DISCLAIMER: ATLUS…

~Game of Darkness~

By: MaedaHikari, Reina Koshimizu, and Darkmoonslayer325.

Summary: para cast Investigation Team dan SEES terjebak di sebuah game aneh! Apalagi salah satu aturannya yaitu mereka harus saling bunuh supaya bisa bertahan hidup. Saat sedang panik paniknya, mereka bertemu 3 orang persona users lainnya. Plis R&R! jangan ngeflame kalo nggak membangun.

A three people collaboration fic… Warning: OC ama OOC.


-Old storage, Tokyo. 16.30 PM-

Para anggota IT dan SEES memasuki gudang penyimpanan itu sambil bercanda ria. Saking serunya sampai Rise dan Kanji melupakan bau tidak mengenakkan itu.

"Wuih, gudangnya gede banget yah kuma?" ucap Teddie sambil menatap kearah langit langit gudang itu yang seperti tidak ada batasnya.

"Jangan lupa bau dan banyak tikusnya..." gerutu Yosuke sambil menutupi hidungnya.

"Bener tuh. Hoa lah...bau beneran neh." Tambah Junpei

"Namanya aja gudang, Yosuke. Bukannya lo yang tadinya paling semangat ya?" goda Chie.

"Tau nih. Tadi kan Junpei yang paling norak di airport pingin buru buru dateng." Tambah Yukari.

"I-itu kan dulu!" balas Yosuke dan Junpei bersamaan. Mereka terus menggoda Junpei dan Yosuke. Kecuali Mitsuru, Akihiko, Aigis, Naoto, Shinjiro, dan Minato.

Tiba tiba Koromaru Menggigit dan menarik celana Akihiko.

"Ada apa, Koromaru?" Tanya Akihiko. Koromaru mengonggong keras.

"WOOF! GRRR..." Koromaru memasang pose siap menerkam.

"Koro-chan!" Fuuka berusaha menenangkan anjing itu. Tapi tiba tiba ia merasakan getaran hebat yang mungkin hanya bisa dirasakan oleh Persona-Users yang mempunyai ability untuk mendeteksi.

"Ada apa, Yamagishi?" tanya Mitsuru. Fuuka menunjuk kearah lorong didepan mereka dengan perasaan takut.

"S-senpai...aku merasakan...ada sesuatu yang bergerak..." ucap Fuuka sambil gemetar. Semua anggota SEES dan IT langsung menoleh kearah lorong gelap yang ditunjuk Fuuka dengan deg degan.

"Mungkin itu tikus?" Tanya Ken mencoba lebih logis.

"B-bukan...tikus tidak sebesar ini!" jawab Fuuka. Para IT dan SEES makin dicekam ketakutan.

"A-ayolah. Masa begitu aja takut? Paling itu Cuma sutradaranya." Hibur Kanji walaupun dia sendiri juga ketakutan. Tiba tiba Rise menjerit.

"KYAAAAAAAA! A-ada..." Rise sembunyi di balik tubuh Souji. Semua orang langsung kaget.

"Ada apa, Rise-san?!" tanya Naoto panik. Rise menunjuk ke sebuah jejak seretan. Lebih tepatnya jejak darah.

"Da-darah?!" Yukari langsung sembunyi dibalik tubuh Minato.

"Yo, Yukari. Palingan itu Cuma darah dari daging kambing atau sapi..." ujar Minato mencoba menenangkan Yukari.

Kaori dan Shinjiro diam sambil menatap darah itu. "Darah itu... Bukannya darah manusia?" Tanya Kaori ragu. Shinjiro hanya mengangkat bahunya.

Chie dan Yukiko juga ketakutan. Hanya para cowok, Naoto dan Mitsuru yang masih tegak.

"semuanya tenang! Shirogane, periksa darah itu dengan Koromaru. Sisanya yang laki laki lindungi para perempuan!" perintah Mitsuru. Naoto dan Koromaru mengangguk lalu mendekati darah itu. Chie yang paling berani (kecuali Naoto) diantara anggota IT berusaha memecahkan keheningan yang agak menyeramkan ini.

"wah…kayaknya sih ini bukan gudang penyimpanan ya. Bisa aja tempat pemotongan hewan…" ucapnya sembarangan. Yukiko dan Rise makin menempel sama Souji.

"Chie-senpai! Jangan nakutin gitu dong!" marah Rise. Chie sweatdropped.

"uh…gue kan Cuma ngeluarin apapun yang ada di pikiran gue!" bela Chie.

"udah sini Risette sama Junpei aja!" goda Junpei centil sambil berlari bermaksud memeluk Rise. Tapi Rise malah menendang wajahnya.

"OGAH!" tolak Rise mentah mentah. Yukiko mulai gila…lagi…

"GYAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHA! SI BOTAK MUKANYA RATA!" tawa Yukiko menggelegar. Semuanya langsung sweatdropped berat.

"yah…seenggaknya suasana nyeremin ini mulai ilang…" ujar Yosuke sambil tertawa. Tapi sayangnya Naoto langsung mengembalikan suasana menyeramkan lagi. Ia memanggil Mitsuru.

