Bleach ©Tite Kubo
Papa Mama ©Rizu Auxe09
Warning: AU, maybe OOC? First fic, ninth chapter
Chara: Sougyo no Kotowari—centric, Hyourinmaru
Chapter 9's summary: "Karena Sougyo dan Kotowari lahir pada bulan Maret yang di wakili konstelasi Pisces, maka aku berharap, mereka tidak pernah berpisah—seperti Aphrodite dan Eros."—Hyourinmaru, 6 tahun yang lalu."
~~~~~0000~~~~~~
Papa Mama
Chapter 9: Fate Tied Us
Koto menarik lengan furisode milik Shirayuki sambil berlari kecil. Wajah mungilnya pun terlihat cemas.
"Ayo bibi cantik, Koto-chan harus pulang! Koto-chan takut ada apa-apa sama Sougy-chan!" Naluri Koto sebagai saudara kembar Sougy memanglah sangat kuat, walau mereka saling menjaga jarak sekalipun. Shirayuki menatap si kecil sedih, sambil terus mengikuti laju Koto yang sudah beberapa kali mengucek matanya—terlihat seperti menghapus bulir air matanya.
"Iya, sayang. Sougy-chan pasti enggak apa-apa, kok." Shirayuki berusaha menghibur bocah yang kira-kira sebaya dengan dua putranya yang menghilang.
"Tapi," Koto tiba-tiba menghentikan langkahnya, dan langsung tertunduk. Membuat Shirayuki juga menghentikan derap kakinya.
"Koto-chan takut Sougy-chan terluka. Koto-chan sayang onii-chan. Kalau sampai ada apa-apa, Koto-chan.. Koto-chan…" Koto yang terisak pun langsung di peluk Shirayuki.
"Bibi juga tahu perasaan Koto-chan, kok. Bibi juga pasti sangat sedih kalau ada sesuatu yang terjadi pada orang yang sangat bibi cintai." Pada saat mengakhiri kalimatnya, wajah suami pertamanya dan ayahnya tiba-tiba muncul di pikiran wanita sesuci salju itu. Hampir saja air matanya jatuh lagi, kalau saja Koto tidak membalas pelukan darinya.
"Bibi jangan jadi ikutan sedih, ya." kata Koto polos sambil menatap mata jernih bibi cantiknya.
"Kalau bibi sedih, nanti bibi jadi enggak cantik lagi, lo!" Koto lalu tersenyum lebar sambil memamerkan deretan gigi-gigi putihnya. Shirayuki langsung tertawa geli mendengar deret kalimat polos dan senyuman anak laki-laki itu. Entah mengapa, hanya dengan melihat wajah polos dan tak berdosanya Shirayuki langsung dapat melupakan kesedihannya—yang bahkan tidak bisa terobati penuh oleh Tobiume.
Rasanya—jauh di dalam lubuk hatinya, ia lebih menyayangi Koto ketimbang Tobiume yang lahir dari rahimnya.
Untuk kesekian kali, Shirayuki memeluk tubuh mungil Koto. Dirinya yang bagai butir salju diantara tumpukan salju tebal merasakan kehangatan yang tiada tara saat memeluk anak laki-laki yang bahkan tidak memiliki hubungan darah dengannya.
…
"Sougyo," Hyourinmaru menatap Sougy yang memberikannya tatapan tajam di kedua mata hijau daunnya itu.
"Paman Hyourinmaru jahat!! Kakek jatuh sakit karena paman!! Sougy-chan benci paman!!!" teriak Sougy dengan lantang dan penih kesedihan.
"Sougyo, dengarkan ayah dulu, nak." Bukannya semakin tenang, Sougy malah membelalakan matanya begitu mendengar kalimat Hyourinmaru yang bahkan belum selesai.
'Ayah—Papa?' Tubuh kecilnya pun mematung dan lunglai.
"Sougyo!" Reaksi sang ayah kalah cepat dengan dokter Retsu yang segera menahan tubuh mungil Sougy.
"Tuan Hyourinmaru, bisakah anda tunggu sebentar di luar? Tuan Zangetsu dan Sougy-kun butuh ketenangan." Retsu lalu beralih pada Hyourinmaru, sambil menggendong Sougy yang tidak sadarkan diri.
