Psycho

Disclaimer: Naruto © Masashi Kishimoto, story's idea © Ravarion.

Rated : T

Warning : Alternative Universe, almost Out-Of-Character.

Genre : Crime / Suspense

Kapitel: Otte / Hemmelighed (Secret)

-x-x-x-

ENJOY

-x-x-x-

Sasuke menghempaskan badannya di atas sofa empuk Shikamaru (yang pemiliknya tak diketahui dimana sampai sekarang). Ia menatap sahabatnya yang berada tepat di seberang sofa.

"Apa?" tanya Naruto memasang wajah bingung karena Sasuke tiba-tiba menatapnya seperti gadis yang meminta pertanggung-jawaban atas kehamilan yang terjadi di luar nikah maka—Oke, lagi-lagi OOT.

Sasuke berdehem agak keras sambil menatap ke sekitar. Dan berdehem lagi saat Naruto mengerinyit heran, kali ini sambil menyentuh tenggorokannya.

"Apa sih, teme!" kata Naruto kesal.

"Kau itu tuan rumah yang buruk, dobe. Mana minumku?" hardik Sasuke lalu ber-cih-ria. Naruto hanya mengangkat bahu sekali lalu menunjuk kulkas.

"Ambil sendiri sana... Aku malas," katanya sambil menyandarkan kepalanya ke sofa. Dasar tuan rumah (ralat, Naruto cuma numpang di aprtemen Shikamaru) tak tahu tata krama.

Sasuke mendengus lalu melangkahkan kakinya untuk membuka kulkas di belakang meja bartender dan mengambil sebuah minuman. Satu liter botol CocaCola. Ketika ia membawa minuman bersoda itu ke ruang tamu beserta sebuah gelas, Naruto memelotinya. Sasuke membalas tatapan Naruto dengan arti 'apa?'.

"Dasar..." gumam Naruto ikut mengambil gelas. 'Sialan, kenapa tadi dia menolak mengambil minuman?' batin Sasuke.

"Jadi, apa yang mau kau omongkan? Apa Kakashi mengeluarkan kita dari tim?" tanya Sasuke asal.

"Oh, ayolah, Sasuke. Kau 'kan psikolog yang agak-agak mendekati psikoanalis. Masa' kau tak bisa menebaknya?" tanya Naruto sambil menuang minuman bersoda itu.

"Tch. Psikolog dan psikoanalis itu beda, dobe. Kalau mau menjadi psikoanalis, aku harus praktek dua tahun dulu menjadi psikiater..." jawab Sasuke menatap ke arah Naruto dengan pandangan 'plis-deh-masa-lu-ga-tau?'.

"Apa bedanya? Masih tetap seputar psikologi 'kan..." yang hanya di balas dengusan Sasuke.

"Ngomong-ngomong, Shikamaru belum pulang," jawab Sasuke dengan suara asal.

"Ya, benar. Menurutmu, kemana dia? Jarang-jarang dia lembur sampai menginap di kantornya. Dia satu-satunya sepupu dekatku yang tak menentangku masuk kepolisian, dan kau tahu itu!" Naruto meninggikan suaranya dengan kesal, Sasuke bersikap biasa saja. Maklum.

"Menurut perkiraanku, dia diculik..."

Naruto menahan nafas tiba-tiba.

"Oleh Akatsuki. Saingan—bukan, musuh famiglia Uchiha..."

"Famiglia kita," Naruto memotong perkataan Sasuke.

"Ya, ya. Whatever... Kau tahu 'kan, asisten Shikamaru yang namanya, Aburame Shino?" Naruto mengangguk, terlihat antusias terhadap hipotesa Sasuke.

"Lima tahun lalu, saat dia berumur sembilan belas tahun—lima tahun lalu, empat anggota keluarganya—bukan keluarga besar—ditemukan tak bernyawa di empat tebing berbeda dan di waktu yang berbeda di Ame, kota asalnya. Polisi menduga mereka sedang mendaki gunung sendirian dan terkena hipotermia*," Sasuke menggoyang-goyangkan gelasnya yang berisi minuman.