"Mitsuru-san, Ini merupakan jejak... Dan belum lama terbuatnya. Kira kira 3-4 jam yang lalu" Ujar Naoto sambil menyeka sedikit darah yang ada di lantai "Dan pemilik darah ini... Kurasa bukan hewan..." Pikir Naoto. Mitsuru mendesah.

"baiklah. Kerja bagus, Shirogane." Ucap Mitsuru. Koromaru mengendus bau darah itu.

"WOOF!! WOOF!! Grrr...." Koromaru menggonggong lalu menggeram pelan.

"Katanya, dia mencium bau orang lain di sini..." Ujar Aigis.

"Tampaknya harus kita periksa..." Ujar Souji.

"Nggak ah! Rise takut..." Rise makin membenamkan kepalanya di punggung Souji.

"Seta benar. Ini harus diperiksa..." Ujar Mitsuru. Akhirnya semua orang mengangguk walau Rise dan Yukiko bersembunyi di belakang Souji.

Mereka mulai berjalan di koridor yang gelap. Rise masih menempel di punggung Souji. Sedangkan Yukiko mulai relaks dan berjalan dengan Chie seperti biasa. Tiba tiba Fuuka terperangah.

"aura ini...Mitsuru-senpai! aku rasa ini hal yang salah! Aku merasakan...merasakan..." Fuuka tidak bisa melanjutkan perkataannya.

"kenapa, Yamagishi? Ada apa?" tanya Mitsuru. Fuuka hanya menggeleng lemah.

"tidak...hanya saja, ada yang menganggu perasaanku sejak kita pertama kali menginjakkan kaki di gudang ini..." jawab Fuuka lemas. Junpei memapahnya.

"Fuuka...kalo lo ngga kuat bilang aja..." cemas Junpei. Ia jadi protektif dengan Fuuka sejak Chidori meninggal. Fuuka menggeleng.

"aku tidak apa apa, Junpei-kun. Aku bisa jalan sendiri." balas Fuuka sambil melepaskan diri dari papahan Junpei. Tiba tiba terdengar suara decitan.

"KYAAA! Apaan itu?!" jerit Yukari sambil mencengkram bahu Minato kaget.

"tikus, non. Sekarang lepasin bahu gue dan jangan jadi lebay." sahut Minato dingin. Yukari bukannya melepaskan cengkramannya malah memeluk lengan Minato.

"jahat lo, Minato-kun..."

"whatever..."

Mereka sampai di tempat hilangnya jejak darah. Sebagai gantinya sebuah daging berwarna kemerah merahan terletak di tengah tengah jalan. Naoto memeriksa potongan daging itu sebentar.

"hmm...ini tampaknya hanya potongan daging kambing." Lapor Naoto. Semuanya menghela nafas lega.

"Tuh kan, apa gue bilang..." Kata Minato sambil menoleh ke arah Yukari.

"iya iya! Gue kan tadi takut..." bela Yukari. Wajahnya memerah.

Tiba-tiba Kaori jatuh terduduk, kaki nya lemas, kepalanya mengadah ke atas.

"napa lu, Nagisa?" Tanya Shinjiro yang ada di sebelahnya.

"I-itu... Itu..." Kaori gemetar sambil menunjuk ke arah tembok. Shinjiro menoleh ke arah tembok itu, matanya membelalak.

"sialan..." Shinjiro menggeram pelan. Melihat reaksi Shinjiro, semua orang ikut melihat ke tembok.

"Kyaaaa!!!!" jerit Rise, Yukiko, Yukari dan Fuuka. Di tembok itu, tergantung sebuah tubuh bermandikan darah yang bentuk wajahnya sudah tidak karuan lagi. Tapi Naoto bisa tahu itu manusia begitu melihatnya. Rise dan Yukiko menatap tubuh itu tak berdaya. Sementara Chie menahan dirinya supaya tidak muntah begitu melihat darah dan daging yang begitu...menjijikan.

"Tampaknya bukan game biasa..." Ujar Mitsuru pelan.

"Malah mungkin ini bukan game sama sekali..." Sahut Minato.

"Senpai!! Rise takut!! Rise mau pulang!!" Rise mulai menangis.

"Seta-kun, kumohon, ayo!!" Timpal Yukiko sambil menarik lengan Souji.

"Arisato-kun! Ayo!" Yukari juga ketakutan. Sementara Fuuka sudah hampir pingsan.

"P-partner!! Ayo kita keluar!!" ajak Yosuke agak agak panik.

"Arisato, Aigis, Nagisa! Bawa semua orang keluar dari sini! Ini tidak mungkin hanya sebuah lelucon! Akihiko dan Aragaki, lihat keadaan sekitar saat kita menuju pintu keluar! Dan kurasa, kalian membutuhkan evoker..." Mitsuru memberi perintah.

"Apa harus?" Tanya Akihiko.