"Tapi dokter,"
"Tidak ada 'tapi-tapi'-an, Tuan. Tuan Zangetsu dan Sougy-kun benar-benar membutuhkan istirahat yang cukup dan tenang!" Retsu langsung memotong kalimat protes pria berumur 31 tahun itu dengan sedikit menekankan pada kata 'tenang'—dengan nada memerintah tentu saja.
"Baiklah, dokter. Tolong jaga ayah dan anak saya." Hyourinmaru hanya dapat membungkuk hormat walau perasaannya sedikit kecewa dan sedih. Retsu hanya mengangguk—menyembunyikan rasa kejutnya.
"Dokter Retsu." panggil Tobiume yang sedari tadi tidak berani berbicara di antara dua orang yang lebih dewasa darinya.
"Ada apa, Tobi-chan?" tanya Retsu setelah membaringkan tubuh Sougy di futon yang sudah ditata.
"Tuan Hyourinmaru bilang, kalau kakeknya Sougy-kun dan Sougy-kun itu 'ayah' dan 'anak'-nya. Apa itu benar?" Retsu menatap Tobiume ragu, lalu menggelengkan kepalanya pelan.
"Saya juga tidak tahu, Tobi-chan. Untuk jelasnya, nanti kita tanyakan pada Tuan Zangetsu dan Sougy-kun kalau mereka sadar nanti." katanya kemudian.
"Tapi, sepertinya Sougy-kun sendiri juga tidak tahu dan baru menyadarinya, Bu dokter. Kenapa bisa begitu, ya?." Tobiume menatap Sougy-kun yang berbaring penuh perhatian. Retsu tersenyum keibuan.
"Terkadang ada suatu hal dan masalah yang tidak bisa kita campuri—termasuk masalah keluarga Sougy-kun sendiri, Tobi-chan." Nasihat seorang ibu satu anak itu pada gadis mungil berambut coklat itu.
"Keluarga Sougy-kun penuh misteri ya, Bu dokter. Aku merasa kasihan padanya, walau terlihat sekali Tuan Hyourinmaru sangat menyayanginya." kata Tobiume penuh simpati. Retsu malah tertawa kecil mendengar simpati putri tunggal Muramasa dan Shirayuki itu.
"Kamu ini mirip dengan Momo, putriku. Ia cepat sekali dalam memahami perasaan orang lain, dan langsung menunjukkan simpatinya." Tobiume tersenyum malu mendengar pujian sang ibu dokter yang rela pergi jauh dari Seireitei, meninggalkan suami dan putrinya demi menjalankan tugasnya sebagai abdi masyarakat. Untungnya, sang suami dapat memaklumi pekerjaannya.
"Terima kasih." Tobiume beralih lagi pada Sougy sambil memegang tangan temannya yang berkeringat.
"Cepatlah sadar, Sougy-kun. Supaya kau bisa bertemu dengan ayahmu." kata gadis berjepit bunga sakura itu lembut.
~~~~~0000~~~~~
"Keduanya laki-laki, Tuan Hyourinmaru." Sang dokter berkata sambil melepas sarung tangan plastiknya.
"Kembar laki-laki?" Hyourinmaru menanyakan pertanyaan yang tentu jawabannya adalah 'iya' atau sebuah anggukan dari dokter berpakaian hijau itu. Hyourinmaru tersenyum lebar, sambil berusaha menjaga imej-nya. Kalau tidak, mungkin saja ia akan berjingkrak-jingkrak kegirangan.
"Ah, terima kasih dokter! Terima kasih!" Pria tinggi itu menjabat tangan dokter kelahiran kedua putranya itu cepat. Sang dokter hanya tersenyum dan mengucapkan "selamat".
Hyourinmaru pun langsung masuk ke dalam kamar istrinya beristirahat. Wanita cantik yang seputih salju duduk di atas tempat tidurnya, sambil menggendong dua bayi pada masing-masing tangan langsingnya. Si bungsu dari keluarga bangsawan itu telah menjadi ayah!
"Shi..Shirayuki.. apa itu benar..anakku?" Kalimat pertanyaanya tiba-tiba berubah gagu. Shirayuki tersenyum sedikit jengkel.
"Kalau bukan anakmu, anak siapa lagi, Hyo-kun?" Namun, sedetik kemudian senyuman jengkel Shirayuki berubah menjadi senyuman haru saat sang ayah dari kedua bayinya mendekat dan membelai lembut kepala dua bayi merah itu.
"Aku ingin kamu yang memberi nama mereka." Kata Shirayuki kemudian.