"Telanjang?" Sasuke mengangguk lalu meneguk isinya gelasnya.

"Akibat hipotermia memang begitu. Anehnya, dengan dugaan itu, polisi menutup kasus itu. Case closed."

"Memangnya, polisi tidak curiga? Apa barang-barang mereka hilang? Bukannya selalu ada pembatas di tiap tebing? Atau, jangan-jangan... Ini kasus pembunuhan berantai yang terselubungi dengan akibat hipotermia?" Naruto merinding membayangkannya.

"Ya, tepat. Saat itu,... paman Obito yang memberitahuku kasus ini karena kebetulan dia bersahabat dengan Kakashi," Sasuke mengerlingkan matanya saat mengingat pamannya yang bersikap dan bersifat sangat tidak berprike-Uchiha-an sekali. Bersama dengan Kakashi, lengkap sudah bukti kalau mereka memang partner-in-crime.

"Lima tahun lalu dan Kakashi ada di Ame? Pasti mutasi. Berarti, dia sekarang sudah sangat tua, ya..." Naruto mengangguk-angguk tak jelas, Sasuke ikut mengangguk-angguk ketika membayangkan Komisaris Jenderal yang mesum itu. Ih, waw... -_-

"Anyway, lanjutkan hipotesamu dong, Sasuke," Naruto mengakhiri angguk-mengangguk mereka.

"Baiklah. Dan jangan memerintahku, aku ini lebih tinggi darimu. Di dekat tebing, tak jauh dari sana, ada jejak mobil yang tersamar semak-semak dan agak tak terlihat karena ada hujan."

"Namanya juga 'ame'," Naruto berceloteh, Sasuke mengabaikan.

"Dan paman yang saat itu sedang tak ada kerjaan, pergi keempat tempat kejadian. Dan menemukan bukti itu, sendiri sampai Kakashi ikut membantu. Tanpa kepolisian," Sasuke menghela nafas. Ia paling malas di suruh ngomong panjang lebar gini, terpaksa.

"Karena paman Obito itu 'kan detektif swasta. Bukannya itu percuma karena dia tidak di bayar?" Sasuke mengangguk.

"Ah, kenapa di famiglia kita banyak sekali yang membelot ya?" gumam Naruto sambil tiduran di sofa empuk itu, menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan.

"Memangnya kita bukan pengkhianat?" tanya Sasuke memojokkan Naruto yang tiba-tiba membuka kedua matanya lalu melotot pada sahabatnya.

"Hey, setidaknya kita masih di akui sebagai anak, tahu!" bentak Naruto kesal. Sasuke mendengus.

"Terserahlah..."

-x-x-x-

Lagu 'A Thousand Miles' terdengar dari handphone putih di atas sebuah meja rias di sebuah kamar. Pemiliknya segera menekan tombol hijau ber-ikon terlepon yang menyala. Di layarnya tertera nama 'Gaara'. Perempuan itu segera mengangkatnya panggilan telepon itu.

"Halo? Gaara?"

"Kak, kami membutuhkan bantuan dari pihak kepolisian Suna setempat," suara Gaara di ujung sana terdengar.

"Ada apa? Kau tak berubah, selalu to-the-point..."

"Kasus besar untukmu dan kami, kak Temari. Shikamaru sepertinya di culik oleh gerombolan pembunuh yang (mungkin) melakukan pembunuhan berantai di Konoha. Bisakan kakak kesini sekarang juga?"

"Tentu saja. Aku akan pergi ke bandara sekarang juga, Gaara," Temari segera menutup sambungan telepon itu dan mengepak barang-barangnya.

"Dasar kau kekasih yang bodoh, Shikamaru..." gumam Temari ketika membuka pintu mobilnya dan mengendarainya menuju bandara.

"Tunggu. Kalau aku ke bandara dengan mobil ini sendiri, siapa yang menjaga mobil ini?" tanya Temari entah pada siapa dan langsung kembali ke rumahnya, memanggil...