"Tak ada jaminan disini tak ada musuh. Ayo!" Seru Mitsuru.

"Wakarimashita!! (understood)" Sahut Minato, Aigis dan Kaori.

"Teddie, Tatsumi, Shirogane! Bawa yang perempuan keluar dari sini! Yosuke! Bantu aku melihat keadaan kalau-kalau ada musuh! Dan jangan segan untuk menggunakan persona..." Souji merendahkan suaranya saat menyebut persona.

"Oke, Partner!!" Sahut Yosuke.

"Hey, Senpai!! Ayo keluar dari sini!!" Ujar Kanji sambil membantu Yukiko.

"Chie-chan, ayo!" Teddie menarik tangan Chie.

"Rise-san! Ini bukan saatnya untuk takut! Ayo kita pergi!!" Ujar Naoto sambil membantu Rise yang sedang menangis.

"i-iya, Naoto-kun..." Rise menurut begitu lengannya ditarik Naoto.

Mereka semua berlari ke arah pintu keluar. Anggota SEES memegang Evoker di tangan mereka, sementara IT (minus yang cewek, kecuali Naoto) membawa senjata masing-masing. Souji menggunakan sebuah pipa besi panjang, Naoto memang selalu membawa revolvernya kemana pun dia pergi. Kanji menggunakan sebuah kursi lipat yang dia temukan, Yosuke menggunakan dua buah pisau daging yang ada disana.

Mereka sampai di pintu keluar. Yukari langsung mendekatinya dan mendorong pintu itu.

"Ggghh!!! Tak bisa terbuka!!!" Ujar Yukari panik.

"Minggir! Ayo Shinji!!" Akihiko bersiap mendobrak gerbang itu.

"Hn." Sahut Shinjiro singkat.

"Yosuke! Bantu kami!" seru Souji sambil bersiap mendobrak.

"siap, partner!"

"Biar kubantu, Sanada-san!!" Kanji juga bersiap.

BRAKK!!!!

Mereka bertiga mendorong pintu itu menggunakan badan mereka, namun pintu itu tak bergeming sama sekali.

"Aku akan membantu!!" Aigis juga membantu mendobrak dengan tubuhnya yang besi, namun tak ada bekas sama sekali di pintu.

"Cih..." Umpat Shinjiro pelan.

"Sial!! Pintunya terkunci rapat!!" Sahut Akihiko kesal.

"Aarrggh!!" Kanji memukulkan tangannya ke pintu.

"Tenanglah, Kanji-kun!!" Ujar Naoto.

"Benar, kita tak boleh panik. Kalau panik malah takkan ada hasilnya." Kata Mitsuru.

"senpai benar... Ini harus dipikirkan baik-ba--..." Sebelum Kaori selesai bicara, tiba-tiba sebuah kabut putih aneh menutupi mereka.

"I-ini... Kabut? Bukan, ini.. Gas?!" Naoto dengan cepat menutup hidungnya dengan tangannya.

"Uph... Kabut ini..." Kaori berusaha menutup hidungnya, namun kesadarannya menghilang. Dia terjatuh, Shinjiro menangkapnya dengan sebelah tangan.

"Ini... Gas tidur..." Yosuke terjatuh dan kehilangan kesadaran.

"Sen...pai..." Rise juga terjatuh. Diikuti Teddie yang dibelakangnya. Koromaru menggonggong pelan sebelum tertidur.

"U-ukh..." Kanji terjatuh, diikuti Chie dan Yukiko.

"Si...Al..." Akihiko pun pingsan. Junpei juga terjatuh.

"Uh..." Mitsuru kehilangan kesadaran. Souji terjatuh bertumpu pada lututnya, Minato juga. Sementara Shinjiro masih tetap mencoba untuk bertahan. Aigis masih sadar karena dia memang robot. Namun seketika dia merasa ada sesuatu di dalam kabut yang sedikit demi sedikit menguras tenaganya. Aigis pun terjatuh.

"A-aigis?!" Minato menoleh kearah Aigis.

"A-ada... yang... menguras... tenaga...ku..." Sistem Aigis mati.

"Ah..." Souji terjatuh dan pingsan.

"Sialan...." Shinjiro sudah tak tahan lagi dan pingsan.

"Semuanya..." Minato menutup matanya perlahan.


To Be Continued

Authors' Note :

MaedaHikari: Yak Minna, this is a loong chapter. What do you guys think? Reviews? Flame? Anything is fine. As long as it makes us a better writer ^^. Thanks for your reviews till now!!

Reina Koshimizu: sama deh kayak MaedaHikari. Thanks for the reviews! Dan makasih buat Otomo Minato yang udah bikin fanfic kita di Story Alertnya, Katy Starcatcher, MelZzZ, Lucielle Michaelis, dan MacTavish Van Den Bosch! Arigatou gozaimasu! Dan maap kalo sampe ada yang kelupaan. Maklum saya manusia biasa yang banyak salah...^^

Minna, sekarang, review please? m(_ _)m

Arigato Gozaimashita to the readers from the Authors.