"A..Aku?" tanya Hyourinmaru yang terkejut menunjuk dirinya sendiri.
"Iya, sayangku. Kamu 'kan ayah mereka. Ayo, beri mereka nama yang indah sebagai hadiah." pinta Shirayuki halus. Hyourinmaru berdehem sebentar untuk mengumpulkan kembali ke'normalan'nya.
"Untuk si kakak, namamu adalah Sougyo." Katanya sambil menatap bayi yang berada di tangan kanan.
"Untuk si adik, namamu adalah Kotowari." Ia lalu beralih pada bayi yang tidur dengan nyaman di tangan kiri ibunya.
"Ah, cepat sekali kau menemukan nama yang indah, Hyou-kun."
"Mereka mengingatkanku pada kisah mitologi Negeri seberang—Yunani yang diceritakan kakak padaku. Konstelasi Pisces—ikan adalah perwujudan dari Dewi Aphrodite, dewi cinta dan putranya, Eros. Mereka berubah menjadi ikan kembar supaya dapat lepas dari kejaran musuh mereka. Masing-masing ekor ikan itu terdapat tali yang mengaitkan kedua ekor mereka—yang diyakini sebagai alat pemersatu mereka supaya tidak terpisah. Karena Sougyo dan Kotowari lahir pada bulan Maret yang di wakili konstelasi Pisces, maka aku berharap, mereka tidak pernah berpisah—seperti Aphrodite dan Eros." Hyourinmaru menceritakan asal mula nama kedua putranya yang ajaibnya didapatinya secara cepat. Shirayuki hanya tersenyum.
"Ya, aku juga berharap demikian, Hyou-kun." Tak disadari, dua bayi merah itu menggeliat pelan dan mulai mengeluarkan suara lucu mereka. Hyourinmaru yang pertama menyadari, tersenyum bahagia. Nampaknya, kedua putranya senang dengan nama mereka.
~~~~~0000~~~~~
Hyourinmaru duduk di lantai—bersandar pada dinding yang menyangga punggung lebarnya sembari memegang dadanya yang sakit.
Sakit karena mengetahui putra pertamanya menolaknya—dan terlihat membencinya. Dan hal itu tidak akan lepas dari kemungkinan Zangetsu, ayah mertuanya akan membencinya dan memisahkannya dengan sang istri dan juga putranya.
"Shirayuki." Hyourinmaru baru tersadar saat dirinya memikirkan tentang istri yang mencintai dan dicintainya. Begitu juga putra keduanya yang seharusnya 'terikat' dengan kakaknya. Namun, sedari tadi, sosok dua anggota keluarga yang dikasihinya tidak tergambar di iris matanya. Kemana mereka?
Hatinya bergerak, meminta dirinya mencari dua sosok yang amat dicintainya itu. Namun, hatinya pun tidak tega untuk meninggalkan dua orang tercinta lainnya yang tengah terbaring tak sadarkan diri.
Drap! Drap! Seolah pucuk di cinta ulam pun tiba. Panjang umur bagi sosok kecil yang berlari itu karena baru saja dipikirkan Hyourinmaru.
"Sougy-chan!!!" serunya dengan suara khas anak kecilnya.
"Koto..wari?" Hyourinmaru menyadari sosok kecil yang serupa dengan Sougy—Koto. Koto yang masih kecil pun hanya menatap pria berambut hijau itu kebingungan. Apalagi, ketika si pria memeluk tubuhnya.
"Se..sak, paman!" keluh Koto yang dipeluk erat 'paman' yang dibanggakan kakaknya.
"Kotowari, kamu Kotowari 'kan?" tanya Hyourinmaru sambil tersenyum ramah. Koto masih kebingungan.
"Emm, namaku bukan Kotowari, tapi Koto-chan. Adiknya Sougy-chan. Ngomong-ngomong, paman ini paman Hyourinmaru, ya?" Bagai kesambar petir, tubuh Hyourinmaru tak mampu bergerak sesuai saraf dan otaknya.
"Kotowari, aku ayahmu, nak. Kamu tidak mengenal ayah?" tanya Hyourinmaru setelah mempu mengalahkan system sarafnya yang mati sejenak.
"Ayah? Emm maksud paman 'papa'? Kata bibi Katen, papa sama mama sudah ke langit. Jadi, enggak mungkin kalau paman itu ayah Koto-chan." kata Koto polos, tidak merasakan aura kekecewaan pria berambut panjang yang cukup berantakan itu.