"Kankurou! Cepat kesini dan ikut aku!"

-x-x-x-

Erangan sakit keluar dari mulut Shikamaru setelah kepalanya di hantam sesuatu. Matanya bebas dari ikatan kain hitam yang selama dua hari ini menemaninya. Tapi ikatan di tangan dan kakinya tetap ada untuk mengikat, menghalangi Shikamaru untuk melawan orang-orang yang sebelumnya telah menculiknya. Dan bahkan ia tak melawan saat di bawa pergi.

"Hah! Kau tak bisa melawan ya? Kasihan sekali..." suara Sakon atau Ukon (entah Shikamaru malas membedakannya) terdengar di ruangan luas tapi ternyata tak ada satu pun properti di tempat itu.

"Heh, kau mau macam-macam dengan kami ya?" tanya Tayuya yang lalu membuang ludah entah kemana. Dia menyilangkan kedua lengan di depan dada.

"Harusnya kau jadi detektif saja daripada pengacara, cih..." entah suara siapa, Shikamaru terlalu malas memikirkan itu suara Sakon atau Ukon.

'Ya, seharusnya. Dan menangkap keluarga besarku sendiri lalu memasukkan mereka ke penjara, bagus sekali. Sangat bagus, dasar duo sialan,' batin Shikamaru.

"Hey, sebaiknya kalian kembali ke base. Consigliere bisa marah dan kalian tahu apa yang akan dia lakukan..." seseorang berambut putih dengan motif zig-zag di kepalanya(?) muncul dari lantai atas dan berdiri di tangga lalu turun menuju mereka.

"Tch, dasar ular jejadian..." gumam Ukon kesal.

"Hey, dia itu yang merekrut kita. Kau harus hormat, Ukon!" kata Tayuya kesal lalu menaiki tangga, pergi. Sakon dan Ukon mengikuti.

"Kau benar-benar dalam masalah besar," kata seseorang berambut zig-zag itu.

"Cih, kenapa kalian menangkapku?" Shikamaru menatap laki-laki itu.

"Karena kau mengganggu kami. Draco dormiens nunquam titillandus*. Kalian terima akibatnya," kata laki-laki berambut putih itu sambil berjalan mendekati Shikamaru. Raut wajahnya tetap dingin.

'Dia ini... menderita skizoid*? Maksud dia apa dengan 'mengganggu kami'? Apa mereka melakukan transaksi jual-beli senjata, heroin? Mungkin, karena hal itu memang dilakukan sebagian besar mafia. Apa mereka melakukan sesuatu yang melanggar HAM atau kejahatan perang? Mungkin, walau kemungkinannya lebih kecil. Lalu apa yang mereka lakukan sampai aku ditahan begini?' pikir Shikamaru sambil tetap menatap laki-laki di hadapannya, yang hanya berjarak satu meter darinya.

"Mungkin kau akan kami bebaskan. Entah bernyawa atau tidak, tak penting. Tapi itu tak penting, yang penting kau membawa pesan kami. Nanti. Setelah kami menggunakan water boarding* padamu," dan laki-laki bernama Kimimaru itu pergi.

Shikamaru menahan nafas saat mendengar kata 'water boarding' mungkin terdengar seperti jenis olahraga air. Tapi itu lebih daripada olahraga yang membuat capek.

-x-x-x-

Sebuah jaguar XK Convertible* melaju di atas aspal hitam bernoda putih—pertanda batas jalur kiri dan kanan. Truk kontiner terlewati dengan mulur. Penumpang di sebelah supir bisa mendengar deru mesin mobil besar itu, yang baginya seperti suara di gerbang neraka.

"TEME! Kau mau kita mati muda, hah!" bentak Naruto di sebelah Sasuke yang sedang menyetir.

