Inilah lanjutan dari Handkerchief :D
Happy reading minna :D

Disclaimer : Riichiro Inagaki & Yuusuke Murata

And the story by me :D

Handkerchief Chap 2

"Halo!"

Aku menoleh ke belakang, aku melihat seorang anak laki-laki yang sebaya denganku, dia berambut coklat, dan bermata coklat keemasan.

"Kenapa kamu menangis?" Tanya anak itu kepadaku.

"S..Siapa kamu?" aku balik bertanya.

"Namaku Sena. Sena Hiruma. Perkenalkan! Aku baru saja pindah ke rumah di sebelah panti asuhan itu." Jawab dia bersemangat. Aku tahu disebelah panti asuhan memang ada sebuah rumah mewah bergaya eropa. Tapi, rumah itu sudah ditinggalkan pemiliknya bertahun-tahun yang lalu. Dan beberapa temanku mengatakan bahwa rumah itu adalah rumah hantu.

"Hei, kok diam? Namamu siapa?" Tanya anak itu kepadaku.

"Eh… Na... Namaku Suzuna Taki." Jawabku singkat.

"Oh, Suzuna, ya... Nama yang cantik." Katanya terkagum-kagum.

"Te… Terima kasih…" jawabku singkat.

"Maukah kamu jadi teman pertamaku disini?" tanya anak itu dengan wajah ceria.

"Eh... Hmm... Aku mau." jawabku bingung.

"Kalau begitu, ayo ke rumahku." Ajaknya sambil menarik tanganku. Aku buru-buru berdiri untuk mengikuti tanganku yang ditarik olehnya.

Begitu sampai di depan gerbang, aku disambut bunga mawar putih yang bermekaran. Begitu aku memasuki halaman rumah, banyak bunga mawar merah dan mawar hitam yang langka bermekaran (taukan, nih selera siapa?).

"Selamat datang dirumahku!" katanya bersemangat.

Aku masih ingat saat itu... Senyumnya, tawanya, caranya menyebut namaku...

Sejak saat itu, hidupku tidak lagi diliputi oleh air mata kesedihan.

"Mama! Aku pulang!" teriaknya dari depan pintu.

"Tuan muda Sena, anda sudah pulang." jawab seorang yang berpakaian pelayan.

"Mama dimana, bibi Yuki?" tanya Sena kepada pelayan itu.

"Nyonya Hiruma berada di taman belakang, tuan muda." jawab pelayan itu.

"Oh... Kalo papa?" tanya Sena lagi.

"Tuan Hiruma barusan keluar, tuan muda." jawab pelayan itu.

"Oh, ya sudah kalo gitu Oh, ya, bibi Yuki, perkenalkan, ini Suzuna. Dia teman pertamaku disini." katanya bernada senang.

"Salam kenal! Aku Suzuna." kataku sambil membungkukkan badan.

"Kalo begitu, ayo, Suzuna, kita menemui mama." kata Sena bersemangat.

"Baiklah." jawabku.

"Mama!" teriak Sena dari depan pintu taman.

"Iya, sayang, mama disini." jawab seorang wanita yang masih cukup muda. Ia menggunakan kemeja untuk wanita (yaiyalah!) berwarna putih dan rok terusan berwarna putih.

"Mama, ini teman baruku, ma. Namanya Suzuna. Dia baik lo, ma!" kata Sena kepada mamanya.

"Perkenalkan, nama saya Suzuna. Salam kenal." kataku memperkenalkan diri.

"Oh... Nama tante Mamori. Terima kasih ya, karena sudah mau berteman dengan Sena" jawab ibunya Sena dengan wajah yang amat teramat sangat dan terlalu manis.

"I, iya tante." jawabku.

"Mama, aku mau main di danau dulu, ya..." kata Sena meminta izin kepada ibunya.

"Iya, tapi jangan nyemplung ke danaunya ya!" kata ibu Sena dengan nada humor (tapi garing).

"Yaiyalah ma... Ngapain juga Sena nyemplung ke danau? Udah ya ma, daaa!" kata Sena sembari berlari menuju gerbang rumah tersebut sambil menarik lenganku.

"Permisi, tante..." kataku sambil terseret -?-.

Kami pun kembali bermain di pinggir danau.

"Suzuna, lihat aku membawa apa." kata Sena girang.

"Kamera? Buat apa?" tanyaku dengan wajah heran.

"Ayo kita foto bersama!" jawab Sena dengan wajah imutnya.

"Ayo!" kataku antusias.

"Kamu tau tempat yang bagus untuk berfoto?"

"Ayo kita naik ke bukit itu!" tunjukku ke sebuah bukit di dekat danau.

Suatu hari...

Seperti biasa aku menunggu Sena di pinggir danau.

"Suzuna..." aku mendengar seseorang memanggil namaku, dan aku tahu jika suara itu adalah suara Sena. Tapi, aku melihat ada yang aneh dari wajah Sena yang biasanya ceria. Aku melihat raut kesedihan dari wajah Sena.

"Sena... Kau kenapa?" tanyaku pada Sena.

"Aku harus pergi." Jleb, kata-kata Sena seakan menusuk jantungku.

"Pergi kemana?" tanyaku sedih... Mataku berkaca-kaca.

"Aku harus kembali ke Amerika bersama papa mama ku." jawabnya dengan raut muka sedih.

"Kalau kau pergi, siapa yang akan menemaniku?" tanyaku lagi pada Sena.

"Tenanglah Suzuna, aku pasti akan kembali kesini, menemuimu. Itu pasti, dan itu janjiku." jawab Sena dengan nada yang sangat yakin. "Terimalah ini."

Sena memberikan sebuah kalung berliontin bintang perak padaku. Ditengah bintang itu, ada sebuah permata safir biru berbentuk bulan sabit.

"Coba buka itu Suzuna." akupun langsung membuka liontin itu, di dalamnya ada fotoku bersama Sena saat di atas bukit 2 minggu yang lalu. Saat melihat foto itu, entah kenapa aku menangis.

"Aku juga mempunyai kalung seperti itu lho..." katanya dengan senyum yang amat manis. Dia menunjuk kalung yang berada di lehernya, sama seperti yang dia berikan padaku. "jadi, kalau kau rindu padaku, kau tinggal melihat fotoku saja, begitu pula aku. Dan dengan memakai kalung ini, kita tetap merasa terus bersama kan?"

Aku hanya menjawab pernyataannya Sena dengan anggukan, ya, memang dia benar, tapi, kapan dia akan kembali?

"Kapan kau kembali?" tanyaku pada Sena.

"Secepatnya, Suzuna." jawab Sena. Tangan mungilnya menghapus air mata di pipiku.

To be Continued...

That's all minna...

Ma'af mengecewakan... –ditimpuk rame-rame-

Huwaa...

Ma'af Me-Chan hiatus terlalu lama...

Itu dikarenakan Me-Chan terlalu banyak dapat masalah... -curcol-

Makanya Me-Chan gak mood up-date...

Tapi waktu Me-Chan buka e-mail Me-Chan, banyak review yang membuat Me-Chan semangat lagi... ^^

Thanks Minna-Chan. \(^o^)/

Sekian dari Me-Chan...

Review please... –Puppy eyes-