"Kotowari, ini papa, sayang! Ini papa!" Hyourinmaru tetap berusaha mengingatkan Koto akan masa lalu indah yang mereka lewati bersama—dan melupakan kenyataan, bahwa ketika itu, Koto masihlah bayi yang bahkan belum berumur 1 tahun—yang otaknya masih rentan akan kenangan masa kecil.
Koto yang kebingungan tiba-tiba menjadi ketakutan melihat perilaku Hyourinmaru yang terkesan menekan dan memaksanya.
"Koto-chan!" Tepat pada saat itu, Shirayuki muncul dari balik pintu rumah si kecil.
"Bibi cantik!" Mengetahui bidadari cantiknya datang, Koto segera berlari ke arah Shirayuki dan memeluk kaki langsing di balik furisode putih yang panjangnya. Sementara Shirayuki menatap pria di depannya kosong. Tangan langsingnya menutupi mulutnya yang terbuka. Sementara, mata Hyourinmaru yang melihat sosok wanita tercantik yang pernah dikenalnya berkaca-kaca.
"Kau.. Hyou-kun..?" tanya Shirayuki terbata-bata melihat pria tertampan yang pernah tertangkap oleh retina matanya.
"Kalau ini bukan aku, kenapa kau bertanya lagi, Shirayuki?" Hyourinmaru melontarkan pertanyaan retoris dan langsung memeluk tubuh wanita cantik yang serasa beku itu. Koto yang melihatnya kembali bingung. Kenapa bibi cantik berpelukan dengan paman ini?
"Aku merindukanmu," kata Shirayuki sambil terisak haru.
"Aku kira kau benar-benar…"
"Sssh, sudahlah Shirayuki. Maafkan aku karena sudah membuatmu cemas, ya." Hyourinmaru membelai lembut rambut panjang istrinya. Kalau saja tidak ada anak laki-laki berusia 6 tahun yang menyaksikan pertemuan mereka, Hyourinmaru pasti akan mencium Shirayuki yang sangat dirindukannya.
~~~~~0000~~~~~~
Di kediaman Ukitake, Kyoka Suigetsu berjalan mondar-mandir di depan tuan besarnya. Dari kiri lalu ke kanan, kiri, kanan lagi, dan seterusnya.
"Sudahlah Kyoka Suigetsu..Uhuk!" Ukitake Juushirou berusaha menenangkan pengawas Hyourinmaru meski batuk mewarnai kalimatnya.
"Ini tidak bisa dibiarkan, Tuan Ukitake! Ini sudah lewat 3 jam dan tuan Hyourinmaru belum juga datang!" Kyoka Suigetsu mencak-mencak sendiri sambil berkali-kali melihat jam sakunya.
"..Uhuk.. Mungkin Hyourinmaru menjemput Shiro-chan?" tanya Ukitake
"Tuan Ukitake ini bagaimana? Tuan muda Toushirou sudah dijemput Matsumoto-san dan sedang berada dalam perjalanan pulang." Pria berambut coklat itu telah habis kesabaran menjelaskan, walau itu pada tuan besarnya yang diabdinya.
"Ya~ siapa tahu Hyourinmaru sekali-sekali yang menjemput adik kecilnya 'kan?" Ukitake hanya sumringah.
"Atau barangkali, menemukan jati dirinya yang sebenarnya." tambahnya kemudian dengan suara yang hampir tidak bisa di dengar.
Tok! Tok! Suara ketukan pintu mengalihkan pembicaraan dua orang itu.
"Silahkan masuk!" Begitu diperintah kepala keluarga Ukitake itu, muncul seorang wanita ber-yukata sambil menggandeng tangan anak laki-laki berambut putih yang wajahnya tertunduk dan…merah?
"Ah, Shiro-chan ada apa dengan wajahmu? Kamu sakit ya, nak?" Si kecil Toushiro hanya diam. Padahal, begitu sang ayah melontarkan pertanyaan, Toushirou langsung menjawabnya.
"Maaf tuan, di sekolahnya tadi, Tuan muda Toushirou mendapat sebuah syal dari seorang anak perempuan." Begitu Matsumoto selesai menjelaskan, wajah Toushirou penuh dengan rona merah—membuat Ukitake tersenyum jahil dan Kyoka Suigetsu sedikit terkejut.