Sasuke mengacuhkan. Ia menyalip sebuah motor Kawasaki dan beralih ke jalur yang berlawanan. Ia melihat truk kontainer besar dan mengembalikan mobil itu ke jalur kiri dengan satu putaran setir yang dihentak. Untung mereka berdua memakai sabuk pengaman, kalau tidak mereka sudah terlempar jauh ke lading gandum yang mengapit jalan itu.

Dan, Naruto berteriak histeris dengan wajah pucat.

"Diam dan jangan komentar," kata Sasuke dingin.

"Kau, dapat darimana mobil ini?" Tanya Naruto mencoba tenang dengan menggapai air minum botolan yang berada di antara kedua jok depan.

"Entah. Saat aku pergi dari headquarter, aku pergi ke villa sisi tebing dan menukarkan mobilku dengan yang ini di garasi," jawab Sasuke kalem sembari menyalip sebuah mobil keluarga dang mengabaikan seruan darisi supir.

"Villa?" Naruto mengerinyit heran. Sasuke mengangguk tiis.

"OH! Villa yang waktu itu pernah jadi tempat diskusi paman dan orang itu?" tanya Naruto. Sasuke mengangguk tiis lagi.

"Lalu, kemana kita sekarang?"

"Menjemput identi-kit* kenalan Gaara," Nsruto sesaat tampak berpikir lalu menepukkan kedua tangannya sekali dan dengan wajah berseri ia berseru.

"Temari!"

-x-x-x-

Udgangen Af Kapitel Otte

-x-x-x-

At Være Fortsat

-x-x-x-

(Listen to: Weatherman – +44)

(Word Count: 1.783 words)

*) Hipotermia, gangguan waktu kita naik gunung, biasanya. Di awali dengan rasa dingin yang amat sangat sampe badan gemeteran dan gigi gemeletuk, lalu mulai mati rasa akan rasa dingin itu dan terganti dengan rasa panas dan halusinasi pun dimulai. Penderita biasanya akan mengejar halusinasi itu walau didepan tebing, air terjun, dst. Ya, secara garis besar gitu.

*) Draco dormiens nunquam titillandus, dalam bahasa Latin artinya: Jangan bermain dengan naga yang tertidur.

*) Skizoid, gangguan kepribadian, emosi dingin, kurang mampu bersikap hangat dan ramah pada orang lain serta selalu menyendiri. Menurut makalah saya tentang skizofrenia (baca: tugas semester) ya, gitu.

*) Water boarding, suatu jenis penyiksaan terhadap manusia. Caranya, si korban dibaringkan telentang, tangan dan kaki diikat, wajah ditutup dengan kain/karung/dsj dan air disiram ke wajahnya. Menimbulkan sensasi tenggelam. Dan si korban mau tak mau memberikan apa yang diinginkan oleh si penyiksa. Menurut buku The Ghost Writer, memang begitu.

*) Jaguar XK Convertible, sebuah mobil yang harganya ditaksir 65.789 poundsterling.

*) Identi-kit, seorang yang punya kemampuan untuk menggambar apa yang dideskripsikan si korban. Biasanya di kepolisian ada untuk mengetahui wajah si pelaku dari karakteristik yang disebutkan saksi atau korban.

- Hemmelighed: Secret / Rahasia.

- Udgangen Af Kapitel Otte : End of chapter eight / Akhir dari bagian delapan.

- At Være Fortsat : To be continue / Bersambung.

Danish language in this chapter, guys!

Oke, saya minta maaf karena apdet yang sekian lamanya. Saya lagi stuck membuat fic. Saya tau ini agak mengecewakan, saya sendiri aja kecewa.

Dan, maaf. Ini bukan fic shounen-ai dan bukan fic yang memunculkan banyak pair sehingga nanti akan dikira berubah genre. Saya meluruskan hal ini karena beberapa reviewer mengira ini shounen-ai fic. Terutama pair SasuNaru. (_ _)

Beberapa informasi yang tadi saya sebutkan mungkin agak melenceng karena saya lupa detailnya, karena ternyata, halaman tersimpan saya di OpMin terhapus dengan kesengajaan tingkat dewa. -_-'a

Nah, mind to Review? Per favore?