dan menginjak pedal gas dalam-dalam. Ia ingin segera sampai tempat Naruto dan melupakan kejadian tadi. Sasuke menggosokkan punggung tangannya ke bibirnya. Berusaha menghapus bekas kecupan dari sang Hyuuga. Namun gagal. Hal itu malah membuatnya semakin teringat dengan kejadian itu.

Ini adalah peristiwa langka untuk kesekian kalinya, Uchiha Sasuke yang stoic kehilangan kendali dirinya dan terbawa emosi. Kali ini, karena Hyuuga Neji.

"Shit!" seru Sasuke saat mobilnya hampir menabrak seorang penyebrang jalan. Sasuke memukul stir mobilnya, melampiaskan rasa raungan klakson dari kendaraan di belakang mobil Sasuke, merasa jalurnya terhalangi oleh mobil Sasuke tersebut. Terpaksa, Sasuke menjalankan kembali mobilnya walau hatinya masih merasa tak tenang.

Sasuke kembali mempercepat laju mobilnya. Begitu atap rumah sakit sudah tampak di depan mata, Sasuke menenangkan dirinya sendiri. Ia tak mau kedatangannya menjenguk Naruto dalam keadaan emosi. Ia kembali mendapatkan kontrol dirinya, lalu memasang lagi wajah stoic yang biasa tampakkan.

Memasuki area parkir rumah sakit, Sasuke mengemudikan mobilnya ke tempat parkir mobil yang kosong. Begitu memakirkan mobilnya, pemuda itu mematikan mesin lalu keluar. Merapikan jasnya, ia pun mulai melangkahkan kakinya ke arah gedung rumah sakit.

Ia sudah mengetahui ruangan tempat Naruto dirawat, sehingga ia tak perlu bertanya pada suster berambut merah muda yang kemarin sempat sedikit membuatnya terpesona. Sedikit terpesona. Garis bawahi itu.

Sasuke berjalan di koridor rumah sakit. Saat ia tiba di depan ruangan Naruto, tampaknya Kushina dan Minato belum datang dari Suna. Sasuke membuka pintu ruangan itu, dan ia mendapati sesuatu yang membuatnya sangat tekejut.

Seorang pemuda berambut merah, tengah menundukkan wajahnya di wajah Naruto. Dan Sasuke dapat melihatnya, pemuda itu mencium Naruto di bibirnya! Pemuda itu memejamkan matanya, tampak menikmati ciuman yang ia curi dari seseorang yang sedang terbaring koma. Brengsek.

Bibir yang selama ini hanya pernah disentuh oleh bibir Sasuke kini secara pelan dilumat oleh bibir lain..

"Siapa kau?"

TBC

Yey! Selesai~

Akhirnya chapter ini selesai. Ini jauh lebih cepat dibandingkan janji saya untuk apdet bulan depan. Berbahagialah, readers! Saya tahu kalian mencintai saya yang mengapdet lebih cepat dari yang direncanakan! *plakk*

Jangan marah karena adegan ciumannya mengecewakan.. TT

Oia, saya mau minta bantuan doa karena tanggal 4 Juni saya Ujian Kenaikan.. Saya minta maaf kalau hasilnya semakin OOC akut begini.. (_ _)V

Mind to Review?