"Aih, sekarang Shiro-chan sudah besar, ya. Sampai ada anak perempuan yang naksir padamu." goda Ukitake sampai melupakan penyakit dan pembicaraan serius tentang Hyourinmaru barusan. Toushirou hanya senyam-senyum malu.
"I..iya, yah."
'Dan yang memberikannya Rukia, yah!' Ia berteriak senang, namun hanya di dalam hati.
Ah, nampaknya Tobiume bakal sakit hati setelah mengetahui kebenaran ini.
…
"Ne, Hyou-kun. Apa kau tahu dimana keberadaan Katen Kyokatsu?" tanya Shirayuki pada Hyourinmaru. Untungnya, Koto sudah masuk kedalam ke kamar dimana kakek dan kakaknya terbaring lemah.
"Katen? Aku sama sekali tidak mendengar kabarnya. Memang kenapa?" Hyourinmaru membalikkan pertanyaan dari sang istri yang duduk di sebelahnya. Shirayuki memantapkan hatinya yang semula sedikit terkejut mendengar pernyataan pria dengan luka di dahinya.
"Aku dengar dari kak Senbonzakura, Katen yang menyelamatkan Sougyo dan Kotowari dari kebakaran 6 tahun yang lalu. Jadi..barangkali.." Hyourinmaru tersenyum sedih, melihat tubuh istrinya yang mulai gemetaran.
"Barangkali, kau tahu kabarnya." Shirayuki menyelesaikan kalimatnya di iringi aliran air mata. Hyourinmaru menatap dalam Shirayuki.
"Shirayuki." Hyourinmaru membuka mulutnya, memanggil nama cantik wanita itu.
"Tahukah, 'Koto-chan' yang tadi bersamamu adalah Kotowari, anak kita?" Pertanyaannya sukses membuat Shirayuki terkejut sekaligus terharu.
"Be..benarkah… itu? Koto-chan itu… Kotowari?" tanyanya. Hyourinmaru mengangguk pasti sambil merangkul istri yang dinikahinya 6 tahun lalu.
"Lalu.. dimana Sougyo? Dimana dia?!" Emosi Shirayuki meluap didorong air matanya yang terus mengalir dari mata kebiruannya yang jernih. Hyourinmaru tiba-tiba tertunduk.
"Hyou-kun! Dimana Sougyo?! Dimana anakku?!" Tangis Shirayuki mulai tak terbendung.
"Sougyo tak sadarkan diri di kamar itu, bersama ayah. Sekarang, mereka sedang dirawat oleh dokter Retsu."
"Ayah..? Ayah.. tak sadarkan diri..? Sougyo..juga?" Mata Shirayuki terbelalak tak percaya. Ia lalu memacu langkahnya menuju pintu yang ditunjuk oleh Hyourinmaru.
"Ini semua salahku, Shirayuki. Maafkan aku." Hyourinmaru berkata lirih, dan tertunduk.
~~~~~0000~~~~~
Zangetsu yang sudah bangun, duduk bersandar dengan bantal di punggungnya, sambil memperhatikan cucu angkatnya yang terbaring lemah di periksa oleh dokter wanita berkepang. Begitu juga Koto yang hampir menangis lagi dan Tobiume yang masih memegang tangan Sougy.
"Bagaimana, dok?" tanya Zangetsu mulai cemas. Retsu tersenyum lega.
"Keadaannya sudah membaik, pak. Hanya saja, Sougy-kun harus banyak beristirahat." Zangetsu menghela nafasnya. Sedikit lega, setelah menanti pemeriksaan fisik Sougy yang masih terbaring. Koto dan Tobiume pun mengikuti Zangetsu—menghela nafas walau tidak tahu untuk apa.
"Ngomong-ngomong, Tuan Zangetsu. Maaf sebelumnya saya lancing menanyakan hal ini, akan tetapi ini juga demi kebenaran." Retsu mulai berkata-kata lagi. Tobiume yang memang sudah membicarakan hal ini pada sang ibu dokter mengangguk, meninggalkan Koto yang hanya memunculkan tanda tanya besar begitu juga Zangetsu.
"Apa Tuan memiliki putra bernama Hyourinmaru?" Selesainya Retsu memberikan pertanyaan, Zangetsu terkejut mendengar nama itu. Gigi-giginya yang sudah berjumlah sedikit itu bergemelutuk.
"Tidak, saya tidak punya putra macam anak kurang ajar itu. Saya hanya memiliki seorang putri yang seenaknya dinikahi olehnya." kata Zangetsu berusaha menahan emosinya yang sudah mendidih.
"Oh, maafkan saya. Lalu, dimana putri anda, Tuan?" Tepat saat ibu satu anak itu menyelesaikan pertanyaannya, sosok Shirayuki muncul dari balik pintu yang telah terbuka.
"Ibu?" Tobiume terkejut, menyadari kehadiran sang ibu.
"A..yah.." kata Shirayuki begitu melihat sosok ayahnya yang semakin kurus—duduk bersandar di atas tempat tidur tuanya.
"Shira..yuki." Zangetsu pun terharu melihat sosok putrinya yang kecantikannya bertambah. Bahkan, hampir menyamai kecantikan almarhumah ibu Shirayuki yang sudah ada di surga. Shirayuki berlari ke tempat ayahnya, dan langsung memeluknya sayang.
"Aku mengkhawatirkanmu, nak. Selama 6 tahun…tidak ada kabar darimu.. Pikiran ayah sudah buntu.. menganggapmu sudah meninggal.. tapi.. ternyata…"
"Maafkan aku, ayah. Sangat banyak sekali yang sudah.. ku alami. Kekangan dan khilangan.. hampir membuatku menyerah. Namun, berkat kak.. Senbonzakura yang selalu medukungku, aku.. bisa bertemu lagi dengan Hyou-..kun." isak Shirayuki. Rasanya, setelah ini mata Shirayuki akan kering karena banyak mengeluarkan air mata. Mereka saling melepaskan pelukan.
"Syukurlah." timpal Retsu dan Koto—Tobiume sendiri hanya diam tak percaya. Tuan Zangetsu adalah kakeknya? Shirayuki dan Zangetsu beralih pada dokter wanita itu. Mata Shirayuki lalu menangkap sosok Koto. Tak sadar, kakinya berjalan ke arah anak kecil berambut keabuan itu—melupakan sosok Tobiume di kamar itu.
"Ibu?" Tobiume hanya bisa tertunduk diam saat ibunya jalan melewatinya—dan tidak melihat ke arahnya.
"Bibi cantik?" Badan kecil Koto di angkat oleh Shirayuki, lalu di bawa ke dalam pelukan penuh kehangatan.
"Bibi ini mamamu, Koto-chan. Ini mama, sayang." Kali ini, Koto yang polos benar-benar yakin…
Kehangatan yang selalu di berikan bidadari cantiknya.
Kebaikan yang selalu di dapatnya dari si bibi cantik.
Senyuman hangat yang selalu tergambar di wajah cantik wanita yang pernah di andai-andaikannya sebagai 'ibu', ternyata adalah benar ibunya.
Mamanya dan sang kakak.
"Ma..ma?" Koto terisak sambil membalas pelukan Shirayuki.
"Ya, ini mama. Ini mama! Oh, Koto, mama sangat merindukanmu, sayang." Shirayuki menangis haru lagi, setelah menghapus air matanya.
"Mama..mama!!" Koto membiarkan air mata harunya mengalir deras. Memuaskan rasa rindunya pada wanita yang telah melahirkannya
Tatapan beberapa pasang mata di kamar itu berbeda-beda.
Zangetsu menatap putri semata wayangnya dan salah satu cucunya terharu.
Retsu menatap ibu-anak itu bahagia.
Tobiume menatap ibunya dan kembaran dari anak laki-laki yang disukiainya—saudara tirinya, iri walau ada sebersit rasa lega.
Hyourinmaru yang melihat dari sisi pintu yang terbuka tersenyum sangat bahagia—istri dan anaknya menumpahkan kerinduan mereka.
Sementara Sougy tidak menatap keduanya. Kelopak matanya masih belum mau bertoleran dengannya.
End Chapter 9
~~~~~0000~~~~~
A/N: Yay! Udah yang kesembilan, dan sudah hampir masuk finalnya! XD /plakk/. Semakin gaje-kah? Semakin abal-kah? Woh, wis pasti. Sekitar 2 atau bahkan chappie ke depan sudah complete! –kesenengan, di gampar-. Dan habis ini, mungkin bakal hiatus karena beberapa alasan tertentu ' .'a. Paling, saya bakal bikin fic kalau ada rekues dan buat Viva fest aja.
Sip! Finish at 23.30 p.m, May 1st 2010. :)
RnR, untuk kritik, saran, flame, delele?
Balesan review lewat PM ya~